Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN HIV/AIDS

“PSIKOTERAPIKA”

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Axcel tri putra


2. Fitri
3. Mahira Prameswari
4. Mutia Alesa
5. Nadia Kurnia
6. Nurma Mutia Yusman
7. Putri Marlen Yasir
8. Sindy Febri
9. Tiara Zulfi Putri
10. Yolanda Trimelta

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan
HIV/AIDS ini dengan tepat waktu.

            Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, dan juga kepada sumber-sumber yang
digunakan untuk menunjang penyelesaian makalah ini. Tidak lupa juga ucapan
terima kasih kepada seluruh anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam
penyelesaian makalah ini.

            Demikianlah makalah yang telah kami selesaikan. Tiada gading yang tak
retak, begitu pula makalah ini yang tak luput dari kekurangan. Kritik dan saran
sangat kami harapkan untuk menunjang keberhasilan dari makalah ini.Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Padang, 19 April 2022

Kelompok
DAFTAR ISI
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang
Penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika akhir-akhir ini
telah menimbulkan rasa kekhawatiran yang mendalam pada masyarakat.
Berbagai implikasi dan dampak negatif yang ditimbulkan merupakan
masalah yang sangat kompleks baik di tingkat nasional maupun
internasional. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
disebutkan bahwa masalah psikotropika tidak saja dapat merugikan bagi
penyalahguna, tetapi juga berdampak pada kegiatan sosial, ekonomi dan
keamanan nasional, sehingga hal ini merupakan ancaman bagi kehidupan
bangsa dan negara. Saat ini Indonesia bukan hanya sebagai negara transit
ataupun negara tujuan bagi peredaran gelap psikotropika, namun sudah
berkembang menjadi salah satu negara produsen.1 Kasus-kasus
psikotropikapun semakin mengejutkan masyarakat, karena masalah-
masalah psikotropika sudah merambah ke mana-mana. Semula hanya
terdapat di kota-kota besar tetapi kini sudah merambah ke kota-kota kecil,
ke daerah-daerah pemukiman, kampus-kampus bahkan sekolah-sekolah.
Peredaran dan pemakaian psikotropika juga sudah masuk ke segala
lapisan, baik kalangan atas, kalangan menengah ataupun kalangan bawah.
Selain itu peredaran psikotropika juga merambah mulai dari anak-anak,
mahasiswa, artis, pejabat bahkan sampai aparat keamanan.
Penyalahgunaan psikotropika dapat mengakibatkan sindroma
ketergantungan apabila penggunaannya tidak di bawah pengawasan dan
petunjuk tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu. Kenyataan dalam masyarakat menunjukkan bahwa psikotropika
seharusnya digunakan dalam pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan
telah disalahgunakan. Penggunaan zat ini sudah di luar batas, yang pada
umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan kesenangan sementara. Hal
ini menyebabkan orang yang ketagihan psikotropika semakin meningkat.
Permintaan terhadap psikotropika di black market pun kian besar. Angka
kriminalitas yang timbul dari dorongan untuk mendapatkan psikotropika
serta yang terjadi setelah seseorang mengkonsumsinya juga bertambah.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang psiotropika
2. Untuk mengetahui tentang golongan psikotropika
3. Untuk mengetahui tentang contoh psikotropika
4. Untuk mengetahui tentang bahaya penggunaan psikotropika
5. Untuk mengetahui tentang efek samping penyalahgunaan psikotropika
6. Untuk mengetahui tentang pencegahan psikotropika
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

B. Golongan Psikotropika
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Ekstasi. Zat psikotropika golongan I terdiri dari 26 macam
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Amphetamine. Zat psikotropika golongan II terdiri dari 14
macam.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Phenobarbital. . Zat psikotropika golongan III terdiri dari 9
macam.
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ). . Zat
psikotropika golongan IV terdiri dari 60 macam.
Manfaat psikotropika dalam dunia kesehatan:
1. Amfetamin Digunakan untuk mengatasi kegemukan.
2. Nitrazepam Digunakan untuk mengatasi insomnia, kecemasan, dan
stress.
3. Diazepam Untuk mengatasi kecemasan, insomnia, relaksasi otot, dan
kondisi psikoneurotik lain.
4. Fenobarbital Banyak digunakan sebagai obat tidur.

C. Contoh psikotropika
1. Psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan
potensi ketergantungan yang sangat kuat. Contoh : LSD,MDMA, dan
mascalin.
2. Psikotropika yang berkhasiat tetapi dapat menimbulkan
ketergantungan seperti Amfetamin.
3. Psikotropika dari kelompok hipnotik sedative, seperti Barbiturat. Efek
ketergantungan sedang.
4. Psikotropika yang efek ketergantungannya ringan,seperti
Diazepam,Nitrazepam.
D. Bahaya penggunaan psikotropika
Zat atau obat psikotropika ini dapat menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku,
disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara
berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan
ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para
pemakainya.
Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan
dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih
buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan
berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai,
tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.
Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang pemberantasan
peredaran narkotika dan psikotropika, 1988. Dewan Perserikatan Bangsa
Bangsa telah mengadakan konvensi mengenai pemberantasan peredaran
psikotropika (Convention on psychotropic substances) yang
diselenggarakan di Vienna dari tanggal 11 Januari sampai 21 Februari
1971, yang diikuti oleh 71 negara ditambah dengan 4 negara sebagai
peninjau.
Sebagai reaksi yang didorong oleh rasa keprihatinan yang
mendalam atas meningkatnya produksi, permintaan, penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika dan psikotropika serta kenyataan bahwa anak-
anak dan remaja digunakan sebagai pasar pemakai narkotika dan
psikotropika secara gelap, serta sebagai sasaran produksi, distribusi, dan
perdagangan gelap narkotika dan psikotropika, telah mendorong lahirnya
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan Gelap
Narkotika dan Psikotropika, 1988.
Konvensi tersebut secara keseluruhan berisi pokok-pokok pikiran,
antara lain, sebagai berikut, Masyarakat bangsa-bangsa dan negara-negara
di dunia perlu memberikan perhatian dan prioritas utama atas masalah
pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika.
Pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika merupakan
masalah semua negara yang perlu ditangani secara bersama pula.

E. Penyalahgunaan psikotropika
Sebagai contoh psykotropika yang sedang populer dan banyak
disalahgunakan pada akhir-akhir ini adalah psykotropika golongon I,
diantaranya yang dikenal dengan nama Ecstasy dan psykotropika golongan
II yang dikenal dengan nama sabu-sabu.
Ecstasy merupakan pil yang mempunyai reaksi relatif cepat yaiitu
sekitar 40 menit setelah ditelan/dimakan efeknya akan terasa, yaitu
pemakaianya terasa hangat, energik dan bahagia fisik maupun mental.
Ketahanan reaksi ecstasy tergantung dari toleransi pemakaianya. Perasaan-
perasaan energik dan bahagia tersebut akan berakhir sekitar dua sampai
empat jam.
Sedangkan akibatnya buruknya setelah efek tersebut berakhir akan
berubah seperti keracunan, tubuh mengalami kelelahan dan mulut terasa
capai/kaku.

Efek Yang Ditimbulkan Dengan Mengkonsumsi Psikitropika


1. Efek farmakologi
Efek farmakologi dari ecstasi tidak hanya bersifat stimulant tetapi juga
mempunyai sifat halusinogenik yaitu menimbulkan khayalan-khayalan
yang nikmat dan menyenangkan. Secara rinci adalah:
a. Meningkatkan daya tahan tubuh
b. Meningkatkan kewaspadaan
c. Menimbulkan rasa nikmat dan bahagia semu
d. Menimbulkan khayalan yang menyenangkan
e. Menurunkan emosi

2. Efek Samping
Efek Samping yang berlebihan antara lain:
a. Muntah dan mual
b. Gelisah
c. Sakit kepala
d. Nafsu makan berkurang
e. Denyut jantung berkurang
f. Timbul khayalan yang menakutkan
g. Kejang-kejang

3. Efek terhadap organ tubuh


Efek atas penggunaan ecstasi terhadap organ tubuh manusia yaitu
dapat menimbilkan ganguan pada otak, jantung, ginjal, hati, kulit dan
kemaluan.
4. Efek-efek lainnya
Setelah pengaruh ecstasi habis beberapa jam atau beberapa hari,
tergantung dengan dosis pemakaiannya, maka penguna akan
mengalami :
a. Tidur berlama-lama dalam gelap
b. Depresi
c. Apatis
d. Kematian karena adanya payah jantung serta krisis hipertensi atau
pendarahan pada otak
5. Sanksi undang-undang penyalahgunaan psikotropika
Pasal 59
a. Barang siapa menggunakan, memproduksi, mengedarkan,
mengimport, memiliki, menyimpan, atau membawa psikotropika
gol 1 dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 15
tahun dan denda paling sedikit 150 juta rupiah dan paling banyak
750 juta rupiah.
b. Jika ayat satu diatas dilakukan secara terorganisir dipidana mati
atau seumur hidup atau 20 tahun dan denda 750 juta rupiah.
c. Jika dilakukan dengan korporasi denda 5 miliar rupiah.
Pasal 62
a. Barang siapa memiliki, menyimpan, atau membawa psikotropika
dipidana penjara paling lam 5 tahun dan denda paling banyak 100
juta rupiah.
Pasal 64
a. Barang siapa menghalangi penderita ketergantungan untuk berobat
ke panti rehabilitasi, atau menyelenggarakan fasilitas rehabilitasi
tanpa izin dipidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling
banyak 20 juta rupiah.
Pasal 65
a. Barang siapa tidak melapor adanya penyalah gunaan dan
kepemilikan psikotropika secara tidak sah dipidana 1 tahun dan
denda 20 juta rupiah.
Pasal 71
a. Barang siapa bersekongkol, bersepakat membantu, menyuruh, turut
melakukan, menganjurkan atau mengorganisir tindak pidana
psikotropika sesuai pasal 60, 61, 62, dan 63 dipidana pokok dan
diatmbah sepertiganya.
Pasal 72
a. Barang siapa jika tindak pidana psikotropika dilakikan dengan
menggunakan anak belum cukup umur, ancaman pidana
hukuman pokok dan ditambah sepertiganya.

F. Upaya pencegahan
Psikotropika akan memberikan manfaat jika dipakai untuk tujuan
yang benar, misalnya untuk tujuan ilmu pengetahuan dan pelayanan
kesehatan. Dalam bidang kedokteran, misalnya satu jenis narkotika
diberikan kepada pasien yang menderita rasa sakit luar biasa karena suatu
penyakit atau setelah menjalani suatu operasi. Contoh lain, satu zat jenis
psikotropika diberikan kepada pasien penderita gangguan jiwa yang
sedang mengamuk dan tak dapat ditenangkan dengan caracara lain. Jika
pemakaian psikotropika dipakai di luar tujuan yang benar, itu sudah
termasuk penyalahgunaan dan harus diupayakan pencegahannya.
Penyalahgunaan psikotropika sangat berbahaya bagi diri sendiri,
keluarga, maupun kehidupan sosial di sekitar kita. Dampak negatif
pemakaian psikotropika pada diri sendiri, yaitu rusaknya sel saraf,
menimbulkan ketergantungan, perubahan tingkah laku, dan menimbulkan
penyakit (jantung, radang lambung dan hati, merusak pankreas, dan
berisiko mengidap HIV positif). Pada dosis yang tidak tepat akan
mengakibatkan kematian.
Dalam kehidupan sosial, penyalahgunaan pemakaian psikotropika,
di antaranya: sering membuat onar atau perkelahian (misalnya, perkelahian
pelajar), melakukan kejahatan (pencurian dan pemerkosaan), kecelakaan,
timbulnya masalah dalam keluarga, dan mengganggu ketertiban umum.
Pencegahan penyalahgunaan psikotropika memerlukan peran
bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
a. Peran Anggota Keluarga
Setiap anggota keluarga harus saling menjaga agar jangan sampai
ada anggota keluarga yang terlibat dalam penyalahgunaan psikotropika.
Kalangan remaja ternyata merupakan kelompok terbesar yang
menyalahgunakan zat-zat tersebut. Oleh karena itu, setiap orang tua
memiliki tanggung jawab membimbing anak-anaknya agar menjadi
manusia yang bertaqwa kepada Tuhan. Karena ketaqwaan inilah yang
akan menjadi perisai ampuh untuk membentengi anak dari
menyalahgunakan obat-obat terlarang dan pengaruh buruk yang mungkin
datang dari lingkungan di luar rumah.
b. Peran Anggota Masyarakat
Kita sebagai anggota masyarakat perlu mendorong peningkatan
pengetahuan setiap anggota masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan
obat-obat terlarang. Selain itu, kita sebagai anggota masyarakat perlu
memberi informasi kepada pihak yang berwajib jika ada pemakai dan
pengedar narkoba di lingkungan tempat tinggal.
c. Peran Sekolah
Sekolah perlu memberikan wawasan yang cukup kepada para
siswa tentang bahaya penyalahgunaan psikotropika bagi diri pribadi,
keluarga, dan orang lain. Selain itu, sekolah perlu mendorong setiap siswa
untuk melaporkan pada pihak sekolah jika ada pemakai atau pengedar
psikotropika di lingkungan sekolah. Sekolah perlu memberikan sanksi
yang mendidik untuk setiap siswa yang terbukti menjadi pemakai atau
pengedar narkoba.
d. Peran Pemerintah
Pemerintah berperan mencegah terjadinya penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika dengan cara mengeluarkan aturan hukum yang
jelas dan tegas. Di samping itu, setiap penyalahguna, pengedar, pemasok,
pengimpor, pembuat, dan penyimpan narkoba perlu diberikan sanksi atau
hukuman yang membuat efek jera bagi si pelaku dan mencegah yang lain
dari kesalahan yang sama.
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika memiliki manfaat dalam bidang kedokteran, namun
memiliki dampak negatif apabila disalah gunakan oleh orang tak
bertanggung jawab. Selain merusak fungsi organ, psikotropika juga
mengganggu fungsi syaraf dan otak.
Untuk mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan psikotropika
dibutuhkan koordinasi antara pribadi, lingkungan keluarga, masyarakat,
tempat pendidikan serta pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai