Anda di halaman 1dari 31

DEMAM TYPHOID

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1. Mariyati Kiptiah G1B117011
2. Safira Angelia Saragih G1B117012
3. Nova Rizkiliana G1B117013
4. Heri Yawanto G1B117010
5. Aulia Mahesa G1B117014
6. Fitriyanti Rahayu G1B117024
7. Ditya Rahma Rizki G1B117025
8. Anggelia Jopa Sari G1B117027
9. Muhammad Alvin Abdillah G1B117031
DEFINISI DEMAM TYPHOID

Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi oleh


bakteri Salmonella typhii dan bersifat endemik yang
termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010).
Demam typhoid atau sering disebut dengan tifus
abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluran
pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multi
sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi
(Muttaqin, A & Kumala, S. 2011)
Etiologi Demam Typhoid

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut


yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi.
Bakteri Salmonella Typhi berbentuk batang,
Gram negatif, tidak berspora, motil, berflagel,
berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu
optimal 370C, bersifat fakultatif anaerob dan
hidup subur pada media yang mengandung
empedu.
Next...

Bakteri Salmonella Typhi memiliki beberapa


komponen antigen antara lain antigen dinding
sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan
bersifat spesifik grup. Antigen flagella (H)
yang merupakan komponen protein berada
dalam flagella dan bersifat spesifik spesies.
Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida
dan berada di kapsul yang melindungi seluruh
permukaan sel.
Next...
Menurut Sodikin (2011), penyebab penyakit demam
typhoid adalah jenis salmonella thyposha, kuman ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Hasil gram negatif yang bergerarak dengan
bulu getar dan tidak berspora.
2. Yang terdiri atas zat kompleks
lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan
antigen Vi. Berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratoriun pasien, biasanya terdapat zat anti
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut.
Patogenesis Demam Typhoid
Salmonella Typhi dapat hidup di dalam tubuh
manusia. Manusia yang terinfeksi bakteri
Salmonella Typhi dapat mengekskresikannya
melalui sekret saluran nafas, urin dan tinja dalam
jangka waktu yang bervariasi. Patogenesis
demam tifoid melibatkan 4 proses mulai dari
penempelan bakteri ke lumen usus, bakteri
bermultiplikasi di makrofag Peyer’s patch,
bertahan hidup di aliran darah dan menghasilkan
enterotoksin yang menyebabkan keluarnya
elektrolit dan air ke lumen intestinal.
Next...
Bakteri Salmonella Typhi bersama makanan atau
minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut.
Pada saat melewati lambung dengan suasana
asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang
masih hidup akan mencapai usus halus, melekat
pada sel mukosa kemudian menginvasi dan
menembus dinding usus tepatnya di ileum dan
yeyunum. Sel M, sel epitel yang melapisi
Peyer’s patch merupakan tempat bertahan hidup
dan multiplikasi Salmonella Typhi.
Next...
Penularan Salmonella Typhi sebagian besar
jalur fekal oral, yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh bakteri yang
berasal dari penderita atau pembawa kuman,
biasanya keluar bersama dengan feses. Dapat
juga terjadi transmisi transplasental dari
seorang ibu hamil yang berada pada keadaan
bakterimia kepada bayinya.
Manifestasi Klinik
2. Gangguan Pada Saluran
1. Demam Pencernaan
• Pada kasus yang khas demam • Pada mulut terdapat nafas berbau
berlangsung 3 minggu, bersifat tidak sedap, bibir kering, dan
febris remiten dan suhu tidak pecah- pecah (ragaden), lidah
tinggi sekali. Selama seminggu tertutup selaput putih kotor
pertama, suhu tubuh berangsur- (coated tongue), ujung dan
angsur naik setiap hari, biasanya tepinya kemerahan, jarang disertai
menurun pada pagi hari dan tremor. Pada abdomen dapat
meningkat lagi pada sore hari dan ditemukan keadaan perut
malam hari. Dalam minggu kembung (meteorismus), hati dan
kedua, pasien terus berada dalam limpa membesar disertai nyeri
keadaan demam. Pada minggu pada perabaan. Biasanya sering
ketiga, suhu berangsur-angsur terjadi konstipasi tetapi juga dapat
turun dan normal kembali pada terjadi diare atau normal.
akhir minggu ketiga.
Next...
3. Gangguan Kesadaran 4. Relaps
• Umumnya kesadaran pasien • Relaps (kambuh) ialah
menurun walaupun tidak dalam berulangnya gejala penyakit tifus
yaitu apatis sampai samnolen, abdominalis, akan tetapi
jarang terjadi sopor, koma atau berlangsung ringan dan lebih
gelisah kecuali penyakitnya berat singkat. Terjadi pada minggu
dan terlambat mendapatkan kedua setelah suhu badan normal
pengobatan. Di samping gejala kembali. Menurut teori terjadi
tersebut mungkin terdapat gejala karena terdapatnya basil dalam
lainnya. Pada punggung dan organ – organ yang tidak dapat
anggota gerak dapat ditemukan dimusnahkan. Baik oleh obat
roseola yaitu bintik-bintik maupun oleh zat anti.
kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit yang dapat
ditemukan pada minggu pertama
yaitu demam.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Tepi 2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
• Leukopenia, limfositosis, • Menunjukkan gambaran
aneosinofilia, anemia, hiperaktif sumsum tulang
trombositopenia.
Next...
3. Biakan Empedu 4. Pemeriksaan Widal
• Terdapat basil salmonella • Didapatkan titer terhadap
typhosa pada urin dan tinja. antigen 0 adalah 1/200 atau
Jika pada pemeriksaan lebih, sedangkan titer
selama dua kali berturut- terhadap antigen H
walaupun tinggi akan tetapi
turut tidak didapatkan basil tidak bermakna untuk
salmonella typhosa pada menegakkan diagnosis
urin dan tinja, maka pasien karema titer H dapat tetap
dinyatakan betul- betul tinggi setelah dilakukan
sembuh imunisasi atau bila penderita
telah lama sembuh.
Komplikasi
Menurut Widagdo (2011) Komplikasi dari demam tifoid dapat
digolongkan dalam intra dan ekstra intestinal.
1. Komplikasi intra intestinal diantaranya ialah:
a. Perdarahan
b. Perforasiusus
2. Komplikasi ekstra intestinal diantaranya ialah :
a. Sepsis
b. Hepatitis dan kholesistitis
c. Pneumonia atau bronkhitis
d. Miokarditistoksik
e. Trombosis dan flebitis
f. Komplikasi lain
Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005) & Ranuh (2013) pasien yang
dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus
dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien tifus
abdominalis dan diberikan pengobatan sebagai berikut :
a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian danekskreta
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi,
mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia
c. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah
suhu normal kembali (istirahat total)
d. Diet
e. Pemberian Antibiotik
Penggunaan Antibiotik
1. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotik lini pertama
terapi demam tifoid yang bersifat bakteriostatik
namun pada konsentrasi tinggi dapat bersifat
bakterisid terhadap kuman- kuman tertentu serta
berspektrum luas.
2. Seftriakson
Seftriakson merupakan terapi lini kedua pada
kasus demam tifoid dimana bakteri Salmonella
Typhi sudah resisten terhadap berbagai obat.
.
Next...
3. Ampisilin
Ampisilin memiliki mekanisme kerja menghambat
pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis
dinding sel mikroba.
4. Kotrimoksasol
Kotrimoksasol merupakan antibiotik kombinasi antara
trimetoprim dan sulfametoksasol, dimana kombinasi ini
memberikan efek sinergis.
5. Sefotaksim
Sefotaksim merupakan antibiotik yang sangat aktif terhadap
berbagai kuman gram positif maupun gram negatif aerobik.
Sensitivitas Salmonella Typhii
Terhadap Antibiotik
Sensitivitas atau tingkat kepekaan bakteri
Salmonella Typhi terhadap terapi antibiotik
yang diberikan bisa terlihat dari perbaikan
gambaran klinis atau dengan melakukan uji
sensitivitas antibiotik. Uji sensitivitas
antibiotik adalah tes yang digunakan untuk
menguji kepekaan suatu bakteri terhadap
antibiotik. Tes ini bisa berasal dari hasil kultur
darah, urin, feses dan spesimen lain yang
positif terhadap bakteri Salmonella Typhi.
Kasus
An.A umur 12 tahun baru saja masuk dirawat di
Bangsal Anak RS. Hasil anamnesis, orang tua anak
mengatakan bahwa ia menderita demam khususnya
sore dan malam hari sejak 7 hari yang lalu, anak
makan hanya sedikit, dalam 3 hari ini tiap makan
hanya habis 3 sendok, tapi minumnya seperti biasa.
Kalau anak beraktivitas berat, anak menjadi demam.
Keluarga mengatakan bahwa anaknya baru sekali ini
dirawat di RS. Orang tua mengatakan bahwa mereka
pasrah menerima hospitalisasi anaknya dan
menganggapnya sebagai takdir Tuhan. Dari anamnesa
kepada anak : anak mengeluh pusing, lemas dan mual.
Next...
Sudah 4 hari tidak buang air besar. Anak mengeluh
nyeri pada perut. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan, keadaan umum: sadar penuh (Compos
mentis),anak lemah, lidahnya kotor. Hasil
pemeriksaan lain menunjukkan BB=20kg, TB=120
cm, suhu=390C, Nadi=98 kali/menit, Respirasi=24
kali/menit, Tekanan darah=110/70 mmHg. Turgor
kulit kembali segera, membran mukosa lembab. Hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan Haemoglobin
: 12,2 gr/dl, Haematokrit : 37 , Trombosit : 210.000/
mm3, Leukosit : 9.500/ µl, Salmonella typhi O=
1/160, Salmonella typhi H = 1/80, Salmonella
paratyphi= 1/80. Hasil pemeriksaan tes widal
didapatkan hasil widal positif.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. a
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur : 12 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Penanggung jawab klien
Nama :-
Jenis Kelamin: -
Umur :-
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Orang tua
Next...
Catatan masuk rumah sakit:
Ruangan Rawat :-
Dianosa medis : demam typhoid
Tanggal Masuk : 1 Februari 2019
Tanggal Pengkajian : 1 Februari 2019
No. RM : 587827xx
Jam Pengkajian : Jam 08.00 WIB.
Next...
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Kesehatan Masa Lalu :
belum pernah masuk rumah sakit,ini pertama kali
masuk rumah sakit.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
1) Keluhan utama / alasan masuk rumah sakit :
demam khususnya pada sore dan malam hari sejak 7
hari yang lalu, dalam 3 hari ini hanya habis makan 3
sendok, kalau beraktifitas berat anak tersebut akan
demam.
2) Keluhan waktu di data :
Klien mengeluhkan pusing, lemas, mual, sudah 4 hari
tidak buang air besar dan nyeri pada perut.
Next...
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji

d. Data Biologis
1) Pola nutrisi : orang tua mengatakan makan dalam 3 hari ini hanya
sedikit, hanya habis tiga sendok tiap makan.
2) Pola minum : minum seperti biasanya.
3) Pola eliminasi : sudah 4 hari tidak BAB
4) Pola istirahat dan tidur : tidak terkaji
5) Pola kebersihan : tidak terkaji
6) Pola aktivitas : jika beraktivitas berat, maka dia akan demam

e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Klien lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Next...
3. Tanda-tanda vital
BB : 20 kg
TB : 120 cm
TD : 110/70 mmHg
RR : 24 x/menit
N : 98 x/menit
S : 39 ˚C
Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin : 12,2 gr/dl
Hematokrit : 37
Trombosit : 210.000/mm3
Leukosit : 9500
Salmonella typhi o : 1/160
Salmonella typhi h : 1/80
Salmonella paratyphi : 1/60
Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah

1 Ds :Klien mengatakan demam sudah 7 Proses perjalanan Hipertermi


hari lalu TD : 110/70 mmHg, RR : 24 penyakit
x/menit, N : 98 x/menit, S : 39° C
Do : Klien terlihat lemah

2 Ds : klien mengatakan nyeri pada Nyeri abdomen Nyeri akut


perut sulit BAB
Do : nafsu makan kurang
3 Ds : sudah 4 hari tidak BAB Pola BAB tidak teratur, Konstipasi
Do :- konstipasi, eliminasi
feses tidak lancar

4 Ds : Klien hanya menghabiskan 3 Tidak nafsu Nutrisi kurang


sendok makanan tiap makan dan tidak makan,tidak BAB, dari kebutuhan
nafsu makn Anoreksia,intake tubuh
Do : - makanan kurang
Diagnosa Keperawatan
1.Hipertermi b.d proses berjalanannya
penyakit
2.Nyeri akut b.d nyeri abdomen karena tidak
BAB
3.Konstipasi b.d pola defekasi tidak teratur
4.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
hilangnya nafsu makan
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawa Kriteria Hasil
tan
1 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Untuk
b.d proses perawatan selama kompres menurunkan
berjalanan 1 x 24 jam hangat basah panas klien
nya diharapkan suhu 2. Kolabora 2. Untuk
penyakit tubuh klien normal si pemberian membantu
dengan kriteria obat Piresik menurunkan
hasil : dan panas klien
- Suhu tubuh Antibiotik
36 C
- Klien terlihat
tenang
Next...
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil

2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Untuk


nyeri abdomen tindakan skala nyeri mengetahui
karena tidak keperawatan 2. Berikan tingkat skala
BAB selama 3 x 24 jam. posisi nyeri
Diharapkan nyeri nyaman 2. Untuk
klien hilang 3. membantu
dengan kriteria Kolaborasi mengurangi
hasil : dengan nyeri
- Skala nyeri 1 dokter 3. Untuk
- Klien terlihat pemberian mengurangi
santai obat nyeri
analgesik
Next...
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
3 Konstipasi b.d Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Nutrisi
pola defekasi tindakan cukupan dan serat
tidak teratur keperawatan selama serat dan tinggi bisa
1 x 24 jam. nutrisi sesuai melancarkan
Diharapkan pola indikasi eliminasi
defekasi kembali 2. Berikan 2. Untuk
normal dengan cairan 2-3 melunakkan
criteria hasil : liter feses
- sudah lancar
BAB
- Klien terlihat
santai
Next...
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
4 Nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Kaji pola 1. Agar
dari tindakan nutrisi mengetahui
kebutuhan keperawatan 2. Kolaborasi porsi makan
tubuh b.d 3 x 24 jam menganjurkan klien
hilangnya diharapkan klien makan sedikit 2. Agar
nafsu makan tidak mual dengan tapi sering makan klien
criteria hasil : 3. Kolaborasi kembali
- Klien mau dengan dokter normal
makan untuk 3. Agar
- Klien terlihat pemberian pemberian
lahap saat makan obat suplemen gizi sesuai
kebutuhan
tubuh

Anda mungkin juga menyukai