Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

THYPOID FEVER di RAWAT INAP KENCONO WUNGU


RSU Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
KOTA MOJOKERTO

Disusun oleh :
STENLY ANDRIAN TEURUPUN
202103145

PROGAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
TAHUN AJARAN
2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN
THYPOID FEVER
1. PENGERTIAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Definisi lain dari demam
tifoid atau Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasaya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.
Demam tifoid disebarkan melalui jalur fekal-oral dan hanya
menginfeksi manusia yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri Salmonella typhi. Ada dua sumber penularan
Salmonella typhi, yaitu penderita demam tifoid dan karier. Seseorang yang
karier adalah orang yang pernah menderita demam tifoid dan terus membawa
penyakit ini untuk beberapa waktu atau selamanya (Nadyah, 2014)
2. Etiologi
Demam tifoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan
Salmonella yaitu Salmonella thypi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S
paratyphi C. Bakteri tersebut memasuki tubuh penderita melalui saluran
pencernaan (Inawati, 2009). Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia
yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit tersebut, baik
ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan. Pada masa
penyembuhan, penderita masih mengandung Salmonella spp di dalam
kandung empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5 persen penderita demam
tifoid kelak akan menjadi karier sementara, sedangkan 2 persen yang lain
akan menjadi karier yang menahun. Sebagian besar dari karier tersebut
merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk
urinary type.
3. Patofisiologi
Penularan salmonella thipy dapat ditularkan melalui berbagai cara yang
dikenal dengan 5f, yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku),
Fomitus(muntah), Fly(alat), Feses.
Feses dan muntah pada penderita thypoid dapat menularkan kuman salmonella
thipy kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara
lalat, dimana lalat akan hinggap di makanan yang akan dikonsumsi oleh orang
yang sehat. Apabila orang tesebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya
seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi
masuk ke tubuh orang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke usus
hakus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Didalam jaringan limpoid
ini kuman berkembangbiak, lalu masuk limpa ,usus halus dan kandung
empedu. Penyebab utama pada demam tyipoid adalah Salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetisdan pelepasan zat pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang meradang.
1 PATWAY
4. Manifestasi klinis
1. Masa Inkubasi Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun
pada umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan
gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
1. anoreksia
2. rasa malas
3. sakit kepala bagian depan
4. nyeri otot
5. lidah kotor
6. gangguan perut (perut kembung dan sakit)
2. Gejala Khas
1. Minggu Pertama
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu
pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti
demam tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc,
sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk,
dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan
semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung
dan merasa tak enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti.
Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering terjadi. Khas lidah
pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta
bergetar atau tremor.
2. Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat
setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian
meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu, pada minggu
kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi
(demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada
pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita.
Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan
suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan
suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan
keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan
pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah
mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun,
sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang
berwarna gelap akibat terjadi perdarahan.
3. Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir
minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati.
Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan
temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini
komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi,
akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin
memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-
tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus,
inkontinensia alvi dan inkontinensia urin.
4. Minggu Keempat
Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan untuk demam
tifoid.

5. Komplikasi
a. Komplikasi instetinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra instetinal
1) Komplikasi darah : anemia hemolitik,trombositopenia,dan syndroma
uremia hemolitik
2) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis
3) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesititis
4) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis
6. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam thipoid adalah cuci
tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau menyiapkan
makanan , hindari minum susu mentah(yang belum dipsteruisasi), hindari
minum air mentah, rebus air sampai mendidih,dan hindari makanan pedas
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan leukosit
b. pemeriksaan SGOT dan SGPT
c. Pemeriksaan serologi yang masih dikerjakan pada pasien yang dirawat
dengan demam typhoid di Rumah Sakit adalah tes Widal. Nilai diagnostik
tes Widal adalah melihat adanya kenaikan titer antibodi yang bermakna
dalam darah terhadap antigen O (somatik) dan/atau antigen H (flagellar)
Salmonella enterica serotype typhi pada 2 kali pengambilan spesimen
serum dengan interval waktu 10-14 hari.Interpretasi hasil tes widal yaitu
terjadinya aglutinasi menandakan tes Widal positif dan jika reaksi positif
diobservasi dalam 20ul sampel tes, hal ini mengindikasikan adanya level
klinis yang signifikan dari respon antibodi pada serum pasien. Tidak
terjadinya aglutinasi menandakan hasil tes Widal negatif dan
mengindikasikan tidak adanya level klinis yang signifikan dari respon
antibody (Wardana, 2014)
8. Penatalaksanaan (Inawati, 2009)
1. Tirah baring absolut minimal 7-14 hari sampai bebas demam
2. Terapi suportif misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi
gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan
oleh tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam.
3. Diet yang sesuai ,cukup kalori tinggi protein
4. Pada penderita akut di beru bubur saring
5. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
6. Obat
- Kloramfenikol
- Tiamfenikol
- Ko-trimoksazol
- Ampisilin dan Amoksisilin
- Sefalosporin
- Fluorokinolon
- Furazolidon
9. LAPORAN PERKEMBANGAN

Perkembangan ialah perubahan yang terjadi selama proses


pertumbuhan menuju keadaan yang lebih dewasa dibanding sebelumnya
sehingga terbentuk organ-organ atau sel-sel yang memiliki fungsi dan
struktur yang berbeda pula. Dengan kata lain perkembangan adalah suatu
gejala perubahan dalam fungsi dari organ-organ yang telah mengalami
pertumbuhan tersebut. Pada aspek ini lebih ditekankan pada perubahan
fungsi atau psikis yang lebih kompleks sehingga pada perkembangan ini
tidak dapat diukur dengan mudah tetapi hanya bisa dilihat gejala
perubahannya. Jadi proses perkembangan ini berjalanseiring dengan
terjadinya pertumbuhan pada makhluk hidup.

1. Factor yang mempengaruhi


a. AliranNativisme
Menurut aliran ini perkembangan organisme ditentukan
oleh faktor pembawaan (nativus). Aliran ini mengemukakan bahwa
manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan
baik karena berasal dari keturunan orang tuanya maupun karena
memang ditakdirkan demikian. Jika individu pembawaannya baik,
maka akan baik pula individu tersebut begitu juga sebaliknya.
Menurut aliran ini, pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa
berkembang dengan sendirinya.
b. AliranEmpirisme
Aliran ini mengembangkan teori “tabula rasa”. Yakni
manusia bagaikan “tabula rasa”, yakni meja lilin yang putih bersih
belum tergoreskan apapun. Mau dijadikan gambar gambar apa saja
meja lilin tersebut terserah pelukisnya. Meja lilin di sini
diibaratkan sebagai bayi yang baru lahir yang akan berkembang,
sedangkan pelukis adalah lingkungan yang akan membentuk jadi
apapun anak yang baru lahir ini. Dengan kata lain, aliran
empirisme sangat yakin bahwa perkembangan organisme
ditentukan oleh lingkungan. Bahkan J. B. Watson, yang terkenal
sebagai behaviorist dari Amerikat Serikat, pernah sesumbar “Beri
aku bayi, lalu mintalah kepada ku mau dijadikan apa pun bayi itu.
Mau dijadikan dokter, lawyer, guru, bahkan dijadikan criminal.
Mintalah kepadaku”.
c. AliranKonvergensi
Factor pembawaan maupun faktor lingkungan sama penting
bagi perkembangan organism. Dengan kata lain Aliran ini
mempercayai bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan
manusia tidak hanya berasal dari lingkungan (pengalaman) saja
atau pembawaan saja, tapi dipengaruhi oleh keduanya.
10. Aspek Perkembangan

1. Perkembangan fisik

Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan


Thompson (Hurlock, 2004) mengemukakan bahwa perkembangan
fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) Sistem syaraf, yang
sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2)
Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan
kemampuan motorik; (3) Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan
munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja
berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan,
yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) Struktur
Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, danproporsi.
2. Perkembangananatomi
Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan
kuantitatif pada struktur tulang belulang. Indeks tinggi dan berat
badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan badan
badan secara keseluruhan.

3. Perkembanganfisiologi
Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-
perubahan secara kuantitatif, kualitatif dan fungsional dari sistem-
sistem kerja hayati seperti konstraksi otot, peredaran darah dan
pernafasan, persyaratan, sekresi kelenjcar dan pencernaan. Salah satu
aspek penting dalam perkembangan fisiologi manusia adalah terkait
dengan perkembangan otak manusia. Otak mempunyai pengaruh
yang sangat kuat dalam menentukan perkembangan aspek-aspek
perkembangan yang lainnya. pertumbuhan otak yang sehat (mormal)
akan mempengaruhi perkembangan secara postif terkait kemampuan
motorik, intelektual, emosional, sosial, moral, maupun kepribadian.
Harlock juga mencatat beberapa alasan mengenai kemampuan
motorik yang berpengaruh bagi konstelasi perkembangan individu :

a. Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya


dan memperoleh perasaansenang.
b. Melalui keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi
tidak berdaya kekondisi independence (bebas tidakbergantung).
c. Melalui keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan sekolah atau yang lebihbesar.
d. Melalui keterampilan motorik yang normal memungkinkan
anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebaya.
e. Perkembangan keterampilan motorik sangat pentingbagi
perkembangan self-consept ataukepribadian.
4. Perkembangan kognitif

Tahap PerkembanganKognitif :

1. Tahapan sensorikmotoric
tahap sensorimotor ada pada usia antara 0-2 tahun, mulai
pada masa bayi ketika ia menggunakan pengindraan dan aktivitas
motorik dalam mengenal lingkungannya. Pada masa ini biasanya
bayi keberadaannya masih terikat kepada orang lain bahkan tidak
berdaya, akan tetapi alat-alat inderanya sudah dapat berfungsi.
2. Tahapanpraoperasional
Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur
melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari
tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika
tidak memadai. Menurut Piaget, tahapan pra-operasional
mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua
sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya.
3. Tahapan operasionalkonkrit
Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya
perubahan positif ciri-ciri negatif tahap preoprasional, seperti
dalam cara berfikir egosentris pada tahap operasional konkrit
menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi yang benar, artinya
anak mampu memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara
serempak dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi itu satu
sama lain. Dalam hal ini dapat dicontohkan anak sudah dapat
membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka
miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi & mengubah.
Operasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah
secaralogis.
4. Tahapan Operasional Formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir


perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai
dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus
berlanjut sampai usia dewasa. Karakteristik tahap ini
adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secaraabstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal
seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu
hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-
abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul
saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya),
menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif,
penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan
sosial
11. Aspek Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi merupakan segal sesuatu yang terkait dengan
pengalaman afektif yang menyertai individu. Dalam aplikasinya pada
perkembangan dan pertumbuhan perubahan emosi yang ada pada setiap
individu selalu diikuti pula dengan perubahan fisik serta kematangan yang
ada. Pendapat ini diperkuat dengan apa yang oleh Sunarto & Hartono (2002)
jelaskan bahwa Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh
perubahan-perubahan fisik.
Sunarto & Hartono (2002) menjelaskan beberapa ciri emosi dalam
mempengaruhi bentuk-bentuk perubahan fisik yang ditandai dengan aktifitas
sebagai berikut :
1. Reaksi Elektris pada kulit : meningkat bilaterpesona.
2. Peredaran darah : bertambah cepat apabilamarah.
3. Denyut jantung : semakin cepat bilaterkejut.
4. Pernapasan : bernapas panjan jikakecewa.
5. Pupil mata : membesar bilamarah.
6. Liur : mengereng saat takut atautegang.
7. Bulu norma : berdiri kalautakut.
8. Pencernaan : mencret atau bermasalah saattegang.
9. Otot : mengeras atau menegang saat takut atauketegangan.
10. Komposisi darah : komposisi darah akan berubah
saat emosi berubah diakibatkan kelenjar-kelanjar
yang lebih aktif.
Emosi secara umum dapat dibagi menjadi 2 aspek atau kelompok
yaitu kelompok emosi sensorik dan kelompok kejiwaan atau psikis
(Yusuf, 2009).

1. Emosi sensorik, merupakan emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan


dari luar terhadap tubuh kita dan biasanya sangat terkait dengan
fungsi sensorik dalam organ atau indra kita seperti halnya peraaan
dingin, manis, sakit,, lelah, kenyang, danlapar.
2. Emosi psikis, merupakan bentuk-bentuk emosi yang mempunyai
alasan- alasan kejiwaan. Beberapa bentuk emosi kejiwaan atau psikis
biasanya muncul akibat sensor luar yang lebih kuat atau dalam tidak
hanya pada sisi organ atau indra kita seperti halnya pada emosi
sensorik seperti halnya
a. Perasaan intelektual, perasaan ini erat kaitanya dengan penalaran
dan ruang lingkup kebenaran. Bentuk perwujudan perasaan
intelektual biasanya berbentuk rasa yakin dan tidak yakin
terhadap suatu hal hasil karya ilmiah atau mungkin perasaan
gembira dan senang akan mampu mencapai sebuah kebenaran
atau keberasilan setelah menyelesaikan sebuah persoalanilmiah.
b. Perasaan sosial, merupakan perasaan yang menyangkut
hubungan dengan orang lain, perasaan-perasaan simpati, rasa
solidaritas antar sesama, ingin berbaur, diterima, dan kasih
sayang yang dapat ia terima atau ungkapkan. Perasaan sosial
disini tentunya dapat bersifat perseorangan atau mungkin lebih
besar dari itu dalam bentuk kelompok atau komunitas tertentu
dalam masyaakat dan bahkan lebihluas.
c. Perasaan susila, perasan ini berhubungan dengan nilai baik dan
buruk atau etika (moral) yang ada dalam kontek sosial maupun
diri. Rasa tanggung jawab, perasaan bersalah saat melanggar
sebuah aturan yang berlaku, perasaan yang nyaman dan aman
saat segala sesuatu berjalan sesuai dengan aturan dan norma yang
berlaku menjadi salah satu contoh dari bentuk perasaanini.
d. Perasaan keindahan (Estetika), peraaan ini berkaitan erat dengan
keindahan dari sesuatu, perasaan ini dapat bersifat terkait dengan
kebendaanataukerohaniaan.Sebagaicontohsaatsenangdanpuas
saat melihat sesuatu diterapkan sesuai denga tempat dan
kompisisinya yang sesuai, atau kesahajaan seseorang dalam
menjalankan kehidupan sesuai dengan tuntunan yang benar.
e. Perasaan kethuanan, salahsatu kelebihan manusia adalah sebagai
makhluk tuhan, dianugerahi fitrah (kemampuan atau perasaan)
untuk mengenal tuhannya. Sebagai makhluk “homo Devinans”
atau Homo Religius” maka manusia merasakan sesuatu
kenyamaan atau keberutuhan saat segala sesuatu sesuai dengan
tuntunan agama dan dilakukan hanya untuktuhan.
Perbedaan Emosi pada Anak dan Orang Dewasa

Emosi anak Emosi orang dewasa


 Berlangsung singkat dan  Berlangsung lebih lama dan
berakhirtiba-tiba berakhir denganlambat
 Telihat lebihhebat  Tidak terlihathebat

 Bersifatsementara  Lebih mendalam danlama

 Lebih seringterjadi  Jarangterjadi


 Dapat diketahui dengan jelas dari  Sulit diketahui karena lebih
tingkahlakunya pandaimenyembunyikan
12. Aspek PerkembanganSosial
Menjadi orang yang mampu bersosialisasi (sozialed), memerlukan
tiga proses. Dimana masing-masing proses tersebut terpisah dan sangat
berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam
satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Menurut Hurlock
(2004) tiga proses dalam perkembabangan sosial adalah sbb:
1. Berprilaku dapat diterima secarasosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya
tentang prilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi,
seseorang tidak hanya harus mengetahui prilaku yang dapat diterima,
tetapi mereka juga harus menyesuaikan prilakunya sehingga ia bisa
diterima sebagain dari masyarakat atau lingkungan sosialtersebut.
2. Memainkan peran di lingkungansosialnya.
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah
ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota
dituntut untuk dapat memenuhi tuntutan yang diberikan
kelompoknya.
3. Memiliki Sikap yang positif terhadap kelompokSosialnya
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorang harus menyukai
orang yang menjadi kelompok dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang
disenangi berarti, ia berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima
sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkandiri.
13. Aspek perkembangan moral
perkembangan moral seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral,
conventional dan autonomous.
1. Fase premoral(pra-konvensional)

Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan


terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar
dan salah. Akan tetapi hal ini semata ditafsirkan dari segi sebab akibat
fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan
kebaikan). Tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua tahap
2. Orientasi kepatuhan danhukuman
Anak menganggap baik atau buruk berdasarkan akibat yang ditimbulkan
nya. Ia menganggab pada stadium ini bahwa setiap aturan-aturan yang ada
ditentukan oleh kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat, dan apabila ia
tidak mematuhinya maka akan mendapatkan hukuman.
3. Orientasi minatpribadi
Pada ahap ini anak tidak lagi tergantung pada aturan yang ada diluar
dirinya, atau yang ditentukan oleh orang lain melainkan didorong oleh
keinginan dan kebutuhannya sendiri.
1. Fase conventional

Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga,


kelompok atau bangsa. Anak memandang bahwa hal tersebut bernilai
bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan
nyata. Sikapnya bukan hanya konformitas terhadap harapan pribadi
dan tata tertib sosial, melainkan juga loyal (setia) terhadapnya dan
secara aktif mempertahankan, mendukung dan membenarkan seluruh
tata-tertib atau norma-norma tersebut serta mengidentifikasikan diri
dengan orang tua atau kelompok yang terlibat di dalamnya. Tingkatan
ini memiliki dua tahap

a. Orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi “sikap anak


baik” Pada tahap ini anak mulai memasiki umur sebelas tahun
dimanaakan memperlihatkan orientasi perubahan yang dapat
dinilaibaik dan buruk oleh orang lain. Masyarakat atau orang lain
adalah faktor penentu disini apakah dia melakukan sesuatu
dengan benar atau tidak. Mencoba bersikap baik dan menjadi
anak yang manis adalah hal penting pada saat ini.

b. Orientasi hukuman danketertiban. Tahap ini adalah stadium


dimana mempertahankan norma sosial dan otoritas menjadi
penting. Pada tahap ini bersikap manis atau baik tidak hanya
untuk dapat diterima atau dihargai oleh orang lain, tetapi juga
merupakan bagian dari usaha untuk mempertahankan aturan atau
norma yang sudah berlaku. Sehingga bebuat baik menjadi sebuah
kewajiban untuk mengikuti aturan yang ada dan tidak berbuat
kekacauan.

2. Fase autonomous(pasca-konvensional)
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai- nilai
dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas
dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip- prinsip itu
dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok
tersebut. Ada dua tahap pada tingkat ini:
a. Orientasi kontraksosial
Pada stadium atau tahap ini hubungan timbal balik pada diri dan
lingkungan sosial menjadi orientasi utama. Seseorang mencoba
memberikan atau memperlihatkan perilaku yang sesuai dengan apa
yang menjadi aturan masyarakat dan sebaliknya masyarakat harus
mampu memberikan perlindungan dan rasa aman kepada kita.
b. Orientasi PrinsipEtika
Menjadi remaja berarti harus mengerti akan nilai-nilai yang ada dan
berkembang di masyarakat. Dalam kehidupan ada unsur pandangan
subjektif yang menjadi norna atau nilai pribadi tetapi terdapat
padanang sosial yang menyatakan sesuatu dikatakan benar atau salah
yang ada terhadap perbuatan kita didalam masyarakat. Disini
14. Aspek PerkembanganBahasa
Yusuf (2009) menjelaskan perkembangan pikiran itu dimulai pada usia
1,6-2,0 tahun yaitu saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata.
Laju perkembangan itu sebagai berikut :
1. Usia1,6tahun,anakdapatmenyusunpendapatpositifseperti“bapak
makan”
2. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif seperti “bapak
tidakmakan”.
3. Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat:
4. Kritikan: “ini tidak boleh, tidakbaik”
5. Keragua-raguan: berangkali, mungkin, bisajadi.
6. Menarik kesimpulan analogi: seperti saaat anak melihat ayahnya tidur
karena sakit, pada waktu lain anak melihat ibunya tidur, dia
mengatakan bahwa ibunyasakit.
15. Tahap perkembangan

1. Periode Pranatal dan Kelahiran

Walaupun sebagai periode yang singkat, periode pranatal memiliki


beberapa ciriatau karakteristik yang setiap ciri yang ada memliki
pengaruh dalam perkembangan selama rentang kehidupan (hurlock,
2004:28) :

a. Pada saat ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai dasar bagi
perkembangan selanjutnya, diturunkan sekali untukselamanya.
b. Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang
perkembangan sifat bawaan sedangkan kondisi yang tidak dapat
menghambat dan menggannggu polaperkembangan
c. Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada
saat pembuahan dan kondisi dalam tubuh ibu tidakmempengaruinya
d. Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi
selama periode pranatal dibandingkan pada periodelainnya
e. Periode pranatal merupakan masa yang mengandung banyak bahwa
baik bersifat fisik maupunpsikologis.
f. Periode pranatal merupakan saat dimana orang-orang yang
berkepentingan mementuk sikap-sikap pada diri individu yang baru
diciptakan.

2. Masa bayi

Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust.


Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1
atau 2 tahun. Erikson dalam Feist & Feist (2010).
3. Masa Anak-anak Awal

Menurut Montessori (Hurlock, 2004) anak usia 3-6 tahun adalah anak yang
sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode
dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak
terhambat perkembangannya. Montessori juga menyatakan bahwa masa
sensitif anak pada usia ini mencakup sensitif terhadap keteraturan lingkungan,
mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitif untuk berjalan,
sensitif terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek
sosial kehidupan.

4. Masa anak-anak akir

Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada
usiasekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang
diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan
kemampuan bekerja kerasdan

5. Masa remaja

Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat
masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja
(adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion.
Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan
kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan
membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering
sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.

6. Masa dewasa awal

masa dewasa awal atau muda yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa
Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy –
isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat
dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah
mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang
intim hanya denganorang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini
timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-
orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.

7. Masa dewasa akhir

Erikson (1968) percaya bahwa orang dewasa tengah baya menghadapi


persoalan hidup yang signifikan-generativitas vs stagnasi, adalah nama yang
diberikan Erikson pada fase ketujuh dalam teori masa hidupnya.
Generativitas mencangkup rencana-rencana orang dewasa yang mereka
harap dapat dikerjakan guna meninggalkan warisan dirinya sendiri pada
generasi selanjutnya.

8. Masa usia lanjut

Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang
diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari
tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair.
Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi,
semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya.
Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang
mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau
tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali
kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus
asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan
kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga
keputusasaan acapkali menghantuinya.
a. Tahap tumbuh kembang anak dan balita

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012) tahap


perkembangan anak menurut umur sebagai berikut:

a). umur 0-3 bulan


1. mengangkat kepala setinggi 45º
2. menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
3. melihat dan menatap wajah anda
4. mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
5. suka tertawa keras
6. bereaksi terkejut terhadap suara keras
7. bereaksi tersenyum ketika adiajak bicara atau tersenyum
8. mengenal ibu dengan pengelihatan,
penciuman,pendengaran, kontak.
b). umur 3-6 bulan
1. berbalik dari telungkup ke terlentang
2. mengangkat kepala setinggi 90'
3. mempertahankan posisi kepala tatap tegak dan stabil
4. menggenggam pensil
5. meraih benda yang ada dalam jangkauannya
6. memegang tangannya sendiri
7. berusaha memperluas pandangan
8. mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
9. mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
10. tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang
menarik saat bermain sendiri
c). umur 6-9 bulan
1. duduk (sikap tripoid-sendiri)
2. belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian
berat badan
3. merangakak meraih mainan atau mendekati seseorang
4. memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang
lainnya
5. memungut 2 benda, masing-masing tangan
memegang 1 benda pada saat bersamaan
6. memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
7. bersuara tanpa arti, mamama, dadada, tatata
8. mencari mainan atau benda yang dijatuhkan
9. bermain tapuk tangan atau ciluk ba
10. bergembira dengan melempar benda
11. makan kue sendiri
d). umur 9-12 bulan
1. mengangkat benda keposisi berdiri
2. belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan dengan
kursi
3. dapat berajalan dengan dituntun
4. mengulurkan lengan atau badan untuk meraih
mainan yang diingikan
5. menggenggam erat pensil
6. memasukkan benda ke mulut
7. mengulang menirukan bunyi ynag didengar
8. menyebut 2-3 suku kata yang sanna tanpa arti
9. mengekplorasikan sekitar, ingin tahu, ingin
menyentuh apa saja
10. bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
11. senang diajak main “ciluk ba”
12. mengenal anggota keluarga, takut pada orang lain
yang belum dikenal
e). umur 12-18 bulan
1. berdiri sendiri tanpa berpegangan
2. membungkuk memungut permainan kemudian berdiri
kembali
3. berjalan mundur 5 langkah
4. memanggil ayah dengan kata “papa” memanggil ibu
dengan kata “mama”
5. menumpuk 2 kubus
6. memasukkan kubus di kotak
7. menunjukkan apa yang diinginkan tanpa
menangis/merengek, anak bisa mengeluarkan suara
yang menyenangkan atau menarik tangan ibu
8. memperlihatkan rasa cemburu/bersaing
f). umur 18-24 bulan
1. berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
2. berjalan tanpa terhuyung-huyung
3. bertepuk tangan, melambai-lambai
4. menumpuk 4 buah kubus
5. memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
6. menggelindingkan bola kearah sasaran
7. menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
8. membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga
9. memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum
sendiri
g). umur 24-36 bulan
1. jalan naik tangga sendiri
2. dapat bermain dan menendang bola kecil
3. coret-coret pensil pada kertas
4. baca dengan baik menggunakan 2 kata
5. dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta
6. melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama
2 benda atau lebih
7. membantu memungut mainan sendiri atau mengangkat
piring jika diminta
8. melepaskan pakaian sendiri
h). umur 36-48 bulan
1. berdiri 1 kaki 2 detik
2. melompat kedua kaki diangkat
3. menggayuh sepeda roda tiga
4. menggambar garis lurus
5. menumpuk 8 kubus
6. mengenal 2-4 warna
7. menyebut nama umur dan tempat
8. mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan
9. mendengarkan cerita
10. mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
11. bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
12. mengenakan sepatu sendiri
13. mengenakan celana panjang, kemeja, baju
i). umur 48-60 bulan
1. berdiri satu kaki 6 detik
2. melompat-lompat satu kaki
3. menari
4. menggambar tanda silang
5. menggambar lingkaran
6. menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
7. mengancing baju atau pakaian boneka
8. menyebut nama lengkap tanpa dibantu
9. senang bertanya tentang sesuatu
10. menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
11. bicaranya mudah dimengerti
12. bicara membandingkan atau membedakan sesuatu
dari ukuran dan bentuknya
13. menyebut angka dan menghitung jari
14. menyebut nama-nam hari
15. berpakaian sendiri tanpa bantuan
16. bereaksi tenang dan tanpa rewel ketika ditinggal ibu
j). umur 60-72 bulan
1. berjalan lurus
2. berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik
3. menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang
lengkap
4. menangkap bola kecil dengan kedua tangan
5. menggambar segi empat
6. mengerti arti lawan kata
7. mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau
lebih
8. menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa
dan kegunaannya
9. mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10
10. mengenal warna-warni
11. mengungkapkan simpati
12. mengikuti aturan permainan
13. berpakaian sendiri tanpa dibantu
16. Penilaian perkembangan anak
Perkembangan anak mendapat perhatian yang penting untuk dipahami
dengan skrining dapat diketahui adanya masalah pada perkembangan pada
anak, yang tidak berarti diagnosa pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan.
Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak
sehari-hari yang dapat memberikan petunjuk kalau ada seseorang yang perlu
mendapat perhatian (Soetjiningsih, 1995). dan masih diperlukan lagi
anamnese yang baik, pemeriksaan fisik yang pasti, dan pemeriksaan petunjuk
lainnya agar diagnosis dapat dibuat, intervensi dapat dilakukan dengan baik.
Tujuan dari penilaian perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995):
1. Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal yang merupakan
risiko terjadinya kelainan perkembangan tersebut.
2. Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan
pengobatan atau konseling genetik.
3. Mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke senter berikutnya Tahap-
tahap penilaian perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995)
a. Anamnese
Tahap anamnese yang lengkap, karena kelainan perkembangan
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dengan anamnese yang
teliti maka salah satu penyebab dapat diketahui.

b. Pemeriksaan fisik
Dilakukan untuk melengkapi anamnese diperlukan pemeriksaan
fisik, agar diketahui apabila terdapat kelainan fisik yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Misalnya: berbagai
sindrom, penyakit jantung rawan, tanda-tanda penyakit defisiensi
dan lain-lain.

c. Pemeriksaan neurologi
Dimulai dengan anamnese masalah neurology dan keadaan-
keadaan yang juga dapat mengakibatkan gangguan neurology,
seperti trauma lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat, dan
sebagainya. Kemudian dilakukan pemeriksaan neurology yang
teliti, maka dapat membantu dalam diagnosis suatu kelainan,
misalnya kalau ada penyakit-penyakit degeneratif, palsi serebralis,
adanya lesi intrakrasial

d. Skrining gangguan perkembangan anak


Pada tahap ini dianjurkan untuk menggunakan instrumen untuk
skrining guna mengetahui kelainan pada perkembangan anak,
misalnya dengan menggunakan DDST (Denver Development
Screening Test), test IQ, atau tes psikologik lainnya. DDST adalah
salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak, test ini bukanlah test diagnostik atau test IQ. DDST menurut
Soetjiningsih (1995) merupakan :
a) Test yang mudah dan cepat (15-20) menit dapat diandalkan
dan mempunyai validitas yang tinggi.
b) Test yang secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-
100 persen bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami
keterlambatan perkembangan, dan pada “follow up”
selanjutnya ternyata 89 persen dari kelompok DDST abnormal
mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
Menurut Frankernburg dan Borowitz (1986) DST tidak hanya
mengidentifikasi lebih dari separo dengan kelainan bicara.
Dan frankernburg melakukan revisi dan standarisasi kembali
DDST dan juga perkembangan pada sektor bahasa ditambah,
yang kemudian hasil revisi dari DDST dinamakan Denver II.
(1) Aspek perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 105 tugas perkembangan pada DDST
dan DDST-R, yang kemudian pada Denver II
dilakukan revisi dan restandarisasi dari DDST
sehingga terdapat 125 tugas perkembangan.
Perbedaan lainnya adalah, pada Denver II terdapat
(1) Peningkatan 86 persen pada sektor bahasa
(2) Pemeriksaan untuk artikulasi bahasa
(3) Skala umur yang baru
(4) Kategori yang baru untuk interprestasi pada
kelainan yang ringan
(5) skala penilaian tingkah laku
(6) Materi training yang berbeda. Semua pada
petunjuk pelaksanaan hanya 28 point, pada
Denver II menjadi 31 point.

(2) Tugas perkembangan


Semua tugas perkembangan itu disusun
berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam
4 kelompok besar yang disebut sektor
perkembangan, yang meliputi

(1). Perilaku sosial (Personal Sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan


mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan.

(2) Gerakan Motorik Halus (Fine Motor Adaptive)


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.

(3) Bahasa (Language)


Kemampuan yang memberikan respons
terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan.

(4) Gerakan motorik kasar (Gross Motor)


Aspek yang berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh.

3. Formulir DDST

Formulir DDST terdiri dari atas satu lembar kertas,


pada bagian depan terdapat tentang test dan pada
halaman belakang terdapat petunjuk pelaksanaan.
(1) Pada halaman depan terdapat skala umur dalam
bulan dan tahun pada garis horizontal atas dan
bawah.
(2) Pada halaman depan kiri atas terdapat neraca
umur yang menujukan 25%, 50%, 75% dan
90%.
(3) Pada kanan bawah terdapat kotak kecil berisi tes
perilaku untuk membandingkan perilaku anak
selama tes dengan perilaku pada keseharian.
(4) Pada bagian tengah terdapat 125 item yang di
gambarkan dalam neraca umur 25%, 50%, 75%,
dan 90% dari seluruh sample standar anak
normal yang dapat melaksanakan tugas tersebut.
4. Penentuan umur
Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, umur
anak perlu ditetapkan terlebih dahulu, dengan
menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan
12 bulan untuk satu tahun. Bila dalam perhitungan
umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan
sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke
atas. Perhitungan umur adalah sebagai berikut
misalnya budi lahir pada tanggal 23 Mei 1992 dari
kehamilan yang cukup bulan dan test dilakukan pada
tanggal 5 Oktober 1994, maka perhitungannya
sebagai berikut:
(1) 1994-10-5 (saat test dilakukan)
(2) 1992-5-23 (saat Budi lahir)
Umur Budi 2-5-12 = 2 tahun 4 bulan 12 hari,
karena 12 hari adalah lebih kecil dari 15 hari
maka, dibulatkan ke bawah sehingga umur Budi
adalah 2 tahun 4 bulan. Kemudian garis umur
ditarik vertikal pada lembar DDST yang
memotong kotak-kotak tugas perkembangan
pada ke-4 sektor.
Tugas-tugas yang terletak di sebelah kiri itu,
pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh
anak-anak seusia Budi, (2 tahun 4 bulan).
Apabila Budi gagal mengerjakan tugas tersebut.

(4). maka berarti suatu keterlambatan pada tugas


tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan
itu terletak dalam kotak yang terpotong oleh
garis vertikel umur, maka ini bukan suatu
keterlambatan, karena pada kontrol lebih lanjut
masih mungkin terdapat perkembangan lagi.
Begitu pula pada kotak-kotak disebelah kanan
garis umur. Panjang ujung kotak sebelah kiri
terdapat kode-kode R dan nomor. Kalau terdapat
kode R maka tugas perkembangan cukup
ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila
terdapat kode nomor maka tugas perkembangan
di test sesuai petunjuk dibaliknya formulir
(Soetjiningsih,1995).

5. Pelaksanaan tes
Hal yang harus diperhatikan saat tes adalah;
(1) Semua item di ujikan dengan prosedur yang
sudah terstandarisasi.
(2) Perlu kerjasama dari anak, anak harus merasa
tenang, aman, senang dan sehat.
(3) Tersedia ruangan yang cukup luas dan berikan
kesan santai dan menyenangkan.
(4) Dahulukan item yang lebih mudah, dan berikan
pujian ketika anak berhasil melakukan dengan
baik.
(5) Pelaksanaan test untuk semua sector dimulai
dari item sebelah kiri garis umur lalu di lanjut
ke item sebelah kanan garis lurus.
(6) Jumlah item yang dinilai tergantung jumlah
waktu yang tersedia.
6. Scoring penilaian tes
(1) L = Lulus/ lewat = Passed/P
Anak dapat melakukan item dengan baik atau
ibu/pengasuh memberi laporan tepat dan dapat
di percaya bahwa anak dapat melakukannya.
(2) G = Gagal = Fail/F
Anak tidak dapat melakukan item dengan baik
atau ibu/pengasuh memberi laporan bahwa anak
tidak dapat melakukannya.
(3) TaK = Tak ada Kesempatan = No
Opportunity/NO
Anak tidak memiliki kesempatan untuk
melakukan item karena ada hambatan.Skor ini
digunakan untuk kode L/Laporan orang
tua/pengasuh anak. Misal pada anak retardasi
mental/ down syndrome.
(4) M = Menolak = Refuse/R
Anak menolak melakukan test karena faktor
sesaat, seperti lelah, menangis atau mengantuk.
7. Interpretasi nilai
(1) Penilaian per item
a. Penilaian lebih/advance(perkembangan anak
lebih)
Termasuk kategori ini ketika anak lulus pada uji
coba item yang berada di kanan garis umur dan
ketika anak menguasai kemampuan anak yang
lebih tua dari umurnya.
(2) Penilaian OK atau normal
Termasuk kategori normal ketika anak
gagal/menolak pada item di kanan garis umur, lulus
atau gagal atau menolak pada item di garis umur
terletak diantara 25-75%.
(3) Penilaian caution/peringatan
Termasuk kategori ini ketika anak gagal/menolak
pada item dalam garis umur yang berada diantara
75-90%.Tulis C disebelah kanan kotak.
(4) Penilaian Delayed/keterlambatan
Termasuk kategori ini bila gagal/menolak pada item
yang berada di sebelah kiri garis umur.
(5) Penilaian Tidak ada Kesempatan
Termasuk kategori ketika orang tua laporkan bahwa
anak tidak ada
kesempatan untuk melakukan mencoba, dan item ini
tidak perlu
diinterpretasikan.
8. Interpretasi tes Denver II
1) Normal
Dikatakan normal saat tidak ada penilaian delayed
(keterlambatan), paling banyak 1 caution (peringatan),
dan lakukan ulang pemeriksaan pada control
berikutnya.
2) Suspect
Dikatakan suspect saat terdapat 2 atau lebih caution
(peringatan), terdapat 1 atau lebih delayed (terlambat)
yang terjadi karena fail/kegagalan bukan karena
menolak/refuse. Dilakukan uji ulang 1-2 minggu
kemudian untuk menghilangkan rasa takut, sakit, dan
lelah.
3) Untestable (tidak dapat di uji)
Dikatakan untestable saat terdapat 1 atau lebih skor
delayed (terlambat), dan/atau terdapat 2 atau lebih
caution(peringatan). Dalam hal ini delayed atau caution
kaeena penolakan/refuse bukan karena kegagalan/fail.
Dilakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian.
4). Evaluasi pada lingkungan anak
Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi
antara faktor genetik dengan lingkungan bio-phsiko-
psikososia1. Untuk deteksi dini, kita juga melakukan
evaluasi lingkungan anak tersebut. Misal dapat
digunakan HSQ (Home Screening Questionere).
5). Evaluasi pengelihatan dan pendengaran anak
Skrining pendengaran anak, melalui anamnese atau
menggunakan audio meter kalau ada alatnya.
6). Evaluasi bahasa dan bicara anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah
kemampuan anak dalam berbicara masih dalam bata
tertentu yang normal atau tidak.
7). Evaluasi Penyakit Metabolik
Salah satu penyebab gangguan pada perkembangan anak
adalah disebabkan oleh adanya penyakit metabolik. Dari
anamnese dapat dicurigai adanya penyakit metabolik,
apabila ada anggota keluarga lainnya ada yang terkena
penyakit yang sama.
8). Intelegensi dari hasil penemuan
Berdasarkan anamnese dan semua pemerisaan tersebut
dibuat suatu kesinambungan diagnosis dari gangguan
tersebut. Kemudian ditetapkan penatalaksanannya,
konsultasi kemana dan prognosisnya.

17. Antropometri

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat


ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
1. Indeks Masa Tubuh (IMT) Atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah
Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass
Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat
meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan
lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh
karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih.
Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang
dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT
dengan penerapan hidangan sehari -hari yang lebih seimbang dan cara
lain yang sehat. Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa
digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan.
Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur >18 tahun dan
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan
olahragawan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan
rumus berikut :
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)2
Kategori Keterangan IMT

Kurus Kekurangan berat badan <17


tingkat berat

Kurus sekali Kekurangan berat badan 17,0-18,5


tingkat ringan

Normal Normal 18,5-25,0

Gemuk Kelebihan berat badan 25,1-27,0


tingkat ringan

Obes Kelebihan berat badan >27,0


tingkat berat

Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan


menimbang berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan
jika ≥ 4000 gram dianggap gizi lebih.
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.
Hal ini apat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,mata, rambut dan
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei
ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan
fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh, antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk sesuatu peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang berlebih parah lagi.
4. Biofisik
Merupakan metode penetapan status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi (khusus jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.
18. DDST
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini
adanyan penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ, fungsinya
digunakan untuk menafsirkan personal, sosial,motorik halus, bahasa, dan
motorik kasar pada anak mulai dari 1-6 tahun (Soetjiningsih, 2012).
1. Keuntungan
a. Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
b. Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
c. Monitor anak dengan resiko perkembangan.
d. Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
e. Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan
perkembangan atau benar-benar ada kelainan.
2. Cara Pengukuran DDST-II
Menurut Adriana (2011) cara pengukuran DDST yaitu:

1. Tentukan umur anak yang akan diukur


2. Beri tanda atau garis pada garis umur anak dan tarik garis dari atas ke
bawah pada skala DDST II
3. Lakukan penilaian tingkat pencapaian pada masing-masing komponen
(motorik halus, motorik kasar, personal sosial, dan bahasa) untuk
batasan umur yang ditentukan
4. Tentukan hasil penelitian

3. Alat Yang Digunakan


1. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik – manik, kubus warna
merah, kuning, ungu, biru, permainan anak, botol kecil – kecil, bo;a
tenis, bel kecil, kertas.
2. Lembar DDST.
3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara
melakukan tugas dan
4. Cara penilaiannya.
Prinsip Pelaksanaan
a. Bertahap dan berkelanjutan.
b. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
c. Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana.
d. Suasana nyaman dan bervariasi.
e. Perhatikan gerakan spontan anak,
f. Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum.
g. Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test.
h. Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja.
i. Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.
19. Terapi Bermain

1. Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan/ kepuasan. Bermain merupakan
cermin kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial. Bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena bermain, anak akan
berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal
waktu, jarak, serta suara.
2. Fungsi Permainan Pada Anak
Fungsi utama bermain adalah menstimulasi perkembangan anak,
antara lain:
- Perkembangan sensori-motorik
- Perkembangan intelektual
- Perkembangan social
- Perkembangan kreativitas
- Perkembangan kesadaran diri
- Perkembangan moral
- Bermain sebagai terapi
3. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain
mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit
anak
mengalami gangguan dalam tumbuh kembang
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta idenya.
c. Mengembangkan kreatrifitas dan kemampuan menyelesaikan
masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya
untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya pada
saat melakukan permainan anak akan dihadapkan pada masalah
dalam konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan
semakin tertantang untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan
dirawat di Rumh Sakit. Stress yang dialami anak di Rumah Sakit
tidak dapat dihindarkan sebagai mana juga yang dialami orang
tuanya untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak
dan orang tua untuk dapat beradaptasi dengan stresor yang
dialaminya di Rumah Sakit secara efektif.
Bermain harus disesuaikan berdasarkan kelompok usia, dibawah ini akan
dijelaskan kalsifikasinya:
No Usia Visual Auditory Kinestetik Taktil
1 0 – 1 -tatap bayi dalam - berbicara - dipeluk dan
bulan jarak dekat dengan bayi digendong
- gantung benda- - menyanyi - diayun
benda yang dengan suara - diletakkan di
berwarna lembut kereta
menyolok 20- - boks musik gendong
25 cm diatas - mendengar
muka bayi tape atau
- letakkan bayi pada radio
posisi yang - mendengar
memungkin suara dan
kan bayi melihat dari
memandang TV
bebas ke
sekelilingnya
2 2 – 3 - Beri obyek warna - berbicara dengan - membelai waktu
bulan yang terang bayi mandi
- Tempatkan pada - memberi mainan - mengganti
ruangan yg terang yang berbunyi pakaian dan
dg gambar-gambar seperti lonceng menyisir

dan kaca di dinding atau kerincingan rambut dengan


- Letakkan bayi - melibatkan lembut
agar dapat anggota keluarga - ajak bayi jalan-
memandang sekitar lain untuk selalu jalan dg kereta
berkomunikasi dorong
dengan bayi - latihan gerakan
seperti berenang
3 4 – 6 - Letakkan bayi di - ajak anak - beri anak mainan
bulan depan cermin berbicara dan dalam berbagai
- Beri bayi mainan ulangi suara- suara tekstur
yang berwarna yang dibuatnya (lembut/kasar)
terang dan dapat - senyum saat bayi - ajak anak
dipegang tersenyum dan bermain di dalam
panggil namanya bak mandi
- berikan main- an - sokong ketika
yg menimbulkan anak duduk
bunyi/ bel pada - tempatkan anak
tangannya dilantai untuk
merangkak
4 7 – 9 berikan mainan - panggil nama - meraba bahan
bulan warna terang yang anak berbagai tekstur
lebih besar, dapat - ajarkan kata-kata - bermain air
bergerak dan simpel : mengalir
berbunyi khas “mama…”, - berdiri untuk
- tempatkan cermin “papa….”, belajar menahan
agar anak bisa “dada….”. berat badan
melihat dirinya - bicara anak - meletakkan
- bermain dengan kata-kata mainan agak jauh
ciluuk…ba…. Dan yang jelas dan perintahkan
muka lucu - ajarkan nama- anak
nama bagian- mengambilnya.
bagian tubuh
- beritahukan apa
yang dilakukan
ibunya
- beri perintah
yang sederhana
5 10-12 - perlihatkan - - kenalkan benda
bulan gambar-gambar suara binatang dingin dan hangat
dalam buku, - berikan mainan
bagian-bagian yang dapat ditarik
bawa anak ke tubuh dan didorong
tempat lain seperti
kebun binatang,
shooping center
- ajarkan anak
membuat menara 2
balok

6 2 – 3 - Pararel play
tahun - Memanjat, berlari dan memainkan sesuatu di tangannya
- Berikan mainan imitasi sesuai dengan perbedaan seks,
boneka, alat memasak, furnitur mini
- Ajarkan untuk berbicara saat bermain, main telpon-telponan,
boneka yang bisa berbicara
- Boneka tangan
- Cerita bergambar
- Water toys, busa sabun, boks pasir
7 4 – 5 - Assosiative play, dramatic play, dan skill play
tahun - Melompat, berbicara dan mengingat, bermain sepeda dan
bermain dalam kelompok
8 6–12 - Cooperative play
tahun - Belajar untuk independent, kooperatif, bersaing dan
menerima orang lain
- Anak laki-laki: mekanikal ; anak perempuan: mothers role
9 13-18
tahun minton, drama dan buku-buku

20. Laporan imunisasi


1. Imunisasi
Imunisasi adalah Suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya
kemampuan mengadakan penecahan penyakit dalam rangka serangan
kuman tertentu. Jadi imunisasi adalah Suatu tindakan untuk Memberikan
kekebalan dengan cara memasukkan vaksin kedalam tubuh. (Depkes
RI,2000).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan pada
antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2005).
2. Tujuan Pemberian Imunisasi
a. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
b. T ujuan Khusus
1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi
di seluruh desa/kelurahan pada tahun 2014.
2. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden
di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun
2013.
3. Eradikasi polio pada tahun 2015.
4. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
5. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste
disposal management).
3. Jenis Imunisasi
Setelah mempelajari tentang penyakit yang bisa dicegah dengan
imunisasi, sekarang Anda akan mempelajari jenis imunisasi berdasarkan
sifat penyelenggaraannya di Indonesia. Berikut ini bagan pembagian jenis
imunisasi.
1. Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit
menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi
tambahan, dan imunisasi khusus.
2. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan
secara terus-menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
3. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu
yang paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada
periode waktu tertentu. Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi
tambahan adalah Backlog fighting, Crash program, PIN (Pekan
Imunisasi Nasional), Sub-PIN, Catch up Campaign campak dan
Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI).
4. Imunisasi Khusus
merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu.
Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah
haji/umrah, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit
tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis imunisasi khusus, antara
lain terdiri atas Imunisasi Meningitis Meningokokus, Imunisasi Demam
Kuning, dan Imunisasi Anti-Rabies.
5. Imunisasi Pilihan
Setelah mempelajari tentang macam vaksin imunisasi dasar,
sekarang kita akan mempelajari macam vaksin imunisasi pilihan yang
sudah beredar di Indonesia. Imunisasi pilihan merupakan imunisasi
yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya
dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular
tertentu, yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid, Varisela, Hepatitis A,
Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Ensephalitis, dan HPV.
a. Jenis-jenis imunisasi
Jenis Dosis yang Rute Usia Efek samping Kontra indikasi
Imunisasi diberikan pemberian

BCG 0,05 ml untuk Vaksin umur 0-11 Imunisasi BCG tidak 1. Uji tuberculin
bayi ≤1 tahun BCG bulan menyebabkan reaksi >5mm
dan 0,1 ml diberikan umum seperti demam. 2. Sedang menderita
untuk anak ≥1 secara setelah 1-2 minggu HIV
tahun intrakutan penyuntikan biasanya akan 3. Gizi Buruk
di timbul indurasi dan 4. Demam tinggi
daerah kemerahan di tempat 5. Infeksi kulit luas
lengan suntikan yang akan 6. Pernah menderika
kanan atas berubah menjadi pustula TBC
pada dan akan pecah menjadi
insersio luka dan hal ini tidak perlu
M.deltoideu pengobatan
s dan akan sembuh spontan
dalam 8-12 mingg dengan
meninggalkan jaringan
parut.
Hepatitis Dosis yang Diberikan Diberikan 1. Reaksi lokal seperti Hipersensitif terhadap
B diberikan 0,5 secara IM 3 kali rasa sakit, komponen vaksin dan
cc dalam kemerahan dan penderita infeksi berat
setahun pembengkakan disertai kejang, masih
umur 0-11 disekitar tempat diizinkan untuk
bulan bekas penyuntikan. pasien batuk/pilek.
2. Reaksi sistematik
seperti demam
ringan, lesu dan
perasaan tidak enak
pada saluran cerns
3. Reaksi yang terjadi
akan hilang dengan
sendirinya setelah
2 hari.
DPT 0,5 cc Diberikan Usia 2-11 DPT mempunyai efek
secara IM bulan ringan dan berat, efek
ringan seperti
pembengkakan dan nyeri
pada area
penyuntikan,demam
sedangkan efek berat dapat
menangis hebat kuran
lebih 4 jam,kesadaran
menurun, terjadi kejang
dan syok.

Polio 2 tetes Secara oral Usia 0-11 Diare dan dehidrasi 1. Penderita
bulan imunedeficiency
2. Pasien mendapat
imunosupresan
Campak 0,5cc Secara IM Usia 9-11 Dapat terjadi ruam pada
bulan tempat suntikan dan
demam ringan
21. Konsep Askep Thypoid
KONSEP ASKEP THYPOID
1. Pengkajian
a. Identitas:
(Nama, TTL, jenis kelamin, usia, suku dan budaya,)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: demam tinggi
2) Riwayat penyakit sekarang: gangguan pencernaan
3) Riwayat penyakit dahulu: pasien pernah mengalami penyakit
typod sebelumnya
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola kesehatan dan managemen kesehatan
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
a) Diet : Makanan memengaruhi defekasi,makanan biasa
dimakan, makanan yang dihindari, dan pola makan yang
teratur atau tidak.
b) Cairan : Jumlah dan jenis minuman/hari
3) Pola Eliminasi
a) Pola Defekasi dan Keluhan Selama Defekasi Pengkajian ini
meliputi bagaimana pola defekasi dan keluhannya selama
defekasi.
b) Perilaku defekasi: Penggunaan laksatif, cara mempertahankan
pola
c) Deskripsi feses : amati feses pasien dan catat konstitensi,
bentuk bau, warna, dan jumlahnya.
4) Pola Aktivitas dan latihan
a) Aktivitas :Kegiatan sehari-hari , kegiatan yang spesifik yang
dilakukan
5) Pola Istirahat dan tidur
a) Durasi tidur dan kulaitas tidur

6) Pola Kognitif Perseptual


a) Stress : stres yang berkepanjangan atau pendek, koping untuk
menghadapi atau bagaimana menerima
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
8) Pola peran dan hubungan
9) Pola seksualitas dan Reproduksi
10) Pola Koping dan Managemen Stress
11) Pola Nilai dan kepercayaan
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, berat badan, tinggi badan dan
tanda tanda vital. Suhu tubuh pada pasien typoid terjadi peningkatan
setiap hari higga mencapai 40,5 C, bradikardi
2. Pemeriksaan fisik persistem (Head To Toe)
a) Kepala dan muka (inspeksi dan palpasi)
Simetris, rambut, bengkak, lembab, lesi dan bau, pada pasien
typoid biasata ada nyerinkepala atau pusing
b) Mata (inspeksi)
Gerakan bola mata, simetris/tdk, respon pupil
c) Hidung
d) Telinga (inspeksi dan palpasi)
e) Mulut (inspeksi dan palpasi)
Bibir : warna, simetris, lesi, kelembaban, pengelupasan dan
bengkak
Rongga mulut : kaji ada/tidaknya stomatitis, kemampuan
menggigit, mengunyah dan menelan
Gusi : warna dan edema
Gigi : karang gigi, caries, sisa gigi
Lidah : kaji kebersihannya , warna, kesimetrisan, kelembaban,
luka, bercak dan pembengkakan. Pada pasien typoid baisanya
terdapat selaput kotor di bagian tengah, tepi dan ujung lidah
merah
Kerongkongan : kaji ada/tidaknya peradangan, lendir/sekret.
f) Leher (inspeksi dan Palpasi)
Kaji adanya Pembesaran kelenjar gondok & limfe, nyeri tekan,
kaku pada leher.
g) Thorax
Kaji kesimetrisan bentuk dada, ada atau tidaknya retraksi dada,
benjolan patologis, keadaan mammae. Kaji ada dan tidaknya suara
nafas tambahan, dan nyeri tekan.
h) Abdomen
Kaji adanya nyeri tekan pada abdomen, adanya pembesaran hati /
limfa. Amati abdomen untuk melihat bentuknya, simetrisitas,
adanya distensi, dengarkan bising usus, lalu perhatikan intensitas,
frekuensi dan kualitasnya. Perkusi pada abdomen untuk
mengetahui adanya distensi berupa cairan, massa, atau udara.
Mulailah pada bagian kanan atas dan seterusnya.
i) Ekstermitas
Kaji kekuatan otot , pergerakan ekstermitas (menggunakan
bantuan/tidak), pada pasien typoid biasanya terdapat nyeri otot
j) Genetalia
k) Integumen
Kaji adanya sianosis, edema

e. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan leukosit
2. pemeriksaan SGOT dan SGPT
3. Pemeriksaan serologi yang masih dikerjakan pada pasien yang
dirawat dengan demam typhoid di Rumah Sakit adalah tes Widal.
Nilai diagnostik tes Widal adalah melihat adanya kenaikan titer
antibodi yang bermakna dalam darah terhadap antigen O (somatik)
dan/atau antigen H (flagellar) Salmonella enterica serotype typhi
pada 2 kali pengambilan spesimen serum dengan interval waktu
10-14 hari.Interpretasi hasil tes widal yaitu terjadinya aglutinasi
menandakan tes Widal positif dan jika reaksi positif diobservasi
dalam 20ul sampel tes, hal ini mengindikasikan adanya level klinis
yang signifikan dari respon antibodi pada serum pasien. Tidak
terjadinya aglutinasi menandakan hasil tes Widal negatif dan
mengindikasikan tidak adanya level klinis yang signifikan dari
respon antibody (Wardana, 2014)
2. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul :
1. Hipertermia
Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
a. Data mayor
1) Suhu tubuh di ats nilai normal
b. Data minor
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardia
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
2. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau funfsional dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
berlangsung kurang dari 3 bulan
a) Data minor
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses fikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
b) Data mayor
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
3. Diare
Definisi : Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk
1) Data mayor
a) Objektif
1. Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
2. Feses lembek atau cair

2) Data minor
a) Subjektif
1. Urgensi
2. Nyeri/kram abdomen
b) Objektif
1. Frekuensi peristaltik meningkat
2. Bising usus hiperaktif

4. Defisist nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme

a. Tanda dan gejala


1) Data mayor
a) Objektif
1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

2) Data minor
a) Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram / nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
b) Objektif
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. diare
5. hipovolemia
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, intrastisial, dan atau
intraseluler
1) Data mayor
a) Objektif
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi terasa lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membran mukosa kering
7. Volume urine menurun
8. Hematokrit meningkat
2) Data minor
a) Subjektif
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
b) Objektif
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urune meningkat
5. Berat badan turun tiba – tiba
1.3 Intervensi

Tujuan & Kriteria


No Dx keperawatan Intervensi
Hasil
1 Hipertermia Setelah dilakukan Menegement hipertermia
2x24 jam dihapkan Observasi
hipertermi menurun. 1. Identifikasi penyebab hipertemia (mis.
Meningkatkan skore Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
dari 1 (maningkat) penggunaan incubator)
ke skore 4 (cukup 2. Monitor suhu tubuh
menurun) dengan 3. Monitor kadar elektrolit
kriteria hasil : 4. Monitor komplikasi akibat
a. Menggigil hipertermia
b. Kulit merah Terapeutik
c. Kejang 1. Sediakan lingkungan yang dingin
d. Suhu tubuh 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
e. Suhu kulit 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
f. Tekanan darah 4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami hyperhidrosis
(keringan berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Selimut atau kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
8. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Pemberian cairan dan elektrolit IV,
jika perlu
2. Diare Setelah diberikan Manajemen diare
asuhan keperawatan a. Observasi :
selama 2 x 24 jam  Identifikasi penyebab diare
skore dapat  Identifikasi riwayat pemberian
meningkat dari makanan
skore 1 ke skor 3  Identifikasi gejala invaginasi
dengan kriteria hasil  Monitor warna, volume, frekuensi,
: dan konsistensi tinja
a. Kontrol  Monitor tanda dan gejala
pengeluaran hypovolemi
feses  Monitor iritasi kulit di daerah
b. Urgency perineal
c. Nyeri abdomen
 Monitor jumlah pengeluaran diare
d. Kram abdomen b. Terapeutik
e. Konsistensi
 Berikan asupan cairan oral
feses
 Pasang jalur intravena jika perlu
f. Frekuensi
 Berikan cairan intravena jika perlu
defekasi
 Ambil sampel feses untuk kultur jika
g. Peristaltik usus
perlu
c. Edukasi
 Jelaskanjurkan porsi makan kecil
sering dan bertahap
 Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
 Anjurkan lanjutkan pemberian ASI
d. Kolaborasi
 Kolaborasikan pemberian obat
antimotilitas
 Pemberian obat spasmolitik
 Pemberian obat pengeras feses

3. Defisit nutrisi Setelah diberikan Manajeman nutrisi


asuhan keperawatan a. Observasi :
selama 2 x 24 jam  Identifikasi status nutrisi
skore dapat  Identifikasi alergi dan intoleransi
meningkat dari makanan
skore 1 ke skor 3  Identifikasi makanan disukai
dengan kriteria hasil  Identifikasi kebutuhan kalori dan
: jenis nutrien
a. Porsi makan  Monitor asupan makanan
yang dihabiskan  Monitor berat badan
b. Serum albumin b. Terapeutik
c. Perasaan cepat  Lakukan oral hygine sebelum makan
kenyang jika perlu
d. Nyeri abdomen
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
e. Rambut rontok
 Berikan makanan tinggi kaalori dan
f. Diare
tinggi protein
g. Berat badan
 Berikan suplemen makanan jika
h. Indeks masa
perlu
tubuh
c. Edukasi
i. Frekuensi
 Anjurkan posisi duduk jika mampu
makan
 Ajarkan diet yang diprogramkan
j. Nafsu makan
d. Kolaborasi
k. Bising usus
 Kolaborasi pemberian medikasi
l. Membran
seblum makan
mukosa
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
4 Hipovolemi selama 2 x 24 jam Manajeman hipovolemi
skore dapat e. Observasi :
meningkat dari  Periksa tanda dan gejala hipovolemi
skore 1 ke skor 3  Monitor intake dan output cairan
dengan kriteria hasil f. Terapeutik
:  Hitung kebutuhan cairan
a. Kekuatan nadi  berikan posisi modified
b. Turgor kulit terdelembung
c. Output urine g. Edukasi
d. Dispnea  Anjurkan memperbanyak asupan
e. Frekuensi nadi cairan oral
f. Tekanan nadi  Anjurkan menghindari perubahan
g. Membran posisi mendadak
mukosa h. Kolaborasi
h. Jugular vena  Kolaborasi pemberian cairan IV
pressure (JVP) isotonis
 Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
 Kolaborasi pemberian cairan koloid
 Kolaborasi pemberian produk darah
1.4 Implementasi
Tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan yang sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul dan
rencana keperawatan sesuai dengan standar prosedur operasional perawat
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

1.5 Evaluasi
Hasil akhir dari tindakan keperawatan yang diperoleh dari subjektif dan
objektif yang dapat ditarik kesimpulan untuk tindakan yang akan dilakukan
dalam memberikan tindakan keperawatan selanjutnya kepada pasien untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Inawati. (2009). Demam Tifoid. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. Edisi
Khusus. Hal 31-36.
Nadyah. (2014). Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi insidens penyakit
demam tifoid di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa 2013. Jurnal Kesehatan, Vol VII, No 1, 305-321.
Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC
Wardana, I. M. T. L., et al. (2014). Diagnosis demam thypoid dengan
pemeriksaan widal. Bali: Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Almatsier. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: pt gramedia Pustaka utama.
Judarwanto. (2011). Perilaku Makan Anak Sekolah . Direktorat Bina Gizi.
Nurarif, H. A., & Hardhi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan NANDAN NIC-NOC. Yogyakarta: MediaAction.
Ranuh, d. (2005). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai