Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN THYPOID

A. Definisi

Typhus abdominalis /demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7hari, gangguan pada
saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 –
13tahun (70% - 80%), pada usia 30 - 40tahun ( 10%-20% ) dan juga diatas usia pada
anak 12-13 ahun sebanyak (5%-10%) (Mansjoer, 2016).
Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satuminggu, gangguan pada pencernaan dan juga gangguan kesadaran (Price Sylvia A,
2012).
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi olehfeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Bruner
& Suddarth, 2015).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya demam tifoid adalah bakteri Salmonella Typhi, kuman
salmonella typhi berbentuk batang, gram negative, tidak berspora, berkapsul tumbuh baik
di suhu 37OC. Manusia merupakan satu satunya natural reservoir. Kontak langsung atau
tidak langsung dengan individu yang terinfeksi merupakan hal penting terjadinya infeksi
(Ardiyansyah, 2012).
C. Klasifikasi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi
dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien
dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang
self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak
berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial (Nurarif & Kusuma,
2015).
D. Patofisiologi

Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masuk kedalam


tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH<2) banyak
bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan
antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompaproton /antasida dalam jumlah
besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus
halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan juga kemudian menginvasi
mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-selM,
selepitel khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi
Salmonellatyphi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran kekelenjar
limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai kejaringan RES di
organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit
mononuklear didalam folikel limfe, kelenjarlimfe mesenterika, hati dan limfe (Sudoyo
Aw, et al, 2009).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan
oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka Salmonella yphi akan
keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akantetapi tempat yang
disukai oeh Salmonellatyphi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung
empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik
secara langsung dari darah/ penyebaran retrograd dari empedu.

Ekskresi organisme diempedu dapat menginvasi ulang dinding usus /dikeluarkan


melalui tinja. Peran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidakjelas, hal tersebut
terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui
pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari Salmonellatyphi menstimulasi makrofag di
dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan juga kelenjar limfe
mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah
yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak stabil, demam,
depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan jugamenstimulasi sistem
imunologik (Sudoyo Aw, et al, 2009).
E. Manifestasi Klinik
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas
10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika
melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari
Titik, 2016)
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan
suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai
nyeri dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi
supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Gejala yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam
kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan
pula trakikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada minggu kedua setelah suhu
badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.
F. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma uremia
hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia (Lestari Titik, 2016).
G. Pencegahan
Strategi pencegahan yang dipakai adalah untuk selalu menyediakan makanan dan
minuman yang tidak terkontaminasi, higiene perorangan terutama menyangkut
kebersihan tangan dan lingkungan, sanitasi yang baik, dan tersedianya air bersih
seharihari. Strategi pencegahan ini menjadi penting seiring dengan munculnya kasus
resistensi. Selain strategi di atas, dikembangkan pula vaksinasi terutama untuk para
pendatang dari negara maju ke daerah yang endemik demam tifoid (Sudoyo Aw, et al,
2009)
H. Penatalaksanaan
Berdasarkan Lestari Titik (2016), penatalaksanaan pada demam typhoid yaitu:
1. Perawatan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
e. selama 7 hari.
3. Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu
penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti
ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering
digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-negara barat. Obat-obatan
antibiotik adalah:
a. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat kontra indikasi
pemberian kloramfenikol, diberikan ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam3-4 kali. Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama
21 hari.
b. Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali.
Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
c. Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.
d. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 m/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena selama 5-7
hari.
e. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai
sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak terawat.
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi
nerologik menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kgBB,
intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1
mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian. Tatalaksanaan bedah
dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus .
3. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri salmonella
typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum
penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita
membuatantibody (agglutinin).
4. Kultur
a. Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
b. Kultur urine : bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typhi igM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella
typhi, karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya demam (Nurarif &
Kusuma, 2015).

Pathway
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian menurut Nursalam & Utami (2008), yaitu:
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurangbersemangat serta
nafsu makan berkurang (terutama selama masainkubasi).
3. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris
remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik tiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat
lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam
keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.
4. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam, yaitu apatis
sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah(kecuali bila penyakitnya
berat dan terlambat mendapatkanpengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut
mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak terdapat reseola,
yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang
ditemukan dalam minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukanpula
bradikardi dan epitaksis pada anak besar.
5. Pemeriksaan fisik
1) Mulut
Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden), lidah tertutup selaput putih, sementara ujung dan tepinya bewarna
kemerahan, dan jarang disertai tremor
2) Abdomen
Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), bisa terjadi konstipasi
atau mungkin diare atau normal
3) Hati dan Limfe
Membesar disertai nyeri pada perabaan
6. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pada pameriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis, relatif
pada permukaan sakit
2) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal
3) Biakan empedu hasil salmonella typhi dapat ditemukan dalam darah pasien pada
minggu pertama sakit, selanjutnya lebih sering ditemukan dalam feces dan urine
7. Pemeriksaan widal
Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap
antigen 0, titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif.
B. Diagnosa.
Diagnosa yang biasanya muncul pada demam tifoid, yaitu : (SDKI, 2017)
a. Hipertermia
b. Nyeri akut
c. Intoleransi aktivitas
d. Resiko deficit nutrisi
C. Intervensi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosis Tujuan dan kriteri hasil Intervensi Rasional
(SDKI, 2017) (SLKI, 2019) (SIKI, 2018)
Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
Tindakan keperawatan Observasi:
selama 3x24 jam, maka  Monitor suhu tubuh Untuk mengetahui suhu
diharapkan suhu tubuh  Monitor komplikasi akibat tubuh pasien
membaik dengan kriteria: hipertermia
a. Mengigil menurun Terapeutik
b. Suhu tubuh membaik  Berikan cairan oral  Untuk mencegah
dehidrasi
 Lakukan pendinginan eksternal
 Untuk membantu
(kompres hangat) menurunkan demam
Edukasi Agar pasien dapat
Anjurkan tirah baring beristirahat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan  Untuk mencegah
elektrolit intravena dehidrasi
 Kolaborasi pemberian obat  Untuk menurunkan
antipiretik demam pasien
Nyeri Akut Setelah dilakukan Observasi Mengetahui tingkat
Tindakan keperawatan  Identifikasi lokasi karakteristik, nyeri
selama 3x24 jam, maka : durasi, frekuensi, kualitas,
a. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
b. Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
c. Gelisah menurun  Identifikasi respon nyeri
Mengurangi nyeri tanpa
Terapeutik
Tindakan invasive
 Berikan Teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri
Edukasi
Mengerti tentang
 Jelaskan penyebab, periode, dan
penyakitnya
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesic
Intoleransi Setelah diberikan tindakan Manajemen energy
aktivitas keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam, maka diharapkan  Identifikasi gangguan fungsi  Untuk mengetahui
kemampuan aktivitas tubuh yang mengakibatkan tingkat kelemahan
meningkat, dengan kriteria kelelahan pada pasien.
hasil:
 Monitor kelelahan fisik
 Perasaan lemah  Untuk membantu
Terapeutik
menurun fasilitasi duduk di sisi tempat tidur mobilisasi bertahap
 Keluhan lelah menurun pada klien
Edukasi
Anjurkan tirah baring  Mengurangi tingkat
kelelahan klien

Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang  Membantu
cara meningkatkan asupan makanan mencukupi asuhan
nutrisi klien agar
energy klien dapat
bertambah

Resiko deficit Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


nutrisi keperawatan selama 3 x 24 Observasi  Untuk mengetahui
jam diharapkan asuhan  Identifikasi status nutrisi pola makan klien
nutrisi klien meningkat,  Identifikasi makanan yang
dengan kriteria : disukai
 Frekuensi makan  Monitor asupan makan
membaik  Monitor berat badan
 Nafsu makan membaik  Untuk membantu
Terapeutik
 Fasilitasi menentukan pedoman memenuhi
diet kebutuhan nutrisi
 Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein pada tubuh klien

Edukasi  Untuk membantu


 Ajarkan diet yang di programkan pemuliham

Kolaborasi
 Agar jumlah serta
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori gizi yang diperlukan
dan jenis nutrient yang sesuai dengan
dibutuhkan kebutuhan
Daftar Pustaka

Ardiyansyah, m. (2012). Medikal Bedah. Jakarta: diva press.

Bruner, & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Volume 2).
Jakarta: EGC.

Lestari Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha Medika.

Mansjoer, A. (2016). Kapita Selekta Kedokteran (1st ed.). UI: Media.

Nurarif .A.H, & Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Nursalam, & Utami. (2008). Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak ( Untuk
Perawatan dan Anak). Jakarta: Salemba Medika.

Price Sylvia A, W. L. M. (2012). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Shihab, M. Q. (2009). Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Unuver Indonesia.

SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Sudoyo Aw, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, S. S. (2009). Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai