Anda di halaman 1dari 17

Visi:

Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam asuhan keperawatan
lanjut usia dengan menerapkan Ilmu dan Tekonologi Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANA PADA


GANGGUAN CITRA TUBUH (GCT)

Kelas : Prodi Profesi Ners Tingkat IV


Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa 11

Pembimbing : Ns. Endang Banon, M.Kep., Sp.Kep.Jiwa.


Kelompok :3
Anggota : 1. Aranya Wikantari (P3.73.20.2.17.003)
2. Atii~ah Dwiningtyas (P3.73.20.2.17.005)
3.Aufa Hammam Yogi S. (P3.73.20.2.17. 006)
4.Desy Nurohma Aviyanti (P3.73.20.2.17.011)
5.Fathiyyah Aulia Qawam (P3.73.20.2.17.014)
6.Fitra Rahmadilla Haryadi (P3.73.20.2.17. 016)
7. Kartika Witrianti (P3.73.20.2.17.020)
8 . Nisrina Rifqi Syukria (P3.73.20.2.17.025)
9. Noviola Lolita (P3.73.20.2.17.026)
10. Shafana Salsabila (P3.73.20.2.17.034)
11.Tammy Melliani Eka P. (P3.73.20.2.17. 035) 12 . Tinezia Febriani K.
(P3.73.20.2.17.036)

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DAN PRGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM PROFESI JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2021
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN GANGGUAN CITRA
TUBUH

A. Definisi
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan

individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk,
struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus
menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) dengan
tubuh.Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru.
Gambaran tubuh yang diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan
diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara


internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang

karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi dan pandangan orang lain.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.

Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan


mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan
dengan aspek lainnya dari konsep diri.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


1. Kegagalan fungsi tubuh
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu

tadak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan
fungsi saraf. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh

seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa, klien mempersiapkan


penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
Tergantung pada mesin.

S eperti: klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai


tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan
penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan.
2. Perubahan tubuh berkaitan
Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan
merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia.
Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif.
Ketid akpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh
yang tidak ideal.

3. Umpan balik interpersonal yang negative


Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian
sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.

4. Standard sosial budaya


Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda, setiap pada
setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya
tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti
adanya perasaan minder.

N. Wij`hbkdbj
2. Faktor Predisposisi
b.Perubahan ukuran tubuh: berat badan yang turun akibat penyakit.
e.Perubahan bentuk tubuh: tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,
pemasangan, alat didalam tubuh.

n. Perubahan struktur: sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai


dengan pemasangan.

m. Perubahan fungsi: berbagai penyakit yang dapat merubah sistem


tubuh.

i. Keterbatasan: gerak, makan, kegiatan.


l. Makna dan objek yang serang kontak: penampilan dan dandanan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infuse, traksi, respriator,
suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).

`. Kekurangan umpan balik positif.


c.Kegagalan yang dirasakan.
d.Harapan-harapan yang tidak realistis (pada bagian dan orang lain). k.
Perkembangan ego mengalami ketardasi.
h. Kebutuhan ketergantungan yang tidak terpenuhi.
f. Ancaman terhadap keamanan karena gangguan fungsi pada dinamika-
dinamika keluarga.

5. Faktor Presipitasi
b. Trauma.
e. Ketegangan peran.
n. Transisi peran perkembangan.
m. Transisi peran situasi.
i. Transisi peran sehat-sakit.

>. Tanda dan Gejala


b. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
e. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi.
n. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
m. Persepsi negatif pada tubuh.
i. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
l. Mengungkapkan keputusasaan.
`. Mengungkapkan ketakutan.
c. Citra yang mengalami distorsi, melihat diri sebagai gemuk, meskipun
pada keadaan berat badan normal atau sangat kurus.

d. Penolakan bahwa adanya masalah dengan berat badan yang rendah.


k. Kesulitan menerima penguatan positif.
h. Kegagalan untuk mengambil tanggung jawab menurut diri sendiri.
Pengobatan diri.

f. Tidak berpartisipasi pada terapi.


a. Perilaku merusak diri sendiri, muntah yang dibuat sendiri;
penyalahgunaan obat-obat pencahar dan diuretic, penolakan untuk
makan.

j. Alam perasaan yang tertekan dan pikiran-pikiran yang mencela diri


sendiri setelah episode dari pesta dan memicu perut.
o. Perenungan yang mendalam tentang penampilan diri dan bagaimana
orang-orang lain melihat diri mereka.

=. Mekanisme Koping
a. Pertahanan Jangka Pendek
1)Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti
kerja keras, nonton, dan lain-lain.

2)Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti ikut


kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.

3)Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti


kompetisi pencapaian akademik.

4)Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah


identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan obat.

b. Petahanan Jangka Panjang


1)Penutupan identitas
2)Identitas negatif

c. Mekanisme p ertahanan ego


1)Fantasi
2)Disosiasi
3)Isolasi
4)Proyeksi
5)Displacement
6)Marah/amuk pada diri sendiri

M. Mdb`josds
1. Pohon masalah

Harga Diri Rendah Risiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Citra Tubuh

Koping Keluarga Tidak Efektif


2. Diagnosa keperawatan
a.Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah (D. 0121)

b.Risiko perilaku kekerasan (D.0146)


c.Gangguan konsep diri: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
penyakit fisik (amputasi) (D. 0083)
d.Gangguan konsep diri: identitas diri (D.0084)

I. ]uk ubj Bsucbj Hipirbwbtbj


1. Kognitif
a.Mengenal bagian tubuh yang terganggu
b.Mengidentifikasi bagian tubuh yang berfungsi dan yang terganggu.

2. Psikomotor
b. Melatih bagian tubuh yang terganggu.
a. Mengafirmasi dan melatih bagian tubuh yang sehat
3. Afektif
Merasakan kemampuan melakukan, kontrol yang diterima

L. Djtirvijsd
dimiliki.
2. Tindakan Keperawatan untuk pasien
2) a. Tujuan
Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Pasien dapat menetapkanlmemilih kegiatan yang sesuai
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
kemampuan.

4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai


kemampuan.

5) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya. b. Tindakan


1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien.

a)Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah


kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah,
serta adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.

b)Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali


bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.

2) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat


digunakan.

a)Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat


digunakan saat ini setelah mengalami bencana.

b)Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan


terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.

c)Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar


yang aktif.

3) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai


dengan kemampuan.

a)Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat


dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari.

b)Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan


secara mandiri, aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari
keluarga, dan aktivitas yang perlu bantuan penuh dari keluarga
atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan
aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien
dan buat daftar aktivitas atau kegiatan seharihari pasien.

4) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.


a)Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.

b)Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa


kegiatan yang akan dilakukan pasien.
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien.

5) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai


kemampuannya.

a)Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang


telah dilatihkan.

b)Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap


hari.

c)Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan


perubahan setiap aktivitas.

d)Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan


keluarga.

e)Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah


pelaksanaan kegiatan.

f)Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang


dilakukan pasien.

5. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


a. Tujuan
1)Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki.

2)Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan.


3)Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan latihan yang dilakukan.

4)Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.

b. Tindakan
1)Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien.
2)Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang
dimiliki.

3)Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan


kegiatan yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat.
4) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan
perilaku pasien.

@. Ivbfubsd Hipirbwbtbj
2. Kemampuan yang diharapkan dari pasien.
b. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien.

e. Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.


n. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga.

a.Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas.


b.Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya melakukan aktivitas.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP I) PASIEN DENGAN GANGGUAN
CITRA TUBUH

(Membina, Hubungan Saling Percaya, Mendisukusikan Tentang Citra


Tubuh, Penerimaan Terhadap Citra Tubuh, Aspek Positif dan Cara

Meningkatkan Citra Tubuh)

A. Proses Keperawatan
1. Kondis i Pasien
a. Data Subjektif:

1)Pasien mengatakan malu dengan kondisinya yang harus bekerja tanpa


kedua kaki

2)Pasien menolak bertemu dengan teman kantornya dan hanya mau ditemani
ibunya

b. Data Objektif:
2)Pasien selalu menunduk saat bertemu dengan orang lain
1) Pasien menolak bertemu dengan teman kantornya
3)Pasien menarik diri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh

3. Tujuan Khusus
a.Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b.Pasien dapat mendiskusikan tentang citra tubuh
c.Pasien dapat menerima terhadap citra tubuh dan aspek positif
d.Pasien dapat meningkatkan citra tubuh
4. Tindakan Keperawatan
a.Mengidentifikasikan perasaan pasien tentang bagian tubuh yang hilang,
rusak, mengalami gangguan.

b.Mendiskusikan dengan pasien aspek positif bagian tubuh.


c.Melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik.
d.Mengevaluasi perasaan pasien.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat: ~Assalamualaikum, mba.
Mba Risa: ~Waalaikumsalam mba~ (Menunduk)
Perawat: ~Perkenalkan nama saya Kartika Witrianti, biasa dipanggil
suster Tika. Saya dari Poltekkes Jakarta 3. Saya datang untuk merawat
mba. Nama mba siapa?

Mba Risa: ~Nama saya Risa Anggraini.~ (Menunduk)


Perawat: ~Biasa dipanggil apa?
Mba Risa: ~Risa sus~ (Menunduk)
Perawat: ~Kalau mba Risa butuh bantuan, mba dapat memanggil
saya.

Mba Risa: ~Baik Sus (Menunduk)

b. Validasi
Perawat: ~Bagaimana perasaannya saat ini?
Mba Risa: ~Masih belum bisa terima keadaan saya saat ini sus
(Menunduk)

Perawat: ~Apakah ada keluhan saat ini?


Mba Risa: ~Saya masih malu bertemu dengan orang lain.
(Menunduk)
Perawat: ~Bagaimana penyembuhan lukanya?
Mba Risa: ~Masih nyeri sus tapi tiap pagi selalu diganti balutan luka.
(Menunduk)

c. Kontrak
Topik:
Perawat: ~Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang
perasaan terhadap kaki mba Risa yang diamputasi?

Mba Risa: ~Boleh sus~ (Menunduk)


Tempat:
Perawat: ~Kita mau berbincang-bincang di mana?
Mba Risa: ~Disini aja sus.~ (Menunduk)
Waktu:
Perawat: ~Baik untuk waktunya sekitar 30 menit saja ya, mba.
Mba Risa: .. Baik Sus.~ (Menunduk)
2. Fase Kerja
Perawat: .. Bagaimana perasaan mba (pegang tanganl pundak pasien)
terhadap kaki mba, setelah mengalami kejadian ini dan
kehilangan kedua kaki mba?

Mba Risa: .. Saya malu sus bertemu dengan orang lain, apalagi dengan
teman kantor saya. Saya juga ngerasa putus asa karena tidak

bisa beraktifitas seperti sediakala.~ (Menunduk)


Perawat: .. Apa yang mba lakukan ketika perasaan putus asa mucul?
Mba Risa: .. Belum ada yang saya lakukan selama ini sus.~ (Menunduk)
Perawat: .. Maaf mba sebelumnya, saat ini mba masih memiliki kedua

tangan dengan baik dan dapat membantu mba menggerakkan


kursi roda dan lakukan apapun dengan baik.
..Apa yang dapat mba Risa lakukan dengan kedua tangan mba
sekarang?

Mba Risa: .. Banyak sih sus.~ (Menunduk)


Perawat: . . Baiklah begini mba, mba tetap dapat melakukan aktifitas
dengan baik walaupun tidak bisa seperti semula namun mba
tetap bisa berjalan-jalan walaupun menggunakan kursi roda dan
tetap bisa melaksanakan aktifitas apapun.

Mba Risa: . . .......(diam)


Perawat: .. Sekarang mari kita membahas anggota badan mba yang dapat
digunakan dengan baik ya. Dimulai ya, mba. Wah rambut mba
bagus ya, hitam dan lebat. Lalu mata mba juga tidak minus kan,
mba?

Mba Risa: .. Alhamdulillah mata saya tidak minus, saya masih dapat
melihat semua dengan jelas.~ (Menunduk)

Perawat: .. Masih dapat melihat dengan jelas.~ ..Hidung mba juga mancung
dan mulut mba juga bagus serta masih berfungsi dengan baik.
Saya juga melihat wajah mba bulat dan cantik ya, mba.
Bagaimana dengan tangan mba?~ .. Masih bisa berfungsi dengan
baik kan, mba? Masih sehat dan bisa digerakkan?
Mba Risa: ~Alhamdulillah masih bisa digunakan, masih sehat, saya dapat
makan dan minum sendiri dengan kedua tangan saya sus.
(Menunduk)

Perawat: ~Mba Risa masih memiliki badan yang sehat. Jadi mba tidak
perlu berkecil hati. Masih banyak orang di luar sana yang
anggota tubuhnya tidak selengkap mba. Mba Risa harus tetap
mensyukurinya. Jadi mba harus semangat agar bisa
melanjutkan kegiatan mba yang lain.

Mba Risa: ~Iya ya sus, saya hanya memikirkan kaki saya yang sudah tidak
sempurna, saya juga hanya memikirkan saya sudah tidak bisa
beraktifitas dengan yang lainnya. Sekarang saya mulai bisa
menerima keadaan saya, karena ada banyak anggota tubuh saya
yang lainnya yang masih sehat dan dapat digunakan dengan
baik.

Perawat: ~Baik, mba bisa memberi tahu saya kalau mba ada masalah. Mba
tidak perlu sungkan.

Mba Risa: ~Baik sus.

3. Fase terminasi
Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan
a.Evaluasi subjektif
Perawat: ~Bagaimana perasaan mba Risa setelah kita berbincang
bincang tadi?

Mba Risa: ~Alhamdulillah sus, perasaan saya saat ini lega.


Perawat: ~Alhamdulillah kalo begitu, ternyata banyak sekali ya

bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik.


Mba Risa: ~Iya sus.

b.Evaluasi objektif
Perawat: ~Apakah mba Risa bisa menyebutkan kembali anggota
tubuh yang masih berfungsi?

Mba Risa: ~Saya masih memiliki mata yang bisa melihat dengan
jelas. Hidung dan telinga yang masih bisa mencium
dan mendengar. Mulut yang masih lancar berbicara.
Tangan mba masih bisa digerakkan juga.

c. Rencana tindak lanjut (RTL)


Perawat: ~Kalau begitu bagaimana jika kita membuat jadwal
kegiatan untuk menggunakan anggota tubuh mba yang
masih berfungsi dengan baik? agar mba Risa bisa
melakukan kegiatan mba sehari-hari.

Mba Risa: ~Boleh sus.


d. Kontrak yang akan datang
Perawat: ~Besok saya akan datang ke sini lagi pukul 08.00 pagi ya,
mba.

Mba Risa: ~Baik sus.


Perawat: ~Saya akan mengajarkan mba Risa cara menggunakan
anggota tubuh yang lain. Kalau begitu saya pamit dulu
ya, mba. Besok kita akan bertemu lagi. Sampai jumpa.
Assalamualaikum.

Mba Risa: ~Waalaikumsalam sus. terima kasih ya.


Perawat: ~Sama-sama mba Risa.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP II) PASIEN DENGAN GANGGUAN
CITRA TUBUH

(Mengevaluasi Kegiatan yang Sudah Dilakukan, Mengidenti~ikasi dan


Melakukan Cara mengingkatkan Citra Tubuh; Melatih Interaksi Secara

Bertahap)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a.Data Subjektif :
Pasien mengatakan mulai membiasakan beraktifitas dengan kedua
tangannya

b.Data Objektif :
Pasien tampak sudah mulai tersenyum dan terbuka
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan citra tubuh

3. Tujuan Khusus
a.Pasien mampu mengidentifikasikan kemampuan diri
b.Pasien dapat melatih koordinasi fungsi tubuh
c.Pasien dapat melakukan cara meningkatkan citra tubuh
d.Pasien dapat beriteraksi secara terbuka
4. Tindakan Keperawatan
a.Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan
b.Mangidentifikasi cara meningkatkan citra tubuh
c.Melakukan cara peningkatan citra tubuh
d.Melatih fungsi tubuh yang masih baik

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat: ~Assalamualaikum. Bagaimana kabar mba Risa hari ini?
Mba Risa: ~Waalaikumsalam, Alhamdulillah keadaan saya hari ini
lebih baik dari kemarin.

Anda mungkin juga menyukai