Anda di halaman 1dari 7

TEORI PERKEMBANGAN SOSIOKULTURAL MENURUT LEV

VYGOTSKY

OLEH

1. MERLINA MBARI (11121016)


2. PLAUDIUS JANUARI WAGO (11121002)
3. FILISIANUS JUNASIUS MOMAN (11121029)
4. JIMMY PAUL LOWO LAGA (11117044)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG

2022-2023
A. TEORI PERKEMBANGAN SOSIOKULTURAL MENURUT LEV VYGOTSKY
Terdapat banyak teori perkembangan tentang pertumbuhan kognisi manusia. Satu
di antaranya ialah pendekatan dari seorang ahli psikologi bernama Lev Vygotsky (1896-
1934). Ia secara khusus menekankan pada pentingnya pola sosiokultural di mana individu
menjadi salah satu unsurnya – maksudnya ineraksi sosial memainkan peran fundamental
dalam perkembangan kognisi manusia itu sendiri. Artinya bahwa selain faktor genetika
dan lingkungan, perkembangan juga dipengaruhi oleh campuran kekuatan sosial yang
mengitari individu. Vygostky percaya bahwa setiap fungsi dalam perkembangan kultural
anak berlangsung dua kali: pertama, di tingkat sosial, yakni antara orang-orang
(interpsikologis) dan dalam diri anak itu sendiri (intrapsikologis).

A. BASIS TEORI VYGOSTSKY


Vygotsky lahir di Rusia Barat pada 1896. Ia lulus dari Universitas Moscow
dengan gelar di bidang ilmu hukum, tetapi ia lebih tertarik dengan psikologi. Karya
pokoknya yang pertama ialah disertasi doktoralnya, The Psychology of Art, yang terbit
pada 1925. Ia berada dalam tekanan besar untuk menyesuaikan teori-teori awalnya
dengan ideology Marxis, yang berlaku di Rusia kala itu – karena itulah pembahasan
dalam karyanya acapkali dibingkai dengan kerangka politik Marxis.
Pendekatan Vygotsky dikenal sebagai teori sosiokultural, di mana ia berpendapat
bahwa interaksi sosial mempengaruhi perubahan pemikiran anak (dan selanjutkan
perilaku mereka), dan karena perilaku berakar pada konteks sosial di mana perilaku itu
berlangsung, maka perbedaan pemikiran maupun perilaku akan sangat bergantung pada
perbedaan kultural di mana semua itu terjadi. Teori Vygotsky ini juga kerap disebut
sebagai teori kultural-historis atau sosiohistoris.
Terdapat empat ide pokok yang menjadi dasar teori Vygostsky, yakni pertama,
anak-anak membangun pengetahuan mereka sendiri. Artinya anak-anak adalah peserta
aktif yang membentuk keinginan dan kebutuhan mereka sendiri, membentuk jenis, tipe,
dan kualitas pengetahuan yang mereka perlukan untuk melangsungkan keberadaan
mereka sehari-hari. Kedua, perkembangan tidak bisa dipisahkan dari konteks sosialnya.
Artinya bahwa proses perkembangan bersandar pada pematangan dan efek-efek
lingkungan, dan proses yang dimaksudkan itu selalu terjadi dalam konteks sosial tertentu.

2
Ketiga, pembelajaran bisa mengarahkan perkembangan. Artinya dengan memberikan
tugas tertentu kepada anak, maka kita telah membimbing anak ke arah tingkatan
perkembangan yang lebih kompleks. Keempat, bahasa memainkan peranan sentral
dalam perkembangan mental. Artinya bahasa adalah sarana kultural yang memungkinkan
pikiran anak untuk tumbuh dan bertambah luas.

B. ZONA PERKEMBANGAN PROKSIMAL:


1. Apa Artinya dan Bagaimana Cara Kerjanya
Dalam teorinya, Vygotsky beranggapan bahwa potensi perkembangan
terbatas pada ‘jarak antara tingkat perkembangan aktual yang berupa pemecahan
masalah secara mandiri dan tingkatan perkembangan potensial yang berupa
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau bekerja sama dengan
teman sebayanya yang mampu’. Jarak ini kemudian dikenal dengan istilah zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development) atau ZPD.
ZDP adalah ‘tempat’ di mana anak dan guru beraksi ketika tiba saatnya
untuk meningkatkan keahlian kognitif anak. Anak harus mampu memaksimal
perkembangan dan pembelajarannya, dengan tugas-tugas yang cukup baru
sehingga anak tidak merasa bosan, namun juga tidak terlalu baru atau menantang
karena hal tersebut bisa memicu anak menjadi frustasi.

APA YANG HARUS DIKETAHUI OLEH ANAK

ZONA PERKEMBANGAN PROKSIMAL

APA YANG TELAH DIKETAHUI OLEH ANAK

Gambar: Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development)

3
2. Urutan-Urutan Perkembangan
Menurut Vygotsky, tahapan perkembangan yang pertama ialah tahapan
primitif atau natural (natural atau primitive stage) yang berlangsung sejak anak
lahir hingga berusia sekitar 2 tahun. Pada tahapan ini, anak menggunakan
pembicaraan hampir sepenuhnya untuk alasan sosial, dan sama sekali tidak
memiliki arti bagi perkembangan intelektualnya. Misalnya ditandai dengan
gumaman, ucapan yang tidak jelas, dan senyuman sosial.
Pada tahapan kedua, yakni sekitar usia 2 sampai dengan 7 tahun, anak
mulai memperlihatkan kondisi psikologi naif (naïve psychology). Pada tahapan
ini, bahasa bukan merupakan bagian dari proses pemikiran anak, karena masih
bersifat simbolik, merepresentasikan benda-benda dan tidak selalu ide-ide, dan
anak belum mampu merekayasa ide-ide.
Tahapan selanjutnya berlangsung pada sekitar usia 7 sampai dengan 12
tahun. Tahapan ini dikenal sebagai tahapan tanda-tanda eksternal (external signs),
di mana anak menggunakan pembicaraan egosentris (egocentric speech). Pada
tahapan ini juga bahasa mulai mempengaruhi pikiran anak-anak, dan pada
gilirannya, pikiran anak pun akan mulai mempengaruhi bahasa.
Tahapan keempat berlangsung sekitar usia 12 tahun dan seterusnya.
Tahapan ini disebut sebagai tahapan pertumbuhan internal, di mana bahasa
berkembang dalam keadaannya yang paling pesat, individu menggunakan simbol-
simbol secara matang untuk memikirkan dunia. Pada tahapan ini, pembicaraan
internal mempengaruhi pembicaraan eksternal, dan sebaliknya.

C. PENERAPAN PENDEKATAN VYGOTSKY DI BIDANG PENDIDIKAN


Terdapat beberapa praktik pendidikan fundamental yang lahir dari sudut pandang
teoritis Vygotsky mengenai pembelajaran dan perkembangan anak, di antaranya ialah:
1. Perancahan (Scaffolding)
Istilah ini diartikan sebagai teknik-teknik yang digunakan oleh pendidik
untuk membangun jembatan antara apa yang sudah diketahui oleh anak dan apa
yang harus diketahui olehnya (atau apa yang tengah diajarkan). Pencarahan

4
berfungsi sebagai struktur penopang yang menghubungkan antara keadaan anak
yang sudah tahu dengan keadaan anak yang lebih banyak tahu. Di sepanjang
proses ini, pendidik harus memastikan bahwa zona perkembangan proksimal anak
dan perancahan yang disediakan oleh pendidik selalu sejalan satu dengan yang
lainnya.
2. Kerja Sama dengan Teman Sebaya
Pengaruh teman sebaya tidak sekadar berdampak pada lingkup sosial,
tetapi juga tidak kalah pentingnya dalam arena kognitif. Vygotsky melihat
pentingnya kerja sama dengan teman sebaya, di mana pendidik mendorong agar
anak-anak yang ‘tidak tahu’ atau ‘harus tahu’ bekerja sama dengan teman
sebayanya yang ‘tahu’. Teman-teman sebaya yang tahu itu bisa memberikan
perancah yang diperlukan sampai anak yang ‘harus tahu’ itu mempelajari apa
yang harus diketahuinya.
3. Pengajaran Timbal Balik
Konsep ini menegaskan pentingnya pembelajaran yang berlangsung dua
arah (dari guru ke murid dan sebaliknya), yang didasarkan pada penekanan akan
pentingnya peran sosial dalam belajar.

D. VYGOSTSKY DI DUNIA NYATA


Berikut ini beberapa penerapan teori Vygotsky di dunia pendidikan nyata,
khususnya yang berfokus pada bidang matematika dan bahasa
1. Program Tools Of The Mind
Ialah program pengajaran cara membaca dan menulis. Ciri khasnya adalah
menggunakan serangakaian teknik pengajaran yang dirancang untuk mendorong
anak-anak agar menjadi pelaku pembelajaran yang bisa mengatur dan
mengarahkan dirinya sendiri. Teknik-teknik yang diterapkan dalam program ini
mencakup perancahan, penetapan tujuan belajar, dan rancangan pembelajaran di
ruang kelas.
a) Tujuan Belajar

Salah satu cara merumuskan tujuan bagi para murid yang sejalan
dengan pendekatan Vygotsky ialah melalui kerja sama antara guru dan

5
murid. Guru dan murid memutuskan keahlian atau perilaku apa yang perlu
diusahakan dan kemudian mencatat tujuan itu dengan cara tertentu
sehingga kemajuan murid bisa dipantau sepanjang periode waktu tertentu.
Guru dan murid juga mengembangkan serangkaian petunjuk untuk
mencapai tujuan itu sehingga keduanya bisa sama-sama mengetahui apa
yang dikehendaki oleh kedua belah pihak. Kunci dalam menetapkan
tujuan belajar yakni tujuan itu harus terjangkau oleh kemampuan anak,
tetapi juga tidak terlalu mudah karena anak menjadi tidak
mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan itu.

b) Menu Atau Rancangan Pembelajaran Di Kelas


Para pendidik menggunakan rancangan atau menu ruang kelas agar
murid memiliki sarana yang dibutuhkan untuk merancang, memantau, dan
mengevaluasi kemampuan mereka sendiri, dengan tujuan akhir agar
mereka bisa beralih dari pemantauan oleh guru menjadi pemantauan oleh
diri sendiri.
2. Matematika Vygotskyan Di Susquehanna, New York
Contoh lain penerapan pendekatan Vygotsky ialah proyek pendidikan
yang dipimpin oleh Jean Schmittau, seorang asisten professor di State University
of New York di Bimhangton. Ia pergi ke Rusia dan mengamati kelas matematika,
dan mendapati bahwa murid-murid di Rusia diajari tentang bagaimana cara
belajar, bukan semata diajari materi apa yang harus mereka pelajari. Ia kemudian
mengadaptasi teknik-teknik tersebut dan menerapkannya di Susquehanna, New
York. Proyek ini masih berlangsung hingga saat ini dan membuktikan bahwa
matematika menjadi mata pelajaran yang bisa dikuasai oleh para murid yang
lemah kemampuannya di bidang matematika.

E. PERBANDINGAN ANTARA VYGOTSKY DAN PIAGET


Bagi Vygotsky dan Piaget, pemikiran dan bahasa memainkan peranan yang
penting dalam perkembangan kognisi individu. Barangkali perbedaan yang paling
menonjol di antara keduanya ialah bahwa Piaget menyakini bahwa anak adalah sumber
terpenting kognisi (dan perkembangan), sementara Vygotsky meyakini bahwa kekuatan

6
utama dalam perkembangan kemampuan berpikir anak adalah lingkungan sosial dan
kultural anak. Piaget meyakini bahwa perluasan ide-ide anak berawal dari anak menuju
dunia; sedangkan Vygotsky bahwa anak adalah bagian dari dunia, dan bahwa ide-ide
muncul dan berkembang sebagai proses dialektika. Piaget juga berpandangan bahwa
perkembangan berasal dari proses natural, sementara Vygotsky melihat proses itu bersifat
sosial, historis, dan kultural. Piaget mendasarkan diri pada urutan-urutan perkembangan
mental. Dan Vygotsky mendasarkan diri pada pola-pola teratur dan tanpa akhir yang
terdapat pada kultur anak.

Anda mungkin juga menyukai