DISUSUN OLEH :
NAMA : HILMA RENWARIN
NIM : 183145105104
CI LAHAN CI INSTITUSI
Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS
A. Definisi
Systemic Lupus Erythematosus, atau biasa disingkat SLE adalah salah satu
jenis penyakit lupus yang menyebabkan peradangan di hampir seluruh organ
tubuh, seperti sendi, kulit, paru-paru, jantung, pembuluh darah, ginjal, sistem
saraf, dan sel-sel darah. SLE adalah jenis lupus yang paling sering dialami orang.
SLE dapat terjadi dalam tahap tingan hingga mengancam nyawa. Penyakit tersebut
harus dirawat oleh dokter atau tim dokter yang punya keahlian khusus menangani
pasien dengan kondisi tersebut
B. Etiologi
Apa saja tanda-tanda dan gejala systemic lupus erythematosus (SLE)? Pada
dasarnya gejala penyakit lupus dapat berbeda-beda pada setiap orang
tergantung usia, keparahan penyakit, riwayat medis, serta kondisi pasien
secara menyeluruh. Selain itu, gejala penyakit lupus juga biasanya dapat
berubah-ubah setiap waktu. Namun, ada beberapa tanda dan gejala khas dari
penyakit lupus yang mungkin bisa Anda amati dan waspadai. Berikut
beberapa tanda dan gejala khas SLE adalah: Lemas, lesu, dan tidak bertenaga
Nyeri sendi dan bengkak atau kekakuan, biasanya di tangan, pergelangan
tangan dan lutut Memiliki bintil merah pada bagian tubuh yang sering terkena
matahari, seperti wajah (pipi dan hidung) Fenomena Raynaud membuat jari
berubah warna dan menjadi terasa sakit ketika terkena dingin Sakit kepala
Rambut rontok Pleurisy (radang selaput paru-paru), yang dapat membuat
bernapas terasa menyakitkan, disertai sesak napas Bila ginjal terkena dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi dan gagal ginjal Gejala SLE yang
disebutkan di atas mungkin terlihat mirip dengan berbagai gejala dari penyakit
lain. Oleh karena itu, bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala
tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
D. Patofisiologi
Autoantibodi yang diproduksi oleh sel plasma akan beredar dalam darah dan
mulai menyerang antigen tubuh penderita. Autoantibodi yang menangkap
antigen yang beredar dalam darah, hasil apopotsis, juga akan membentuk
kompleks antigen-antobodi. Autoantibodi ini akan mengaktivasi sistem
inflamasi sehingga kemudian akan menyebabkan kerusakan organ yang
ditagetkannya.
Kerusakan organ dan sel yang terjadi akan semakin menambah dilepaskannya
antigen ke dalam darah. Antigen yang beredar ini akan menginduksi sel B
memori dan kemudian dengan cepat membelah dan membentuk lebih banyak
sel plasma. Sel plasma ini kemudian akan memproduksi lebih banyak lagi
autoantibodi sehingga reaksi peradangan dan gejala SLE semakin berat.
E. Pemeriksaan Diagnostis
Tes laboratorium meliputi laju endapan darah (ESR), jumlah sel darah
lengkap (CBC), antibodi antinuclear (ANA) dan urin.
Jika hasil tes ANA Anda positif, dokter mungkin akan menyarankan Anda
melakukan tes antibodi yang lebih spesifik.
Dokter mungkin juga akan melakukan tes anti DNA yang lebih spesifik untuk
mengetahui perkembangan LES yang dialami pasien. Dokter mungkin juga
akan menyarankan pasiennya melakukan konsultasi ke rheumatologist
(spesialis sendi) untuk diagnosis lebih lanjut.
Anda mungkin juga akan diminta melakukan pemeriksaan lain agar dokter
dapat mempelajari kondisi Anda. Pemeriksaan itu antara lain:
F. Penatalaksaan
Kortikosteroid
Azathioprin (AZA) : 1-3 mg/kg/hari per oral, dihentikan bila tidak ada
respon dalam 6 bulan
Tata laksana pasien dengan SLE bergantung pada derajat keparahan penyakit
yang dibagi menjadi:
Ringan
Secara klinis tenang, tidak ada keterlibatan organ yang mengancam nyawa,
fungsi organ normal atau stabil. Misalnya SLE dengan manifestasi kulit dan
artritis
Sedang
Manifestasi klinis yang lebih serius yang bila tidak ditangani dapat
menyebabkan kerusakan jaringan kronis. Misalnya bila ditemukan nefritis
ringan hingga sedang, trombositopenia, dan serositis.
Berat
G. Komplikasi
1. Ginjal
2. System saraf
3. Penggumpalan darah
4. Kardiovaskuler
Peradangan berbagai bagian jantung seperti pericarditis, endocarditis
maupun miokarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat
keadaan tersebut.
5. Paru – paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis ( peradangan selaput paru ) dan efusi
pleura ( penimbunan cairan antar paru dan pembungkusnya ).akibat dari
keadaan tersebut timbul nyeri dada dan sesak napas
7. Kulit
Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu ditulang pipi dan pangkal
hidung, ruam ini biasanya akan semakin.
H. Patway
Pola nafas
Decrease tidak efektif
d cardiac
output
Keletihan
I. Proses keperawatan
Pengkajian
a) Identitas pasien
Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul pada klien Cholelithiasis dan mengalami
pembedahan adalah :
DIAGNOSA
INTERVENSI
a. Albumin serum
b. Prealbumin serum
c. Hematokrit
d. Hemoglobin
e. Total iron binding capacity
f. Jumlah limfosit
Activity tolerance
Energy conservationc
Nutritional status energy
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kelelahan
pasien teratasi dengan kriteria hasil :
a. Kemampuan aktivitas adekuat
b. Mempertahankan nutria adekuat
c. Keseimbangan aktivitas dan istirahat
d. Menggunakan teknik energy konservasi
e. Mempertahankan interaksi social
f. Mengidentifikasi faktor fisik dan psikologis yang menyebabkan
kelelahan
g. Mempertahankan kemampuan untuk konsentrasi
a. Tinjau ulang proses penyakit dan apa yang menjadi harapan di masa
depan
b. Tinjau ulang cara penularan penyakit.
c. Dorong aktivitas/latihan pada tingkat yang dapat di toleransi pasien.
d. Tekankan perlunya melanjutkan perawatan kesehatan dan evaluasi
e. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis, rumah sakit/pusat
perawatan tempattinggal.
Intervensi :
Intervensi :
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam
dengan kriteria hasil :
istirahat dan aktifitas klien seimbang
klien mengetahui keterbatasan energinya
persendian energi klien cukup untukberaktifitas
intervensi :
tentukan penyebab intoleransi aktifitas
berikan periode istiraha saat beraktifitas
monitor dan catat kemampuan untuk mentolerasi aktifitas
kolaborasi dengan fisioterapi untuk peningkatan level aktifitas
anjurkan klien untuk meningkatkan relaksasi
DAFTAR PUSTAKA