KELOMPOK 2 :
1.Kurnia Mayang Sari, S.Kep
2. Nurhofifah Hidayati S.Kep
3. Dwi Suci Ramadhany Putri, S.Kep
4. Julia Eka Putri, S.Kep
5. Nurma Mutia Yusman, S.Kep
6. Dwifa Maharani, S.Kep
7.Alfita Sari, S.Kep
8. Sri Rahma Hosen, S.Kep
9.Nur Fauziah, S.Kep
10.Wiwit Sundari, S.Kep
11.Rabiatul Izzati Aluvira, S.Kep
Dosen Pembimbing :
1.Ns. Siti Aisyah Nur, M.Kep
2.Ns. Nova Fridalni,S.Kep,M.Biomed
A. Latar Belakang
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah
satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering
disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan
rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam
menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain
tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2020)
Secara umum perkembangan fisik yang terjadi pada anak usia 6 – 12 tahun baik
anak perempuan ataupun laki-laki memiliki berat, tinggi dan ukuran fisik yang
rata-rata sama. Saat berusia 6 tahun, tinggi mereka sekitar 106 cm dan beratnya 18
– 20 kg. sedangkan pada anak usia 12 tahun memiliki tinggi sekitar 130 cm dan
berat 34 – 36 kg. Diusia sekolah dasar, koordinasi anak akan mengalami
berkembang. Baik Motorik kasar (berlari dan melompat) dan motorik halus
(menggunting dan menggambar, merangkai). Jane Brooks (2020).
Terapi bermain meronce yang akan dilaksanakan di ruang rawat inap Anak
RSUP.Dr. M.Djamil Padang dengan jumlah pasien 12 orang. Alasan memilih
terapi bermain seni meronce manik-manik adalah untuk melatih ketekunan,
melatih ketelitian, melatih daya imajinasi, melatih kreatifitas, mengasah otak anak
untuk berfikir, melatih daya ingat.melatih untuk sabar dan fokus. Dengan
memasukkan benang ke dalam lubang kecil memerlukan kesabaran dan
kefokusan tersendiri. Dan kegiatan meronce ini belum pernah dilakukan
sebelumnya di ruangan tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah bermain diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya, mengembangkan motorik halus dan kreatifitas melalui
kegiatan bermain
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaannya selama proses pembelajaran
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
3. Manfaat Penulisan
1.Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan sumbangan informasi untuk lebih mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama dibidang ilmu keperawatan khususnya mengenai
manik-manik terhadap perkembangan motorik halus.
2.Bagi Penulis
a. Untuk mengetahui tingkat perkembangan anak sekolah 6-12 tahun
sebelum diberikan terapi merangkai manik-manik dan setelah diberikan
terapi merangkai manik-manik.
3. Bagi Perawat
Memperdalam pengetahuan tentang perkembangan motorik halus.
4. Bagi Institusi
1. Pengertian
2. Fungsi Bermain
2) Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok
permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan
yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan
alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama,
ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.
3) Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat
permainan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak
lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak
satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain.
Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
4) Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu
anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada
pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan permainan
tidak jelas. Contoh permainan jenis ini adalah bermain boneka,
bermain hujan-hujanan dan bermain masak-masakan.
5) Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak
yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkananggotanya
untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan
sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan main
harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai
tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan dengan
memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.
B. Konsep Bermain Meronce
1. Pengertian bermain Meronce
Meronce merupakan kegiatan menyusun benda-benda
dengan menggunakan tali atau yang lainnya. Bentuk meronce bisa
divariasikan menurut keinginan, sehingga anak dilatih untuk
menciptakan sesuatu ide baru, meningkatkan kreatifitas, melatih
pengenalan warna bentuk geometri, mengasah kemampuan
motorik halus, melatih memegang dengan dua tangan dan
sebagainya.
Merangkai dan meronce pada dasarnya merupakan suatu
wkegiatan yang sama yaitu menyusun benda-benda, pernik-pernik
dengan sentuhan keindahan sehingga orang yang melihatnya
merasa puas. Dalam merangkai dan meronce juga harus
memperhatikan unsur-unsur visual. Unsur-unsur tersebut harus
memenuhi prinsip penyusun seperti komposisi warna, bentuk,
ukuran, jenis, irama dan sebagainya.
Keterampilan meronce merupakan kegiatan memasukkan
manik-manik menggunakan benang bertujuan untuk membantu
anak usia dini menggunakan jari jemarinya untuk memungut,
memegang, menjepit antara ibu jari dan jari telunjuk, sehingga
keterampilan meronce digunakan sebagai alternatif untuk
membantu anak yang mengalami hambatan dalam menggerakkan
jari-jemari dan pergelangan tangannya. Dengan demikian
keterampilan meronce diduga memberikan pengaruh positif dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3. Manfaat meronce
Pengertian anak usia sekolah adalah anak yang berada pada usia-usia
sekolah. Masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung
dari usia enam hingga kira-kira usia duabelas tahun. Karakteristik utama usia
sekolah adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam
banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan
dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik
(Untario, 2019)
Pada anak usia sekolah anak sudah mampu mengenal guru baru dan teman-teman
barunya, perbedaan mendasar terletak pada tugas belajarnya. Pendampingan orang
tua dalam hal mengembangkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung,
mengembangkan kebiasaan belajar yang baik merupakan hal yang penting Mosby
Hubel & Campell. (2020)
a. Aspek fisik
Aspek fisik di masa ini berjalan lebih lambat dibanding ketika anak di masa bayi
dan masa awal kanak-kanak. Di awal usia 6 tahun, anak umumnya masih tampak
seperti anak kecil. Namun, nanti di usia 12 tahun, anak sudah berubah dan mulai
terlihat seperti orang dewasa. Bahkan ada beberapa anak yang mulai mengalami
masa pubertas di usia 12 tahun ini. Di masa usia sekolah, anak-anak biasanya
telah siap menerima pelajaran keterampilan yang berhubungan dengan motorik,
misalnya menggambar, melukis, menulis, mengetik komputer, melakukan
berbagai olahraga seperti bermain bola, berenang, dan masih banyak lagi.
b. Aspek Bahasa
c. Aspek Kognitif
Anak yang berusia 6-12 tahun dikatakan berada dalam tahap operasional konkret,
yakni anak sudah memiliki kecakapan berpikir logis, namun hanya pada benda-
benda yang bersifat konkret. Tahapan ini ditandai dengan tiga kemampuan baru
yang dikuasai oleh anak, yakni kemampuan menyusun, mengelompokkan, serta
menghubungkan atau menghitung angka. Kemampuan yang berhubungan dengan
angka contohnya mengurangi, menambah, membagi dan mengalikan.
5. Antisipasi Hambatan
6. Sasaran
8. Setting Tempat
Keterangan :
: Fasilitator
: Peserta
: Leader
: Co-Leader
: Observer
9. Pengorganisasian :
1. Leader : Nurhofifah Hidayati
2. Co Leader : Sri Rahma Hosen
3. Observer : Kurnia Mayang Sari, Dwifa
Maharani, Alfita Sari
4. Fasilitator : Nur Fauziah, Wiwit Sundari,
Rabiatul Izzati Aluvira, Dwi Suci R.P, Nurma Mutia, Julia
Eka Putri
2. Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau
kelompok yang akan datang
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Peran Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
4. Peran Observer
a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermain
b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan terapi bermain
d. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan saling
persatu dan anak saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6. Mempersilahkan Leader Mendengarkan
2 30 menit Kegiatan bermain :
1. Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
2. Menanyakan pada anak, anak Menjawab pertanyaan
mau bermain atau tidak
3. Membagikan media permainan Menerima permainan
4. Leader ,co-leader, dan Fasilitator Bermain
memotivasi anak
5. Fasilitator mengobservasi anak Bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3 10 menit Penutup :
1. Leader Menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Membagikan souvenir/kenang- Senang
kenangan pada semua anak yang
bermain
5. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
6. Co-leader menutup acara Mendengarkan
7. Mengucapkan salam Menjawab salam
12. Kriteria Penilaian
1. Penilaian struktur seperti kesiapan media dan tempat
2. Penilaian proses jalannya terapi yang dilakukan apakah sesuai dengan
yang telah direncanakan di proposal
3. Penilaian hasil akhir dari terapi yang telah dilakukan mencakup
kesimpulan dari evaluasi struktur, proses, dan evaluasi hasil
13. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan media dan tempat
b. Penyelenggaraan terapi bermain di Ruang Anak RSUP.Dr.M.Djamil
Padang Pengorganisasian penyelenggaraan terapi bermain dilakukan
sebelum terapi bermain dilaksanakan
2. Evaluasi Proses
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
d) Tidak ada hambatan saat melakukan terapi
e) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi Hasil
a) Anak mampu meningkatkan perkembangan yang normal pada saat sakit
melalui terapi bermain (merangkai manik-manik).
b) Anak mampu menghilangkan dan mengurangi stressor kecemasan
selama hospitalisasi.
c) Anak mampu mengembangkan kemampuan dan kreativitas yang
dimilikinya.
d) Anak mampu mengekspresikan perasaan, keinginan serta ide-idenya
melalui permainan merangkai manik-manik
DAFTAR PUSTAKA
Stuart,G.(2021)
Yuniarti. (2019). Jurnal PEndidikan Profesi Vol.3 No. 4. Klaten: CV. Putra
Sukses.