CI LAHAN CI INSTITUSI
(…………………...) (...………………..)
2. ETIOLOGI
a.Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang mengendalikan
pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)sehingga pernafasan lambat dan
dangkal.
b.Kelainan neurologis primer
Akan mempengaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar
melalui saraf yang membentang dari batang otak terus kesaraf spinal ke reseptor pada otot-otot
pernafasan. Penyakit pada saraf sepertigangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau
pertemuan neuromuskular yang terjadi pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.
c.Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi
ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera
dan dapat menyebabkan gagal nafas.
d.Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.Kecelakaan yang
mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat
mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks
dan fraktur tulang iga dapat terjadi danmungkin menyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat
terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi
yangmendasar
e.Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemoniadiakibatkan oleh
mengaspirasi uap yang mengiritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial,
atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yag menyebabkan
gagal nafas.
Palpitasi jantung.
Penurunan berat badan.
Bunyi berderak di paru-paru.
Mengi.
Keringat malam.
Kaki dan pergelangan kaki bengkak.
Kesulitan berbaring saat berbaring datar.
Demam tinggi.
Sensasi dada seperti terikat atau tidak bisa bergerak bebas. Perasaan seperti perlu menarik
napas lebih banyak atau lebih cepat. Tubuh merasa tidak cukup mendapatkan udara. Sulit
menarik napas yang dalam.
4. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing
masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalahgagal nafas yang timbul
pada pasien yang parunya normal secara struktural maupunfungsional sebelum awitan penyakit
timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalahterjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik
seperti bronkitis kronik, emfisemadan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).
Pasien mengalami toleransiterhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap.
Setelah gagalnafas akut biasanya paru-paru kembali ke asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur
paru alami kerusakan yang ireversibel. Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan
kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan
yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga
timbulkelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).Gagal nafas
penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadiobstruksi jalan nafas atas.
Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan
medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, ciderakepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
meningitis, hipoksia dan hiperkapniamempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan.
Sehingga pernafasan menjadilambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa
terjadi pernafasantidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang
dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiod.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan radiologi (foto thoraks), spirometri,
laboratorium darah rutin, analisis gas darah, mikrobiologi sputum, pemeriksaan radiologis ini
berfungsi juga untuk menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya atau menyingkirkan
diagnosis banding dari keluhan klien.
6. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari penatalaksanaan sesak napas adalah mengembalikan kondisi pasien ke
keadaan normal dengan menatalaksana penyebab keluhan sesak napas. Misalnya sesak napas
pada pasien gagal jantung dapat diterapi dengan pemberian diuretic.
enatalaksanaan sesak napas sesuai dengan gangguan fungsi yang terjadi antara lain dapat dilakukan
sebagai berikut :
Menurunkan kebutuhan pernapasan dapat dilakukan dengan menurunkan beban metabolisme dan
menurunkan rangsangan pusat pernapasan. Latihan fisik dan olahraga dapat menurunkan beban
metabolisme. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan pemberian oksigen saat beraktivitas fisik.
Sesak napas juga dapat dikurangi dengan menurunkan rangsangan pusat pernapasan. Beberapa
cara yang dapat dilakukan yaitu terapi oksigen, pemberian obat-obatan, pengaturan alat bantu
napas dan terapi inhalasi.
Terapi yang dapat digunakan untuk menurunkan hambatan pernapasan antara lain dengan
pembedahan dan terapi farmakologi seperti pemberian steroid dan bronkodilator.
Ketika menarik napas napas, tubuh akan menggunakan otot-otot pernapasan seperti otot
diagfragma. Otot pernapasan membutuhkan nutrisi untuk melaksanakan fungsinya. Kekurangan
asupan energi dapat mengakibatkan kelamahan otot pernapasan dan perburukan sesak napas.
Latihan otot pernapasan dapat membantu untuk mengurangi keluhan sesak napas.
Persepsi pasien terhadap sesak napas dapat dilakukan dengan memodifikasi respon pasien
terhadap sesak napas seperti rasa cemas atau stress. Relaksasi dan latihan fisik merupakan cara
ampuh yang dapat dilakukan untuk mengurangi sesak napas.
7. KOMPLIKASI
Hipoksemia
Hipoksia
Gagal napas
Kerusakan otak
Gagal ginjal
8. PATHWAY
pusat pusat
Kepala cairan
9. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Airway
- Peningkatan sekresi pernapasan, Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b.Breathing
- Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi
.- Menggunakan otot aksesori pernapasan
- Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
c. Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia- Sakit kepala- Gangguan tingkat
kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
-Papiledema
- Penurunan haluaran urine
Pemeriksaan fisik
- System pernafasan
- System kardiovaskuler
- System neurologis
Pemeriksaan sekunder
Aktivitas
Gejala :
- Kelemahan
- Kelelahan
- Tidak dapat tidur
- Pola hidup menetap
- Jadwal olahraga tidak teratur
Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
- Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi
- Gangguan pertukaran gas b.d abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap
hipoventilasi
- Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung.
3. Rencana keperawatan
siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier, berikan oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan, monitor aliran oksigen, monitor efektifitas terapi oksigen, amati
tanda- tanda hipoventialsi induksi oksigen, konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai
penggunaan oksigen tambahan selama kegiatan dan atau tidur, monitor tekanan darah, nadi,
suhu dan status pernafasan dengan tepat, monitor tekanan darah saat pasien berbaring, duduk
dan berdiri sebelum dan setelah perubahan posisi, monitor dan laporkan tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermia, monitor keberadaan nadi dan kualitas nadi, monitor irama dan
tekanan jantung, monitor suara paru-paru, monitor warna kulit, suhu dan kelembaban,
identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital.
Daftar Pustaka
https://amp.kompas.com/health/read/2020/12/15/100600868/dyspnea-sesak-napas-gejala-
penyebab-dan-cara-mengobati
http://ojs.poltekkes-medan.ac.id/pannmed/article/view/1031
https://repository.unair.ac.id/78012/2/TKP%2072_18%20San%20p.pdf
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI_SINTYA_TINELA_PUTRI_PDF.pdf
https://ners.unair.ac.id/site/lihat/read/627/tatalaksana-sesak-napasa