Disusun oleh :
STENLY ANDRIAN TEURUPUN
202103145
5. Komplikasi
a. Komplikasi instetinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra instetinal
1) Komplikasi darah : anemia hemolitik,trombositopenia,dan syndroma
uremia hemolitik
2) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis
3) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesititis
4) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis
6. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam thipoid adalah cuci
tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau menyiapkan
makanan , hindari minum susu mentah(yang belum dipsteruisasi), hindari
minum air mentah, rebus air sampai mendidih,dan hindari makanan pedas
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan leukosit
b. pemeriksaan SGOT dan SGPT
c. Pemeriksaan serologi yang masih dikerjakan pada pasien yang dirawat
dengan demam typhoid di Rumah Sakit adalah tes Widal. Nilai diagnostik
tes Widal adalah melihat adanya kenaikan titer antibodi yang bermakna
dalam darah terhadap antigen O (somatik) dan/atau antigen H (flagellar)
Salmonella enterica serotype typhi pada 2 kali pengambilan spesimen
serum dengan interval waktu 10-14 hari.Interpretasi hasil tes widal yaitu
terjadinya aglutinasi menandakan tes Widal positif dan jika reaksi positif
diobservasi dalam 20ul sampel tes, hal ini mengindikasikan adanya level
klinis yang signifikan dari respon antibodi pada serum pasien. Tidak
terjadinya aglutinasi menandakan hasil tes Widal negatif dan
mengindikasikan tidak adanya level klinis yang signifikan dari respon
antibody (Wardana, 2014)
8. Penatalaksanaan (Inawati, 2009)
1. Tirah baring absolut minimal 7-14 hari sampai bebas demam
2. Terapi suportif misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi
gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan
oleh tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam.
3. Diet yang sesuai ,cukup kalori tinggi protein
4. Pada penderita akut di beru bubur saring
5. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
6. Obat
- Kloramfenikol
- Tiamfenikol
- Ko-trimoksazol
- Ampisilin dan Amoksisilin
- Sefalosporin
- Fluorokinolon
- Furazolidon
9. LAPORAN PERKEMBANGAN
1. Perkembangan fisik
3. Perkembanganfisiologi
Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-
perubahan secara kuantitatif, kualitatif dan fungsional dari sistem-
sistem kerja hayati seperti konstraksi otot, peredaran darah dan
pernafasan, persyaratan, sekresi kelenjcar dan pencernaan. Salah satu
aspek penting dalam perkembangan fisiologi manusia adalah terkait
dengan perkembangan otak manusia. Otak mempunyai pengaruh
yang sangat kuat dalam menentukan perkembangan aspek-aspek
perkembangan yang lainnya. pertumbuhan otak yang sehat (mormal)
akan mempengaruhi perkembangan secara postif terkait kemampuan
motorik, intelektual, emosional, sosial, moral, maupun kepribadian.
Harlock juga mencatat beberapa alasan mengenai kemampuan
motorik yang berpengaruh bagi konstelasi perkembangan individu :
Tahap PerkembanganKognitif :
1. Tahapan sensorikmotoric
tahap sensorimotor ada pada usia antara 0-2 tahun, mulai
pada masa bayi ketika ia menggunakan pengindraan dan aktivitas
motorik dalam mengenal lingkungannya. Pada masa ini biasanya
bayi keberadaannya masih terikat kepada orang lain bahkan tidak
berdaya, akan tetapi alat-alat inderanya sudah dapat berfungsi.
2. Tahapanpraoperasional
Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur
melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari
tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika
tidak memadai. Menurut Piaget, tahapan pra-operasional
mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua
sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya.
3. Tahapan operasionalkonkrit
Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya
perubahan positif ciri-ciri negatif tahap preoprasional, seperti
dalam cara berfikir egosentris pada tahap operasional konkrit
menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi yang benar, artinya
anak mampu memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara
serempak dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi itu satu
sama lain. Dalam hal ini dapat dicontohkan anak sudah dapat
membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka
miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi & mengubah.
Operasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah
secaralogis.
4. Tahapan Operasional Formal
2. Fase autonomous(pasca-konvensional)
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai- nilai
dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas
dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip- prinsip itu
dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok
tersebut. Ada dua tahap pada tingkat ini:
a. Orientasi kontraksosial
Pada stadium atau tahap ini hubungan timbal balik pada diri dan
lingkungan sosial menjadi orientasi utama. Seseorang mencoba
memberikan atau memperlihatkan perilaku yang sesuai dengan apa
yang menjadi aturan masyarakat dan sebaliknya masyarakat harus
mampu memberikan perlindungan dan rasa aman kepada kita.
b. Orientasi PrinsipEtika
Menjadi remaja berarti harus mengerti akan nilai-nilai yang ada dan
berkembang di masyarakat. Dalam kehidupan ada unsur pandangan
subjektif yang menjadi norna atau nilai pribadi tetapi terdapat
padanang sosial yang menyatakan sesuatu dikatakan benar atau salah
yang ada terhadap perbuatan kita didalam masyarakat. Disini
14. Aspek PerkembanganBahasa
Yusuf (2009) menjelaskan perkembangan pikiran itu dimulai pada usia
1,6-2,0 tahun yaitu saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata.
Laju perkembangan itu sebagai berikut :
1. Usia1,6tahun,anakdapatmenyusunpendapatpositifseperti“bapak
makan”
2. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif seperti “bapak
tidakmakan”.
3. Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat:
4. Kritikan: “ini tidak boleh, tidakbaik”
5. Keragua-raguan: berangkali, mungkin, bisajadi.
6. Menarik kesimpulan analogi: seperti saaat anak melihat ayahnya tidur
karena sakit, pada waktu lain anak melihat ibunya tidur, dia
mengatakan bahwa ibunyasakit.
15. Tahap perkembangan
a. Pada saat ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai dasar bagi
perkembangan selanjutnya, diturunkan sekali untukselamanya.
b. Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang
perkembangan sifat bawaan sedangkan kondisi yang tidak dapat
menghambat dan menggannggu polaperkembangan
c. Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada
saat pembuahan dan kondisi dalam tubuh ibu tidakmempengaruinya
d. Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi
selama periode pranatal dibandingkan pada periodelainnya
e. Periode pranatal merupakan masa yang mengandung banyak bahwa
baik bersifat fisik maupunpsikologis.
f. Periode pranatal merupakan saat dimana orang-orang yang
berkepentingan mementuk sikap-sikap pada diri individu yang baru
diciptakan.
2. Masa bayi
Menurut Montessori (Hurlock, 2004) anak usia 3-6 tahun adalah anak yang
sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode
dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak
terhambat perkembangannya. Montessori juga menyatakan bahwa masa
sensitif anak pada usia ini mencakup sensitif terhadap keteraturan lingkungan,
mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitif untuk berjalan,
sensitif terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek
sosial kehidupan.
Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada
usiasekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang
diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan
kemampuan bekerja kerasdan
5. Masa remaja
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat
masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja
(adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion.
Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan
kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan
membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering
sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
masa dewasa awal atau muda yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa
Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy –
isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat
dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah
mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang
intim hanya denganorang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini
timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-
orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang
diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari
tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair.
Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi,
semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya.
Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang
mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau
tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali
kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus
asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan
kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga
keputusasaan acapkali menghantuinya.
a. Tahap tumbuh kembang anak dan balita
b. Pemeriksaan fisik
Dilakukan untuk melengkapi anamnese diperlukan pemeriksaan
fisik, agar diketahui apabila terdapat kelainan fisik yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Misalnya: berbagai
sindrom, penyakit jantung rawan, tanda-tanda penyakit defisiensi
dan lain-lain.
c. Pemeriksaan neurologi
Dimulai dengan anamnese masalah neurology dan keadaan-
keadaan yang juga dapat mengakibatkan gangguan neurology,
seperti trauma lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat, dan
sebagainya. Kemudian dilakukan pemeriksaan neurology yang
teliti, maka dapat membantu dalam diagnosis suatu kelainan,
misalnya kalau ada penyakit-penyakit degeneratif, palsi serebralis,
adanya lesi intrakrasial
3. Formulir DDST
5. Pelaksanaan tes
Hal yang harus diperhatikan saat tes adalah;
(1) Semua item di ujikan dengan prosedur yang
sudah terstandarisasi.
(2) Perlu kerjasama dari anak, anak harus merasa
tenang, aman, senang dan sehat.
(3) Tersedia ruangan yang cukup luas dan berikan
kesan santai dan menyenangkan.
(4) Dahulukan item yang lebih mudah, dan berikan
pujian ketika anak berhasil melakukan dengan
baik.
(5) Pelaksanaan test untuk semua sector dimulai
dari item sebelah kiri garis umur lalu di lanjut
ke item sebelah kanan garis lurus.
(6) Jumlah item yang dinilai tergantung jumlah
waktu yang tersedia.
6. Scoring penilaian tes
(1) L = Lulus/ lewat = Passed/P
Anak dapat melakukan item dengan baik atau
ibu/pengasuh memberi laporan tepat dan dapat
di percaya bahwa anak dapat melakukannya.
(2) G = Gagal = Fail/F
Anak tidak dapat melakukan item dengan baik
atau ibu/pengasuh memberi laporan bahwa anak
tidak dapat melakukannya.
(3) TaK = Tak ada Kesempatan = No
Opportunity/NO
Anak tidak memiliki kesempatan untuk
melakukan item karena ada hambatan.Skor ini
digunakan untuk kode L/Laporan orang
tua/pengasuh anak. Misal pada anak retardasi
mental/ down syndrome.
(4) M = Menolak = Refuse/R
Anak menolak melakukan test karena faktor
sesaat, seperti lelah, menangis atau mengantuk.
7. Interpretasi nilai
(1) Penilaian per item
a. Penilaian lebih/advance(perkembangan anak
lebih)
Termasuk kategori ini ketika anak lulus pada uji
coba item yang berada di kanan garis umur dan
ketika anak menguasai kemampuan anak yang
lebih tua dari umurnya.
(2) Penilaian OK atau normal
Termasuk kategori normal ketika anak
gagal/menolak pada item di kanan garis umur, lulus
atau gagal atau menolak pada item di garis umur
terletak diantara 25-75%.
(3) Penilaian caution/peringatan
Termasuk kategori ini ketika anak gagal/menolak
pada item dalam garis umur yang berada diantara
75-90%.Tulis C disebelah kanan kotak.
(4) Penilaian Delayed/keterlambatan
Termasuk kategori ini bila gagal/menolak pada item
yang berada di sebelah kiri garis umur.
(5) Penilaian Tidak ada Kesempatan
Termasuk kategori ketika orang tua laporkan bahwa
anak tidak ada
kesempatan untuk melakukan mencoba, dan item ini
tidak perlu
diinterpretasikan.
8. Interpretasi tes Denver II
1) Normal
Dikatakan normal saat tidak ada penilaian delayed
(keterlambatan), paling banyak 1 caution (peringatan),
dan lakukan ulang pemeriksaan pada control
berikutnya.
2) Suspect
Dikatakan suspect saat terdapat 2 atau lebih caution
(peringatan), terdapat 1 atau lebih delayed (terlambat)
yang terjadi karena fail/kegagalan bukan karena
menolak/refuse. Dilakukan uji ulang 1-2 minggu
kemudian untuk menghilangkan rasa takut, sakit, dan
lelah.
3) Untestable (tidak dapat di uji)
Dikatakan untestable saat terdapat 1 atau lebih skor
delayed (terlambat), dan/atau terdapat 2 atau lebih
caution(peringatan). Dalam hal ini delayed atau caution
kaeena penolakan/refuse bukan karena kegagalan/fail.
Dilakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian.
4). Evaluasi pada lingkungan anak
Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi
antara faktor genetik dengan lingkungan bio-phsiko-
psikososia1. Untuk deteksi dini, kita juga melakukan
evaluasi lingkungan anak tersebut. Misal dapat
digunakan HSQ (Home Screening Questionere).
5). Evaluasi pengelihatan dan pendengaran anak
Skrining pendengaran anak, melalui anamnese atau
menggunakan audio meter kalau ada alatnya.
6). Evaluasi bahasa dan bicara anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah
kemampuan anak dalam berbicara masih dalam bata
tertentu yang normal atau tidak.
7). Evaluasi Penyakit Metabolik
Salah satu penyebab gangguan pada perkembangan anak
adalah disebabkan oleh adanya penyakit metabolik. Dari
anamnese dapat dicurigai adanya penyakit metabolik,
apabila ada anggota keluarga lainnya ada yang terkena
penyakit yang sama.
8). Intelegensi dari hasil penemuan
Berdasarkan anamnese dan semua pemerisaan tersebut
dibuat suatu kesinambungan diagnosis dari gangguan
tersebut. Kemudian ditetapkan penatalaksanannya,
konsultasi kemana dan prognosisnya.
17. Antropometri
1. Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan/ kepuasan. Bermain merupakan
cermin kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial. Bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena bermain, anak akan
berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal
waktu, jarak, serta suara.
2. Fungsi Permainan Pada Anak
Fungsi utama bermain adalah menstimulasi perkembangan anak,
antara lain:
- Perkembangan sensori-motorik
- Perkembangan intelektual
- Perkembangan social
- Perkembangan kreativitas
- Perkembangan kesadaran diri
- Perkembangan moral
- Bermain sebagai terapi
3. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain
mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit
anak
mengalami gangguan dalam tumbuh kembang
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta idenya.
c. Mengembangkan kreatrifitas dan kemampuan menyelesaikan
masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya
untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya pada
saat melakukan permainan anak akan dihadapkan pada masalah
dalam konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan
semakin tertantang untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan
dirawat di Rumh Sakit. Stress yang dialami anak di Rumah Sakit
tidak dapat dihindarkan sebagai mana juga yang dialami orang
tuanya untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak
dan orang tua untuk dapat beradaptasi dengan stresor yang
dialaminya di Rumah Sakit secara efektif.
Bermain harus disesuaikan berdasarkan kelompok usia, dibawah ini akan
dijelaskan kalsifikasinya:
No Usia Visual Auditory Kinestetik Taktil
1 0 – 1 -tatap bayi dalam - berbicara - dipeluk dan
bulan jarak dekat dengan bayi digendong
- gantung benda- - menyanyi - diayun
benda yang dengan suara - diletakkan di
berwarna lembut kereta
menyolok 20- - boks musik gendong
25 cm diatas - mendengar
muka bayi tape atau
- letakkan bayi pada radio
posisi yang - mendengar
memungkin suara dan
kan bayi melihat dari
memandang TV
bebas ke
sekelilingnya
2 2 – 3 - Beri obyek warna - berbicara dengan - membelai waktu
bulan yang terang bayi mandi
- Tempatkan pada - memberi mainan - mengganti
ruangan yg terang yang berbunyi pakaian dan
dg gambar-gambar seperti lonceng menyisir
6 2 – 3 - Pararel play
tahun - Memanjat, berlari dan memainkan sesuatu di tangannya
- Berikan mainan imitasi sesuai dengan perbedaan seks,
boneka, alat memasak, furnitur mini
- Ajarkan untuk berbicara saat bermain, main telpon-telponan,
boneka yang bisa berbicara
- Boneka tangan
- Cerita bergambar
- Water toys, busa sabun, boks pasir
7 4 – 5 - Assosiative play, dramatic play, dan skill play
tahun - Melompat, berbicara dan mengingat, bermain sepeda dan
bermain dalam kelompok
8 6–12 - Cooperative play
tahun - Belajar untuk independent, kooperatif, bersaing dan
menerima orang lain
- Anak laki-laki: mekanikal ; anak perempuan: mothers role
9 13-18
tahun minton, drama dan buku-buku
BCG 0,05 ml untuk Vaksin umur 0-11 Imunisasi BCG tidak 1. Uji tuberculin
bayi ≤1 tahun BCG bulan menyebabkan reaksi >5mm
dan 0,1 ml diberikan umum seperti demam. 2. Sedang menderita
untuk anak ≥1 secara setelah 1-2 minggu HIV
tahun intrakutan penyuntikan biasanya akan 3. Gizi Buruk
di timbul indurasi dan 4. Demam tinggi
daerah kemerahan di tempat 5. Infeksi kulit luas
lengan suntikan yang akan 6. Pernah menderika
kanan atas berubah menjadi pustula TBC
pada dan akan pecah menjadi
insersio luka dan hal ini tidak perlu
M.deltoideu pengobatan
s dan akan sembuh spontan
dalam 8-12 mingg dengan
meninggalkan jaringan
parut.
Hepatitis Dosis yang Diberikan Diberikan 1. Reaksi lokal seperti Hipersensitif terhadap
B diberikan 0,5 secara IM 3 kali rasa sakit, komponen vaksin dan
cc dalam kemerahan dan penderita infeksi berat
setahun pembengkakan disertai kejang, masih
umur 0-11 disekitar tempat diizinkan untuk
bulan bekas penyuntikan. pasien batuk/pilek.
2. Reaksi sistematik
seperti demam
ringan, lesu dan
perasaan tidak enak
pada saluran cerns
3. Reaksi yang terjadi
akan hilang dengan
sendirinya setelah
2 hari.
DPT 0,5 cc Diberikan Usia 2-11 DPT mempunyai efek
secara IM bulan ringan dan berat, efek
ringan seperti
pembengkakan dan nyeri
pada area
penyuntikan,demam
sedangkan efek berat dapat
menangis hebat kuran
lebih 4 jam,kesadaran
menurun, terjadi kejang
dan syok.
Polio 2 tetes Secara oral Usia 0-11 Diare dan dehidrasi 1. Penderita
bulan imunedeficiency
2. Pasien mendapat
imunosupresan
Campak 0,5cc Secara IM Usia 9-11 Dapat terjadi ruam pada
bulan tempat suntikan dan
demam ringan
21. Konsep Askep Thypoid
KONSEP ASKEP THYPOID
1. Pengkajian
a. Identitas:
(Nama, TTL, jenis kelamin, usia, suku dan budaya,)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: demam tinggi
2) Riwayat penyakit sekarang: gangguan pencernaan
3) Riwayat penyakit dahulu: pasien pernah mengalami penyakit
typod sebelumnya
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola kesehatan dan managemen kesehatan
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
a) Diet : Makanan memengaruhi defekasi,makanan biasa
dimakan, makanan yang dihindari, dan pola makan yang
teratur atau tidak.
b) Cairan : Jumlah dan jenis minuman/hari
3) Pola Eliminasi
a) Pola Defekasi dan Keluhan Selama Defekasi Pengkajian ini
meliputi bagaimana pola defekasi dan keluhannya selama
defekasi.
b) Perilaku defekasi: Penggunaan laksatif, cara mempertahankan
pola
c) Deskripsi feses : amati feses pasien dan catat konstitensi,
bentuk bau, warna, dan jumlahnya.
4) Pola Aktivitas dan latihan
a) Aktivitas :Kegiatan sehari-hari , kegiatan yang spesifik yang
dilakukan
5) Pola Istirahat dan tidur
a) Durasi tidur dan kulaitas tidur
e. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan leukosit
2. pemeriksaan SGOT dan SGPT
3. Pemeriksaan serologi yang masih dikerjakan pada pasien yang
dirawat dengan demam typhoid di Rumah Sakit adalah tes Widal.
Nilai diagnostik tes Widal adalah melihat adanya kenaikan titer
antibodi yang bermakna dalam darah terhadap antigen O (somatik)
dan/atau antigen H (flagellar) Salmonella enterica serotype typhi
pada 2 kali pengambilan spesimen serum dengan interval waktu
10-14 hari.Interpretasi hasil tes widal yaitu terjadinya aglutinasi
menandakan tes Widal positif dan jika reaksi positif diobservasi
dalam 20ul sampel tes, hal ini mengindikasikan adanya level klinis
yang signifikan dari respon antibodi pada serum pasien. Tidak
terjadinya aglutinasi menandakan hasil tes Widal negatif dan
mengindikasikan tidak adanya level klinis yang signifikan dari
respon antibody (Wardana, 2014)
2. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul :
1. Hipertermia
Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
a. Data mayor
1) Suhu tubuh di ats nilai normal
b. Data minor
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardia
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
2. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau funfsional dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
berlangsung kurang dari 3 bulan
a) Data minor
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses fikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
b) Data mayor
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
3. Diare
Definisi : Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk
1) Data mayor
a) Objektif
1. Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
2. Feses lembek atau cair
2) Data minor
a) Subjektif
1. Urgensi
2. Nyeri/kram abdomen
b) Objektif
1. Frekuensi peristaltik meningkat
2. Bising usus hiperaktif
4. Defisist nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
2) Data minor
a) Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram / nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
b) Objektif
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. diare
5. hipovolemia
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, intrastisial, dan atau
intraseluler
1) Data mayor
a) Objektif
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi terasa lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membran mukosa kering
7. Volume urine menurun
8. Hematokrit meningkat
2) Data minor
a) Subjektif
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
b) Objektif
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urune meningkat
5. Berat badan turun tiba – tiba
1.3 Intervensi
1.5 Evaluasi
Hasil akhir dari tindakan keperawatan yang diperoleh dari subjektif dan
objektif yang dapat ditarik kesimpulan untuk tindakan yang akan dilakukan
dalam memberikan tindakan keperawatan selanjutnya kepada pasien untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Inawati. (2009). Demam Tifoid. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. Edisi
Khusus. Hal 31-36.
Nadyah. (2014). Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi insidens penyakit
demam tifoid di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa 2013. Jurnal Kesehatan, Vol VII, No 1, 305-321.
Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC
Wardana, I. M. T. L., et al. (2014). Diagnosis demam thypoid dengan
pemeriksaan widal. Bali: Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Almatsier. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: pt gramedia Pustaka utama.
Judarwanto. (2011). Perilaku Makan Anak Sekolah . Direktorat Bina Gizi.
Nurarif, H. A., & Hardhi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan NANDAN NIC-NOC. Yogyakarta: MediaAction.
Ranuh, d. (2005). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: EGC.