Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PSIKOSOSIAL DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH

Pembimbing :

Yuni Astini, SKM., M.Kes.

DISUSUN OLEH :

NABILA SYAFIRA

1814401066

TINGKAT 2 REGULER 2

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

TAHUN AJARAN 2020


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau
tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan
obyek yang kontak secara terus menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda)
dengan tubuh.Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru. Gambaran tubuh
yang diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam
menjalani kehidupan.

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun
eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh
dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi dan
pandangan orang lain. Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan
fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek
penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri.
Perry & Potter (2005)

Body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya,
bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan
rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana ‘kira-kira penilaian orang lain
terhadap dirinya. (Honigman dan Castle). Melliana (2006)

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991).

Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain,
kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan
( Keliat ,1992 ).
Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu
memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang
realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman,
sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).

Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam
kehidupan. Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti,
munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat
berupa operasi seperti : mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran
diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain-lain.

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak
dengan tubuh.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


1. Kegagalan fungsi tubuh.
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau
asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf. Waham yang berkaitan
dengan bentuk dan fungsi tubuh seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa, klien
mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
Tergantung pada mesin.
Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar
mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai
gangguan.

2. Perubahan tubuh berkaitan


Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan
pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya
dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati
perubahan tubuh yang tidak ideal.
3. Umpan balik interpersonal yang negatif
Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat
membuat seseorang menarik diri.

4. Standard sosial budaya


Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang dan
keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada
gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.

C. Etiologi

1)    Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit

2)    Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, pemasangan, alat di
dalam tubuh.

3)    Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan

4)    Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh

5)    Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan

6)    Makna dan objek yang serang kontak : penampilan dan dandanan berubah, pemasangan alat
pada tubuh klien (infuse, traksi, respriator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)

7)    Kemungkinan etiologi (yang berhubungan dengan)

8)    Kekurangan umpan balik positif

9)    Kegagalan yang dirasakan

10)  Harapan-harapan yang tidak realistis (pada bagian dan orang lain)
11)  Perkembangan ego mengalami ketardasi

12)  Kebutuhan ketergantungan yang tidak terpenuhi

13)  Ancaman terhadap keamanan karena gangguan fungsi pada dinamika-dinamika keluarga.

D. Tanda dan Gejala

1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah


2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
8. Citra yang mengalami distorsi, melihat diri sebagai gemuk, meskipun pada keadaan berat
badan normal atau sangat kurus
9. Penolakan bahwa adanya masalah dengan berat badan yang rendah
10. Kesulitan menerima penguatan positif
11. Kegagalan untuk mengambil tanggung jawab menurut diri sendiri. Pengobatan diri
12. Tidak berpartisipasi pada terapi
13. Perilaku merusak diri sendiri, muntah yang dibuat sendiri; penyalahgunaan obat-obat
pencahar dan diuretic, penolakan  untuk makan
14. Kontak mata kurang
15. Alam perasaan yang tertekan dan pikiran-pikiran yang mencela diri sendiri setelah episode
dari pesta dan memicu perut
16. Perenungan yang mendalam tentang penampilan diri dan bagaimana orang-orang lain
melihat diri mereka.
E. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien : nama, umur, alamat dll.
2. Alasan masuk
3. Faktor Predispdsisi dan Presipitasi
4. Pengkajian fisik
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep Diri : Gambaran diri atau citra tubuh, Identitas Diri, Peran Diri,
Ideal Diri, Harga Diri
c. Hubungan Sosial
d. Spiritual : Nilai, Keyakinan dan Ibadah
6. Status Mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas Motorik : Hipomotorik, Hipermotorik, TIK, Agitasi, Grimaseren,
Tremor atau Kompulsif
d. Alam Perasaan
e. Afek
 Dari mana datangnya afek di dapatkan?
 Jenis Afek : Appropriate atau inappropriate
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses berpikir : Sirkumtansial, Tangensial, Kehilangan asosiasi, Flight of Ideas,
Blocking, Reeming, Perseverasi
i. Isi Pikir (dapat di ketahui dari?) : Obsesi, Phobia, Ide terkait, Depeersonalisasi,
Waham ( agama, somatik, kebesaran, curiga, nihilistic, hipokondria, magik
mistik ) atau Waham yang bizar (ada berapa?)
j. Tingkat kesadaran dan Orientasi
 Kesadaran Pasien (bingung, sedasi, atau stupor)
 0rientasi terhadap waktu, tempat, orang
k. Memori ( Gangguan daya ingat jangka panjang, Gangguan daya ingat jangka
pendek, Gangguan daya ingat saat ini, Konfabulasi )
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung (mudah dialihkan, tidak mampu
berkomunikasi, atau tidak mampu berhitung )
m. Kemampuan Penilaian (gangguan kemampuan penilaian ringan, gangguan
penilaian hermaka)
n. Daya Tilik Diri
7. Masalah Psikososial da Lingkungan
8. Pengetahuan
9. Aspek Medik
 Diagnosa Medis
 Program terapi obat yang diberikan
F. Masalah keperawatan dan data pendukung
Analisa Data

Data Etiologi Masalah


keperawatan
DS : Kekerasanfisik Gangguan citra
Klien merasa malu dengan kondisi wajahnya tubuh
dan takut menjadi bahan pembicaraan Perubahan bentuk
orang. tubuh: cacat wajah
DO :
Klien tidak mau keluar kamar dan Gangguancitratubuh
berinteraksi dengan orang lain karena cacat
pada wajahnya, klien tidak mau melihat
wajahnya dicermin.
DS : Kekerasan fisik Harga diri
Klien merasa malu dengan kondisi wajahnya rendah
dan takut menjadi bahan pembicaraan Perubahan bentuk
orang. tubuh: cacat wajah
DO :
Klien tidak mau keluar kamar dan Gangguan citra tubuh
berinteraksi dengan orang lain karena cacat
pada wajahnya, klien tidak mau melihat Klien kehilangan
wajahnya dicermin. kepercayaan diri

Klien tidak mau melihat


wajahnya dicermin

Hargadirirendah
DS : Kekerasan fisik Isolasi sosial
Klien merasa malu dengan kondisi wajahnya
dan takut menjadi bahan pembicaraan Perubahan bentuk
orang. tubuh: cacat wajah
DO :
Klien tidak mau keluar kamar dan Gangguan citra tubuh
berinteraksi dengan orang lain karena cacat
pada wajahnya, klien tidak mau melihat Klien malu dengan
wajahnya dicermin. kondisinya

Klien tidak mau


berinteraksi dengan
orang lain

Isolasi sosial

G. Pohon Masalah

Gangguan isolasi sosial

Gangguan citra tubuh


Perubahan bentuk tubuh
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan harga diri: harga diri rendah
2. Gangguan citra tubuh
3. Isolasi social:menarik diri

I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Diagnosa keperawatan: gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh
Tujuan:
Setelah pemberian asuhan selama 3 x 24 jam klien menunjukkan peningkatan harga diri.
Kriteria Hasil:
-     Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
-     Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh.
-     Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
-     Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bebntuk atau fungsi tubuh.
-     Klien dapat menyusun cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi.
-     Klien dapat melakukan tindakn pengembalian intergritas tubuh.

Intervensi Rasional
1. Beri kesempatan klien 1. Dengan mengungkapkan
mengungkapkan perasaannya : perasaannya beban klien akan
a. Bimbing klien berkurang
mengungkapkan perasaannya
b. Gunakan pertanyaan terbuka
c. Dengarkan ungkapan klien
dengan aktif
2. Beri respon yang tidak 2. Respon menghakimi dapat
menghakimi: merusak hubungan saling
a. Tidak menyalahkan pendapat percaya dan menurunkan harga
klien diri klien
b. Menerima pendapat klien 3. Lingkungan yang tenang
3. Ciptakan lingkungan yang mampu membantu klien dalam
tenang dengan cara mengurangi memfokuskan pikiran
stimulus eksternal yang
berlebihan dalam interaksi 4. Memotivasi klien memandang
4. Diskusikan kemampuan dan dirinya secara positif,
aspek positif yang dimiliki klien Penilaian negatif semakin
menambah rasa tidak percaya
diri klien

2. Diagnosa keperawatan: Gangguan citra tubuh


Tujuan: setelah pemberian asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan citra tubuh
menurun
Kriteria hasil:
 Gambaran diri meningkat
 Gambaran diri sesuai
 Bisa menyesuikan diri dengan status kesehatannya

Intervensi Rasional
1. Binalahhubungan saling percaya 1. Dasar mengembangkan tindakan
antara klien dengan perawat keperawatan
2. Berikan kesempatan 2. Klien membutuhkan
pengungkapanperasaan pengalaman didengarkan dan
3. Bantu klien yang dipahami
cemasmengembangkan 3. Menetralkan kecemasan yang
kemampuanuntuk menilai diri dan tidak perlu terjadi dan
mengenalimasalahnya memulihkan realitas situasi,
4. Dukung upaya klien ketakutan merusak adaptasi
untukmemperbaiki citra diri klien
5. Dorong klien agar 4. Membantu meningkatkan
bersosialisasidengan orang lain penerimaan diri dan sosialisasi
5. Membantu meningkatkan
penerimaan diri dan sosialisasi

3. Diagnosa keperawatan : isolasi sosial b.d perubahan fisik


Tujuan: setelah pemberian asuhan selama 4x4 jam klen dapat bersosialisasi
Kriteria hasil: - klien dapat melakukan cara berinteraksi dengan orang lain
- Klien mampu mengungkapkan pentingnya bersosialisasi
Intervensi Rasional
.  1. Bina hubungan saling percaya : 1. Hubungan saling percaya
 Sapa klien dengan ramah baik sebagai dasar interaksi yang
verbal maupun non verbal. terapeutik perawat-klien.
   Perkenalkan diri dengan sopan.
 Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai
klien.
   Jelaskan tujuan pertemuan /
interaksi.
   Jujur dan menepati janji.
 Pertahankan kontak mata,
tunjukkan rasa empati dan
dorong serta berikan kesempatan
klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
2. Mengetahui sejauh mana
2. Kaji pengetahuan klien tentang
pengetahuan klien yang
menarik diri.
menarik diri sehingga perawat
 Beri kesempatan pada klien
dapat merencanakan tindakan
untuk mengungkapkan
selanjutnya.
perasaan penyebab menarik
 Untuk mengetahui alasan
diri.
klien menarik diri.
 Diskusikan dengan klien
 Meningkatkan pengetahuan
tentang perilaku menarik
klien dan mencari pemecahan
dirinya.
bersama tentang masalah
 Beri pujian terhadap klien.
kemampuan klien  Meningkatkan harga diri
mengungkapkannya. klien berani bergaul dengan
 Diskusikan tentang manfaat lingkungan sosialnya.
berhubungan dengan orang  Meningkatkan pengetahuan
lain. klien tentang perlunya
 Dorong klien untuk berhubungan denga orang
menyebutkan kembali manfaat lain.
berhubungna orang lain.  Untuk mengetahui tingkat
 Beri pujian terhadap permohonan klien terhadap
kemampuan klien dalam informasi yang telah
menyebutkan manfaat diberikan.
berhubungan dengan orang  Reinforcement positif dapat
lain. meningkatkan harga diri
 Dorong klien untuk klien.
menyebutkan cara berhubungan  Untuk mengetahui
dengan orang lain. pemahaman dengna
 Libatkan klien dalam kegiatan informasi yang telah
TAK dan ADL ruangan. diberikan.
 Membantu klien dalam
mempertahankan hubungan
interpersonal.
3.  Reinforcement positif atas 3.  Reinforcement positif dapat
keberhasilan yang telah dicapai meningkatkan harga diri klien.
klien.

DAFTAR PUSTAKA
NANDA International. (2010). Nursing Diagnoses: Definitions and classification 2009-2011.
(Terj. Made Sumarwati et al). Jakarta: EGC.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2016). Fundamental of Nursing. Edisi 11. Vol. 2 (Terj. Adrina
Ferderika). Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, G. W. & Laraia M. T. (2015). Principles and Practice of Psyciatric Nursing. St. Lous:
Mosby.

Anda mungkin juga menyukai