Anda di halaman 1dari 19

SKILL LAB

DYSPNEA

Disusun oleh :
TRI AJI PUJO SEMBODO
Pembimbing:
dr. Edi Nurtjahja, Sp.P

SMF INTERNA RSD dr. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2015

DEFINISI
Dyspnea adalah keluhan subyektif
mulai dari napas yang tidak nyaman
sampai tidak bisa bernapas / sampai
sesak napas hebat dan dipengaruhi
oleh faktor biopsikososial.

Dyspnea diinduksi oleh 4 hal utama


Meningkatnya kebutuhan ventilasi
Menurunnya kapasitas ventilasi
Meningkatnya resistensi saluran nafas
Menurunnya compliance paru

ETIOLOGI
Kardiak
Gagal jantung
Penyakit arteri
koroner
Kardiomiopati
Disfungsi katup

Pulmonal
PPOK
Asma
Penyakit paru
restriktif
Penyakit paru
herediter
Pneumotoraks

Gabungan
kardiak atau
pulmonal
PPOK dengan
hipertensi
pulmonal atau
cor pulmonal
Emboli paru
kronik
Trauma

Non kardiak non


pulmonal
Kondisi
metabolik
(asidosis)
Nyeri
Penyakit
neuromuskular
Penyakit
otorinolaringeal
Fungsional:
gelisah, panik,
hiperventilasi

SUMBER
Reseptor Tepi
Reseptor Mekanik ( Mechanoreceptor )
Reseptor saluran napas atas
Reseptor dinding dada

Reseptor Kimia ( Chemoreceptor )


Reseptor Vagal ( Vagoreceptor )
SAR ( Slowly Adapting Stretch Receptors )
RAR ( Rapidly Adapting Stretch Receptors )
Reseptor Serat-C

Reseptor Pusat ( cortex )

PENEGAKAN
DIAGNOSIS

ANAMNESIS

POSISI PASIEN
Orthopnea, yakni Dispnea yang terjadi pada posisi

berbaring.
Platipneu,yaitu Dispnea yang terjadi pada posisi tegak
dan akan membaik jika penderita dalam posisi berbaring.
Trepopneu,yakniJika dengan posisi bertumpu pada
sebuah sisi.
Exertional Dispnea,yaknidispnea yang disebabkan
karena melakukan aktivitas.
Nocturnal dyspnea, yakni sesak nafas pada malam hari,
biasanya pasien akan terbangun tengah malam.
Intermittent episodes of dyspnea,yaknimenunjukkan
episode.

PEMERIKSAAN FISIK KHAS

PEMERIKSAAN FISIK
sesak TTV normal penyakit
kronik/ringan.
Jika ada Abn perlu penanganan segera.
Pasien

Temperatur: <35Catau >41C atau sistolik dibawah 90

mmHg menandakan hal gawat


Pulsus
Paradoksus:
pada
fase
inspirasi
terjadi
peningkatan
tekanan
arteri
>10mmHg
yang
menyebabkan kemungkinan udara terperangkap (air
trapping).
Frekuensi Napas: < 5kali/menit menunjukan hipoventilasi;
kemungkinan respiratory arrest. Jika frekuensi napas 35
kali/menit, diduga ada gangguan parah. Frekuensi yang
lebih cepat dapat terlihat beberapa jam sebelum otot-otot
nafas menjaid lelah dan terjadi gagal nafas.

PEMERIKSAAN UMUM
Pasienmengantukdengan napas lambat dan

pendek. Bisa disebabkan obat-obatan tertentu,


retensi CO2, gangguan SSP(stroke, edema
serebral,dan lainnya).
Pasiengelisahdengan napas cepat dan dalam

disebabkan hipoksemia berat karena penyakit


paru/saluran napas, jantung, serangan cemas
(anxiety attack), histerical attack.

INSPEKSI
Kontraksi otot bantu napas. Otot bantu napas di

leher dan otot-otot interkostal akan berkontraksi


pada keadaan obstruksi moderat hingga parah.
Asimetri gerakan dinding dada/deviasi trakea juga
dapat dideteksi. Pada Tension Pneumotorax-suatu
keadaan gawat darurat-sisi yang terkena akan
membesar pada tiap inspirasi dan trake terdorong
ke sisi sebelahnya.
Tekanan vena jugularis. peninggiannya menandakan

adanya peningkatan tekanan atrium kanan.

PALPASI
Palpasi dimulai dengan memeriksa telapak

tangan dan jari, leher, dada, dan abdomen.


Jari tabuh bisa didapatkan pada kanker paru,
abses paru, emfisema, serta bronkiektaksis.
Palpasi dada akan memberikan informasi

tentang penonjolan di dinding dada, nyeri


tekan, gerakan pernafasan yang simetris
atau asimetris, derajat ekspansi dada, dan
untuk menentuka tactile vocal fremitus.

PERKUSI
Hipersonor.

Terjadi pada hiperinflasi pada serangan


asma akut, emfisema,pneumotoraks.
Redup(dullness).

Terjadi akibat konsolidasi paru atau efusi


pleura.

AUSKULTASI
Ronki kasar dan nyaring (coarse rales

dan wheezing) menunjukan obstruksi


parsial atau penyempitan saluran napas.
Ronki basah dan halus (fine, moist rales)

berarti parenkim paru berisi cairan.


Ronki bilateral (bilateral rales) disertai

irama gallop menunjukan gagal jantung


kongestif
Sesak

napas dengan sakit


kemungkinan friction rub.

dada,

DIAGNOSIS BANDING
Dispnea akut
a. Jantung:
CHF, CAD, aritmia,

perikarditis,AMI, anemia.
b. Pulmoner:
COPD, asma,
pneumonia,pneumotoraks,
efusi pleura, edema
pulmonal, GERD dengan
asfiksia.
c. Psikogenik:
Panic attack, hiperventilasi,
sensasi nyeri, ansietas.
d. Obstruksi saluran
napas atas:
Epiglotitis, croup, EpstainBarr virus
e. Endokrin
Asidosis metabolic

Dispnea kronik
a. Jantung:
CHF, CAD, aritmia, pericardiac

disease, valvular heart disease


b. Pulmoner:
COPD, asma, efusi

pleura,bronkiektasis, keganasan.
c. Noncardiac nonpulmonary
Tromboemboli
Hipertensi pulmonal
Obesitas massif
Anemia berat
Sirosis Hepatis
Uremia
Penyakit tiroid
Neuromuscular(myasthenia

gravis)
Laryngeal disease
D. Sentral:
Neuromuscular disorder, nyeri,

overdosis aspirin, hipoksia

TERAPI
Penatalaksanaan

a. Manajemen dispnea yang paling penting adalah mengobati


penyakit dasar serta komplikasinya.
Pneumonia antibiotik
Asma bronkodilator dan pengontrol (kortikosteroid)

b. Penatalaksaan simptomatis antara lain:

Pemberian oksigen 3 lt/menit untuk nasal, atau 5 lt/menit dengan


sungkup
Mengurangi aktifitas yang dapat menyebabkan sesak dengan tirah
baring.
Bronkodilator (theophylline)
Pada keaadan psikogenik dapat diberikan sedative
Edukasi
Psikoterapi

rapi Nonfarmakologi
Konservasi energi dan kontrol napas
Ajarkan latihan relaksasi dan kontrol napas.
Aliran udara
Buka jendela dan pergerakan udara, seperti kipas angin, bisa sangat
membantu. udara dingin bertiup di wajah cenderung memicu refleks
di saraf trigeminal, memberikan rasa bantuan dari dyspnea.
Lingkungan
Dingin dan melembabkan udara kering, menghilangkan iritasi di
udara
Positioning
Hindari kompresi perut atau dada bila memposisikan.
Pendukung
Tawarkan dukungan psikososial dan / atau konseling.
Alternatif terapi untuk relaksasi meliputi pijat, terapi sentuhan,
visualisasi,terapi musik.
Akupunktur atau akupresur.

engobatan: Farmakologi
Opioid
obat pilihan pertama dalam paliatif dyspnea pada penyakit lanjut
sebab apapun.
Kortikosteroid
Kortikosteroid terutama diindikasikan dengan adanya obstruksi
bronkus. Dimulai deksametason pada 8 sampai 24 mg PO atau SC
atau IV setiap hari tergantung pada tingkat keparahan dyspnea.
Neuroleptik
Neuroleptik berguna dalam dyspnea kronis. Methotrimeprazine:
dosis awal 2,5-5 mg setiap 8 jam dan titrasi untuk efek. dosis yang
lebih tinggi sampai 25 mg setiap 4 jam.
Benzodiazepin
Resep p.r.n. daripada jadwal rutin dosis, untuk kecemasan yang
parah dan pernafasan "serangan panik". Lorazepam 0,5-2 mg 4h
p.r.n.
Oksigen

Anda mungkin juga menyukai