KEPERAWATAN THYPOID
PADA ANAK
KEPERAWATAN MATERNITAS
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis.
Kesimpulan....
Kesimpulannya yaitu, Typhoid
adalah suatu penyakit infeksi
usus halus yang disebabkan
oleh salmonella type A. B dan
C yang dapat menular melalui
oral, fecal, makanan dan
minuman yang
terkontaminasi.
ETIOLOGI
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, basil gram negative,
bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai
sekurangnya 4 macam antigen, yaitu antigen O (somatik), H (flagela),
Vi, dan protein membrane hialin. Salmonella para typhi A. B dan C.
ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan
demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang
sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella
typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),
Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara
lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang
yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya
seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi
masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam
sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
MANIFESTASI KLINIK
Masa tunas typhoid 10- 14 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal berupa rasa tidak enak badan.
Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk,
epistaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
Minggu ll
Pada minggu I1 gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas
(putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan
kesadaran (apatis, somnolen).
KOMPLIKASI
a. Komplikasi intestinal
1. Perdarahan usus
2. Perporasi usus
3. Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1.Komplikasi kardiovaskuler :kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2.Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik,
3.Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4.Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5.Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6.Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
7.Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindrma Guillain bare dan sidroma katatonia.
PENATALAKSANAAN
Perawatan
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai
demam tulang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan
usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada
panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi
perdarahan
Obat-obatan.
Klorampenikol
Tiampenikol
Kotrimoxazol
Amoxilin dan ampicillin
Diet.
1. Diet yang sesuai ,tinggi kalori dan tinggi protein
serta tidak mengandung
2. Pada banyak penderita serat. yang akut dapat onot
diberi diberi bubur bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2
hari lalu nasi TIM.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita
bebas dari demam selama 7 hari.
PENCEGAHAN
○ Cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya
sebelum makan atau
mempersiapkan makanan
○ Hindari minum susu mentah
(yang belum disterilisasi)
○ Hindari minum air mentah,
rebus air sampai mendidih
○ Hindari makanan pedas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium,
yang terdiri dari :
a. Pemerik saan leukosit Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai.
b.Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
c.Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi
atau aglutinin yaitu
1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
PROGNOSIS
Umumnya baik bila pasien cepat berobat.
Prognosis kurang baik bila terdapat
gejala klinis yang berat seperti
hiperpireksia atau febris kontinu,
penurunan kesadaran, komplikasi berat
seperti dehidrasi, asidosis, perforasi usus
dan gizi buruk.
Prognosis demam tifoid tergantung dari
umut, keadaan umum, derajat kekebalan
tubuh, jumlah dan virulensi salmonella,
serta cepat dan tepatnya pengobatan.
Angka kematian pada anak-anak 2,6 %
dan pada orang dewasa 7,4 % rata-rata
5,7 %
Tumbuh kembang anak pada usia 6-12 tahun
b. Motorik halus :
1.Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan Tangan
2.Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model
dan bermain alat musik
c. Kognitif .
1.Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2.Dapat mempertimbangkan sejumlah alternative dalam pemecahan
masalah
3.Dapat memberikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali
sejak awal
4.Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
d. Bahasa
1.Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2.Dapat mempertimbangkan sejumlah alternative dalam pemecahan
masalah
3.Dapat memberikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali
sejak awal
4.Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan Datang
Dampak hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan di rawat di RS bagi anak atau keluarga dapat
meninggalkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung
pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan
Penyebab: anak stress meliputi
a.Psikososial
Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran
b.Fisiologis
Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri
c.Lingkungan asing
Kebiasaan sehari-hari berubah
d.P emberian obat kimia
Reaksi anak saat di rawat di RS usia sekolahy (6- 12
tahun)
F.Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-
gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya
g.Pola-Pola Fungsi Kesehatan
f).Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien
bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N %2-1 cc/kg BB/jam
g).Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada
gangguan.
Edukasi
Ajarkan kompres hangatjika demam
Ajarkan cara pengukuran suhu
Anjurkan penggunaan pakaian yang dapat menyerap keringat
Anjurkan tetap memandikan pasien, jika memungkinkan
Anjurkan pemberian antipiretik, sesuai indikasi
Anjurkan menciptakan lingkungan yang nyaman
Anjurkan membanyak minum
Anjurkan penggunaan pakaian yang longgar
Anjurkan minum analgesik jika merasa pusing, sesuai indikasi
Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika demam >3 hari
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara fisiologis dibuktikan dengan
Gelisah, sulit tidur,frekuensi nadi meningkat,nafsu makan berubah, pola nafas
berubah
Intervensi :
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Idenfitikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmapuan menelan
makanan dibuktikan dengan nafsu makan menurun
Intervensi :
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoteransi makanan
Identifikasi makanan disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan-Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oralhygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanantinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu-Hentikan pemberian makanan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral dapatditoleransi Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yangdibutuhkan, jika perlu
IMPLEMENTASI
Implementasi adalah proses membantu pasien untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana tindakan
disusun. Perawat mengimplementasi tindakan yang telah
diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawtan. Dimana tujuan
implementasi keperawatan adalah meningkatkan kesehatan klien,
mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping klien.
Dalam implementasi rencana tindakan keperawatan pada anak
demam typhoid adalah mengkaji keadaan klien, melibatkan
keluarga dalam pemberian kompres hangat, menganjurkan klien
memakai pakaian tipis, mengobservasi reaksi non verbal,
mengkaji intake dan output klien, dan membantu keluarga dalam
memberikan asupan kepada klien.
EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan
merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat
mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan
keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi data
dasar dan perencanaan. Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan.
Kesimpulan
Demam typhoid merupakan suatu infeksi
akut yang menyerang system Pencernaan
terutama pada bagian usus halus yang di
sebabkan oeh bakteri Salmonella typhi.
Dengan gejala demam selama 1-2 minggu
yang ditandai Dengan demam tinggi nyeri
pada bagian perut, dan mual muntah dan
bisa Menyebabkan penurunan kesadaran.
Sehingga perawat dituntut untuk menjaga
Dan mengawasi kebutuhan cairan dan
elektrolit, hipertermi, dan status nutrisi
Pada pasien.
¡Gracias!