Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA

TUBUH

Disusun oleh :
Elsa Nur Ismeyarti
Kelas : 2C
NIM : P1337421020116

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah : Dokumentasi Keperawatan
Dosen Pengampu : Bapak Hudinoto Eko Yudyarto, S.Kep, M.M

Prodi DIII KEPERAWATAN TEGAL


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Citra tubuh adalah sikap individu yang disadari atau tidak disadari terhadap
tubuhnya termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran,fungsi,
penampilan dan potensi. Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya, baik
secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh,fungsi tubuh serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2014).
Pandangan realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi
rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan menigkatkan harga diri. Persepsi dan
pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan
perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek
penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep
diri. Citra tubuh anak usia sekolah berbeda dengan citra tubuh seorang bayi. Salah satu
perbedaan yang mencolok adalah kemampuan untuk berjalan. Perubahan ini tergantung
pada kematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama masa remaja dan pada tahun
akhir kehidupan juga mempengaruhi citra tubuh (misalnya menopause selama masa
dewasa tengah).

Penuaan mencakup penurunan ketajaman penglihatan, pendengaran, dan


mobilitas; perubahan ini dapat mempengaruhi citra tubuh. Sikap dan nilai kultural dan
sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Mudah, cantik, dan utuh adalah hal-hal yang
ditekankan dalam masyarakat Amerika, fakta yang selalu ditanyakan dalam program
televisi, film bioskop dan periklanan, dalam kultur timur, penuaan dipandang sangat
positif. Karena orang dengan usia tua dihormati, kultur barat (terutama di Amerika
Serikat) telah dibiasakan untuk takut dan ketakutan terhadap proses penuaan yang
normal. Misalnya, monopouse dalam kultur yang lain dipandang sebagai waktu dimana
wanita mencapai kebiasaan dan kebijaksanaan akhir-akhir ini dalam kultur barat,
monopouse adalah waktu ketika wanita kurang disenangi secara seksual. Namun
demikian, hal ini bukan lagi menjadi keyakinan yang umum, dan wanita monopouse dan
posmenopeuse mempertahankan rasa tentang diri mereka dan ketertarikan mereka sendiri
bahkan lebih kuat.

Citra tubuh bergantung hanya sebagian pada realitas tubuh. Seseorang pada
umumnya tidak mengadaptasi cepat terhadap perubahan dalam fisik tubuh. Perubahan
fisik mungkin tidak dimasukkan ke dalam citra tubuh ideal seseorang. Seiring, misalnya
saja, seseorang yang telah mengalami penurunan berat badan tidak menganggap diri
mereka kurus. Lansia sering mengatakan bahwa mereka tidak berbeda tetapi ketika
mereka melihat diri mereka dalam cermin, mereka terkejut dengan kulit yang keriput dan
rambut memutih. Sering orang yang dulunya merasa bahwa mereka tetap dengan berat
badan sebelumnya sampai diingatkan oleh pakaian yang semuanya menjadi
kekecilan/ketika mereka bercermin. Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi
tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum Adapun tujuan yang diinginkan penulis yaitu diperolehnya


pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. R dengan
Gangguan citra tubuh di Ruang Seruni RSUD Kayen.

2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3x24 jam maka
diharapkan penulis dapat :

1) Melaksanakan pengkajian jiwa pada klien dengan Gangguan Citra Tubuh.

2) Membuat analisa data keperawatan jiwa pada klien dengan Gangguan


CitraTubuh.

3) Menentukan diagnosa keperawatan jiwa pada klien dengan Gangguan


CitraTubuh.

4) Merencanakan tindakan keperawatan jiwa pada klien dengan Gangguan


CitraTubuh.

5) Mengevaluasi tindakan keperawatan jiwa pada klien dengan Gangguan


CitraTubuh.

6) Mengidentifikasi faktor pendukung, penghambat serta dapat mencapai solusinya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara
sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus ( anting, make up,
kontak lensa, pakaian, kursi roda) dengan tubuh. Pandangan ini terus berubah oleh
pengalaman dan persepsi baru. Gambaran tubuh yang diterima secara realistis akan
meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan. Citra
tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun
eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra
tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik
oleh persepsi dan pandangan orang lain. Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan
kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti
pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh
dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Perry & Potter (2010) Gangguan
citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan
ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak
dengan tubuh.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. Kegagalan fungsi tubuh

Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui
atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf. Waham yang
berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh seperti sering terjadi pada klien gangguan
jiwa, klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan
kenyataan. Tergantung pada mesin.

Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan,


akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan Intensif care
dipandang sebagai gangguan.

2. Perubahan tubuh terkait


Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan
perubahan. pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang
menanggapinya. dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan
seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.

3. Umpan balik interpersonal yang negatif Umpan balik ini adanya tanggapan yang
tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.

4. Standar sosial budaya


Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang
dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan
pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.

C. ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi

Adanya riwayat :

a. Biologis : Penyakit genetik dalam keluarga, Pertumbuhan dan perkembangan


masa bayi, anak dan remaja, Anoreksia, bulimia, atau berat badan kurang atau
berlebih dari berat badan ideal, perubahan fisiologi pada kehamilan dan penuaan,
pembedahan elektif dan operasi, trauma, penyakit atau gangguan organ dan fungsi
tubuh lain ; Stroke, Kusta, Asthma dan lain-lain, pengobatan atau kemoterapi,
penyalahgunaan obat atau zat ; coccaine, Amphetamine, Halusinogen dan lain-
lain.

b. Psikologis : Gangguan kemampuan verbal, konflik dengan nilai masyarakat,


pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan, ideal diri tidak realistis.

c. Sosial budaya : Pendidikan masih rendah, masalah dalam pekerjaan, nilai budaya
bertentangan dengan nilai individu, pengalaman sosial yang tidak menyenangkan,
kegagalan peran sosial.

2. Faktor Presipitasi

a. Trauma.

b. Penyakit, kelainan hormonal.

c. Operasi atau pembedahahan.

d. Perubahan masa pertumbuhan dan perkembangan ; maturasi.

e. Perubahan fisiologis tubuh ; kehamilan, penuaan.

f. Prosedur medis dan keperawatan ; efek pengobatan ; radioterapi, kemoterapi.


D. PENATALAKSANAAN
a. Memotivasi klien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap, bantu pasien
untuk menyentuh bagian tersebut.
b. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
c. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
d. Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara menggunakan wig, kosmetik,
dan lain-lain.
e. Menyediakan fasilitas untuk memfasilitasi interaksi dirumah. memenuhi kebutuhan
pasien dirumah.
f. Melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain atau terdekat untuk koping.
g. Mendapatkan support dari keluarga, teman,dan masyarakat serta jaringan sosial.
h. Dapat dilakukan terapi oleh ahli terapi atau tenaga kesehatan.

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.

2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi.

3. Menolak penjelasan perubahan tubuh.

4. Persepsi negatif pada tubuh.

5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.

6. Mengungkapkan keputusasaan.

7. Mengungkapkan ketakutan.

8. Citra yang mengalami distorsi, melihat diri sebagai gemuk, meskipun pada keadaan
berat badan normal atau sangat kurus.

9. Penolakan bahwa adanya masalah dengan berat badan yang rendah.

10. Kesulitan menerima penguatan positif.

11. Kegagalan untuk mengambil tanggung jawab menurut diri sendiri. Pengobatan diri.

12. Tidak berpartisipasi pada terapi.

13. Perilaku merusak diri sendiri, muntah yang dibuat sendiri; penyalahgunaan obat-obat
pencahar dan diuretic, penolakan untuk makan.

14. Kontak mata kurang.

15. Alam perasaan yang tertekan dan pikiran-pikiran yang mencela diri sendiri
setelahepisode dari pesta dan memicu perut.
16. Perenungan yang mendalam tentang penampilan diri dan bagaimana orang-orang lain
melihat diri mereka.

F. PROSES TERJADINYA MASALAH

Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan
orang lain. Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai
hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan
dengan realitas dunia. Kosep diri terdiri atas komponen : Citra tubuh (Bodyimage), Ideal
diri (Self ideal), Harga diri (Self esteem), Identitas diri (Personal identity) dan
Penampilan peran (Role performance).

G. POHON MASALAH

Gangguan isolasi social


Gangguan citra tubuh


Perubahan bentuk tubuh (Keliat, 2011).

H. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

a) Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien : nama, umur, alamat dll.

2. Alasan masuk.

3. Faktor Predispdsisi dan Presipitasi.

4. Pengkajian fisik.

5. Psikososial

a. Genogram.

b. Konsep Diri : Gambaran diri atau citra tubuh, Identitas Diri, Peran Diri,Ideal
Diri, Harga Diri.

c. Hubungan Sosial.
d. Spiritual : Nilai, Keyakinan dan Ibadah.

6. Status Mental

a. Penampilan.

b. Pembicaraan.

c. Aktivitas Motorik : Hipomotorik, Hipermotorik, TIK, Agitasi, Grimaseren,


Tremor atau Kompulsif.

d. Alam Perasaan.

e. Afek

 Dari mana datangnya afek di dapatkan?

 Jenis Afek : Appropriate atau inappropriate.

f. Interaksi selama wawancara.

g. Persepsi.

h. Proses berpikir : Sirkumtansial, Tangensial, Kehilangan asosiasi, Flight of


Ideas, Blocking, Reeming, Perseverasi.

i. Isi Pikir (dapat di ketahui dari?) : Obsesi, Phobia, Ide terkait,


Depeersonalisasi, Waham ( agama, somatik, kebesaran, curiga, nihilistic,
hipokondria, magikmistik ) atau Waham yang bizar (ada berapa?).

j. Tingkat kesadaran dan Orientasi

 Kesadaran Pasien (bingung, sedasi, atau stupor).

 Orientasi terhadap waktu, tempat, orang.

k. Memori ( Gangguan daya ingat jangka panjang, Gangguan daya ingat jangka
pendek, Gangguan daya ingat saat ini, Konfabulasi ).

l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung (mudah dialihkan, tidak mampu


berkomunikasi, atau tidak mampu berhitung).

m. Kemampuan Penilaian (gangguan kemampuan penilaian ringan, gangguan


penilaian hermaka).

n. Daya Tilik Diri.

7. Masalah Psikososial dan Lingkungan.


8. Pengetahuan.

9. Aspek Medik.

 Diagnosa Medis.

 Program terapi obat yang diberikan.

I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

INTERVENSI GENERALIS

1. Tindakan Keperawatan pada Individu

a. Tujuan

1) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya.

2) Pasien dapat meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya.

3) Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya.

4) Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.

5) Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.

6) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.

b. Tindakan Keperawatan

1) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya ; dulu dan saat ini, perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.

2) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap, bantu pasien
menyentuh bagian tersebut.

3) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.

4) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.

5) Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :

a) Gunakan protesa, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin,


gunakan pakaian yang baru.

b) Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada pembentukan


tubuh yang ideal.
6) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :

a. Susun jadwal kegiatan sehari-hari.

b. Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam aktifitas keluarga


dansosial.

c. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai


peran penting baginya.

d. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.

2. Tindakan Keperawatan untuk Keluargaa.

a. Tujuan :

1) Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh.

2) Keluarga mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh.

3) Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh.

4) Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan pujian atas


keberhasilannya.

b. Tindakan Keperawatan :

1) Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada
pasien.

2) Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh.

3) Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien :

a) Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien di rumah.

b) Memfasilitasi interaksi di rumah.

c) Melaksanakan kegiatan di rumah dan sosial.

d) Memberikan pujian atas kegiatan yang telah dilakukan pasien.

4) Bersama keluarga susun tindakan yang akan dilakukan keluarga dalam


gangguan citra tubuh.

5) Beri pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga.


J. DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/440288808/LP-Gangguan-Citra-Tubuh-doc

https://id.scribd.com/document/445519052/Lp-Gangguan-Citra-Tubuh

https://id.scribd.com/document/335637905/3-Lp-Gangguan-Citra-Tubuh

Anda mungkin juga menyukai