SENI TARI
DISUSUN OLEH:
1. Vila Mar’atus Liani (C1019050)
2. Wina Dwi Astuti (C1019051)
3. Winda Eva Febriyani (C1019052)
4. Yudha Shandi Winahyu(C1019053)
A. Latar Belakang
Bermain, menurut Smith and Pellegrini (2008) merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara
menyenangkan, tidak diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif.
Hal ini berarti, bermain bukanlah kegiatan yang dilakukan demi menyenangkan
orang lain, tetapi semata-mata karena keinginan dari diri sendiri. Oleh karena
itu, bermain itu menyenangkan dan dilakukan dengan cara-cara yang
menyenangkan bagi pemainnya. Di dalam bermain, anak tidak berpikir tentang
hasil karena proses lebih penting daripada tujuan akhir. Bermain juga bersifat
fleksibel, karenanya anak dapat membuat kombinasi baru atau bertindak dalam
cara-cara baru yang berbeda dari sebelumnya. Bermain bukanlah aktivitas yang
kaku. Bermain juga bersifat aktif karena anak benar-benar terlibat dan tidak
pura-pura aktif. Bermain juga bersifat positif dan membawa efek positif karena
membuat pemainnya tersenyum dan tertawa karena menikmati apa yang mereka
lakukan. Dengan demikian, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan,
bersifat pribadi, berorientasi proses, bersifat fleksibel, dan berefek positif.
Bermain juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan
dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara
suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar (Hurlock, 1997)
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa
pengaruh lampu ritmik terhadap ketepatan gerak tari anak tunarunggu di
sekolah luar biasa.
2. Tujuan khusus
a. Untuk siswa
Tujuan penelitian ini selain melatih anak menari,
membantu pula untuk memperbaiki ketidak tepatan ritmik gerak dan
ritmik musik pada anak yang tidak selaras.
Mengembangkan saraf motoric pada anak
Menggali potensi diri sejak dini
Melatih gerak dan kelenturan otot
b. Untuk peneliti
Penelitian ini bertujuan
Untuk mengetahui ketepatan menari anak dalam mata pelajaran seni tari
dan keterampilan sebelum diberikan media lampu ritmik terhadap hasil
belajar siswa.
Untuk mengetahui ketepatan menari anak dalam mata pelajaran seni tari
dan keterampilan sesudah diberikan media lampu ritmik terhadap hasil
belajar siswa.
Untuk mengetahui pengaruh media lampu ritmik terhadap peningkatan
ketepatan gerak tari siswa tunarungu.
C. SASARAN
Sasaran yang kami tuju adalah pada anak usia 8-10 tahun dengan
berkebutuhan kusus tuna rungu yang berada di SLB Negeri Slawi jumlah
anak yang mengikuti permainan yaitu ada 4 diantaranya An B usia 8 th, An
R usia 9 th,, An A usia 9 dan ada An S usia 10 th dirawat di Ruang C 1.2.
BAB II
DISKRIPSI KASUS
A. KARAKTERISTIK SASARAN
Sasaran terapi bermain ini adalah anak-anak usia sekolah (8-10 thn)
dengan berkebutuhan khusus tuna rungu yang berjumlah 4 anak dengan
kriteria :
1. Sehat atau tidak sakit, demam atau flu maupun batuk.
2. Bersedia mengikuti permainan
3. Mengalami gangguan komunikasi verbal
B. ANALISA KASUS
Kondisi ruang seni tari terlihat bersih tertata rapi terdapat meja dan kursi
suasana kelas tenang anak-anak terlihat tenang hanya terdapat suara
alunan music dengan terdapat 4 anak perempuan dengan penyandang
disabilitas tuna rungu dengan rata-rata pendidikan sekolah dasar dan satu
guru wanita atau pelatih seni tari. Didalam ruangan juga terdapat sound
system dengan suara tidak cukup kencang dengan lantai ubin beralaskan
karpet, saat memasuki ruangan anak-anak tampak melepas sepatu yakni
hanya memakai kaoskaki.
METODELOGI BERMAIN
A. JUDUL PERMAINAN
B. DESKRIPSI PERMAINAN
Menari adalah expresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan
gerakgerak ritmis yang indah (Soerdasono, 1998). Orang yang sedang
menari disebut penari. Menari berbeda dengan bermain, berpantomim atau
bersenam. Seorang akan dapat dikatakan menari apabila anak menyadari
bahwa ia sedang menari, bukan sedang bermain, bukan sedang bersenam.
seseorang disebut menari ketia ia menyadari bahwa sedang mengungkapkan
sesuatu melalui tarian yang sedang ditarikan. Sesuatu itu dapat berupa
gagasan, perasaan, pengalaman, pikiran dan tidak bergerak spontan, karena
seseorang yang sedang menari bergerak berdasarkan gerak yang telah
disusun dan ditata. Keberhasilan ketika menari adalah ketika seseorang
mampu berekpresi dan berekplorasi secara total dalam sebuah tarian
(gerakan).
Penari tidak dibatasi umur, gender, ataupun kelainan, jadi setiap orang
bisa menari,termasuk pula anak anak yang berkebutuhan khusus, meski
tidak di pungkiri akan banyak keterbatasan yang mereka bawa ketika
menari. Dari sekian banyak anak yang memiliki kebutuhan khusus, anak
tunarungu adalah anak yang banyak diberikan pembelajaran seni tari ini.
C. TUJUAN PERMAINAN
Secara umum, dengan belajar tari akan bermanfaat bagi tercapainya
kelenturan gerak badan, meningkatkan kemampuan motorik kasar, dan
kesehatan badan. Sementara itu menurut Bebibluu (2009) belajar musik dan
tari pada usia muda akan sangat membantu perkembangan pada bagian otak
tertentu yang digunakan untuk mempelajari bahasa dan daya nalar spatial
yang diperlukan untuk belajar matematika. Mampu mengembangkan
kemampuan otak kiri yang diperlukan untuk belajar berpikir dan memecahkan
masalah secara kreatif. Melalui belajar musik dan tari juga akan membangun
kemahiran-kemahiran yang nantinya akan sangat diperlukan oleh anak pada
saat memasuki dunia kerja. Belajar musik dan tari juga lebih memfokuskan
dan mementingkan pada aspek "aksi" daripada observasi dan mengajarkan
bagaimana murid bisa tampil dimana saja dan kapan saja di dunia.
Belajar seni tari juga memungkinkan anak belajar mengatasi rasa takut,
melatih keberanian, kepercayaan diri, dan mengambil resiko dalam hidup,
yang dibutuhkan dalam pengembangan diri dan pembangunan karakter anak
yang kuat dan tahan banting. Kemampuan untuk menari juga akan membuka
banyak kesempatan berharga yang dapat memperkaya hidup anak.
E. JENIS PERMAINAN
Seni Tari
a. Merasa bosan
b. Kelelahan
c. Kurangnya kekompakan terhadap teman bermainnya
d. Mengalami cedera akibat gerakan yang terlalu sulit.
Keterangan :
= Anak-anak
= Observer
Struktur Organisasi
Observer :
Mengamati, mencatat jalannya terapi aktivitas.
Rencana Pelaksanaan
Respon yang
No Tahap Waktu
diharapkan
1 Persiapan: Tempat bermain,
a. Menyiapkan Tempat alat, peserta (anak)
terapi bermain. dan keluarga siap.
b. menyiapkan alat
10 menit
c. menyiapkan peserta
yang akan ikut terapi
bermain beserta
orangtua anak.
2 Proses: 20 menit
a. Membuka proses
Menjawab salam,
terapi bermain
Memperkenalkan
dengan mengucap
diri, Memperhatikan.
kan salam,
memperkenalkan diri.
b. Menjelaskan pada
anak dan keluarga
tentang tujuan dan
manfaat bermain,
menjelaskan cara Bermain bersama
permainan. dengan antusias dan
c. Mengajak anak mengungkapkan
bermain . perasaannya
d. Mengevaluasi respon
anak dan keluarga.
3 Evaluasi: Memperhatikan dan
a. Mengevaluasi hasil menjawab salam.
terapi bermain 10 menit
b. Menutup terapi
bermain
K. KRITERIA EVALUASI
3) Evaluasi Hasil
a. Anak mampu mencurahkan kreativitasnya dengan membuat bentuk
b. Anak mampu mengikuti permainan hingga akhir
c. Anak mampu membuat kerajinan tangan dengan hasilnya sendiri
d. Anak mampu mampu menikmati permainanya dengan senang
e. Anak mampu mencoba hal baru yang bersifat positif
DAFTAR PUSTAKA
Musfiroh, Takdiroatun. “Teori dan Konsep Bermain” diakses dari
https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PAUD4201-
M1.pdf