Anda di halaman 1dari 10

Bagian Keperawatan Gawat Darurat

Program Pendidikan Profesi Ners

LAPORAN PENDAHULUAN
THYPUS ABDOMINALIS PADA ANAK

Disusun Oleh:

NURJANNAH INTAN BUANA PUTRI


19. 04. 021

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
T.A 2019-2020

Page 1
KONSEP TEORI

1. Definisi
Thypus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran. (Suryadi,Skp,2001:281).
Thypus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari
kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul
dalam wabah. (Markum, 1991).
2. Etiologi
1. Typus Abdominalis disebabkan oleh Basil / kuman salmonella Typhosa, Salmonela
paratyphosa.
2. Salmonela Typosa mempunyai 3 macam anti gen yaitu:
3. a. Antigen O (Ohne Hauch)
4. Somatik terdiri dari zat kompleks lipopoli sakarida.
5. b. Antigen H (Hauch)
6. Terdapat pada flagela dan bersifat termolabil.
7. c. Antigen Vi (Kapsul)
8. Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap
fagositosis.(Dr.T.H Rompengan,1997:57) Masa inkubasi kuman ini 10-20 hari.
Kuman tumbuh pada suhu 15 – 41°C dan pH pertumbuhan 6 – 8.

Page 2
3. Patofisilogi

Page 3
4. Patogenesis
Penularan  thypus salmonella  terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar.
Sebagian kuman akan di musnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus, mencapai jaringan limpoid dan berkembang biak.
Proses penyakit di bagi dalam 3 fase ; Salmonela typhi melalui air dan makanan yang
terkontaminasi masuk keadalam tubuh  dengan mekanisme penyakitnya sebagai
berikut:
1. Infasi terhadap jaringan limpoid intestinal dan proliferasi bacteri.  Fase ini
berlangsung 2 minggu; asimpthomatis.
2. Infasi aliran darah bacteraemia menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Terjadi
reaksi imunologi sampai fase berikutnya dalam 10 hari.  Kultur darah dan urine
positif selama periode febris. Antibodi S.Typhy tampak dalam darah. Test widal
positif pada akhir fase ini.
3. Lokalisasi bacteri dalam jaringan limfoid intestinal nodus masenterik gall
bladder, hati, limpa. Terjadi nekrosis lokal reaksi hipersentifitas antigen antibodi.
5. Manifestasi Klinis
1. Walaupun gejala typus abdominalis bervariasi tapi secara garis besar gejala yang
timbul dapat dikelompokan dalam : demam satu minggu atau lebih, gangguan
saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
2. Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare
dan suhu badan meningkat (39-410C).
3. Setelah minggu kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid
dengan tanda antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang
tampak lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran hati
dan limpa, dan nyeri tekan pada perut kanan bawah dan mungkin disertai
gangguan kesadaran dari ringan seperti delirium.
4. Roseola (rose spot), pada kulit dada atau perut terjadi pada awal minggu kedua,
merupakan emboli kuman dimana di dalamnya mengandung kuman salmonella.

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah tepi hasil pemeriksaan ini berguna untuk membantu
menentukan penyakit dengan cepat.

Page 4
Pemeriksaan darah tepi memberi gambaran mengenai :
a. Leukopenia
b. Eosinopilia
c. Trombositopinia
2. Pemeriksaan sumsum tulang untuk mengetahui RES hiperaktif ditandai dengan
adanya sel makrofag, sel hemopoetik, granulopoetik, eritropoetik dan
trombopoetik yang berkurang.
3. Biakan empedu untuk mengetahui salmonella thyphosa dalam darah penderita
terutama pada minggu pertama. Selanjutnya ditemukan dalam fases dan
mmungkin akan tetap positif dalam waktu lama.
4. Pemeriksaan widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum
penderita demam tipoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan
orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typoid. Akibat infeksi salmonella
thypi penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu aglutinin O, aglutinin H,
aglutinin Vi. Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosi. Makin tinggi titernya makin besar
kemungkinan pasien menderita demam thypoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji
widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling
sedikit 5 hari. Peningkatan titer widal 4 kali dalam 1 minggu dianggap dengan
demam thyfoid positif.
Penilaian Titer O > 160, titer H > 640 dianggap demam thyfois positif.
7. Komplikasi
1. Perdarahan usus.
2. Perforasi usus.
3. Peritonitis.
4. Bronkitis dan Bronkopeneumonia.
5. Meningitis.
6. Miokarditis.
7. Hepatomegali.
8. Splenomegali.
8 .Cara Penularan
a. Penderita Tifus mengeluarkan kotoran dan urine yang mengandung kuman
penyebab penyakit tifus.

Page 5
b. Bila pembuangan kotoran ini tidak dilakukan di jamban yang memenuhi syarat
akan memudahkan penularan.

c. Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat
pada tangan dan kemudian dimasukan ke mulut atau dipakai untuk memegang
makanan.

d. Kuman dapat mencemari air bila kotoran tersebut terbawa atau terkena air. Kalau
air yang tercemar tersebut dipergunakan orang untuk keperluan sehari hari tanpa
direbus atau dimasak. Misalnya untuk menggosok gigi, berkumur, atau mencuci
sayur lalap, ia dapat menulari orang tersebut dengan penyakit Tifus.

e. Kuman dapat ditularkan langsung kepada orang lain atau dapat mencemari air,
makanan dan minuman atau lingkungannya.

f. Penderita yang baru ini dengan cara yang sama dapat menularkan lagi pada orang
lain dan lingkungan sekitarnya, dan seterusnya, merupakan lingkaran yang tidak
putus putusnya.

g. Kotoran dapat dihinggapi lalat, dan bila lalat ini hinggap di makanan, akan
menyebabkan makanan itu tercemar. Penularan terjadi bila seseorang memakan
makanan yang tercemar ini.

9. Cara Pencegahan

1. Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Misalnya, diambil dari tempat yang
higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan air
yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga mendidih (100
derajat C).

2. Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya. Jangan pernah


membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan
membawa bakteri Salmonella typhi. Terutama ke makanan.

3. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas dengan pembasmi lalat.

4. Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga. Vaksinasi dapat mencegah kuman


masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella
sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid)
atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga
divaksinasi.

Page 6
5. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan diperlukan
agar dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab jika dia lengah,
sewaktu-waktu penyakitnya akan kambuh.

10.Penatalaksanaan

1. Tirah baring, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya komplikasi.


2. Diet harus mengandung.
a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

b. Tidak mengandung banyak serat.


c.Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.
3. Obat-obat :
a. Antimikroba :
Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv.
Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral.
Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg +
trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250 ml cairan
infus.
Ampisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.
b. Antipiretik seperlunya.
c. Vitamin B kompleks dan vitamin C.

Page 7
Konsep Keperawatan

1. Pengkajian
A. Identitas Diri
Nama, Usia, TTL, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Alamat, Agama
B. Keluhan Utama .
C. Riwayat Penyakit Dahulu
D. Riwayat Penyakit Keluarga .
E. TTV :
F. Aktifitas dan Istirahat
G. Eliminasi
I. Seksual
J. Spiritual
2. Data fokus
3.Diagnosa
1. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b.d proses infeksi salmonella typhi.
2. Nyeri b.d proses inflamasi karena peradangan di usus halus.
3. Resiko tinggi ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.
4. Resiko tinggi kurang cairan b.d pemasukan cairan kurang, kehilangan cairan
berlebihan melalui muntah.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.
4. Intervensi

N Dx Tujuan Intervensi
O
2. Nyeri b.d proses Setelah dilakukan tidakan 1. Awasi skala nyeri.
inflamasi keperawatan selama 2x24 2. Beri posisi nyaman.
karena jam diharapkan nyeri 3. Awasi TTV.
peradangan di berkurang dan dapat tidur 4. Ajarkan dan bantu klien
usus halus. nyenyak. melakukan relaksasi dan
Kriteria Hasil : distraksi.
1. Tidak ada 5. Ciptakan lingkungan
mengekspresikan yang tenang.

Page 8
nyeri secara verbal 6. Kolaborasi pemberian
atau pada wajah. obat anti nyeri dengan
2. Klien tidak gelisah. dosis sesuai kebutuhan.
3. Tingkat nyeri
berkurang.

3. Resiko tinggi Tujuan: 1. Awasi pemasukan


ganguan Kebutuhan nutrisi terpenuhi diet/jumlah kalori.
pemenuhan Kriteri hasil : Berikan porsi kecil tapi
kebutuhan 1. Intake terpenuhi. sering dan tawarkan
nutrisi kurang 2. Nafsu makan makan pagi dengan porsi
dari kebutuhan meningkat. paling besar.
tubuh b.d intake 3. Berat badan kembali 2. Berikan perawatan mulut
yang tidak normal. sebelum makan.
adekuat, mual 4. Tidak mual dan 3. Konsul ahli diet,
muntah, muntah. dukungan tim nutrisi
anoreksia. untuk memberikan diet
sesuai kebutuhan klien.
4. Awasi glukosa darah.
5. Berikan obat sesuai
indikasi: antasida,
antiemetik, vitamin B
kompleks.

Page 9
DAFTAR PUSTAKA

Frida. 2012. Asuhan Keperawatan Thypoid Abdominalis. http.//seputarsehat.com/,


diperoleh tanggal 05 April 2013.
Ferbriani. 2012. Demam Tifoid dan Paratifoid (Tifoid Abdominalis).
http.//artikelkedokteran.com/, diperoleh tanggal 05 April 2013.
Nurman. 2013. Asuhan Keperawatan pada Tifus Abdominalis.
http.//dedia1996.blogspot.com/, diperoleh tanggal 05 April 2013.
Andri. 2012. THYPUS ABDOMINALIS. http://anfebfel.blogspot.com/, diperoleh
tanggal 05 April 2013.

Page 10

Anda mungkin juga menyukai