DISUSUN OLEH :
ANUGRAH AFRIANTO
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah kami berjudul “Askep Pada Pasien
Penyalahgunaan NAPZA” tepat pada waktunya . makalah ini merupakan
tugas mata kuliah “KEP HIV-AIDS”. Makalah ini merupakan inovasi
pembelajaran untuk memahami dan mengetahui Askep Pada Pasien
Penyalahgunaan NAPZA. semoga makalah ini dapat berguna untuk para
pembaca pada umumnya dan untuk penulis pada khususnya.
saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
KEP HIV-AIDS atas bimbingan dan pengarahannya dan juga dukungan
dari teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu saya.
saya juga menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan –
kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.
Anugrah Afrianto
2
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Teoritis
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Demografi
2.4 Komorbiditas
2.5 Jenis-jenis Narkotika Dan Psikotropika
2.6 Penyalahgunaan Narkotika Dan Psikotropika
2.7 Efek Dan Akibat Narkotika Dan Psikotropika
2.8 Faktor Penyebab Penggunaan Narkotika Dan Psikotropika
2.9 Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penggunaan NAPZA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
e. Efek Dan dampak apa saja yang ditimbulkan dari pemakaian NAPZA (Narkotika,
Psikotropika dan Zat adiktif) ?
f. Faktor apa saja yang menjadi penyebab penggunaan NAPZA (Narkotika,
Psikotropika dan Zat adiktif) ?
g. Bagaimana Penanggulangan dan pencegahan yang dilakukan ?
h. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan penggunaan NAPZA?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yg dpt menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan ( Undang-undang RI No.22 thn 1997 ttg
Narkotika)
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika, prevalensi :
Di Indonesia, prevalensi 0,065% pada tahun 1971 Bakilah dan hasil penelitian 10x lebih
besar. Jumlah pecandu sampai sekarang ± 3.800.000 orang
6
2.3 DEMOGRAFI
2.4 KOMORBIDITAS
2. Narkotika Golongan II :
7
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan .Contoh kodein
B. Golongan Psikotropika
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :
1. Psikotropika Golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD).
2. Psikotropika Golongan II :
4. Psikotropika Golongan IV :
8
C. Zat adiktif lainnya
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang
disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
1. Minuman berakohol
2. Inhalansia
Yaitu gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa
organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan
sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner,
Penghapus Cat Kuku, Bensin.
3. Tembakau
9
2.6 PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA
Golongan Narkotika
OPIOID (OPIAD)
Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver
somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama Opioid
juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik
yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium. opiat alami lain atau
opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-
methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).
Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat )
dan satu ( atau lebih ) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah
pemakaian opioid, yaitu mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau
daya ingat.
Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya:
euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan
pertimbangaan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan ) yang berkembang
selama, atau segera setelah pemakaian opioid.
10
kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit
jantung. Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan
kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu
selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan
semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi,
tremor, kelemahan, mual, dan muntah.
a. Candu
b. Morfin
c. Heroin ( putaw )
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan
merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada
akhir - akhir ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin
menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu.
Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi
diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena
efek analgesik dan euforik-nya yang baik.
11
12
d. Codein
Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah
daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah.
Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan
disuntikkan.
e. Demerol
Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau
dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.
f. Methadon
g. Kokain
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat
yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman
belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari
tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk
mendapatkan efek stimulan.
Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk
pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga
13
membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin
dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali. Nama lain untuk
Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni
dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).
Golongan Psikotropika
a. Ecstasy
14
b. SHABU-SHABU
15
jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol
menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah
mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan.
Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut : merasa
lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi
lebih emosional ( sedih, senang, marah secara berlebihan ) muncul akibat ke
fungsi fisik - motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur,
sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri.
Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk
memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu, mulut rasanya kering. Pupil
mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan
timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu
diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak
terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat
dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa
kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa
membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk
menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur
menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat
lelah dan tertekan.
b. Nikotin
Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk
nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok,
cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan
dikunyah (tembakau tanpa asap).
Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa
berbahayanya merokok bagi kesehatan
tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus merokok.
Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat kuat.
c. Desainer
Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. MEreka
membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-obat
itu dibuat tanpa memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dan
secara sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat
ini banyak yang sudah beredar dengan nama speed ball, Peace pills, crystal, angel
dust rocket fuel dan lain-lain.
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi),
Kafein, Kokain.
17
3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang
berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan
dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.
Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun
sosial seseorang.diantaranya :
1. Dampak Fisik:
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut
otot jantung, gangguan peredaran darah
Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur
Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan
periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
yang hingga saat ini belum ada obatnya
Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi
narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa
menyebabkan kematian
18
2. Dampak Psikologi:
19
akan ikut menggunakan narkotik itu agar merasa seperti keluarga senasib
sepenanggungan.
3. Menghilangkan rasa sakit
Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat menimbulkan rasa
sakit yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi tertarik jalan pintas untuk
mengobati sakit yang dideritanya yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan zat
terlarang.
4. Coba-coba / penasaran
Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu zat yang dilarang,
seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk mencicipi nikmatnya zat
terlarang tersebut. Jika iman tidak kuat, maka seseorang dapat mencoba ingin
mengetahui efek dari zat terlarang. Tanpa disadari dan diinginkan orang yang sudah
terkena zat terlarang itu akan ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang
tanpa bisa berhenti.
5. Menyelesaikan Masalah
Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah dapat terjerumus
dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar dapat tidur nyenyak atau jadi
gembira ria dan kemudian merasa masalahnya terselesaikan sejenak.
6. Mencari Tantangan / Kegiatan Beresiko
Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki resiko tinggi dalam
menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat terlarang agar bisa menjadi yang
terhebat, penuh tenaga dan penuh percaya diri.
20
dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau
meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.
c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun
dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan
dan rehabilitas pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren,
yayasan Pondok Bina Kasih dll.
d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak
kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan
memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat
dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban
Narkoba yang sudah sadar dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali
sebagai pecandu narkoba.
Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko
tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap
mereka agar tidak menggunakan NAPZA.
Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat
menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.
21
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tahap pengkajian terdiri atas kumpulan data yang meliputi data biologis, psikologis, social,
dan spiritual. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut :
a. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
- Kapan zat digunakan
- Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah
- Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
d. Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi bila tidak
menggunakan
22
2. Pohon Masalah
Menciderai Diri, Gangguan Konsep Diri Atau Koping Mal Adaptif
4. Intervensi
Strategi Pertemuan 1- klien :
a. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara meningkatkan motivasi
berhenti, dan cara mengontrol keinginan.
b. Melatih cara meningkatkan motivasi dan cara mengontrol keinginan
c. Membuat jadwal latihan
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat untuk membantu klien mengatasi
craving / nagih (keinginan untuk menggunakan kembali NAPZA) adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi rasa nagih muncul
b. Ingat diri sendiri, rasa nagih normal muncul saat kita berhenti
c. Ingatlah rasa nagih seperti kucing lapar, semakin lapar, semakin diberi makan semakin
sering muncul
d. Cari seseorang yang dapat mengalihkan dari rasa nagih
e. Coba menyibukkan diri saat rasa nagih dating
f. Tundalah penggunaan sampai beberapa saat
g. Bicaralah pada seseorang yang dapat mendukung
h. Lakukan sesuatu yang dapat membuat rileks dan nyaman,
i. Kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan narkoba
j. Tontonlah video, ke bioskop atau dengar musik yang dapat membuat rileks
k. Dukunglah usaha anda untuk berhenti sekalipun sering berakhir dengan menggunakan lagi
l. Bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti
m. Bicaralah pada teman-teman tentang bagaimana mereka menikmati hidup atau rilekslah
untuk dapat banyak ide.
Menurut Keliat dkk. (2006). Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga adalah sebagai
berikut:
a. Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya berhenti
menggunakan NAPZA.
b. Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti.
c. Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA.
d. Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk
23
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga antara lain :
a. Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam merawat klien.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan / ketergantungan zat (tanda, gejala,
penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien (pencegahan, pengobatan, dan
rehabilitasi).
c. Diskusikan tentang kondisi klien yang perlu segera dirujuk seperti: intoksikasi berat,
misalnya penurunan kesadaran, jalan sempoyongan, gangguan penglihatan (persepsi),
kehilangan pengendalian diri, curiga yang berlebihan, melakukan kekerasan sampai
menyerang orang lain. Kondisi lain dari klien yang perlu mendapat perhatian keluarga adalah
gejala putus zat seperti nyeri (Sakau), mual sampai muntah, diare, tidak dapat tidur, gelisah,
tangan gemetar, cemas yang berlebihan, depresi (murung yang berkepanjangan).
d. Diskusikan dan latih keluarga merawat klien NAPZA dengan cara: menganjurkan keluarga
meningkatkan motivasi klien untuk berhenti atau menghindari sikap-sikap yang dapat
mendorong klien untuk memakai NAPZA lagi (misalnya menuduh klien sembarangan atau
terus menerus mencurigai klien memakai lagi); mengajarkan keluarga mengenal ciri-ciri klien
memakai NAPZA lagi (misalnya memaksa minta uang, ketahuan berbohong, ada tanda dan
gejala intoksikasi); ajarkan keluarga untuk membantu klien menghindar atau mengannkan
perhatian dari keinginan untuk memakai NAPZA lagi, anjurkan keluarga memberikan pujian
bila klien dapat berhenti walaupun 1 hari, 1 minggu atau 1 bulan; dan anjurkan keluarga
mengawasi klien minum obat.
24
Sp 2-P
1) Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah
2) Mendiskusikan cara hidup sehat
3) Latihan cara menyelesaikan masalah
4) Latihan cara hidup sehat
5) Mendiskusikan tentang obat
b. Keluarga
Sp1-K
1) Mendiskusikan masalah yang dialami
2) Mendiskusikan tentang NAPZA
3) Mendiskusikan tahapan penyembuhan
4) Mendiskusikan cara merawat
5) Mendiskusikan kondisi yang perlu dirujuk
6) latihan cara merawat
Sp2-K
1) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
2) Mendiskusikian pengawasan dalam minum obat
(Sumber: Keliat dkk, 2006).
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari klien adalah sebagai berikut :
a. Klien mengetahui dampak NAPZA
b. Klien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan
NAPZA
c. Klien mampu mengontrol kemampuan keinginan menggunakan NAPZA kembali
d. Klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping yang adaptif
e. Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat
f. Klien mematuhi program pengobatan
Evaluasi yang diharapkan dari keluarga adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mengetahui masalah yang dialami klien
b. Keluarga mengetahui tentang NAPZA
c. Keluarga mengetahui tahapan proses penyembuhan klien
25
d. Keluarga berpartisipasi dalam merawat klien
e. Keluarga memberikan motivasi pada kilien untuk sembuh
f. Keluarga mengawasi klien dalam minum obat
26
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
1. Kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya sadar akan pentingnya bahaya
narkoba di lingkungan sekitar kita.
27
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi, Konsep, dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Kusumawaati, Farida, 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika
Keliat, Budi ana, 2006, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta
Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana
pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes. (2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di tempat
rehabilitasi pada pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa
Masyarakat
http://www.bnn.go.id
28