Disusun oleh :
1. Abdi rusdiono(C1019001)
2. Aqilatul maulidiah Z(C1019007)
3. Fatin nur fadiyah(C1019019)
4. Fitrotur rahma(C109021)
5. Ismi aulia R(C1019026)
6. Maryani khoirutunnisa(C1019028)
7. Muhammad farkhan F(C1019031)
8. Shintya alkhoiriyah(C1019046)
9. Vila maratus liani(C1019050)
Keterangan:
Aktualisasi diri Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
Konsep diri Apa bila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri.
Harga diri rendah Transisi antara respon konsep diri adaptif dan konsep diri maladaptive
Kerancauan identitas Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas
masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan diri dengan
orang lain (Keliat, 1998).
4. Pathway
Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan Keterbatasan
ukuran bentuk tubuh struktur tubuh fungsi
tubuh
Menolak melihat,menyentuh
tubuh yang
Sindrom pasca trauma berubah,mengungkapkan
keputusasaan
Menarik diri dengan lingkungan
Isolasi social
Penjelasan pathway :
Perubahan fungsi
keterbatasan
Dari faktor tersebut akan menyebabkan Perubahan gambaran diri dari seseorang tersebut
sehingga akan muncul diagnosa keperawatan Gangguan Citra tubuh.
Dari pasien yang mengalamai Gangguan Citra tubuh, mereka akan berusaha melakukan
respon penyesuaian terhadap dirinya yang beru dengan lingkungan dan harus melerawati
masa-masa ppenolakan, denial, angry seperti menunjukkan rasa sedih dan duka cita (sedih,
menangis, merasa bersalah, banyak melamun, diam) hingga accepting.
Pada pasien yang tidak ammpu untuk melakukan penyesuaian dirnnya dengan lingkanan
karena perubahan citra tubuh akan menimbulkan Respons mal adaptif sehingga menimbulkan
Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan
kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Lama kelamaan pasien akan mengalami sindrom gangguan jiwa atau skizofrenia yang
ditandai dengan Menolak melihat, menyentuh tubuh yang berubah, mengungkapkan
keputusasaan. Pada pasien tersebut diatas akan mengakibatkan penarikan dirinya terhadap
lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekitar sehingga pasien menjadi isolasi sosial
terhadap orang lain dan juga mengalami sindrom pasca trauma.
5. Penatalaksanaa
6. Diagnose keperawatan
Diagnosa Keperawatan Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk
diagnosa potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk
memonitor kemungkinan diagnosa aktual. Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh
adalah potensial gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta
menarik diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998). Adapun
Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya:
Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
Isolasi social : menarik diri
Deficit perawatan diri
7. Intervensi Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah
meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima
perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi
kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat
mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998). Setelah seluruh tujuan diatas tercapai maka
pasien dapat mengintegrasikan pada konsep dirinya perubahan citra tubuh yang terjadi.
8. Dukungan Keluarga Dengan Citra Tubuh Pada Pasien Pasca Stroke
Teori Potter & Perry menunjukan bahwa proses perubahan kondisi fisik dan
perkembangan seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang
lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri. Menurut
penelitian Herawati, mengenai pengalaman perubahan citra tubuh pada pasien pasca
stroke menyatakan bahwa sebagian responden merasa tidak berharga, malu, sedih, marah,
tidak berdaya, bosan dan bingung, khawatir serta putus asa terhadap perubahan citra
tubuh yang terjadi akibat stroke. Hasil penelitian sejalan dengan Teraoka (2008) bahwa
keterlibatan keluarga sangat penting pada pasien stroke karena perawatan pasien stroke
lebih banyak dan lebih lama dilakukan di rumah. Pemulihan pasien secara langsung
berkaitan dengan kemampuan perawatan yang diberikan oleh keluarga. Sehingga
keluarga perlu mendapatkan informasi dan edukasi terkait kondisi kelemahan pasca
stroke ini. Menurut penelitian Herawati (2014), mengenai pengalaman perubahan citra
tubuh terhadap pasien pasca stroke menyatakan bahwa tingkat ketergantungan yang
tinggi terhadap keluarga dalam melakukan kegiatan seharihari membuat partisipan
menganggap dukungan keluarga merupakan hal yang sangat dibutuhkan menuju
kesembuhan. Perawatan yang telaten dan sikap positif keluarga berdampak besar bagi
klien.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-pipitdians-6286-2-babii.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54466/Chapter%20II.pdf?
sequence=4