Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PELAYANAN KEFARMASIAN
SOSIALISASI PENYALAHGUNAAN OBAT (NAPZA)

KELOMPOK XI :
ANNISA NUR RAHMA SARI (O1B122089)
EVI EFRIANI (O1B122102)
FIRMAN OKTIVENDRA (O1B122108)
RINI NOVIANTI (O1B122138)
WA ODE VIVIN. H (O1B122158)

JURUSAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat Karunia-Nya
tugas makalah dapat kami selesaikan dengan baik tanpa ada hambatan apapun.

Penulis berharap bahwa dapat memberikan manfaat keilmuan. Penulis menyadari bahwa
makalah masih memiliki kekurangan dan memohon maaf atas hal tersebut dan mengharapkan
saran serta kritik untuk membangun makalah yang telah diselesaikan.

Demikian makalah ini dibuat, apabila terdapat kesalahan ataupun kekurangan dalam
penulisan atau adapun ketidaksesuaian pada materi kami memohon maaf. Kami selaku penulis
menerima kritik dan saran dari pembaca agar bisa membuat makalah yang lebih baik. Sekian dan
terima kasih atas perhatiannya, diharapkan makalah ini dapat sesuai dengan kaidah-kaidah yang
diharapkan.

April 2023

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Narkoba adalah bahan atau zat atau obat yang jika dimasukan ke dalam tubuh manusia
akan mempengaruhi tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap Narkoba (Sumoked dkk, 2019).
Menurut World Drug Report tahun 2012, produksi Napza meningkat salah satunya
diperkirakan produksi opium meningkat dari 4.700 ton di tahun 2010 menjadi 7.000 ton di
tahun 2011 dan menurut penelitian yang sama dari sisi jenis narkotika, ganja menduduki
peringkat pertama yang disalahgunakan di tingkat global dengan angka prevalensi 2,3% dan
2,9% per tahun (Astuti dkk, 2020).
Kondisi tersebut tentunya tidak terlepas dari trend penyalahgunaan Narkoba secara
internasional. Pada tahun 2014 United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC)
mencatat bahwa satu dari dua puluh orang dewasa mengkonsumsi satu jenis Narkoba dan
mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak 201.400 kasus dan pada tahun 2016,
UNODC mencatat bahwa sekitar 13,8 juta (5,6%) penduduk usia antara 15 – 16 telah
menggunakan canabis atau ganja (BNN,2020). Menurut data dari BNN pada tahun 2019
hingga 2021 didapatkan total penduduk Indonesia usia 15-64 tahun pada tahun 2019
penduduk Indonesia yang pernah pakai narkoba sebanyak 4.534.744 kasus dan pada tahun
2021 meningkat menjadi 4.827.616 kasus dan penduduk Indonesia yang setahun pakai
narkoba pada tahun 2019 berjumlah 3.419.188 kasus dan pada tahun 2021 meningkat
menjadi 3.662.646 kasus sehingga dapat disimpulkan bahwa angka prevelensi setahun
terakhir penyalahgunaan narkoba meningkat dari 1,80% pada tahun 2019 menjadi 1,95%
ditahun 2021. Didapatkan juga bahwa resiko perempuan terpapar narkoba dalam setahun
terakhir mengalami peningkatan dari 0,20% di tahun 2019 menjadi 1,21% di tahun 2021 dan
peningkatan terbesar terjadi diwilayah perkotaan (BNN, 2022).
Mayoritas jenis narkoba yang pertama kali dikonsumsi yaitu ganja, sabu, ekstasi,
amphetamine, dexamphetamine/dex, adderal, nipam, pil koplo dan sejenisnya. Deteksi dini
natkotika merupakan upayah untuk mengidentifikasi kandungan narkotika secara dini

1
dengan menggunakan metode tertentu salah satunya melalui pemeriksaan urine, Sulawesi
Tenggara sendiri masuk dalam sebaran deteksi dini lima kota besar dengan indikasi positif
terbanyak yaitu dengan jumlah peserta sebanyak 6.417 orang dan jumlah positif sebanyak
47 orang (BNN, 2022). Sebanyak 10.961 kegiatan KIE yang dilakukan oleh BNN dengan
total audience sebanyak 1.508.872 orang, sebanyak 43.420 orang pasien yang mengikuti
program rehabilitasi di BNN, 947 orang mengikuti rehabilitasi di Kemenkes, 10.016 orang
di mengikuti rehabilitasi dikementerian social dan 14.122 orang di Lembaga
permasyarakatan kemenkumham RI (BNN, 2022). Selain itu sumber perolehan narkoba
pertama kali didapatkan di teman (88,4 %), apotek (7,9%), bandar/pengedar/kurir (1,7%),
pasangan (0,5%), orang tua (0,2%), dan saudara (0,1%) sehingga seorang apoteker
seharusnya lebih aware lagi dengan penyalahgunaan narkoba.
Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba yang menyasar kalangan generasi bangsa,
terutama pelajar dan mahasiswa ini tentunya merupakan satu permasalahan serius. Upaya
penanggulangan tidak hanya dapat mengandalkan BNN semata namun juga memerlukan
dukungan dan komitmen dari institusi lain. Maraknya perkembangan arus teknologi
informasi saat ini turut memengaruhi pola peredaran gelap Narkoba, dimana pengedar
cenderung memanfaatkannya sebagai salah satu media untuk melakukan transaksi Narkoba.
Oleh karenanya pengendalian dan pengawasan sebagai bagian dari upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkoba sangat diperlukan, mengingat sifat dari Narkotika yang merupakan
kejahatan lintas negara (transnational crime), terorganisir (organized crime), dan serius
(serious crime) yang menimbulkan kerugian sangat besar, baik kesehatan, sosial ekonomi,
dan keamanan. Penanggulangan Narkoba perlu ditangani secara masif, komprehensif dan
integral dengan langkah-langkah yang menyeluruh. Seluruh elemen bangsa baik pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha harus memiliki komitmen, partisipasi dan bersinergi dalam
upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN). Untuk itu keterlibatan lembaga pendidikan dari segala jenjang khususnya di
lingkungan sekolah karena cukup mempunyai peran yang strategis. Salah satu elemen yang
memiliki peran strategis ini adalah lingkungan Pendidikan (BNN, 2022).
Berdasarkan latar belakang diatas sehingga penulis tertarik untuk Menyusun makalah
mengenai promosi Kesehatan berupa penyuluhan bahaya narkoba kepada seluruh kalangan
masyarakat terutama remaja sebagai penerus bangsa.

2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan narkoba dan jenis-jenis narkoba yang beredar di
Indonesia
2. Apa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba.
3. Bagaimana dampak dari mengkonsumsi narkoba
4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
khususnya remaja mengenai bahaya narkoba
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui narkoba dan jenis-jenis narkoba yang beredar di Indonesia
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba.
3. Untuk mengetahui dampak dari mengonsumsi narkoba
4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat khususnya remaja mengenai bahaya narkoba

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Narkoba dan Jenis-Jenis Narkoba


Menurut kemenkes Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan
berbahaya. selain narkoba istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia adalah NAPZA yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya. Semua istilah ini, baik narkoba ataupun napza,
mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi
penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa
psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-
obatan untuk penyakit tertentu.
Menurut Undang-Undang RI No 36 tahun 2009 menjelaskan bahwa narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Berdasarkan UU narkotika di bagi menjadi 3 golongan yaitu golongan I, golongan II, dan
golongan III.
a. Narkotika Golongan I
Narkotika golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan I yaitu
Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan
jeraminya, kecuali bijinya, opium merah yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh
dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekedar
untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya, tanaman
koka tanaman dari semua genus Erythroxylon, tanaman ganja dan semua tanaman genus
cannabis, heroina, DMT, DOET, DMA, Tiofentanil, amfetamina, dan lain-lain.
b. Narkotika Golongan II

4
Narkotika golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh narkotika golongan II yaitu alfentanil, benzetidin, dekstromoramida,
dietiliambutena, hidromorfinol, fentanyl, morfina dan lain-lain.
c. Narkotika Golongan III
Narkotika golongan III adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan III yaitu
kodein, nikodikodina, dekstropropoksifena, polkodina, propiram dan lain-lain.
Menurut UU No. 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku.
Psikotropika terbagi menjadi 4 golongan yaitu
a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya makatinona, brolamfetamine,
psilosibina dan lain-lain
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya amfetamina,
fenetilina, metildenidat dan lain-lain.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya amobarbital,
flunitrazepam, katina, pentobarbital dan lain-lain.
d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya allobarbital,
alprazolam, barbital, diazepam, fenobarbital dan lain-lain.

5
Zat adiktif lainnya adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
narkotika dan psikotropika seperti minuman alcohol yang mengandung etanol etil alkohol,
yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan narkotika
atau psikotropika akan memperkuat pengaruh obat atau zat itu dalam tubuh manusia. Ada
tiga golongan minuman beralkohol, yaitu:
a. Golongan A dengan kadar alkohol 1-5% (Bir).
b. Golongan B dengan kadar etanol 5-20% (Berbagai minuman anggur),
c. Golongan C dengan kadar etanol 20-45% (Whisky, Vodca, Manson House, Johny
Walker).
Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupasenyawa
organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,kantor, dan sebagai
pelumas mesin. Beberapa yang sering disalahgunakanadalah Lem, Tiner, Penghapus Cat
Kuku, dan Bensin. Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas
dimasyarakat. Rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA.

2. Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu masalah yang sangat


memprihatinkan. Sebenarnya bahan-bahan narkoba apabila tidak disalahgunakan merupakan
bahan yang berguna, baik bagi kesehatan maupun kehidupan sehari-hari. Namun,
penggunaan
bahan-bahan narkoba tersebut harus berdasarkan takaran dan kegunaan yang hanya bisa
diresepkan oleh ahli yang berpengalaman seperti dokter dan apoteker.

Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan


penelitian.tetapi karena berbagai alasan,mulai dari keinginan untuk coba-coba, ikut trend atau
gaya, lambang status sosial, ingin melupakan peersoalan dan beragam alasan lainnya hingga
narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus-menerus dan berlanjut akan
menyebabkan ketergantungan (dependensi) disebut juga kecanduan.

Penyalahgunaan narkoba adalah suatu pemakaian non medical atau ilegal barang
haram yang dinamakan narkotik dan obat-obatan adiktif yang dapat merusak kesehatan dan

6
kehidupan produktif manusia pemakainya. Berbagai jenis narkoba yang mungkin disalah
gunakan adalah tembakau, alkohol, obat-obat terlarang dan zat yang dapat memberikan
keracunan, misalnya yang diisap dari asapnya, penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan
ketergantungan zat narkoba, jika dihentikan maka sipemakai akan sakaw.

Penyalahgunaan narkoba menjadi masalah yang sangat memprihatinkan saat ini,


terutama di negara-negara atau daaerah-daerah yang rentan akan distribusi barang tersebut.
Berbagai alasan dan latar belakang mereka yang menggunakanya dengan tingkat
pnyalahgunaan yang berbeda pula Ancaman bahaya narkoba memang tidak pandang usia,
bahkan sampai saat ini telah menyentuh seluruh lapisan masyarakat baik diperkotaan maupun
daerah pedesaan. Untuk itu perlunya langkah dan tindakan untuk memeranginya yang salah
satu diantaranya masyarakat harus mengenali dan memahami apa itu narkoba agar dapat
melakukan tindakan pencegahannya yang tepat, baik terhadap peredaran maupun pencegahan
agar tidak menjadi korban keganasan narkoba. Berkembangnya jumlah pecandu Narkoba
ditentukan oleh dua faktor, yaitu:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang, meliputi: minat, rasa ingin
tau, lemahnya rasa ketuhanan dan ketidakstabilan emosi.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar diri seseorang yang meliputi: gangguan
psiko-keluarga, lemahnya kontrol masyarakat, lemahnya hukum terhadap pengedar
dan pengguna Narkoba, lemahnya sistem sekolah termasuk bimbingan konseling dan
lemahnya pendidikan agama. Banyak alasan mengapa narkoba disalah gunakan
diantaranya agar dapat diterima oleh lingkungan, mengurangi stes, mengurangi
kecemasan, agar bebas dari rasa murung, mengurangi keletihan, kejenuhan atau
kecemasan, untuk mengatasi masalah pribadi atau lain-lain.

Akan tetapi terlepas dari alasan diatas, seseorang memakai narkoba, karena narkoba
membuatnya merasa nikmat, enak dan nyaman pada awal pemakaian. Mereka tidak melihat
akibat buruk penggunaan narkoba. Justru mereka percaya akibat buruk atau bahayanya,
sebagaimana dikatakan orang dewasa. Akibat buruk itu baru dirasakan setelah beberapa kali
pemakaian, tetapi saat itu telah terjadi kecanduan dan ketergantungan. Alasan memekai
narkoba dapat dikelompokkan sebagai berikut:

7
a. Anticipatory beliefs, yaitu anggapan bahwa jika memakai narkoba, orang akan menilai
dirinya hebat, dewasa,dan sebagainya.

b. Relieving beliefs, yaitu keyakinan bahwa narkoba dapat digunakan untuk mengatasi
ketegangan, cemas, dan depresi.

c. Facilitative atau permissive beliefs, yaitu keyakinan bahwa pengguna narkoba


merupakan gaya hidup atau kebiasaan karena pengaruh zaman atau perubahan nilai
sehingga dapat diterima.

Umumnya para pengguna Narkoba pada awalnya hanya iseng, ingin mencoba dan
sebagainya. Akan tetapi sifat senyawa narkoba yang dapat mengakibatkan ketergantungan
membuat seseorang tidak bisa lepas dari narkoba bahkan apabila dosis yang digunakan
terlalu tinggi dan jangka waktu semakin lama, maka gejala yang timbul semakin berat.

Narkoba berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan
perasaan, yang disebut sistem limbus. Hipotalamus pusat kenikmatan pada otak adalah
bagian dari sistem limbus. Narkoba menghasilkan perasa dengan mengubah susunan
biokimia molekul pada sel otak yang disebut neurotransmitter.

Dapat dikatakan Narkoba bekerja dengan motto jika merasa enak, lakukanlah. Otak
kita memang dilengkapi alat untuk mengubah rasa nikmat dan menghindarkan rasa sakit atau
tidak enak, guna membantu kita memenuhi kebutuhan dasar manusia, seperti rasa lapar, haus,
rasa hangat, dan tidur. Mekanisme ini merupakan mekanisme pertahanan diri. Jika kita lapar,
otak menyampaikan pesan agar mencari makanan yang kita butuhkan. Kita berupaya mencari
makanan itu, dan menempatkannya diatas segala-gakanya. Kita rela meninggalkan pekerjaan
dan kegiatan lain, demi memperoleh makanan itu. Terdapat tiga faktor atau alasan yang dapat
disebutkan sebagai pemicu seseorang dalam menyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor
tersebut adalah sebagai berikut:

1) Faktor Diri

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dri seseorang dalam menggunakan narkoba


yaitu:

8
a. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang tentang
akibatnya di kemudian hari.

b. Keinginan untuk mencoba-coba karena penasaran.

c. Keinginan untuk bersenang-senang.

d. Keinginan untuk dapat diterima dalam suatu kelompok atau komunitas atau lingkungan
tertentu.

e. Lari dari masalah, kebosanan atau kegetiran hidup.

f. Keranjingan kerja, agar bisa terus beraktivitas maka menggunakan stimulan.

g. Mengalami kelelahan atau menurunnya semangat belajar. h. Menderita kecemasan atau


keterasingan.

i. Mengidap kecanduan merokok atau minuman keras.

j. Karena ingin menghibur diri dan menikmati hidup sepuaspuasnya.

k. Upaya untuk menurunkan berat badan atau kegemukan dengan menggunakan obat
penghilang rasa lapar yang berlebihan.

l. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

m. Ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan narkoba.

n. Pengertian yang salah bahwa mencoba narkoba sekali-kali tidak menimbulkan


masalah.

o. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok
pergaulan untuk menggunakan narkoba.

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap mengapa seseorang itu


menggunakan narkoba misalnya seperti:

9
a. Keluarga bermasalah atau broken home.

b. Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna atau
bahkan menjadi pengedar narkoba.

c. Lingkungan atau komunitas yang salah satu atau semuanya atau beberapa anggotanya
menjadi penyalahguna atau pengedar narkoba.

d. Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karaoke, dll)

e. Mempunyai waktu luang yang banyak, putus sekolah atau menganggur.

f. Lingkungan keluarga tidak memberikan atau tidak ada kasih sayang.

g. Orang tua yang otoriter.

h. Orang tua yang permisif, tidak acuh, serba boleh, kurang atau tanpa pengawasan.

i. Orang tua atau keluarga super sibuk mencari uang di luar rumah.

j. Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian.

k. Kehidupan perkotaan yang penuh hiruk pikuk, orang tidak dikenal secara pribadi, tidak
ada hubungan primer, ketidakacuhan, hilangnya pengawasan sosial dari masyarakat,
kemacetan lalu lintas, kekumuhan, pelayanan publik yang buruk dan tingginya tingkat
kriminalitas.

l. Kemiskinan, pengangguran, putus sekolah dan keterlantaran.

3) Faktor Ketersediaan

Narkoba Narkoba itu sendiri menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk memakai
narkoba karena:

a. Narkoba semakin mudah didapat dan dibeli.

b. Harga narkoba semakin murah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat.

c. Narkoba semakin beragam jenis, cara pemakaian dan bentuk kemasan.

10
d. Modus operandi tindak pidana narkoba semakin sulit diungkap secara hukum.

e. Masih banyak laboratorium narkoba gelap yang belum terungkap.

f. Sulit terungkapnya kejahatan komputer dan pencucian uang yang bisa membantu bisnis
perdagangan gelap narkoba.

g. Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi pembuatan narkoba.

h. Bisnis narkoba menjanjikan keuntungan yang besar.

i. Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yang kuat dan profesional. Bahan
dasar narkoba (prekusor) beredar bebas di masyarakat.

Dari ketiga faktor ini maka sangat banyak jalan untuk melakukan penyalahgunaan
narkoba baik dari diri sendri, lingkungan, dan factor banyaknya ketersediaan narkoba
sehingga mudah untuk didapatkan.

3. Dampak dari Narkoba


Penyalahgunaan obat-obat narkotika dan psikotropika akan menimbulkan berbagai
macam dampak bagi penggunanya ataupun orang lain. NAPZA atau narkoba merupakan
masalah serius yang merugikan individu, keluarga, dan masyarakat secara umum. Beberapa
permasalahan yang terkait dengan NAPZA antara lain:
1. Kesehatan dan keselamatan - NAPZA dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan
seperti kerusakan otak, kerusakan organ tubuh, kecanduan, gangguan psikologis, dan
bahkan kematian. Selain itu, penggunaan NAPZA juga dapat mengakibatkan penurunan
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, yang dapat membahayakan
keselamatan pengguna dan orang lain di sekitarnya.
2. Kejahatan dan kekerasan - Peredaran NAPZA seringkali dikaitkan dengan tindak
kejahatan dan kekerasan, seperti penjualan, perampokan, pemerasan, dan pembunuhan.
Hal ini dapat meningkatkan tingkat kejahatan dan merugikan masyarakat secara umum.
3. Ketergantungan dan kecanduan - NAPZA dapat menyebabkan ketergantungan dan
kecanduan yang sulit untuk dihentikan, bahkan setelah penggunaan jangka pendek.

11
Ketergantungan dan kecanduan dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik
seseorang serta membuat pengguna kehilangan kendali atas hidupnya.
4. Penyebaran penyakit - Penggunaan NAPZA melalui cara yang tidak steril seperti
menggunakan jarum suntik yang tidak steril dapat menyebarkan penyakit menular seperti
hepatitis atau HIV Dampak ekonomi - Peredaran NAPZA dapat merugikan ekonomi
karena dapat memperburuk kemiskinan, meningkatkan pengangguran, dan menurunkan
produktivitas kerja.
Menurut data dari BNN pada tahun 2019 hingga 2021 didapatkan total penduduk
Indonesia usia 15-64 tahun pada tahun 2019 penduduk Indonesia yang pernah pakai narkoba
sebanyak 4.534.744 kasus dan pada tahun 2021 meningkat menjadi 4.827.616 kasus dan
penduduk Indonesia yang setahun pakai narkoba pada tahun 2019 berjumlah 3.419.188
kasus dan pada tahun 2021 meningkat menjadi 3.662.646 kasus sehingga dapat disimpulkan
bahwa angka prevelensi setahun terakhir penyalahgunaan narkoba meningkat dari 1,80%
pada tahun 2019 menjadi 1,95% ditahun 2021. Didapatkan juga bahwa resiko perempuan
terpapar narkoba dalam setahun terakhir mengalami peningkatan dari 0,20% di tahun 2019
menjadi 1,21% di tahun 2021 dan peningkatan terbesar terjadi diwilayah perkotaan. Selain
itu, menurut laporan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Indonesia pada tahun 2020,
terdapat peningkatan kasus peredaran obat-obatan terlarang yang dijual secara daring atau
online. sumber perolehan narkoba pertama kali didapatkan di teman (88,4 %), apotek
(7,9%), bandar/pengedar/kurir (1,7%), pasangan (0,5%), orang tua (0,2%), dan saudara
(0,1%) sehingga seorang apoteker seharusnya lebih aware lagi dengan penyalahgunaan
narkoba.
Untuk mengatasi permasalahan NAPZA, diperlukan upaya dari berbagai pihak
seperti pemerintah, lembaga penegak hukum, dan masyarakat. Upaya-upaya yang dapat
dilakukan antara lain pencegahan melalui edukasi dan sosialisasi, pemberantasan peredaran
NAPZA melalui penegakan hukum yang tegas, rehabilitasi dan pengobatan bagi pengguna
NAPZA, serta kerja sama antara pihak-pihak terkait dalam mengatasi permasalahan
NAPZA.

4. Promosi Kesehatan Tentang Bahaya Narkoba

12
Sosialisasi pemberantasan NAPZA dan penyalahgunaan obat sangat penting
dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penggunaan obat-
obatan terlarang dan upaya-upaya pemberantasan yang dilakukan oleh pemerintah dan
berbagai pihak terkait. Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam sosialisasi
pemberantasan NAPZA dan penyalahgunaan obat antara lain:
1. Mengedukasi masyarakat tentang bahaya penggunaan NAPZA dan penyalahgunaan obat,
serta dampak buruknya bagi kesehatan, keluarga, dan masyarakat.
2. Menyosialisasikan program-program pemerintah dan berbagai pihak terkait dalam upaya
pemberantasan NAPZA, seperti operasi penangkapan, penyelidikan, dan pemusnahan
barang bukti NAPZA.
3. Menyampaikan informasi tentang cara penggunaan obat-obatan yang benar dan aman,
termasuk cara membedakan NAPZA dari obat yang dijual secara resmi di apotek atau
toko obat.
4. Mengajak masyarakat untuk melaporkan kejadian atau aktivitas yang mencurigakan
terkait peredaran NAPZA dan penyalahgunaan obat.
5. Mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanganan peredaran
NAPZA dan penyalahgunaan obat, seperti dengan membentuk kelompok-kelompok
masyarakat sadar narkoba atau mengadakan kegiatan sosial untuk mengajak masyarakat
menghindari penggunaan NAPZA.
Dalam melakukan sosialisasi, diperlukan kerja sama dan koordinasi antara
pemerintah, lembaga masyarakat, dan organisasi-organisasi non-pemerintah untuk mencapai
hasil yang optimal. Sosialisasi yang tepat dan efektif dapat membantu masyarakat
memahami pentingnya pemberantasan NAPZA dan penyalahgunaan obat, serta mendorong
partisipasi aktif dalam upaya-upaya pencegahan dan penanganan permasalahan ini.
Penyalahgunaan obat merupakan masalah serius yang dapat membahayakan kesehatan
seseorang, bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, pencegahan
penyalahgunaan obat sangatlah penting. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat
dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan obat:
1. Ikuti petunjuk dokter
Ikuti petunjuk dokter dalam mengonsumsi obat yang diresepkan. Jangan mengubah dosis
atau cara mengonsumsi obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

13
2. Simpan obat dengan benar
Simpan obat di tempat yang aman dan terkunci, terutama obat-obatan yang berpotensi
disalahgunakan seperti obat-obatan opioid. Jangan biarkan obat-obatan tersebut mudah
diakses oleh orang lain.
3. Jangan membagikan obat
Jangan pernah membagikan obat Anda kepada orang lain, terutama obat-obatan yang
berpotensi disalahgunakan. Hanya gunakan obat yang diresepkan untuk diri sendiri.
4. Buang obat yang sudah kadaluarsa atau tidak terpakai Buang obat-obatan yang sudah
kadaluarsa atau tidak terpakai dengan benar. Jangan membuang obat ke toilet atau saluran
air karena dapat mencemari lingkungan.
5. Jangan mencampur obat dengan alkohol atau obat-obatan lain
Jangan mencampur obat dengan alkohol atau obat-obatan lain tanpa berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter. Hal ini dapat mengakibatkan efek samping yang serius atau
bahkan overdosis.
6. Beri tahu dokter tentang riwayat penyalahgunaan obat
Jangan menyembunyikan riwayat penyalahgunaan obat kepada dokter. Beritahu dokter
jika pernah mengalami masalah dengan penyalahgunaan obat sehingga dokter dapat
memberikan perawatan yang tepat.
7. Jangan mencari obat di internet
Jangan mencari obat di internet atau membeli obat dari sumber yang tidak resmi karena
dapat membahayakan kesehatan. Hanya membeli obat dari apotek resmi atau toko obat
yang terpercaya. Dengan melakukan langkah-langkah pencegahan di atas, diharapkan
dapat mencegah penyalahgunaan obat dan menjaga kesehatan seseorang.
8. Menjauhi lingkungan sosial yang mengarahkan untuk menggunakan NAPZA

14
BAB III
KESIMPULAN

a) Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Berdasarkan UU


narkotika di bagi menjadi 3 golongan dan Psikotropika terbagi menjadi 4 golongan.
b) Faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba terbagi 2 yaitu : Faktor internal,
faktor yang ada dalam diri seseorang dan Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar
diri seseorang.
c) Penyalahgunaan obat-obat narkotika dan psikotropika akan menimbulkan berbagai
macam dampak bagi penggunanya ataupun orang lain antara lain : menyebabkan
berbagai masalah kesehatan seperti kerusakan otak, kerusakan organ tubuh, kecanduan,
gangguan psikologis, dan bahkan kematian. Peredaran NAPZA seringkali dikaitkan
dengan tindak kejahatan dan kekerasan, seperti penjualan, perampokan, pemerasan, dan
pembunuhan. Hal ini dapat meningkatkan tingkat kejahatan dan merugikan masyarakat
secara umum.
d) Sosialisasi pemberantasan NAPZA dan penyalahgunaan obat sangat penting dilakukan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penggunaan obat-obatan
terlarang dan upaya-upaya pemberantasan yang dilakukan oleh pemerintah dan berbagai
pihak terkait.

15
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D. A., Dan Nurul, K., 2020, Kader Promosi Kesehatan Preventif Penyalahgunaan Napza,
Jurnal Surya Masyarakat, 3(1).
Badan Narkotika Nasional, 2020, Pedoman Pencegahan Di Lingkungan Sekolah “Sekolah
Bersinar”, Badan Narkotika Nasional: Jakarta Timur.
Badan Narkotika Nasional, 2022, Indonesia Drugs Report Tahun 2022, Pusat Penelitian, Data
Dan Informasi Badan Narkotika Nasional : Jakarta Timur
Ida,L. P., 2006, Narkoba Perlukah Mangenalnya?, Bandung: PT Pakar Raya, hal. 1.

Lubis, M. R., dan Siregar, G. T., 2020), Sosialisasi Pencegahan Dan Pemberantasan Narkotika Di
Desa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang Provinsi Sumatera
Utara, PKM Maju UDA, 1(1), 37-41.

Lydia, H., 2006, Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba, PT Balai


Pustaka : Jakarta, hal 17.

Marcus,, 1995, Penanganan Ketagihan Obat dan Alkohol dalam Masyarakat, ITB : Bandung,
hal 24.

16
Qona’ah, S., dan Afianto, H., 2020, Strategi BPOM Dalam Upaya Mengatasi Pemberantasan
Dan Penyalahgunaan Obat Ilegal Melalui Gerakan “Waspada Obat Ilegal”, Journal
Komunikasi, 11(1), 43-50.

Santoso, R., Priyadi, A., Pasha, E. Y. M., Adiyati, I., dan Maulana, M., 2022, Program Sosialisasi
Dan Edukasi Gerakan Waspada Obat Ilegal Melalui Penyuluhan Dan Pembuatan Box
Sisa Obat Kepada Masyarakat Terkait Obat Kedaluwarsa Dan Obat Rusak, Journal Of
Community Engagement And Empowerment, 4(2).

Suhardi, S., Prasetyo, F., dan Ardiansyah, D., 2022, Sosialisasi Bahaya NARKOBA Dengan
Memanfaatkan Teknologi Sistem Informasi Pada Karang Taruna Harapan Bangsa
Cikande Karawang, PRAWARA Jurnal ABDIMAS, 1(1), 8-15.

Sumoked, A.D., Sulaemana, E., dan Ardiansa, T., 2019, Promosi Kesehatan Tentang Pengetahuan
Penyalahgunaan Narkoba Pada Pelajar Di Sma Negeri 1 Amurang Kabupaten Minahasa
Selatan, Jurnal KESMAS, 8(1).
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotik.
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.

17

Anda mungkin juga menyukai