(MAKALAH)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendak-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan penulis dalam penulisan
makalah ini adalah Gangguan Sistem Imun dan petunjuk pencegahan Sistem
Imun. Dalam penyelesaian makalah ini, penulisan banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan
dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih
banyak kekurangannya.
Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta
wawasan tentang Gangguan Sistem Imun. Sehingga kita semua dapat terhindar
dari penyakit berbahaya tersebut. Akhirnya kepada Allah jualah penulis mohon
taufik hidayah, semoga usaha kami ini mendapat manfaat yang baik. Serta
mendapat ridho dari Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem imun
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem imun
3. Untuk mengetahui etiologi gangguan system imun
4. Untuk mengetahui patofisiologi system imun
5. Untuk mengetahui manifestasi gangguan system imun
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan system imun
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul
berpotensi toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan).
Sistem ini menyerang bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan
tentang kejadian tersebut supaya pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan
yang sama akan mencetuskan gerak balas yang lebih cepat dan tertingkat.
Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah sembuh dari
sesuatu penyakit untuk kekal sehat apabila terdedah kepada penyakit yang sama
untuk kali kedua dan seterusnya.
3
memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat
berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan
memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
Suatu ciri sistem imun ialah keupayaan untuk membedakan bahan-bahan yang
wujud secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang
masuk ke dalam tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas
terhadap bahan bukan diri saja. Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas
terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Pentingnya keupayaan untuk
membedakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri, serta toleransi diri,
ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut
gagal. Penyakit-penyakit ini berhasil apabila bahan normal tubuh dicam sebagai
asing dan gerak balas imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Sistem
imun lazimnya amat berkesan membezakan antara diri dan bukan diri.
4
Limfosit bertanggung jawab mengenali secara spesifik antigen dan bentuk
ingatan imunologis, yaitu ciri imunitas adaptif. Sel-sel ini secara
fungsional dan fenotipik dibagi menjadi limfosit B yang berasal dari bursa
limfosit T yang berasal dari timus.
Null cell merupakan 75% limfosit darah yaitu limfosit T dan 10% - 15%
adalah limfosit B, sisanya bukan limfosit B atau T. Null cell mungkin
mencakup berbagai jenis sel termasuk suatu kelompok yang dinamai
Natural Killer (NK Cells).
Leukosit polimorfonukleus (neutrofil) adalah sel granulosotik yang berasal
dari sumsum tulang dan beredar dalam darah dan jaringan. Fungsi
utamanya adalah fagositosis non-spesifik antigen dan destruksi partikel
asing atau organisme.
Eosinofil sering ditemukan ditempat peradangan atau rektivitasi imun dan
berperan penting dalam pertahanan pejamu terhadap parasit. Eosinofil
memperlihatkan fungsi modulatorik atau regulatorik dalam berbagai jenis
peradangan.
Basofil berperan penting dalam respon alergik fase cepat dan lambat. Sel-
sel ini mengeluarkan banyak mediator poten pada penyakit peradangan
imunologis.
Timus yang berasal dari kantong faring ketiga dan keempat pada mudigah,
berfungsi menghasilkan limfosit T dann merupakan tempat diferensiasi
awal limfosit T.
5
selangkangan dan daerah para-aorta. Pengetahuan tentang situs kelenjar
getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik pasien.
4. Fisiologis
1. Imunitas bawaan dan didapat
Organisme hidup memperlihatkan dua tingkat respon terhadap invasi
eksternal. Sistem imun bawaan (innate) alami dan sistem adaptif yang
bersifat didapat. Imunitas bawaan terdapat sejak lahir, cepat dimobilisasi
dan aktivitasnya bersifat non-spesifik. Permukaan kulit berfungsi sebagai
lini pertahanan pertama sistem imun bawaan, sementara enzim, jalur
sistem komplemen alternatif, protein fase-akut, sel NK, dan sitokin
membentuk lapisan pertahanan tambahan.
Sistem imun adaptif ditandai oleh spesifisitas terhadap benda asing dan
ingatan imunologis yang memungkinkan terjadinya respon yang lebih
intensif terhadap pertemuan berikutnya dengan benda yang sama atau
terkait erat. Introduksi suatu rangsangan ke sistem imun adaptif memicu
suatu rangkaian kompleks proses yang menyebabkan pengaktifan limfosit.
2. Antigen (Imunogen)
Zat asing yang dapat memicu respons imun disebut antigen atau
imunogen. Imunogenisitas mengisyaratkan bahwa zat tersebut memeiliki
kemampuan untuk bereaksi dengan produk-produk sistem imun adaptif.
Sebgian besar antigen merupakan protein, meskipun karbohidrat murni
juga dapat berlaku sebagai antigen.
6
Masuknya zat melalui mukosa (saluan napas atau cerna) merangsang
pembentukan antibodi lokal. Antigen larut diangkut ke jaringan limfe
regional melalui pembuluh limfe aferen sementara antigen lainnya
diangkut oleh sel dendritik fagositik.
Organ limfoid perifer regional dan limpa adalah tempat bagi respon imun
utama terhadap antigen oleh limfosit dan sel penyaji antigen (antigen
presening cell, APC).
3. Respon Imun
Untuk mengenali dan kemudian mengeliminasi antigen asing, jaringan
kompleks yang terdiri atas sel, organ, dan faktor biologis spesifik
diperlukan. Interaksi selular yang kopmleks memerlukan lingkungan
mikro khusus tempat sel dapat bekerja sama secara efisien. Baik sel B
maupun sel T harus bermigrasi keseluruh tubuh untuk meningkatkan
kemungkinan bawhwa sel-sel tersebut menemukan antigen yang
spesifisitasnya dimiliki kedua sel tersebut.
Respon imun terhadap antigen dalam darah biasanya dimulai di limpa,
sedangkan respon jaringan terhadap mikroorganisme terjadi dikelenjar
limfe lokal. Antigen yang dijumpai melalui rute inhalasi atau ingesti
mengaktifkan sel-sel dijaringan limfoid terkait mukosa.
7
penderita juga rentan terhadap meningitis, pneumonia, campak, cacar
air. Penyakit sistem imun SCID pada anak akan mulai terlihat dalam 3
bulan pertama kelahiran.
3. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius.
Merupakan penyebab terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada
tahap akhir dari perkembangan HIV. Kesehatan klien akan memburuk
secara perlahan. AIDS akan membuat penderita rentan pilek dan flu
dan yang serius seperti pneumonia dan kanker.
8
3. Hay Fever.
4. Hives.
5. HTLV (Human T-lymphotropic Virus Type 1).
6. Hyper-IgE Syndrome (Hyperimmunoglobulin E Syndrome).
7. Hyper-IgM Syndrome (Hyperimunoglobulin M Syndrome).
8. Primary Immune Deficiency.
9. Selective IgA Defisiensi (Selective Immunoglobulin A Defisiensi).
10. Alergi Kulit.
11. XLA (X-Linked Agammaglobulinemia).
2.4 Patofisiologi
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia lanjut
dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksi secara memadai
terhadap mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi dan fungsi limfosit
Tdan B dapat terganggu kemungkinan penyabab lain adalah akibat penurunan
antibodi untuk membedakan diri sendiri dan bukan diri sendiri.
Penurunan fungsi sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan usia juga
turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta motilitas lambung
memungkinkan flora normal intestinal untuk berploriferasi dan menimbulkan
infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.
2. Gender
Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah diketahui
dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen memodulasi aktifitas
limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementara androgen berfungsi untuk
mempertahankan produksi interleukin dan aktifitas sel supresor. Efek hormon
seks tidak begitu menonjol, estrogen akan memgaktifkan populasi sel B yang
berkaitan dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5 (marker antigenic
pada sel B). Estrogen cenderung menggalakkan imunitas sementara androgen
bersifat imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui pada
wanita dari pada pria.
3. Nutrisi
9
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang optimal.
Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat terjadi akibat
kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA dan protein.
Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan maturasi sel-sel
imun. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan,
selenium atau zink) dalam makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun
Asam-asam lemak merupakan unsur pembangun (building blocks) yang
membentuk komponen structural membrane sel. Lipid merupakan prekursir
vitamin A,D,E, dan K disamping prekursir kolesterol. Jika kelebihan maupun
kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan limfoid,
depresi respon anti bodi, penurunan jumlah sel T yang beredar dan gangguan
fungsi fagositosik sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi sangat
meningkat. Selama periode infeksi dan sakit yang serius, terjadi peningkatan
kebutuhan nutrisi yang potensialuntuk menimbulkan deplesi protein, asam lemak,
vitamin, serta unsur-unsur renik dan bahkan menyebabkan resiko terganggunya
respon imun serta terjadinya sepsis yang lebih besar.
4. Faktor -Faktor Psikoneuro Imunologik
Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin.Limfosit dapat memproduksi dan
mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip endokrin.
Neuron dalam otak, khususnya khusunya dalam hipotalamus, dapat mengenali
prostaglandin, interferon dan interleukin di samping histamine dan serotoninyang
dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana sistem biologi lainnya yang
berfungsi untuk kepentingan homoestasis, sistem imun di integrasikan dengan
berbagai proses psikofisiologic lainnya dan diatur serta dimodulasikan oleh otak.
Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural dan
endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan system imun
tampaknya bersifat dua arah.
5. Kelainan Organ yang Lain
Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat turut
mengubah fungsi system imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor lainnya
10
menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis pertama
pertahanan tubuh hilangnya serum dalam jumlah yang besar pada luka bakar akan
menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial, termasuk immunoglobulin.
Stresor fisiologi dan psilkologik yang disertai dengan stress karena pembedahan
atau cidera kan menstimulasi pelepasan kortisol serum juga turut menyebabkan
supresi respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis dapat turut mengganggu sistem imun melalui sejumlah
cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit yang beredar. Fungsi
imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena asidosis dan toksin uremik.
Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes juga berkaitan dengan isufisiensi
vaskuler, neuropati dan pengendalian kadar glukosa darah yang buruk. Infeksi
saluran nafas yang rekuren berkaitan dengan penyakit paru obstruksi menahun
sebagai akibat dari berubahnya fungsi inspirasi dan ekspirasi dan tidak efektifnya
pembersihan saluran nafas.
6. Penyakit Kanker
Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun, penyakit
kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat melepaskan
antigen ke dalam darah, antigen ini akan mengikat antibodi yang beredar dan
mencegah antibodi tersebut agar tidak menyerang sel-sel tumor. Lebih lanjut, sel-
sel tumor dapat memiliki faktor penghambat yang khusus yang menyalut sel-sel
tumor dan mencegah pengahancurannya oleh limposit T killer. Dalam stadium
awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu mengenali antigen tumor sebagai
unsure yang asing dan selanjutnya tidak mampu memulai distruksi sel-sel yang
maligna tersebut.kanker darah seperti leukemia dan limpoma berkaitan dengan
berubahnya produksi serta fungsi sel darah putih dan limposit.
7. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki maupun
yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat klasifikasi obat
utama yang memiliki potensi untuk menyebabkan imunosupresi: antibiotic,
kortikostreoid, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAIDNonsteroidal anti
inflamatori drugs) dan preparat sitotoksik.
11
Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan upaya untuk
mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan supresi sistem
pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.
12
Gejala klinis penyakit Imunodefisiensi
13
2.6 ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM IMUN
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN :
1. Anamnese :
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
a. Infeksi
b. Alergi
c. Kelainan autoimun
d. Penyakit neoplasma
e. Keadaan sakit kronis
f. Riwayat pembedahan
g. Imunisasi
h. Penggunaan obat-obatan
i. Tranfusi darah
j. Hasil pemeriksaan lab dan dignostik lainnya
k. Riwayat kebiasaan merokok
l. Minum-minuman keras
m. Asupan diet
n. Tingkat stress
o. Polutan
3. Pemeriksaan fisik :
a. General
b. Palpasi Nodul Limfatikus
c. Pemeriksaan kulit,membrane mukosa
14
4. Alergi :
a. Riwayat alergi
b. Gejala dan variasi cuaca yang menyertai
c. Riwayat pemeriksaan dan pengobatan yang pernah dan sedang di jalani
15
B. DIGANOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
16
berlebih pengobatan dan
Konjungtiva pucat tindakan tidak
Denyut nadi lemah selama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan
kadar Ht
Monitor mual dan
muntah
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor intake
nuntrisi
Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat
nutrisi
Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti
NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan.
Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama makan
Kelola pemberan
17
anti emetik:.....
Anjurkan banyak
minum
Pertahankan terapi
IV line
Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oval
Diagnosa Rencana
Keperawatan/ keperawatan
Masalah Kolaborasi
18
patogen Jumlah leukosit dalam Gunakan kateter intermiten
Imonusupresi batas normal untuk menurunkan infeksi
Tidak Menunjukkan
adekuat perilaku kandung kencing
pertahanan hidup sehat Tingkatkan intake nutrisi
sekunder Status imun, Berikan terapi
(penurunan Hb,
gastrointestinal, antibiotik:............................
Leukopenia, genitourinaria dalam .....
penekanan respon
batas normal Monitor tanda dan gejala
inflamasi) infeksi sistemik dan lokal
Penyakit kronik Pertahankan teknik isolasi
Imunosupresi k/p
Malnutrisi Inspeksi kulit dan membran
Pertahan primer mukosa terhadap
tidak adekuat kemerahan, panas, drainase
(kerusakan kulit, Monitor adanya luka
trauma jaringan, Dorong masukan cairan
gangguan Dorong istirahat
peristaltik) Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam
Diagnosa Rencana
Keperawatan/ keperawatan
Masalah Kolaborasi
19
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Self
Berhubungan dengan : Care : ADLs Observasi adanya
Toleransi
Tirah Baring atau aktivitas pembatasan klien dalam
imobilisasi Konservasi eneergi melakukan aktivitas
Kelemahan Setelah dilakukan Kaji adanya faktor yang
menyeluruh tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
Ketidakseimbangan selama …. Pasien Monitor nutrisi dan
antara suplei bertoleransi terhadap sumber energi yang
oksigen dengan aktivitas dengan adekuat
kebutuhan Kriteria Hasil : Monitor pasien akan
Gaya hidup yang
Berpartisipasi dalam aktivitas adanya kelelahan fisik
dipertahankan. fisik tanpa disertai dan emosi secara
DS: peningkatan tekanan darah, berlebihan
Melaporkan secara
nadi dan RR Monitor respon
verbal adanya
Mampu melakukan aktivitas kardivaskuler terhadap
kelelahan sehari
atau hari (ADLs) secara aktivitas (takikardi,
kelemahan. mandiri disritmia, sesak nafas,
Adanya Keseimbangan aktivitas dan
dyspneu diaporesis, pucat,
atau istirahat perubahan hemodinamik)
ketidaknyamanan Monitor pola tidur dan
saat beraktivitas. lamanya tidur/istirahat
DO : pasien
Kolaborasikan dengan
Respon abnormal Tenaga Rehabilitasi
dari tekanan darah Medik dalam
atau nadi terhadap merencanakan progran
aktifitas terapi yang tepat.
Perubahan ECG : Bantu klien untuk
aritmia, iskemia mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
20
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual
21
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
22
Berhubungan dengan berulang tertekan
dengan perkembangan Mampu melindungi Monitor
Perubahan sensasi kulit dan aktivitas dan
Perubahan status mempertahankan mobilisasi
nutrisi (obesitas, kelembaban kulit dan pasien
kekurusan) perawatan alami Monitor status
Perubahan status Menunjukkan nutrisi pasien
cairan terjadinya proses Memandikan
Perubahan pigmentasi penyembuhan luka pasien dengan
Perubahan sirkulasi sabun dan air
Perubahan turgor hangat
(elastisitas kulit) Kaji lingkungan
dan peralatan
yang
DO:
menyebabkan
Gangguan pada bagian tekanan
tubuh Observasi luka :
Kerusakan lapisa kulit lokasi, dimensi,
(dermis) kedalaman luka,
Gangguan permukaan karakteristik,wa
kulit (epidermis) rna cairan,
granulasi,
jaringan
nekrotik, tanda-
tanda infeksi
lokal, formasi
traktus
Ajarkan pada
keluarga tentang
luka dan
perawatan luka
Kolaburasi ahli
23
gizi pemberian
diae TKTP,
vitamin
Cegah
kontaminasi
feses dan urin
Lakukan tehnik
perawatan luka
dengan steril
Berikan posisi
yang
mengurangi
tekanan pada
luka
Bersihan NOC:
Respiratory status : Ventilation
Jalan Nafas Pastikan kebutuhan oral /
Respiratory status : Airway patency
tidak efektif tracheal suctioning.
Aspiration Control
berhubungan Berikan O2 ……l/mnt,
dengan: Setelah dilakukan tindakan metode………
Infeksi, keperawatan selama Anjurkan pasien untuk
disfungsi …………..pasien istirahat dan napas dalam
neuromusk menunjukkan keefektifan Posisikan pasien untuk
ular, jalan nafas dibuktikan memaksimalkan ventilasi
hiperplasia dengan kriteria hasil : Lakukan fisioterapi dada
24
dinding Mendemonstrasikan jika perlu
bronkus, batuk efektif dan suara Keluarkan sekret dengan
alergi jalan nafas yang bersih, batuk atau suction
nafas, tidak ada sianosis dan Auskultasi suara nafas,
asma, dyspneu (mampu catat adanya suara
trauma mengeluarkan sputum, tambahan
Obstruksi bernafas dengan Berikan bronkodilator :
jalan nafas mudah, tidak ada ………………………
: spasme pursed lips) ……………………….
jalan nafas, Menunjukkan jalan ………………………
sekresi nafas yang paten Monitor status
tertahan, (klien tidak merasa hemodinamik
banyaknya tercekik, irama nafas, Berikan pelembab udara
mukus, frekuensi pernafasan Kassa basah NaCl
adanya dalam rentang normal, Lembab
jalan nafas tidak ada suara nafas Berikan antibiotik :
buatan, abnormal) …………………….
sekresi Mampu …………………….
bronkus, mengidentifikasikan Atur intake untuk cairan
adanya dan mencegah faktor mengoptimalkan
eksudat di yang penyebab. keseimbangan.
alveolus, Saturasi O2 dalam Monitor respirasi dan
adanya batas normal status O2
benda asing Foto thorak dalam Pertahankan hidrasi yang
di jalan batas normal adekuat untuk
nafas. mengencerkan sekret
DS: Jelaskan pada pasien dan
Dispneu keluarga tentang
DO: penggunaan peralatan :
Penurunan O2, Suction, Inhalasi.
suara nafas
Orthopneu
25
Cyanosis
Kelainan
suara nafas
(rales,
wheezing)
Kesulitan
berbicara
Batuk,
tidak
efekotif
atau tidak
ada
Produksi
sputum
Gelisah
Perubahan
frekuensi
dan irama
nafas
26
tindakan keperawatan longgar
selama….. kerusakan Hindari kerutan
integritas kulit pasien pada tempat tidur
teratasi dengan kriteria Jaga kebersihan
hasil: kulit agar tetap
Hipertermia atau Integritas kulit yang baik bisa bersih dan kering
hipotermia dipertahankan (sensasi, Mobilisasi pasien
Substansi kimia elastisitas, temperatur, hidrasi, (ubah posisi
Kelembaban pigmentasi) pasien) setiap dua
Faktor mekanik Tidak ada luka/lesi pada kulit jam sekali
Perfusi jaringan baik
(misalnya : alat yang Monitor kulit
Menunjukkan
dapat menimbulkan pemahaman akan adanya
luka, tekanan, dalam proses perbaikan kulit kemerahan
restraint) dan mencegah terjadinya Oleskan lotion
Immobilitas fisik sedera berulang atau minyak/baby
Radiasi Mampu melindungi kulit dan oil pada derah
Usia yang ekstrim mempertahankan kelembaban yang tertekan
Kelembaban kulit kulit dan perawatan alami Monitor aktivitas
Obat-obatan Menunjukkan terjadinya dan mobilisasi
Internal : proses penyembuhan luka pasien
Perubahan status Monitor status
metabolik nutrisi pasien
Tonjolan tulang Memandikan
Defisit imunologi pasien dengan
Berhubungan dengan sabun dan air
dengan hangat
perkembangan Kaji lingkungan
Perubahan sensasi dan peralatan
Perubahan status yang
nutrisi (obesitas, menyebabkan
kekurusan) tekanan
Perubahan status Observasi luka :
27
cairan lokasi, dimensi,
Perubahan kedalaman luka,
pigmentasi karakteristik,warn
Perubahan sirkulasi a cairan,
Perubahan turgor granulasi,
(elastisitas kulit) jaringan nekrotik,
tanda-tanda
DO: infeksi lokal,
Gangguan pada formasi traktus
bagian tubuh Ajarkan pada
Kerusakan lapisa keluarga tentang
kulit (dermis) luka dan
Gangguan perawatan luka
permukaan kulit Kolaburasi ahli
(epidermis) gizi pemberian
diae TKTP,
vitamin
Cegah
kontaminasi feses
dan urin
Lakukan tehnik
perawatan luka
dengan steril
Berikan posisi
yang mengurangi
tekanan pada luka
28
Kecemasan berhubungan NOC : NIC :
dengan Kontrol Anxiety Reduction
Faktor keturunan, Krisis kecemasan (penurunan
situasional, Stress, Koping kecemasan)
perubahan status Setelah dilakukan asuhan Gunakan
kesehatan, ancaman selama ……………klien pendekatan
kematian, perubahan kecemasan teratasi dgn yang
konsep diri, kurang kriteria hasil: menenangkan
pengetahuan dan Klien mampu mengidentifikasi Nyatakan
hospitalisasi dan mengungkapkan gejala dengan jelas
cemas harapan
DO/DS: Mengidentifikasi, terhadap pelaku
Insomnia mengungkapkan dan pasien
Kontak mata kurang
menunjukkan tehnik untuk Jelaskan semua
Kurang istirahat mengontol cemas prosedur dan
Berfokus pada diri Vital sign dalam batas normal apa yang
sendiri Posturtubuh, ekspresi wajah, dirasakan
Iritabilitas bahasa tubuh dan tingkat selama prosedur
Takut aktivitas menunjukkan Temani pasien
Nyeri perut berkurangnya kecemasan untuk
Penurunan TD dan memberikan
denyut nadi keamanan dan
Diare, mual, kelelahan mengurangi
Gangguan tidur takut
Gemetar Berikan
Anoreksia, mulut informasi
kering faktual
Peningkatan TD, mengenai
denyut nadi, RR diagnosis,
Kesulitan bernafas tindakan
Bingung prognosis
Bloking dalam Libatkan
29
pembicaraan keluarga untuk
Sulit berkonsentrasi mendampingi
klien
Instruksikan
pada pasien
untuk
menggunakan
tehnik relaksasi
Dengarkan
dengan penuh
perhatian
Identifikasi
tingkat
kecemasan
Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
Kelola
pemberian obat
anti cemas:........
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen. Sistem imun terbagi dua
berdasarkan perolehannya atau asalnya,yaitu:
1. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)
2. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)
3.2 Saran
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
yang membacanya dan dapat membantu kita dalam memahami pembelajaran
mengenai mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2. Kritik dan saran yang
membangun selalu kami harapkan agar dalam pembuatan makalah berikutnya
lebih baik.
31
DAFTAR PUSTAKA
32