Anda di halaman 1dari 15

PERAN NGO DALAM PENANGGULANGAN NAPZA

Di Susun Oleh :

Kelompok 7
1. Tasya Adia Putri ( 1914201143 )
2. Sonia
3. Luxcy anggraini (1914201002)
osaina putri kharim (1914201003)

Dosen Pembimbing :

Ns. Edo

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ALIRAN PADANG

2021/2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................

DAFTAR ISI.....................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................

a. Latar Belakang........................

b. Rumusan Masalah..............

c. Tujuan.........................

BAB II PEMBAHASAN...
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
NAPZA merupakan akronim dari narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya,
adalah bahan/zat/obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak/susunan saraf, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan
fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi)
terhadap NAPZA (kabauganteng.blogspot.co). Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor
pelayanan kesehatan, yang menitik-beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan
fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja
pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
Masalah NAPZA atau di masyarakat lebih populer dengan sebutan NARKOBA
(narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya), di Indonesia berkembang begitu pesat dan
sangat mengkhawatirkan. Indonesia yang dulunya hanya menjadi tempat singgah sementara
(transit), sekarang sudah menjadi daerah pemasaran, artinya pedagang NAPZA sengaja datang
ke Indonesia untuk berjualan, dan pembelinya adalah orang Indonesia. Bahkan, saat ini peran
Indonesia sudah meningkat menjadi daerah pembuat (produsen). Belakangan, NAPZA yang
dibuat di Indonesia kemudian diekspor ke luar negeri. Dengan begitu Indonesia telah menjadi
pengekspor NAPZA. Jenisnya juga bertambah banyak dan mutunya juga semakin menakutkan.
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN, 2015), saat ini ada 35 NAPZA jenis baru masuk ke
Indonesia.Peredarannya selain di kota-kota besar dengan sasaran keluarga yang mampu, kini
telah menunjukkan indikasi meluas sampai ke kota-kota kecil, bahkan telah merambah sampai
ke desa-desa dan menyerang keluarga yang kurang mampu. Maraknya penggunaan dan
penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dari kalangan penduduk usia dewasa saja, tetapi justru
didominasi oleh anak dan remaja atau dari kalangan generasi muda, yang mempunyai
tanggungjawab untuk menjadi penerus keberlangsungan bangsa dan negara. Alasan
penggunanya pun beragam, dari sekedar cobacoba karena didorong oleh rasa ingin tahu,
sampai pada yang memang sengaja mencari untuk pelampiasan dan pelarian dari himpitan
persoalan yang dihadapi.

Saat ini, dapat dikatakan hampir tidak ditemukan satu tempat di Indonesia yang
bebas dari NAPZA. Demikian pula pernyataan Kepala BNN Komjen. Pol. Budi Waseso, bahwa :
“Tidak ada bagian masyarakat yang tidak clear dari narkoba. Semua sudah kena. Ada oknum
TNI, oknum POLRI, termasuk dari BNN”. Berdasarkan Laporan Akhir Survei Nasional
Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba tahun 2014, jumlah penyalahguna narkoba
diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang yang pernah memakai narkoba dalam
setahun terakhir (currens users) pada kelompok usia 10 – 59 tahun. Jadi ada sekitar 1 dari 44
sampai 48 orang berusia 10 – 59 tahun masih atau pernah pakai narkoba pada tahun 2014.
Sedangkan data yang dikeluarkan BNN setahun belakangan ini pengguna NAPZA di Indonesia
meningkat secara drastis. Di tahun 2015 terakhir mengalami kenaikan cukup signifikan, di mana
pada tahun 2014 sempat mengalami penurunan yakni hanya 4 juta jiwa, namun di tahun 2015
naik menjadi kisaran 5,1 juta jiwa. Sebagaimana disampaikan oleh Kepala BNN, angka
penggunaan NAPZA justru meningkat signifikan dalam periode Juni hingga November 2015
sebesar 1,7 juta jiwa. Di bulan Juni 2015 angka pengguna sebesar 4,2 juta dan di bulan
November 2015 sebesar 5,9 juta jiwa.Dengan demikian, NAPZA tersedia di manamana dan
pemakainya tidak saja orang dewasa tetapi sebagian besar adalah remaja, bahkan anak- anak.
Ketidaktahuan tentang NAPZA adalah awal pemakaian dan segala bencana. Banyak
alasan mengapa orang memakai NAPZA. Sebagian besar karena tidak tahu bahwa yang
dikonsumsi itu NAPZA.Penyebab terjadinya penyalahgunaan NAPZA dapat dibedakan atas 3
kelompok, yaitu alasan internal dalam dirinya, kondisi keluarga, dan pengaruh orang lain atau
lingkungan (Subagyo Partodiharjo). Remaja yang masih dalam proses tumbuh dan berkembang,
kepribadiannya belum mantap dan masih mencari-cari bentuk identitas diri atau jati diri.
Kondisi yang demikian menyebabkan mereka mudah goyah dan mudah dibawa arus
lingkungannya. Dalam situasi rawan seperti ini, NAPZA yang disebarkan luaskan di
tengahtengah remaja, kemudian disalahgunakan. Biasanya diawali dengan pemakaian pertama
karena tawaran, bujukan, dan tekanan seseorang atau teman sebaya. Didorong rasa ingin tahu
atau ingin mencoba, mereka mau menerimanya. Selanjutnya, tidak sulit untuk menerima
tawaran berikutnya. Dari pemakaian sekali, kemudian beberapa kali, dan akhirnya berlanjut,
sehingga menimbulkan dampak buruk terhadap jasmani, mental, dan kehidupan sosialnya.
Dalam hal initelah terjadipenyalahgunaan NAPZA (abuse), karena pemakaian yang tidak
semestinya.

Pengertian penyalahgunaan narkoba menurut Danny I Yatim (1991:3) adalah


pemakaian narkoba secara tetap yang bukan untuk tujuan pengobatan, atau yang digunakan
tanpa mengikuti aturan takaran yang seharusnya. Penyalahgunaan narkoba ini menimbulkan
kerusakan fisik, mental, emosi, maupun sikap hidup bermasyarakat. Sedangkan dalam Undang
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang ”Narkotika”, pengertian penyalahguna narkotika adalah
orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Dengan demikian yang
dimaksud penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk
maksud pengobatan, tetapi karena hanya ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih
secara kurang teratur serta berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosialnya.
Sebenarnya, banyak jenis NAPZA khususnya golongan narkotika dan psikotropika
memberikan manfaat yang besar bila digunakan dengan baik dan benar, terutama di bidang
kedokteran dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan begitu, penggunaan narkotika dan
psikotropika hanya untuk keperluan ilmu pengetahuan dan kesehatan serta berdasarkan
pertimbangan para medis dan dokter, dengan tetap mengacu pada perundang-undangan yang
berlaku. Namun, pada perkembangannya narkotika dan psikotropika ini sering disalahgunakan
(abuse), yaitu digunakan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi untuk menikmati
pengaruhnya, karena kesanggupannya untuk menciptakan perasaan nyaman dan dapat
menghilangkan ketegangan. Dengan kata lain, pengaruh NAPZA yang menimbulkan rasa
nikmat, enak dan nyaman pada awal pemakaian itulah, penyebab NAPZA disalahgunakan.Akan
tetapi, pengaruh tersebut hanya sementara, sebab setelah itu timbul rasa tidak enak. Untuk
menghilangkan rasa tidak enak itu, ia akan menggunakan lagi, dengan begitu ia selalu
mengharapkan NAPZA. Hal ini tentu akan membahayakan bagi pemakainya apabila berlanjut
menjadi ”budak NAPZA”, atau sering disebut dengan ”ketergantungan”. Sebagaimana
diungkapkan Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana (2006), apabila penggunaan NAPZA
bertambah banyak dan semakin sering, maka dapat menyebabkan ketergantungan
(compulsivedependent use).

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang ”Narkotika”, yang dimaksud


dengan ketergantungan narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk
menggunakan narkotika secara terus menerus dengan takaran yang meningkat agar
menghasilkan efek yang sama, dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan
secara tiba-tiba menimbulkan gejalafisik dan psikis yang khas. Jika sudah pada tahap
ketergantungan akan merusak sistem saraf, yang pada akhirnya akan memunculkan efek
negatif pada fisik dan jiwa penggunanya.

Ketergantungan pada NAPZA ini tidak hanya berpengaruh negatif terhadap fisik, dan
psikis si pemakai, namun juga berdampak negatif terhadap kehidupan sosial, dan akibat yang
sangat fatal adalah kematian (Ahmadi Sofyan, 2007). Dampak atau bahaya penyalahgunaan
NAPZA sudah sangat jelas, yakni berakibat pada gangguan salah satu fungsi, baik fisik, psikis
maupun kehidupan sosial, bahkan kematian. Menurut dr Subagyo Partodiharjo, pengaruh pada
fungsi fisik akan menimbulkan banyak komplikasi pada fungsi organ tubuh, dan pengaruh pada
psikis yang bermanifestasi pada gangguan perilaku tidak wajar atau perilaku menyimpang.
Sedangkan pengaruh terhadap kehidupan sosial yaitu dapat mengganggu peran dan fungsi
mereka sebagai anggota masyarakat, dan tentu saja perekonomian keluarga menjadi kacau,
karena harus memenuhi kebutuhannya akan NAPZA. Lebih lanjut hal ini dapat memicu
munculnya tindak kejahatan, sehingga mempengaruhi ketertiban masyarakat yang pada
akhirnya melemahkan kehidupan bernegara. Bahaya penyalahgunaan NAPZA tidak saja
merugikan si pemakai, tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat lingkungannya. Masalah
bahaya penyalahgunaan NAPZA, bukan saja merupakan masalah perorangan, keluarga, dan
kelompok masyarakat tertentu, tetapi juga menjadi masalah nasional. Tingginya kasus
penyalahgunaan NAPZA dan kerugian negara yang terjadi akibat kasus tersebut, serta dampak
yang luas bagi warga negara Indonesia, maka Indonesia menyatakan “darurat narkoba”. Oleh
karena itu, berbagai cara dan upaya telah dilakukan berbagai pihak, seperti pemerintah dengan
segenap institusinya, lembaga swadaya masyarakat (LSM) peduli bahaya NAPZA, organisasi
kemasyarakatan, dan masyarakat luas dalam menanggulangi penyalahgunaan NAPZA.
Selain itu, dengan mengingatkan sekaligus menginginkan agar masyarakat Indonesia,
khususnya kaum remaja (generasi muda) untuk tidak sekali-kali mencoba dan mengkonsumsi
”barang haram” yang bernama NAPZA

B. Rumusan Masalah
1.Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan

narkotika.
2.Melakukan kemitraan/kerjasama dalam rangka pencegahan

penyalahgunaan narkotika

3.Menyusun program kegiatan pencegahan penyalahgunaan narkotika.

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah mendeskripsikan pencapaian yang telah
dilakukan oleh pemerintah kota padang dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika di
wilayah pemerintahan kota pada sesuai dengan acuan peraturan menteri nomor 21 Tahun 2013
tentang fasilitasi pencegahan penyalahgunaan narkotika.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


Membentuk suatu organisasi, perkumpulan atau apapun namanya merupakan
suatu perwujudan dari Hak Asasi Manusia (HAM). Hal ini sejalan dengan Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada Pasal 24 ayat (2),
menyatakan : “Setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan Partai
Politik, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau organisasi lainnya untuk berperan
serta dalam jalannya pemerintahan dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan
perlindungan, penegakkan dan pemajuan hak asasi manusia sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan”.
LSM secara umum diartikan sebagai sebuah organisasi yang didirikan oleh
perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
kegiatannya (Sumarni, tt). Sementara itu, LSM juga memberikan pelayanan atau
advokasi untuk mengangkat isu-isu tertentu dan bergerak di bidang-bidang seperti Hak
Asasi Manusia (HAM), lingkungan hidup, dan konservasi, pembangunan dan
perdamaian, atau mereka dapat juga memiliki tujuan sosial yang lain (Jordan dan Van
Tuilj, 2009).
Organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal juga
sebagai Organisasi non pemerintah disingkat Ornop atau ONP atau NGO (non-
governmental organization). Organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah,
birokrasi ataupun negara, maka secara garis besar organisasi non pemerintah dapat di
lihat dengan ciri yaitu (a) organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun
negara; (b) dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan
(nirlaba); dan (c) kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya
untuk kepentingan para anggota seperti yang dilakukan koperasi ataupun organisasi
profesi.Kehadiran LSM di Indonesia, lahir dari beberapa organisasi dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat. LSM populer pada tahun 1970 dimana sedang terjadi
krisis di Indonesia, kemiskinan, kerusakan lingkungan, pelarian politik, kekerasan oleh
negara, pada dasarnya tidak berbeda dengan sejarah kelahiran LSM Internasional.

LSM adalah sebuah kekuatan tersendiri dalam model tiga sektor (three sector
model), yang terdiri dari pemerintah sebagai sektor pertama. Dunia usaha sebagai sektor
kedua, dan lembaga voluntir (sukarela) sebagai sektor ketiga. LSM berkedudukan sebagai
lembaga penengah yang menengahi pemerintah dan warga negara dalam berbagai hal.
Bisa jadi LSM sebagai “telinga” untuk mendengar aspirasi masyarakat dan keinginan
rakyat, bisa juga sebagai “corong atau speaker” dalam menyampaikan aspirasi dan
keinginan masyarakat agar didengar oleh pemerintah.
Kerap kali, LSM memang harus bersikap kritis terhadap pemerintah, tetapi
adakalanya LSM bertindak pula sebagai penjelas dan pengurai kebijakan atau keputusan
pemerintah. Sikap kritis itu hendaknya dipahami, karena LSM itu memang tumbuh
sebagai kekuatan pengimbang, baik terhadap pemerintah maupun swasta. Kekuatan
pengimbang ini diperlukan agar mekanisme demokrasi dapat bekerja. Selain itu, LSM
tidak mesti dapat dinilai sebagai kekuatan oposan, karena LSM adalah dua mitra
pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan.
Secara garis besar dari sekian banyak organisasi non pemerintah yang ada dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Organisasi mitra pemerintah, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan
kegiatan dengan bermitra dengan pemerintah dalam menjalankan kegiatannya.
2. Organisasi donor, adalah organisasi non pemerintah yang memberikan dukungan
biaya bagi kegiatan ornop lain.
3. Organisasi profesional, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan
berdasarkan kemampuan profesional tertentu seperti ornop pendidikan, ornop bantuan
hukum, ornop jurnalisme, ornop kesehatan, ornop pengembangan ekonomi dan lain-
lain.
4. Organisasi oposisi, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan
dengan memilih untuk menjadi penyeimbang dari kebijakan pemerintah. Ornop ini
bertindak melakukan kritik dan pengawasan terhadap keberlangsungan kegiatan
pemerintahan.

B. Fungsi dan Tujuan Lembaga Swadaya Masyarakat


Sebuah lembaga atau organisasi dapat berfungsi dengan baik, apabila
melaksanakan apa yang menjadi visi dan misinya serta berkomitmen pada anggaran dasar
(AD) dan anggaran rumah tangganya (ART) sebagai landasan dalam
mengimplementasikan tujuan organisasi tersebut. Sama halnya dengan LSM yang
bergerak dan bertindak untuk kepentingan masyarakat banyak. Sudah tentu diharapkan
kiprah dan peranannya di tengah-tengah masyarakat.
Dalam menjalankan kiprahnya tersebut, LSM dapat menjalankan fungsinya
sebagai berikut, yaitu:
1. Sebagai wadah organisasi yang menampung, memproses, mengelola dan
melaksanakan semua aspirasi masyarakat dalam bidang pembangunan terutama pada
bagian yang sering tidak diperhatikan oleh pemerintah.
2. Senantiasa ikut menumbuhkembangkan jiwa dan semangat serta memberdayakan
masyarakat dalam bidang pembangunan.
3. Ikut melaksanakan, mengawasi, memotivasi dan merancang proses dan hasil
pembangunan secara berkesinambungan tidak cuma pada saat itu juga.
4. LSM juga harus ikut aktif dalam memelihara dan menciptakan suasana yang kondusif
didalam kehidupan masyarakat bukan sebaliknya.
5. LSM sebagai wadah penyalur aspirasi atas hak dan kewajiban warga negara serta
kegiatan dari masyarakat sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan oleh masing-
masing LSM.
6. LSM juga harus ikut menggali dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh
anggotanya jadi bisa mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan bersama..
7. LSM sebagai wadah yang ikut aktif dalam perannya mensukseskan pembangunan
bangsa dan negara, serta dalam hal ini ikut menjaga kedaulatan negara dan menjaga
ketertiban sosial.
8. Sebagai salah satu cara bagi masyarakat untuk memberikan asiprasinya, lalu aspirasi
ini ditampung oleh LSM sesuai dengan tujuan LSM itu sendiri dan akan disalurkan
pada lembaga politik yang bersangkutan guna mencapai keseimbangan komunikasi
yang baik antara masyarakat dan pemerintahan seperti politik luar negeri Indonesia.

C. Peranan LSM Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba


LSM dalam menjalankan fungsinya tentunya sesuai dengan bidang yang
dijalani atau yang digelutinya. Ada LSM yang bergerak dibidang lingkungan alam,
perlindungan anak dan perempuan, pencegahan dan pemberantasan narkoba, dan lain-
lain. Untuk itulah, perlu diketahui tujuan didirikan LSM dimaksud. Peran LSM
sebagaimana fungsi dan tujuan tersebut di atas menggambarkan peran strategis LSM
dalam kehidupan masyarakat.

Andra L. Corrothers dan Estie W. Suryatna mengidentifikasi 4 (empat) peranan


yang dapat dimainkan oleh LSM dalam sebuah negara yaitu (a) Katalisasi perubahan
sistem. Hal ini dilakukan dengan mengangkat sejumlah masalah yang penting dalam
masyarakat, membentuk sebuah kesadaran global, melakukan advokasi demi perubahan
kebijaksanaan negara, mengembangkan kemauan politik rakyat, dan mengadakan
eksperimen yang mendorong inisiatif masyarakat; (b) Memonitor pelaksanaan sistem dan
cara penyelenggaraan negara, bahkan bila perlu melakukan protes. Hal itu dilakukan
karena bisa saja terjadi penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran hukum, terutama yang
dilakukan pejabat negara dan kalangan bisnis; (c) Memfasilitasi rekonsiliasi warga
negara dengan lembaga peradilan. Hal ini dilakukan karena tidak jarang warga
masyarakat menjadi korban kekerasan itu. Kalangan LSM muncul secara aktif untuk
melakukan pembelaan bagi mereka yang menjadi korban ketidakadilan; dan (d)
Implementasi program pelayanan. LSM dapat menempatkan diri sebagai lembaga yang
mewujudkan sejumlah program dalam masyarakat.
Terkait dengan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GN) yang digulirkan oleh BNN
mempunyai kegiatan unggulan di bidang rehabilitasi, disamping kegiatan pencegahan,
pemberdayaan masyarakat dan pemberantasan. Kegiatan ini sebagai upaya menjadikan
masyarakat memiliki pola pikir (mindset), pola sikap (culture set) dan keterampilan
(skill) menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. LSM dapat berperan
sebagai katalisasi atau katalisator yaitu mempercepat proses pembentukan pola pikir dan
pola sikap dalam menolak dan melawan narkoba. Selanjutnya membentuk kreativitas
masyarakat dengan melatih keterampilan (skill) dan kemampuan individual untuk
mempunyai kesadaran dan kemampuan sebagai bekal dalam berwira usaha sendiri guna
menangkal godaan narkoba.

Selanjutnya, LSM dapat berperan dalam mewujudkan atau mengimplementasikan


program pelayanan untuk kebutuhan dan kepentingan masyarakat seperti dalam
membantu melakukan sosialisasi, penyuluhan, edukasi dan advokasi bahaya
penyalahgunaan narkoba, melayani klein atau pasien untuk direhabilitasi, dan
memberdayakan masyarakat agar mempunyai daya tahan, daya tangkal dan daya tolak
terhadap narkoba. Disamping itu, LSM dapat bergerak dari tingkat bawah, utamanya
rumah tangga atau keluarga dalam membantu memberikan edukasi dan informasi serta
komunikasi terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba dengan membentuk ketahanan
keluarga sejak awal.
Kemudian berlanjut ke tingkat kelurahan, kecamatan dan seterusnya dengan melibatkan
dan mendorong keterlibatan stakeholders atau pemangku kepentingan terkait dan
pemerintah, baik pemerintah desa/kelurahan, kecamatan maupun pemerintah daerah
kabupaten/kota dalam mendukung kegiatan dimaksud, baik dengan dukungan anggaran
maupun fasilitas yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan kegiatan
tersebut.

Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat khususnya LSM dalam melaksanakan P4GN
sangat diperlukan, melalui koordinasi dan komunikasi yang efektif serta pengawasan
dengan melibatkan masyarakat secara umum berbagai aktivitas yang dilakukan dapat
mewujudkan desa atau kelurahan bersih dari narkoba (Bersinar).
Diharapkan peran LSM dapat memberikan kontribusi terbaik untuk bangsa dan negara
serta memberikan solusi atas berbagai permasalahan bangsa ini guna menyelamatkan
generasi muda dari bahaya penyalahgunaan narkoba. Bukan sebaliknya, LSM atau
anggotanya menjadi bagian dari lingkaran setan permasalahan narkoba, apakah sebagai
pemakai, bandar, pengedar atau masuk dalam jaringan sindikat narkoba, maka LSM
tersebut patut dituntut pertanggungjawabannya atau dibubarkan secara paksa.
D. Mewujudkan Aspirasi Masyarakat
Berbagai organisasi yang dilbentuk sebagai alat atau wadah penyaluran aspirasi
masyarakat, salah satunya adalah melalui LSM. LSM diharapkan menjadi mitra kerja
yang konstruktif bagi pemerintah dalam mengimplementasikan berbagai program
pemerintah, khususnya P4GN di masyarakat. Kehadiran LSM dapat memberikan
dukungan dan partisipasinya dalam rangka mencegah dan memberantas penyalahgunaan
Narkoba, utamanya membersihkan Narkoba dari lingkungan LSM sendiri kemudian
melebar ke lingkungan lain dan ini membutuhkan kerjasama berbagai pihak atau
pemangku kepentingan (stakeholders) agar berjalan efektif dan efisien serta tercapai
target yang diharapkan.
Permasalahan narkoba menjadi persoalan dan keprihatinan kita bersama, maka
diperlukan langkah konkrit dan komprehensif agar tidak semakin meluas yang meminta
banyak korban. Tentunya aspirasi masyarakat yang dikehendaki adalah bagaimana LSM
dapat memperjuangkan kepentingan masyarakat dengan memberikan masukan, kritik dan
desakan kepada pengambil kebijakan (pemerintah) untuk melahirkan berbagai kebijakan
atau regulasi dengan melibatkan LSM dalam upaya mencegah dan memberantas
penyalahgunaan narkoba, tentunya swadaya dan sumber daya masyarakat dikerahkan
melalui LSM sebagai bagian tanggung jawab bersama.
LSM yang netral dan independen, yang konsern terhadap persoalan masyarakat
dan tidak punya kepentingan lain selain membantu masyarakat dan pemerintah, tentunya
dibutuhkan komitmen bersama dengan dukungan pemangku kepentingan lainnya yang
dapat mewujudkan visi dan misi serta tujuan LSM itu sendiri, khususnya LSM yang
bergerak di bidang sosial kemasyarakatan pencegahan dan pemberantasan narkoba.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
NAPZA merupakan akronim dari narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya,
adalah bahan/zat/obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh terutama otak/susunan saraf, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,
psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA (kabauganteng.blogspot.co). Istilah
NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik-beratkan
pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering
disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga
menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.

B. Saran
Setelah penulis membuat kesimpulan tentang " PERAN NGO DALAM
PENANGGULANGAN NAPZA" maka penulis menganggap perlu adanya saran untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai