Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

MODUL KEPERAWATAN JIWA 1


“Gangguan Citra Tubuh”

Disusun Oleh

Mahasiswa PSIK Angkatan 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
OKTOBER/2018
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN CITRA TUBUH

I. Kasus
Nn Cy. B (4o tahun) di diagnosa menderita Ca. Payudara.
Seminggu yang lalu, Pasien menjalani mastektomi pada payudara kirinya.
Sejak saat itu Pasien tampak lebih pendiam dan jarang berbicara.
Pandangan Pasien selalu terarah ke sebelah kanan. Pasien tidak mau
menoleh ke sebelah kiri karena tidak mau melihat payudaranya yang telah
diangkat. Pasien mengatakan ia merasa menjadi orang yang tidak
sempurna dan pasien merasa malu.
II. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu kondisi
diantaranya, yakni:
a) Biologis
Faktor biologis yaitu dipengaruhi oleh genetik. Faktor genetik ikut
mempengaruhi ketidakpuasan tubuh pada seseorang. Individu yang
dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dengan riwayt depresi akan
sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan.
Faktor biologis yang paling menonjol dengan ketidakpuasan tubuh
adalah ukuran dan bentuk tubuh. Namun, hal-hal tersebut adalah
faktor-faktor pemicu utama, hubungan antara ukuran tubuh dan sikap
sosial negatif serta diskriminasi terkait ukuran tubuh juga berpengaruh
terhadap citra tubuh.
b) Sosio-kultural
Stereotip peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran
budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
Individu yang mengalami keterlambatan perkembangan atau situasi
yang menyebabkan tertundanya tugas perkembangan dapat
mengakibatkan indvidu memiliki konsep diri yang negative. Sebuah
penelitian menunjukan bahwa pengaruh negative dan tekanan
lingkungan sosial dapat berpengaruh terhadap pandangan individu
tentang citra tubuh, proses ini difasilitasi oleh perbandingan diri orang
lain termasuk teman sebaya atau media yang semakin mempertinggi
perbedaan diri sendiri dengan prang lain serta ideal diri
c) Psikologis
Faktor psikologis sangat dipengaruhi oleh keadaan depresi, rendah
diri, dan ketidak sempurnaan yang dirasakan oleh klien. Depresi dan
rasa rendah diri sangat berpengaruh terhadap pandangan negative
tentang diri termasuk bentuk atau fungsi tubuh. Rasa perfeksionisme
juga dapat menyebabkan harapan yang tidak realistis dari bentuk,
struktur, dan penampilan.
d) Fisiologis
Hasil analisa hubungan perubahan fungsi bagian tubuh terhadap
citra tubuh klien yang mengalami gangguan citra tubuh, dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna dari perubahan
fungsi bagian tubuh terhadap citra tubuh klien yang mengalami
gangguan struktur/bentuk tubuh (pada kasus klien mengalami
mastektomi, karena Ca Mammae).
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Ningsih
(2008) tentang pengalaman psikososial pasien ulkus diabetikum, dapat
disimpulkan bahwa terjadi perubahan fungsi tubuh yang disebabkan
oleh adanya gangguan pada struktur/bentuk tubuh membuat pasien
tidak dapat melakukan fungsi dirinya sebagai individu yang utuh.
Sehingga hal ini membuat pasien memiliki citra tubuh yang negative.
e) Spiritual
Berdasarkan hasil analisis deskriptif penelitian dalam Jurnal
Psikologi Islam dan Budaya UIN Sunan Gunung Djati tentang
hubungan religiusitas dengan citra tubuh, peneliti menelaah faktor-
faktor yang diprediksi menyebabkan kedua variabel tidak memiliki
hubungan. Jika ditinjau dari segi kuantitatif secara statistik, diketahui
bahwa pada variabel religiusitas, persentase responden yang dominan
memiliki kriteria religiusitas tinggi hanya terdapat pada aspek
keyakinan, ritual dan pengetahuan. Sedangkan pada aspek perasaan
dan aspek pengamalan, persentase responden dominan rendah.
Artinya responden hanya sekedar meyakini, mengetahui dan
menjalankan ritual peribadatan yang wajib. Sementara dari segi
perasaan atau penghayatan keagamaan yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari seperti sikap qonaah, syukur, sabar, ikhlas, ridho
dan tawakal responden masih kurang dalam pengamalannya. Jika
dikaitkan dengan citra tubuh yang juga berasal dari persepsi, pikiran,
perasaan serta sikap yang dibentuk seseorang terhadap penampilan dan
bentuk tubuhnya maka tidak heran jika responden memiliki kriteria
citra tubuh negatif.
2. Faktor Presipitasi
a. Trauma
b. Penyakit, kelainan hormonal
c. Operasi atau pembedahan
d. Perubahan masa pertumbuhan atau perkembangan atau maturasi
e. Perubahan fisiologis tubuh : kehamilan, penuaan
f. Prosedur medis dan keperawatan : efek pengobatan, radioterapi,
kemoterapi, mastektomi.

III. Data yang perlu dikaji


Pengkajian pada pasien gangguan citra tubuh dilakukan dengan cara
wawancara dan observasi. Berikut ini adalah observasi pada saat
pengkajian yang harus dilakukan:
a) Data obyektif yang dapat diobservasi:
a) Perubahan dan hilangnya anggota tubuh, baik struktur, bentuk dan
fungsi
b) Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
c) Menolak melihat bagian tubuh
d) Menolak menyentuh bagian tubuh
e) Aktifitas social menurun
f) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
g) Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
h) fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu

b) Data subyektif didapat dari hasil wawancara, pasien dengan gangguan


citra tubuh biasanya mengungkapkan
a) Penolakkan terhadap :
 Perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan
hasil operasi
 Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
 Interaksi dengan orang lain
b) Perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan
c) Keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu
d) Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi
e) Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang
IV. Pohon masalah dan prioritas diagnose keperawatan
Pohon masalah

Harga Diri Rendah

Gangguan citra tubuh

Kehilangan sebagian
anggota tubuh

Diagnosa prioritas
Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur atau bentuk tubuh
V. Rencana Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan pada Pasien
a) Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
e. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.

b) Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
1) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah,
serta adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.
b. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini setelah mengalami bencana.
2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
3) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif.
c. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan.
1) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
2) Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan
secara mandiri, aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari
keluarga, dan aktivitas yang perlu bantuan penuh dari keluarga
atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan
aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan
buat daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.
d. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
1) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan
(yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
2) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan
yang akan dilakukan pasien.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
e. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuannya.
1) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatihkan.

Tindakan Keperawatan pada Keluarga

1. Tujuan   :

a. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh.


b. Keluarga mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra
tubuh.
c. Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh.
d. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan
memberikan  pujian atas keberhasilannya.
2. Tindakan Keperawatan :
a. Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang
terjadi pada pasien.
b. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan citra
tubuh.
c. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien :
1) Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien di
rumah.
2) Memfasilitasi interaksi di rumah.
3) Melaksanakan kegiatan di rumah dan sosial.
4) Memberikan pujian atas kegiatan yang telah dilakukan pasien.
d. Bersama keluarga susun tindakan yang akan dilakukan keluarga
dalam gangguan citra   tubuh.
e. Beri pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga.\
VI. Referensi
1. Damayanti, Mukhripah. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika
Aditama
2. Mannawi, Juwita. 2016. Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
pada Klien dengan Splenomegali. Depok: FIK UI
3. Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Kemenkes RI
4. Pirenaningtyas, Djati Sih. 2013. Peran Perawat Dalam Meningkatkan
Harga Diri Pasien Post Mastektomi di Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro
Propinsi Lampung. Diakses melalui : http://repository.uksw.edu Program
Studi Ilmu Keperawatan FIK-UKSW
5. Putra, Sitiatava Rizema. 2015. Buku Lengkap Kanker Payudara.
Yogyakarta: Laksana
6. Sumanty, Dessy. Dkk. 2018. Hubungan Religiusitas dengan Citra Tubuh
pada Wanita Dewasa Awal. UIN Sunan Gunung Djati, Bandung: Jurnal
Psikologi Islam dan Budaya. Edisi April 2018, Vol.1, No.1
7. Stuart & Sundeen. 2016. Buku Saku Keperwatan Jiwa. Jakarta: EGC
8. Tim PPNI. 2016. Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia: Definisi,
dan Indikator Diagnostik Ed 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai