LAPORAN PENDAHULUAN
THYPUS ABDOMINALIS PADA ANAK
Disusun Oleh:
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
Page 1
KONSEP TEORI
1. Definisi
Thypus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran. (Suryadi,Skp,2001:281).
Thypus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari
kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul
dalam wabah. (Markum, 1991).
2. Etiologi
1. Typus Abdominalis disebabkan oleh Basil / kuman salmonella Typhosa, Salmonela
paratyphosa.
2. Salmonela Typosa mempunyai 3 macam anti gen yaitu:
3. a. Antigen O (Ohne Hauch)
4. Somatik terdiri dari zat kompleks lipopoli sakarida.
5. b. Antigen H (Hauch)
6. Terdapat pada flagela dan bersifat termolabil.
7. c. Antigen Vi (Kapsul)
8. Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap
fagositosis.(Dr.T.H Rompengan,1997:57) Masa inkubasi kuman ini 10-20 hari.
Kuman tumbuh pada suhu 15 – 41°C dan pH pertumbuhan 6 – 8.
Page 2
3. Patofisilogi
Page 3
4. Patogenesis
Penularan thypus salmonella terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar.
Sebagian kuman akan di musnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus, mencapai jaringan limpoid dan berkembang biak.
Proses penyakit di bagi dalam 3 fase ; Salmonela typhi melalui air dan makanan yang
terkontaminasi masuk keadalam tubuh dengan mekanisme penyakitnya sebagai
berikut:
1. Infasi terhadap jaringan limpoid intestinal dan proliferasi bacteri. Fase ini
berlangsung 2 minggu; asimpthomatis.
2. Infasi aliran darah bacteraemia menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Terjadi
reaksi imunologi sampai fase berikutnya dalam 10 hari. Kultur darah dan urine
positif selama periode febris. Antibodi S.Typhy tampak dalam darah. Test widal
positif pada akhir fase ini.
3. Lokalisasi bacteri dalam jaringan limfoid intestinal nodus masenterik gall
bladder, hati, limpa. Terjadi nekrosis lokal reaksi hipersentifitas antigen antibodi.
5. Manifestasi Klinis
1. Walaupun gejala typus abdominalis bervariasi tapi secara garis besar gejala yang
timbul dapat dikelompokan dalam : demam satu minggu atau lebih, gangguan
saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
2. Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare
dan suhu badan meningkat (39-410C).
3. Setelah minggu kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid
dengan tanda antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang
tampak lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran hati
dan limpa, dan nyeri tekan pada perut kanan bawah dan mungkin disertai
gangguan kesadaran dari ringan seperti delirium.
4. Roseola (rose spot), pada kulit dada atau perut terjadi pada awal minggu kedua,
merupakan emboli kuman dimana di dalamnya mengandung kuman salmonella.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah tepi hasil pemeriksaan ini berguna untuk membantu
menentukan penyakit dengan cepat.
Page 4
Pemeriksaan darah tepi memberi gambaran mengenai :
a. Leukopenia
b. Eosinopilia
c. Trombositopinia
2. Pemeriksaan sumsum tulang untuk mengetahui RES hiperaktif ditandai dengan
adanya sel makrofag, sel hemopoetik, granulopoetik, eritropoetik dan
trombopoetik yang berkurang.
3. Biakan empedu untuk mengetahui salmonella thyphosa dalam darah penderita
terutama pada minggu pertama. Selanjutnya ditemukan dalam fases dan
mmungkin akan tetap positif dalam waktu lama.
4. Pemeriksaan widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum
penderita demam tipoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan
orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typoid. Akibat infeksi salmonella
thypi penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu aglutinin O, aglutinin H,
aglutinin Vi. Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosi. Makin tinggi titernya makin besar
kemungkinan pasien menderita demam thypoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji
widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling
sedikit 5 hari. Peningkatan titer widal 4 kali dalam 1 minggu dianggap dengan
demam thyfoid positif.
Penilaian Titer O > 160, titer H > 640 dianggap demam thyfois positif.
7. Komplikasi
1. Perdarahan usus.
2. Perforasi usus.
3. Peritonitis.
4. Bronkitis dan Bronkopeneumonia.
5. Meningitis.
6. Miokarditis.
7. Hepatomegali.
8. Splenomegali.
8 .Cara Penularan
a. Penderita Tifus mengeluarkan kotoran dan urine yang mengandung kuman
penyebab penyakit tifus.
Page 5
b. Bila pembuangan kotoran ini tidak dilakukan di jamban yang memenuhi syarat
akan memudahkan penularan.
c. Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat
pada tangan dan kemudian dimasukan ke mulut atau dipakai untuk memegang
makanan.
d. Kuman dapat mencemari air bila kotoran tersebut terbawa atau terkena air. Kalau
air yang tercemar tersebut dipergunakan orang untuk keperluan sehari hari tanpa
direbus atau dimasak. Misalnya untuk menggosok gigi, berkumur, atau mencuci
sayur lalap, ia dapat menulari orang tersebut dengan penyakit Tifus.
e. Kuman dapat ditularkan langsung kepada orang lain atau dapat mencemari air,
makanan dan minuman atau lingkungannya.
f. Penderita yang baru ini dengan cara yang sama dapat menularkan lagi pada orang
lain dan lingkungan sekitarnya, dan seterusnya, merupakan lingkaran yang tidak
putus putusnya.
g. Kotoran dapat dihinggapi lalat, dan bila lalat ini hinggap di makanan, akan
menyebabkan makanan itu tercemar. Penularan terjadi bila seseorang memakan
makanan yang tercemar ini.
9. Cara Pencegahan
1. Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Misalnya, diambil dari tempat yang
higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan air
yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga mendidih (100
derajat C).
3. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas dengan pembasmi lalat.
Page 6
5. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan diperlukan
agar dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab jika dia lengah,
sewaktu-waktu penyakitnya akan kambuh.
10.Penatalaksanaan
Page 7
Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
A. Identitas Diri
Nama, Usia, TTL, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Alamat, Agama
B. Keluhan Utama .
C. Riwayat Penyakit Dahulu
D. Riwayat Penyakit Keluarga .
E. TTV :
F. Aktifitas dan Istirahat
G. Eliminasi
I. Seksual
J. Spiritual
2. Data fokus
3.Diagnosa
1. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b.d proses infeksi salmonella typhi.
2. Nyeri b.d proses inflamasi karena peradangan di usus halus.
3. Resiko tinggi ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.
4. Resiko tinggi kurang cairan b.d pemasukan cairan kurang, kehilangan cairan
berlebihan melalui muntah.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.
4. Intervensi
N Dx Tujuan Intervensi
O
2. Nyeri b.d proses Setelah dilakukan tidakan 1. Awasi skala nyeri.
inflamasi keperawatan selama 2x24 2. Beri posisi nyaman.
karena jam diharapkan nyeri 3. Awasi TTV.
peradangan di berkurang dan dapat tidur 4. Ajarkan dan bantu klien
usus halus. nyenyak. melakukan relaksasi dan
Kriteria Hasil : distraksi.
1. Tidak ada 5. Ciptakan lingkungan
mengekspresikan yang tenang.
Page 8
nyeri secara verbal 6. Kolaborasi pemberian
atau pada wajah. obat anti nyeri dengan
2. Klien tidak gelisah. dosis sesuai kebutuhan.
3. Tingkat nyeri
berkurang.
Page 9
DAFTAR PUSTAKA
Page 10