Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SOSIAL MARKETING : NAPZA

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Nurbaity, S.si., MM., Apt

disusun oleh :
Aprianto Nur Faiz 16.44238.1021
Robby Armando 16.44238.1010

AKADEMI FARMASI
YAYASAN PENDIDIKAN FARMASI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena atas
berkat dan rahmat-Nya kepada kita semua, sholawat beserta salam semoga terlimpah
curahkan kepada paduka yang mulia, Nabi Muhammad saw. kepada keluarganya,
sahabatnya dan kepada kita sebagai umat yang taat kepadanya. Kami juga
berterimakasih kepada setiap pihak yang telah terlibat dan membantu kami dalam
penyusunan makalah ini.
Pada kesempatan ini, penulis akan memaparkan makalah yang berjudul
“Sosial Marketing: NAPZA”.
Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini, masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Kritik dan saran yang positif sangat penulis harapkan
untuk kemajuan bersama di masa yang akan datang. Demikian makalah ini penulis
persembahkan, dengan penuh rasa terima kasih atas kesempatan yang sudah
diberikan, dan semoga Allah swt. memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

Bandung, November 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Disekitar kita saat ini, banyak sekali zat-zat adiktif yang negatif dan
sangat berbahaya bagi tubuh. Dikenal dengan sebutan narkotika dan obat-obatan
terlarang. Dulu, narkoba hanya dipakai secara terbatas oleh beberapa komunitas
manusia di berbagai negara. Tapi kini, narkoba telah menyebar dalam spektrum
yang kian meluas. Itu ditunjang oleh beberapa negara dimana obat-obatan
digunakan untuk tujuan pengobatan , namun seiring berjalannya waktu
penyalahgunaan napza dimulai oleh para dokter, yang meresepkan bahan-bahan
napza baru untuk berbagai pengobatan walaupun mereka mengetahui efek
samping apa yang terkandung dalam obat tersebut. Kemudian ketergantungan
menjadi parah sesudah ditemukannya morphine (1804)yang diresepkan sebagai
anestetik yang digunakan luas pada waktu perang di abad ke-19 hingga sekarang
dan penyalahgunaan napza diberbagai negara yang sulit untuk dikendalikan
hingga saat ini.

Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap NAPZA yang


melanda dunia berimbas juga ke tanah air, perkembangannya begitu
pesat sehingga sangat mengkhawatirkan. NAPZA juga sudah menyebar sampai
ke pelosok pedesaan dan telah mengorbankan ribuan bahkan jutaan jiwa
anak bangsa akibat terjerat narkoba. Berdasarkan data yang ada di BNN, tidak
satu Kabupaten/Kota di Indonesia yang terbebas dari masalah narkoba. (BNN,
2015)

NAPZA sudah merambah ke segala lapisan masyarakat Indonesia. Yang


menjadi sasaran bukan hanya tempat-tempat hiburan malam, tetapi sudah
merambah ke daerah pemukiman, kampus, ke sekolah-sekolah, rumah kost,
dan bahkan di lingkungan rumah tangga. Korban penyalahgunaan NAPZA di
Indonesia semakin bertambah dan tidak terbatas pada kalangan kelompok
masyarakat yang mampu, mengingat harga NAPZA yang tinggi, tetapi juga
sudah merambah kekalangan masyarakat ekonomi rendah. Hal ini dapat
terjadi karena komoditi narkoba memiliki banyak jenis, dari yang harganya
paling mahal hingga paling murah. Mencermati perkembangan penyalahgunaan
dan peredaran gelap NAPZA akhir-akhir ini, telah mencapai situasi yang
mengkhawatirkan, sehingga menjadi persoalan kenegaraan yang mendesak.
Karena penyalahgunaan NAPZA bukan hanya orang dewasa, mahasiswa
tetapi juga pelajar SMU sampai pelajar setingkat SD. Dikatakan, remaja
merupakan golongan yang rentan terhadap penyalahgunaan narkoba karena
selain memiliki sifat dinamis, energik, selalu ingin tahu. Mereka juga
mudah tergoda dan putus asa sehingga mudah jatuh pada masalah
penyalahgunaan narkoba.

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif


lainya atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA
(Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat
kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif
dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta
masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen
dan konsisten.

Menurut laporan United Nations Office Drugs and Crime pada


tahun 2009 menyatakan 149 sampai 272 juta penduduk dunia usia
15-64 tahun yang menyalahgunakan obat setidaknya satu kali dalam 12 bulan
terakhir.

Dari semua jenis obat terlarang ganja merupakan zat yang paling banyak
digunakan di seluruh dunia yaitu 125 juta sampai dengan 203 juta penduduk
dunia dengan prevalensi 2,8%-4,5%. (UNODC, 2011)

Berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN)


bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia
(UI) memperkirakan prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada tahun 2009
adalah 1,99% dari penduduk Indonesia berumur 10-59 tahun. Pada
tahun 2010, prevalensi penyalahgunaan NAPZA meningkat menjadi
2,21%. Jika tidak dilakukan upaya penanggulangan diproyeksikan kenaikan
penyalahgunaan NAPZA dengan prevalensi 2,8% pada tahun 2015(BNN, 2011).

Lalu pada tahun 2017 survei yang didapat jumlah pengguna NAPZA
semakin meningkat dimana untuk masyarakat dengan umur dibawah 30 tahun
dengan prevalensi 3,4% dan untuk masyaratkat yang berumur diatas 30tahun
memiliki prevalensi 4,1%.(BNN,2017)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah pengertian dan jenis-jenis NAPZA?
1.2.2 Bagaimanakanh Penyalahgunaan dan Ketergantungan Mengkonsumsi
NAPZA?
1.2.3 Bagaimanakah pengaruh dan efek dari penggunaan NAPZA?
1.2.4 Bagaimanakah pencegahan dan solusi dari penyalahgunaan NAPZA?
1.2.5 Bagaimanakah prosedur pemeriksaan penyalahgunaan NAPZA?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan permaslahan di atas, tujuan yang dicapai dasar penulisan
ini adalah :
1.3.1 Mengetahui pengertian dan jenis-jenis NAPZA.
1.3.2 Mengetahui Penyalahgunaan dan Ketergantungan Mengkonsumsi
NAPZA.
1.3.3 Mengetahui pengaruh dan efek dari penggunaan NAPZA.
1.3.4 Mengetahui pencegahan dan solusi dari penyalahgunaan NAPZA.
1.3.5 Mengetahui prosedur pemeriksaan penyalahgunaan obat terlarang /
NAPZA.
1.4 Manfaat
Penulisan memiliki manfaat sebagai berikut :
Untuk memberikan informasi tentang pengertian, jenis-jenis NAPZA Beserta
Penjelasannya Penyalahgunaan dan Ketergantungan Mengkonsumsi NAPZA,
pengaruh dan efek dari penggunaan narkoba,pencegahan dan solusi dari
penyalahgunaan NAPZA dan prosedur pemeriksaan penyalahgunaan NAPZA.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Jenis-jenis NAPZA
2.1.1 Pengertian NAPZA
Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi
kondisi kejiwaan/ psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta
dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam
NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan


adiktif lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi
menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan
ketergantungan (BNN, 2004).

NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa


bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko
penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara
menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang
dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010).

2.1.2 Jenis-jenis dan Golongan NAPZA

2.1.2.1 Narkotika

Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat


yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3
golongan :

 Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk


tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin,
Kokain, Ganja.
 Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan,
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
 Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan
pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.

2.1.2.2 Psikotropika

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat


atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan :

 Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan


untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
 Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
 Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Phenobarbital.
 Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).

2.1.2.3 Zat Adiktif Lainnya

Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat


yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan
Psikotropika, meliputi :

1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang


berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering
menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan
Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh
obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan
minuman beralkohol :
A. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
B. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % (Berbagai
minuman anggur).
C. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca,
Manson House, Johny Walker).
2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut )
mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat
pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan
sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah
: Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung
nikotin sangat luas di masyarakat.
4. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat,
pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus
menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan
alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan
NAPZA lain yang berbahaya.
2.1.3 Proses Pembuatan NAPZA
Di bagi ke dalam 3 Golongan :
a. Alami yaitu jenis ata zat yang diambil langsung dari alam tanpa
adanya proses fermentasi atau produksi mslnya : Ganja, Mescaline,
Psilocybin, Kafein, Opium.
b. Semi Sintesis yaitu jenis zat/obat yang diproses sedemikian rupa
melalui proses fermentasi mislnya : Morfin, Heroin, Kodein,
Crack.
c. Sintesis yaitu jenis zat yang dikembangkan untuk keperluan medis
yang juga untuk menghilangkan rasa sakit misal;nya : petidin,
metadon,dipipanon, dekstropropokasifen.

2.1.4 Efek yang Ditimbulkan


Di bagi ke dalam 3 Golongan :
a. Depresan adalah zat atau jenis obat yang berfungsi mengurangi
aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini dapat membuat pemakai merasa
tenang bahkan tertitur atau tak sadarkan diri misalnya opioda, opium
atau putau , morfin, heroin, kodein opiat sintesis.
a. Stimulan adalah zat atau obat yang dapat merangsang fungsi tubuh
dan meningkatkan gairah kerja serta kesadaran misalnya : kafein,
kokain, nikotin amfetamin atau sabu-sabu.
b. Halusinogen zat atau obat yang menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan fikiran misalnya : Ganja, Jamur
Masrum Mescaline, psilocybin, LSD.

2.2 Penyalahgunaan dan Ketergantungan Mengkonsumsi NAPZA


Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis
NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.
Ketergatungan adalah : keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik
dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah
( toleransi ), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul
gejala putus obat ( withdrawal symptom ).

2.2.1 Penyebab Penyalahgunaan NAPZA


Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :
2.2.1.1 Faktor individual :
Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja
sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial
yang pesat. Ciri – ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar
menggunakan NAPZA :
- Cenderung memberontak
- Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
- Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
- Kurang percaya diri
- Mudah kecewa, agresif dan destruktif
- Murung, pemalu, pendiam
- Merasa bosan dan jenuh
- Keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan
- Keinginan untuk mencaoba yang sedang mode
- Identitas diri kabur
- Kemampuan komunikasi yang rendah
- Putus sekolah
- Kurang menghayati iman dan kepercayaan.

2.2.1.2 Faktor Lingkungan


Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan
pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun
masyarakat.
a. Lingkungan Keluarga :
- Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
- Hubungan kurang harmonis
- Orang tua yang bercerai, kawin lagi
- Orang tua terlampau sibuk, acuh
- Orang tua otoriter
- Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
- Kurangnya kehidupan beragama.
b. Lingkungan Sekolah :
- Sekolah yang kurang disiplin
- Sekolah terletak dekat tempat hiburan
- Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
- Adanya murid pengguna NAPZA.
c. Lingkungan Teman Sebaya :
- Berteman dengan penyalahguna
- Tekanan atau ancaman dari teman.
d. Lingkungan Masyrakat / Sosial :
- Lemahnya penegak hukum
- Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
Faktor – faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat
seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin
banyak faktor – faktor diatas, semakin besar kemungkinan
seseorang menjadi penyalahguna NAPZA.

2.3 Pengaruh dan Efek dari Penyalahgunaan NAPZA


2.3.1 Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA
 Perubahan Fisik :
- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (
cadel ), apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
– Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut
jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
– Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair,
menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang,
kesadaran menurun.
– Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli
terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan
pada lengan.
 Perubahan sikap dan perilaku :
- Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah,
sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
– Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari,
mengantuk di kelas atau tempat kerja.
– Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa
ijin.
– Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar
bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
– Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh
anggota keluarga yang lain.
– Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi
tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang
berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan
dan sering berurusan dengan polisi.
– Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar,
bermusuhan pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.

2.3.2 Pengaruh Penyalahgunaan NAPZA


NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :
Komplikasi Medik : biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan
cukup lama. Pengaruhnya pada :
 Otak dan susunan saraf pusat :
- gangguan daya ingat
- gangguan perhatian / konsentrasi
- gangguan bertindak rasional
- gagguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi
- gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja
- gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik /
buruk.
 Pada saluran napas : dapat terjadi radang paru (Bronchopnemonia).
pembengkakan paru ( Oedema Paru )
 Jantung : peradangan otot jantung, penyempitan pembuluh darah
jantung.
 Hati : terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik,
hubungan seksual.
 Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV / AIDS.Para pengguna
NAPZA dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi, mereka mau
melakukan hubungan seksual demi mendapatkan zat atau uang untuk
membeli zat. Penyakit Menular Seksual yang terjadi adalah : kencing
nanah ( GO ), raja singa ( Siphilis ) dll. Dan juga pengguna NAPZA
yang mengunakan jarum suntik secara bersama – sama membuat
angka penularan HIV / AIDS semakin meningkat. Penyakit HIV /
AIDS menular melalui jarum suntik dan hubungan seksual, selain
melalui tranfusi darah dan penularan dari ibu ke janin.
 Sistem Reproduksi : sering terjadi kemandulan.
 Kulit : terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan
jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan baju lengan
panjang.
 Komplikasi pada kehamilan :
- Ibu : anemia, infeksi vagina, hepatitis, AIDS
- Kandungan : abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati
- Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.

Dampak Sosial
 Di Lingkungan Keluarga :
- Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering
terjadi pertengkaran, mudah tersinggung.
- Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.
- Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak
tertib, hidup bebas) dan menjadi aib keluarga.
- Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah
atau pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan
keuangan.
- Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat
untuk biaya pengobatan dan rehabilitasi.
 Di Lingkungan Sekolah :
- Merusak disiplin dan motivasi belajar.
- Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.
- Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama
teman sebaya.
 Di Lingkungan Masyarakat :
- Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari
pengguna / mangsanya.
- Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa
yang telah menjadi ketergantungan.
- Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian,
pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
- Meningkatnya kecelakaan.
2.4 Pencegahan dan Solusi dari Penyalahgunaan NAPZA
a. Pencegahan (Preventif)
Dengan mengurangi pasokan (Supply Reduction), Mengurangi permintaan
(Demand Reduction), Mengurangi dampak buruk (Harm Reduction)
b. Pengobatan (Kuratif)
Fase ini biasanya ditangani oleh lembaga professional di bidangnya yaitu
lembaga medis seperti klinik, rumah sakit, dokter. Fase ini biasanya meliputi
: Fase penerimaan awal (inisial intake), Fase detoksifikasi, Terapi
komplikasi medik
c. Pemulihan (Rehabilitatif)
Tahap ini biasanya terdiri atas : Fase Stabilisasi dan Fase Sosialisasi dalam
Masyarakat. Bagi para penyalah guna napza/narkotik ini diperlukan
penanganan khusus termasuk rehabilitasi medis maupun sosial. Rehabilitasi
medis diperlukan untuk proses pemulihan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari ketergantungan. Rehabilitasi sosial adalah suatu
proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental, maupun sosial
agar mereka dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan
bermasyarakat.

2.5 Prosedur Pemeriksaan Penyalahgunaan NAPZA

2.5.1 Faktor Remaja


Adapun factor yang beresiko tinggi sehingga remaja dapat
menggunakan narkoba, diantaranya :

a) Keluarga yang kacau balau, terutama adanya orang tua yang menjadi
penyalahguna narkoba atau menderita sakit mental.
b) Orang tua dan anak kurang saling memberi kasih sayang dan
pengasuhan
c) Anak/remaja yang sangat pemalu
d) Anak yang bertingkah laku agresif
e) Gagal dalam mengikuti pelajaran di sekolah
f) Miskin ketrampilan sosial
g) Bergabung dengan kelompok sebaya yang berperilaku menyimpang
h) Tidak bisa berkomunikasi dengan orang tua
i) Tidak berada dalam pengawasan orang tua
j) Suka mencari sensasi
k) Dikucilkan dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya
l) Tidak mau mengikuti aturan / norma / tata tertib

2.5.2 Analisa Lingkungan, Prilaku Klien, Analisa 4P dan Analisa SWOT

2.5.2.1 Analisa Lingkungan

a) Masyarakat Yang Individualis :Lingkungan yang individualistik


dalam kehidupan kota besar cenderung kurang peduli dengan
orang lain, sehingga setiap orang hanya memikirkan permasalahan
dirinya tanpa peduli dengan orang sekitarnya. Akibatnya banayak
individu dalam masayarakat kurang peduli dengan penyalahgunaan
narkoba yang semakin meluas di kalangan remaja dan anak-anak.
b) Pengaruh Teman Sebaya : Pengaruh teman atau kelompok juga
berperan penting terhadap penggunaan narkoba. Hal ini
disebabkan antara lain karena menjadi syarat kemudajan untuk
dapat diterima oleh anggota kelompok. Kelompok atau Genk
mempunyai kebiasaan perilaku yang sama antar sesama anggota.
Jadi tidak aneh bila kebiasaan berkumpul ini juga mengarahkan
perilaku yang sama untuk mengkonsumsi narkoba.

2.5.2.2 Prilaku klien

 Serinata memerah, pupil yang mengecil atau lebih besar dari


normal
 Depresi
 Perubahan nafsu makan atau pola tidur. Kenaikan atau
penurunan berat badan mendadak dan drastis
 Gemetar, tremor, bicara melantur atau tidak dapat dipahami.
Koordinasi yang rusak atau tidak stabil
 Sering pulang larut malam
 Sering pergi ke diskotik
 Paraniod (ketakutan, berbicara sendiri, merasa selalu ada yang
mengejar)
 Berani berbuat kekerasan dan kriminal
 Menunjukan gejala-gejala ketagihan (demam, pegal-pegal,
menguap, tidak bisa tidur berhari-hari, emosi labil)
 Sering meminta obat penghilang rasa sakit dengan alasan
demam, pegal, lisu, atau obat tidur dengan alasan tidak bisa
tidur

2.5.2.3 Analisa 4P

 Product : Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan


NAPZA.
 Place : Dari informasi yang berasal dari BNN bahwa
penyalahgunaan narkoba paling banyak adalah kalangan
pelajar/mahasiswa tentunya penyuluhan lebih difokuskan pada
sekolah-sekolah ataupun kampus dimana para pelajar itu
berada. Selain itu juga penyuluhan dapat dilakukan di
kampung-kampung sehingga dengan semakin menyebar nya
penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dapat
meminimalisir ataupun mencegah tersebar nya pengaruh
narkoba ke berbagai kalangan.
 Promotion : Ada beberap point penting dalam hal penyuluhan
tentang bahaya penyalah gunaan narkoba diantaranya yang
pertama Perkuat kesadaran masyarakat tentang bahaya
narkoba, lalu yang kedua perkuat komitmen untuk mencegah
penyalahgunaan narkoba, ketiga perkuat jaringan anti narkoba
dan yang keempat perkuat promosi anti narkoba.
Sehingga dengan melakukan keempat hal tersebut
diharapkan dapat menekan tingkat penyalahgunaan terhadap
narkoba.

2.5.2.4 Analisa SWOT


 Strenght : dalam hal ini guna menekan tingkat penyalahgunaan
narkoba yang telah mencapai titik mengkhawatirkan, kami
bekerja sama dengan BNN untuk mebrantas segala sesuatu
yang berkaitan dengan hal-hal berbau narkoba baik dari
produksi dan penyebaran nya sehingga dengan begitu
diharapkan dapat memperkecil ruanglingkup dari peredaran
narkoba itu sendiri
 Weakness : masih kurang kesadaran dari masyarakat tentang
bahaya dari suatu penyalahgunaan narkoba sedikit menjadi
hambatan dalam tujuan menekan dan memperkecil ruang
lingkup peredaran narkoba di masyarakat.
 Opportunity : dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan
seperti melakukan penyuluhan ke masyarakat, lalu melakukan
pemberantasan narkoba dengan menangkap para bandar2
narkoba dapat menjadi beberapa solusi guna menekan angka
penyalahgunaan narkoba.
 Tread : ancaman yang ditimbulkan yaitu semakin
berkembangnya ilmu dan pengetahuan dapat mempermudah
akses untuk memesan barang terlarang tersebut, lalu kurangnya
pengawasan dari orang terdekat dan rendahnya informasi yang
didapat masyrakat tentang bahayanya penyalahgunaan narkoba.
2.5.3 Tujuan Khusus

Tujuannnya adalah agar para masyarakat yang menjadi tujuan


prioritas penyuluhan tentang penyalahgunaan narkoba dapat lebih paham
dan mengerti tentang apa bahaya yang diberikan jika melakukan
penyalahgunaan narkoba.

Sehingga dengan begitu diharapkan akan adanya perubahan prilaku


dari masyarakat untuk tidak pernah sekalipun mencoba
mengkonsumsi/menyalahgunakan narkoba dan lebih untuk menjauhi
barang terlarang tersebut.

2.5.3.1 Segmentasi, Targeting dan Positioning

Segmenting : dari data yang didapatkam bersumber dari BNN


bahwa pengkonsumsi narkoba paling banyak adalah kalangan usia
muda sehingga dengan begitu yang menjadi segmenting penyuluhan
tentang bahaya penyalahgunaan narkoba adalah para pelajar dan
mahasiswa.
Targeting : diharapkan masyarakat dapat lebih paham dan mengerti
tentang bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba.

Positioning : Jangan pernah mencoba narkoba dan ucapkan “SAY


NO TO DRUG”

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Masalah penyalahgunaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada remaja


adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu
bangsa pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi
kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.
Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas
dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya
pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik,
tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah
sangatlah besar bagi pencegahan penaggulangan terhadap NAPZA.
3.2. Saran

Karena daya kerjanya obat-obatan tersebu sangatlah keras, sehingga


penggunaannyapun harus melalui resep dokter dan harus dalam pengawasan
dokter. Obat-obatan yang diaksud tersebut jika disalah gunakan akan
berpengaruh dan merusak psikis maupun fisik dari si pemakai dan engakibatkan
ketergantungan, jadi hindari penyalah gunaan obat-obatan jenis hipnotok sedatif
dan psikotropika karena termasuk obat-obatan narkotik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdi, dkk., 2004, Detection of Morphine in Opioid Abusers Hair by GC/MS,


DARU Journal, Volume 12 No. 2 Hal. 71 – 75.

2. Baumgartner, A, dkk. , 1979, Radioimmunoassay of Hair for Determining


Opiate – Abuse Histories, The Journal of Nuclear Medicine, Hal. 748 – 752.

3. BVDA. 2004. Preparation Of Suspect Material. diunduh dari website


http://www. bvda.com/EN/prdctinf/pf_en_np.html.

4. Darmansjah dan Metta. 2007. dikutip dari Sulistia Gan Gunawan. 2009.
Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

5. DanceSafe. 2011. Marquist Reagent. diunduh dari website http://en.wikipedia.


org/wiki/Marquis_reagent.

6. DepKes. 2001. dikutip dari Purba dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Masalah Psikososial dan gangguan Jiwa Edisi Kedua. USU
Press. Medan

7. EcstasyData. 2011. Test Types. diunduh dari website


http://www.ecstasydata.org/ about_data_test_types.php.

8. Fowlis, Ian A.,1998. Gas Chromatography Analytical Chemistry by Open


Learning. John Wiley & Sons Ltd: Chichester.

9. Hegstd, S, dkk., 2008, Drug Screening of Hair br Liquid Chromatography-


Tandem Mass Spectrometry, Journal of Analytical Toxicology, Vol. 32 Hal.
364 – 372.
10. Iversen, L. (2006), Speed, Ecstasy, Ritalin: the science of amphetamines,
Oxford University Press, Oxford.

11. King, L. A. and McDermott, S. (2004), ‘Drugs of abuse’, in: Moffat, A. C.,
Osselton, M. D. and Widdop, B. (eds.) (2004), Clarke's analysis of drugs and
poisons, 3rd edn, Vol. 1, pp. 37–52, Pharmaceutical Press, London.

12. Moffat, A. C., Osselton, M, D. and Widdop, B, (eds.) (2004), Clarke's


analysis of drugs and poisons, 3rd edn, Vol. 2, Pharmaceutical Press, London.
13. Shulgin, A and Shulgin, A, (1992), PIHKAL: A chemical love
story, Transform Press, Berkeley, CA.

14. United Nations (2006), Multilingual Dictionary of Narcotic Drugs and


Psychotropic Substances under International Control, United Nations, New
York.

15. United Nations (2006), Recommended Methods for the Identification and
analysis of amphetamine, methamphetamine and their ring-substituted
analogues in seized materials (revised and updated), Manual for Use by
National Drug Testing Laboratories, United Nations, New York.

16. United Nations Office on Drugs and Crime (2003), Ecstasy and
Amphetamines Global Survey 2003, United Nations Office on Drugs and
Crime, Vienna (http://www.unodc.org/pdf/publications/report_ats_2003-09-
23_1.pdf).
17. United Nations Office on Drugs and Crime (2004), World Drug Report 2004,
Vol. 1: Analysis, United Nations Office on Drugs and Crime, Vienna
(http://www.unodc.org/pdf/WDR_2004/volume_1.pdf).

Anda mungkin juga menyukai