Anda di halaman 1dari 14

A.

PENGERTIAN
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Smeltzer & Bare. 2012.
Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC). Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus
halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta
Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.).
Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri salmonella thypi dan bersifat
endemic yang termasuk dalam penyakit menular ( Cahyono,2010). Sedangkan menurut
Elsevier 2013, demam thypoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella thypi.
Jadi, demam thypoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri gram
negative (bakteri salmonella thypi) yang merupakan sistem pertahan tubuh dan masuk melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi.

B. ETIOLOGI

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri salmonella
thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak rambut getar, tidak berspora, dan
mempunyai tiga antigen yaitu O ( Somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida),
antigen H (flagella), dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (agglutinin) terhadap
ketiga macam antigen tersebut. Kuman tubuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada
suhu 15- 41 oc (optimum 37oc) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah
lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan atau minuman yang
terkontaminasi, fomitus dan lain sebagainya.
Penyebab penyakit thypoid adalah kuman salmonella thyposa salmonella parathypi
A,B, dan C memasuki saluran pencernaan. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan
berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Penyebab lain dari penyakit thypoid adalah :
1. Makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri salmonella thypi
2. Makanan mentah atau belum masak
3. Kurangnya sanitasi dan higienitas
4. Daya tahan tubuh yang menurus
C. TANDA DAN GEJALA & MANIFESTASI

Menurut ngastiyah (2008:238)+ demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan
daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari+ yang tersingkat 7 hari *ika infeksi ter*adi melalui
makanan+ sedangkan *ika memelalui minuman yang terlama 30 hari. Selama inkubasi mungkin
ditemukan ge*ala prodromal+ perasaan tidak enak badan+ nyeri+ lesu+ nyeri kepala+ pusing dan
tidak bersemangat+ kemudian ge*ala klinis yang biasanya ditemukan+ yaitu :
1. Demam
pada kasus yang khas+ demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu
tidak tinggi sekali. Minggu pertama+ suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari+
menurun pada pagi hari dan mreningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap+ bibir kering dan pecah-pecah ( ragaden).
lidah tertutup selaput putih kotor ( coated tongue )+ u*ungnya dan tepinya kemerahan.
Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. 3ati dan Limpa membesar
disertai nyeri dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
>mumnya kesadaran pasien menurun+ yaitu apatis sampai samnolen. Jarang ter*adi
supor+ koma atau gesilah (kecuali penyakit berat dan terhambat mensapatkan
pengobatan). Ge*ala lain yang *uga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan reseol+ yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dari kapiler
kulit+ yang ditemukan pada minggu pertama demam+ kadang-kadang ditemukan pula
trakikardi dan epistaksis.
7. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya ge*ala penyakit demam thypoid+ akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Ter*adi pada minggu kedua setalah suhu badan
normal kembali+ ter*adinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps ter*adinya karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun obat zat anti.

Komplikasi

1. perforasi usus 5. Kolestatis


2. perdarahan usus 9. Meningitis+Ensafalitis+ Enselopati.
3. peritonitis 8. Bronkopneumonia
7. sepsis

(Kapita selekta kedokteran+2010)

D. PATOFISIOLOGI

Bakteri salmonella thypi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh melalui
mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (p3 @ 2) banyak bakteri yang mati.
keadaan-keadaan seperti alkorhidiria+gastrektomi+ pengobatan dengan antagonis reseptor
histamine 32+ inhibitor pompa proton atau antasida dalam *umlah besar+ akan mengurangi dosis
infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus+ bakteri melekat
pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi sel mukosa dan menembus dinding usus+
tepatnya di ileum dan *e*unum. sel-sel M+ sel epitel khusus yang melapisi peyerAs patch+
merupakan tempat internalisasi salmonella thypi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus+
mengikuti aliran ke kelen*ar limfe mesentrika bahkan ada yang melewati sirkulai sistemik
sampai ke*aringan RES di organ hati dan limpa. salmonella thypi mengalami multiplikasi di
dalam sel fagosit mononuclear di dalam folikel limfe+ kelen*ar limfe mesentrika+ hati dan limfe
(Soedarmo+Suwarmo S Poorwo+dkk.2012.Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropics. Jakarta :
IDAI).

Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan oleh
*umlah dan virulansi kuman serta respon imun pe*amu maka salmonella thypi akan keluar dari
habitnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini
organisme dapat mencapai organ manapun+ akan tetapi tempat yang disukai oleh salmonella
thypi adalah hati+ limpa+ sumsum tulang belakang+ kandung empedu dan peyerAs patch dari
ileum terminal. Kandung empedu dapat ter*adi baik secara langsung dari darah dan penyebaran
retrograde dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus
atau dikeluarkan oleh tin*a. Peran endotoksin dalam pathogenesis demam thypoid tidak *elas+
hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui
pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari salmonella thypi menstimulasi magrofag di
dalam hati+ limpa+ folikel+ limfoma usus halus dan kelen*ar limfe mesenterika untuk
memproduksi sitokinin dan zat-zat lain. Produk dari magrofag inilah yang dapat menimbulkan
nekrosis sel+ sistem vascular tidak stabil+ demam+ depresi sumsum tulang belakang+ kelainan
pada darah dan
menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo+Suwarmo S Poorwo+dkk.2012.Buku Ajar Infeksi
& Pediatric Tropics. Jakarta : IDAI).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering di*umpai. Pada kebanyakan
kasus demam typhoid+ *umlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal
bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
Oleh karena itu pemeriksaan *umlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT Dan SGPT
SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid+ tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan ter*adi demam typhoid. 3al ini dikarenakan hasil
biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
3asil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain+ hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan
darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama per*alanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif
kembali.
c. 4aksinasi di masa lampau
4aksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam
darah klien+ antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
e. >*i Widal
>*i widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid *uga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada u*i widal adalah
suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tu*uan dari u*i widal ini
adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita
tthypoid.
>*i widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella
typhi. >*i widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 7 kali lipat (pada
pemeriksaan ulang 5-8 hari) atau titer widal O C 1<320+ titer 3 C 1<90 (dalam sekali
pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti demam tifoid
bila hasilnya positif+ namun demikian+ bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan
kemungkinan tifoid+ karena beberapa alasan+ yaitu pengaruh pemberian antibiotika+ sampel
yang tidak mencukupi. Sesuai dengan kemampuan SDM dan tingkat per*alanan penyakit
demam tifoid+ maka diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan atas:
1. Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan ge*ala
demam+gangguan saluran cerna+ gangguan pola buang air besar dan hepato<splenomegali.
Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan
dasar.
2. Probable Case telah didapatkan ge*ala klinis lengkap atau hampir lengkap+ serta didukung
oleh gambaran laboraorium yang menyokong demam tifoid (titer widal O C 1<190 atau 3 C
1<190 satu kali pemeriksaan).
3. Definite Case Diagnosis pasti+ ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan biakan atau positif
S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titerWidal 7 kali lipat (pada pemeriksaan
ulang 5-8 hari) atau titer widal OC 1<320+ 3 C 1<970 (pada pemeriksaan sekali) (Widodo+ D.
2008. Buku A*ar Keperawatan Dalam. Jakarta: FK>I.

G. PENATALAKSANAAN
A. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
Klorampenicol
AmoDicilin
KotrimoDasol
7)CeftriaDon
5)CefiDim
b.Antipiretik (Menurunkan panas) :
1)Paracetamol
B. Keperawatan
Observasi dan pengobatan
Pasien harus tirah baring absolute sampai 8 hari bebas demam atau kurang lebih dari selam 17 hari. Maksud tirah baring ad
Mobilisasi bertahap bila tidak panas+ sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadarannya yang menurun+ posisi tubuhnya harus diubah pada waktu- waktu tertentu untuk menghindari
Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang ter*adi konstipasi
Diet
Diet yang sesuai +cukup kalori dan tinggi protein.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
Dilan*utkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 8 hari (Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan M

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengka*ian

a. Identitas pasien
Meliputi nama+alamat+umur+*enis kelamin+peker*aan+ suku<bangsa+agama+ status
perkawinan+tanggal masuk rumah sakit+ no RM dan diagnose masuk.

b. Keluhan utama

Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun Eturun+ nyeri
perut+pusing kepala+ mual+ muntah+ anoreksia+ diare serta penurunan kesadaran.

c. Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella thypi ke dalam tubuh.

d. Riwayat penyakit dahulu

apakah sebelumnya pernah mengalami demam thypoid.

e. Riwayat penyakit keluarga

Apakah keluarga pernah menderita penyakit keturunan seperti DM+hipertensi+ dll.

f. pola-pola fungsi kesehatan

1.Pola nutrisi dan

metabolism

Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan
sehingga makanan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

2 Pola eliminasi

Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi
urin tidak mengalami gangguan+hanya warna kuning kecoklatan. Klien dengan demam
thypoid ter*adi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dn
merasa haus+ sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

3. pola aktivitas dan latihan

aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total+ agar tidak ter*adi
komplikasi maka segala kebutuhan klien di bantu.

7. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.

5. Pola persepsi dan konsep diri


Biasanya ter*adi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit pada anaknya.

9. Pola sensori dan kognitif

Pada penciuman+ perabaan+ perasaan+ pendengaran dan penglihatan umumnya tidak


mengalami kelainan serta tidak terdapat suara waham pada klien.

8.Pola hubungan dan peran

3ubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan
klien harus bed rest total.

8. Pola penanggulangan stress

Biasanya orang tua akan nampak cemas.

g. Pemeriksaan fisik

1. keadaan umum

Didapatkan klien tampak lemah+ suhu tubuh meningkat 38-700C+ muka kemerahan.

2. Tingkat kesadaran

Dapat ter*adi penurunan kesadaran.

3. Sistem respirasi

Pernafasan rata-rata ada peningkatan+nafas cepat dan dalam gambaran seperti


bronchitis.

7. Sistem kardiovaskuler

Ter*adi penurunan tekanan darah+ bradikardi relative+ hemoglobin rendah.

5. Sistem intugumen

kulit kering+ turgor kulit menurun+ muka tampak pucat+ rambut agak kusam.

9. Sistem gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah+ mukosa mulut kering+ lidah kotor(khas)+ mual+ muntah+
anoreksia+ dan konstipasi+ nyeri perut+ perut terasa tidak enak+ peristaltik meningkat.

8.Sistem muskuluskeletal

Klien lemah+ terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

8.Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan hati dan limpa membesar dengan konsistensi lunak serti nyeri
tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi
peristaltic usus meningkat.

2. Diagnosa keperawatan

1. 3ipertermi berhubungan dengan infeksi salmonella thypi.

2.Perubahan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b<d mual
dan muntah.

3. Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya b<d kurangya informasi.

7. Fyeri berhubungan dengan proses peradangan.

5. Kurang volume cairan b<d pemasukan yang kurang+ mual<muntah+ pengeluaran


berlebihan+ diare+ panas tubuh.

9. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan+ istirahat total dan pembatasan
karena pengobatan

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.3 ipertemi berhubungan dengan infeksi salmonella thypi.

Tu*uan : Thermolegulation (suhu tubuh normal<terkontrol)

Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal+turgor kulit kembali membaik.

Fic : Fever treatment

a. Monitor suhu

b. Monitor warna kulit dan suhu kulit

c. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik

d. Tingkatkan sirkulasi udara

e. Lakukan tapid

sponge Monitoring

vital sign

f. Monitor frekuensi dan irama pernafasan

g. Monitor suara paru


h. Catat adanya fluktasi tekanan darah

2. Perubahan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b<d mual muntah.

Tu*uan : Futrition status : Food and fluid intake

Kriteria hasil : Peningkatan berat badan+ tidak ada penurunan berat badan yang

berarti Fic : Futrition management

a. Ka*i adanya alergi makanan

b.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan *umlah kalori dan nutrisi yang
di butuhkan.

Futrition monitoring

c. BB pasien dalam keadaan normal

d. Monitor adanya penurunan berat badan

e. Monitor turgor kulit

f. Monitor mual dan muntah

3.Kurangya pengetahuan orang tua tentang penyakit b<d kurang informasi

Tu*uan : Knowlegde :disease process+ Knowledge G health behavior

Kriteria hasil :

a.Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit+ kondisi+ prognosis dan
program pengobatan.

b. Pasien dan eluarga mampu men*elaskan kembali apa yang di*elaskan oleh perawat<tim
kesehatan lainnya.

Fic : Teaching G disease process

a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien (proses penyakit)

b.Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi fisiologi+ dan dengan cara yang tepat.

c. Gambarkan tanda dan ge*ala yang biasa muncul pada penyakit+ dengan cara
yang tepat.

d. Gambarkan proses penyakit+ dengan cara yang tepat.


e. Identifikasi kemungkinan penyebab+ dengan cara yang tepat.

f. sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat.

7. Fyeri berhubungan dengan proses peradangan

Tu*uan : Pain level+ Pain control+ Comport level

Kriteria hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri( tahu penyebab nyeri+mampu menggunakan tehnik


non farmakologi untuk mengurangi nyeri.

b. Melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan tehnik mana*emen nyeri.

c. Mampu mengenali nyeri (skala+intensitas+frekuensi+dan tanda nyeri).

d. Menyatakan nyaman saat nyeri berkurang.

Fic : Pain management

a. Lakukan pengka*ian nyeri.

b. Observasi reaksi nonverbal dari nyeri.

c. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu


ruangan+ pencahayaan dan kebisingan.

d. Kurangi faktyor presipitasi nyeri.

e. Lakukan penangan nyeri (farmakologi dan nonfarmakologi).

f. Ka*i tipe nyeri dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.

g. A*arkan tehnik nonfarmakologi.

h. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri *ika di perlukan.

i. Tingkatkan istirahat.

*. kolaborasikan dengan dokter *ika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak berhasil.

5. Kurang volume cairan b<d pemasukan yang kurang+ mual+ muntah atau pengeluaran yang
berlebihan+diare+demam (suhu tubuh meningkat).

Tu*uan : Fluid balance+3ydration+Futrional status : Food and fluid intake.


Kriteria hasil :

a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB+BJ urine normal+ 3T normal.

b. Tekanan darah+nadi+suhu tubuh dalam rentang normal.

c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi+Elastisitas turgor kulit baik+membrane mukosa lembab


tidak ada rasa haus berlebihan.

Fic : Fluid

management a.Monitoring status

dehidrasi.

b Monitor vital sign.

c. Lakukan terapi I4.

d. Monitor status nutrisi.

e. monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian.

f. Dorong masuk oral.

g. Kolaborasi pemberian obat dengan dokter.

9. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan+ istirahat total dan


pembatasan karena pengobatan

Tu*uan : Perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-

hari Kriteria hasil :

1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (makan+ berpakaian+ kebersihan+ toileting+


ambulasi)

2. Kebersihan diri pasien terpenuhi


Fic : Self-care assistant

1. Ka*i kemampuan klien self-care mandiri

2. Ka*i kebutuhan klien untuk personal hygiene+ berpakaian+ mandi+ cuci rambut+
toilething+ makan.

3. sediakan kebutuhan yang diperlukan untuk ADL

7. Bantu ADL sampai mampu mandiri.

5. An*urkan keluarga untuk membantu

9.>kur tanda vital setiap tindakan

J. DISCHARGE PLANING

1. Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi.

2. Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari untuk mengelola makanan.

3. Lalat perlu dicegah *angan sampai menghinggapi makanan dan minuman.

7. Penderita memerlukan istirahat.

5. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat


perkembangan dan kondisi fisik anak.

9. Jelaskan terapi yang di berikan : dosis+ dan efek samping.

8. Men*elaskan ge*ala-ge*ala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk
mengatasi ge*ala tersebut.

8. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang di tentukan.

DAFTAR PUSTAKA
1.Aru W. Sudoyo.(2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 4.Jilid III. Jakarta: Interna
Publishing.

2.Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI+
Jakart.

3.Fugroho+ Susilo+ (2011). Pengobatan Demam Tifoid. Hogyakarta: Fuha Medika.

7.Mans*oer+ Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran+ Jakarta : Media Aesculapius.

5.Siman*untak+ C. 3+ (2009). Demam Tifoid+ Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian.


Cermin Dunia Kedokteran Fo. 83.).

9.Smeltzer & Bare. (2012). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC.

8.Soedarmo+ Sumarmo S Poorwo+ dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta:
IDAI).

8.Widodo+D.(2008).Buku A*ar Keperawatan Dalam.Jakarta: FK>I.

Anda mungkin juga menyukai