myeloma multiple
Injuri atau jatuh dari
05 ketinggian
06 Artritis rheumatoid
07 Spondylitis ankilosa
Manifestasi Klinik
Your Picture Here Your Picture Here Your Picture Here Your Picture Here
Penatalaksanaan Medis
Pemakaian kollar leher, bantal pasir
atau kantung IV untuk Pembedahan (laminektomi,
mempertahankan agar leher lebih fusi spinal atau insersi batang
stabil, dan menggunakan papan Harrington) untuk mengurangi
punggung bila memindahkan pasien tekanan pada spinal
.
4. Tindakan respiratori
a. Berikan oksigen untuk mempertahankan
PO arterial yang tinggi
b. Terapkan perawatn yang sangat berhati-
1. Tujuan penatalaksanaan adalah hati untuk menghindari fleksi atau
untuk mencegah cedera medulla eksistensileher bila diperlukan inkubasi
spinalis lebih lanjut dan untuk endrotakeal. Pertimbangan alat pacu
mengobservasi gejala perkembangan diafragma (stimulasi listrik saraf frenikus)
defisit neurologis untuk pasien dengan lesi servikal yang
. tinggi
2. Lakukan resusitasi sesuai
kebutuhan dan pertahankan 5. Reduksi dan fraksi skeletal
oksigenisasi dan kestabilan a. Cedera medulla spinalis membutuhkan
kardiovaskuler immobilisasi, reduksi, dislokasi dan
stabilisasi koluma vertebrata
b. Kurangi fraktur servikal dan luruskan
3. Farmakoterapi spinal servikal dengan suatu bentuk traksi
Berikan steroid dosis tinggi skeletal, yaitu teknik capiller skeletal atau
(metilpredisolon) untuk melawan halo vest
edema medela c. Gantung pemberat dengan batas
sehingga tidak mengganggu traksi
d. Intervensi bedah (Laminektomi)
Rehabilitasi Pada Pasien dengan SCI
Bladder training yaitu latihan perkemihan dengan metode pengosongan vesika urinaria yang flaksid dengan memberikan tekanan eksternal pada simpisis
pubis, jika otot detrusor melemah pada waktu tertentu (Garrison, 1995). Bladder training dilakukan dengan teknik intermitten catheterization, dimana kandung
kemih dapat diisi sesuai dengan kapasitasnya dan dapat dikosongkan pada waktu-waktu tertentu. Tujuan dari pemberian bladder training ini untuk menjaga
kontraktilitas otot detrusor. Perawatan bladder merupakan sesuatu yang sangat vital pada pasien dengan cedera medulla spinalis karena data statistik
menunjukkan bahwa penyakit ginjal yang berakibat kematian banyak terjadi pada pasien cedera medulla spinalis (Bromley, 1991).
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Jenis kelamin : Perempuan
Usia :-
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Diagnosa medis : SCI (Spinal Cord Injuri)
1. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Ny. K dapat beraktivitas normal dengan alat bantu
kursi roda, mampu mengendarai mobil yang sudah
dimodifikasi, menjadi motivator untuk orang lain,
masih merasakan nyeri hampir 24jam dan
mengkonsumsi pen killer sudah 2tahun di minum
sebelum tidur, menggunakan selang kateter yang
lepas pakai
b. Riwayat kesehatan masa lalu :
Tahun 2018 Ny.K mengalami kecelakaan jatuh dari
lantai 2 yang tingginya ±4meter dengan posisi
setengah berdiri lalu tersungkur dilantai. Terjadi
fraktur di L1
a. DATA FISIOLOGIS-PSIKOLOGIS-PERILAKU-RELASIONAL
c. Pemeriksaan Fisik
Mata : normal
Hidung : normal
Telinga : normal
Mulut : normal
Thorak : normal
Abdomen : normal
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
Latihan Rehabilitasi
Observasi
Identifikasi masalah kebersihan diri dan masalah kulit
Monitor kemampuan dan perkembangan latihan
Monitor tanda vital dalam setiap latihan
Terapeutik
Motivasi untuk mandiri dalam beraktivitas
Berikan kesempatan meningkatkan keterampilan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari
Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mencegah cedera dan infeksi
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur rehabilitasi
Jelaskan perlunya pembatasan aktivitas
Ajarkan penggunaan alat bantu jika diperlukan (mis, tongkat, kruk, kursi roda)
Latih mengosongkan bowel/bladder
Latih ROM aktif dan pasif
Kolaborasi
Kolaborasi dengan rehabilitasi medik, jika perlu
Manajemen Nyeri
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyerl Identifikaal
pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
Monitor afek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapl, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi Istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Inkontinensi Setelah dilakukan Kateterisasi Urin
a Urine asuhan keperawatan Observasi
Refleks b.d diharapkan Kontinensia Periksa kondisi pasien (mis. Kesadaran, TTV, daerah perineal, distensi kandung kemih, refleks
berkemih, inkontinensia urin)
Kerusakan Urine menurun dengan
Kondisi Kriteria Hasil: Terapeutik
Implus 1. Kemampuan Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruangan tindakan
diatas Arkus berkemih meningkat Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah dan posisikan dorsal rekumben (untuk wanita) dan supine
Refleks Residu volume urin (untuk alaki-laki)
setelah berkemih Pasang sarung tangan
menurun Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan cairan NaCl atau aquades
2. Distensi kandung Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip aseptic
Sambungkan kateter urin dengan urine bag Isi balon dengan NaCl 0,9% sesuai anjuran
kemih menurun Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau di paha
3. Hesitancy menurun Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah dari kandung kemih
Verbalisasi Berikan label waktu pemasangan
4. pengeluaran urin tidak
tuntas menurun Edukasi
5. Frekuensi berkemih Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine
membaik Anjurkan menarik napas saat insersi selang kateter
Sensasi berkemih
membaik
Manajemen Eliminasi Urin
Observasi
Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau Inkontinensia urine
Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)
Terapeutik
Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
Batasi asupan cairan, jika perlu
Edukasi
Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemihan
Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Latihan Otot Panggul
Observasi
Monitor pengeluaran urin
Terapeutik
Berikan reinforcement positif selama melakukan latihan dengan benar
Edukasi
Anjurkan berbaring
Anjurkan tidak mengkontraksikan perut, kaki dan bokong saat melakukan latihan otot panggul
Anjurkan menambah durasi kontraksi-relaksasi 10 detik dengan siklus 10-20 kali, dilakukan 3 4 kali sehari
Ajarkan mengkontraksikan sekitar otot uretra dan anus seperti menahan BAB/ BAK selama 5 detik kemudian dikendurkan dan
direlaksasikan dengan siklus 10 kali
Ajarkan mengevaluasi latihan yang dilakukan dengan cara menghentikan urin sesaat saat BAK, seminggu sekali
Anjurkan latihan selama 6-12 minggu
Kolaborasi
Kolaborasi rehabilitasi medik untuk mengukur kekuatan kontraksi otot dasar panggul, jika perlu
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan asuhan Dukungan Mobilisasi
keperawatan diharapkan Observasi
Mobilitas Mobilitas Fisik meningkat 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Fisik b.d dengan Kriteria Hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Gangguan 1. Pergerakan ekstremitas 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
Neuromusc meningkat 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
ular 2. Kekuatan otot meningkat
3. ROM meningkat Terapeutik
4. Kaku sendi menurun 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
5. Gerakan terbatas 2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
menurun 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
6. Kelemahan fisik menurun
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk di tempat tidur, duduk di tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
Terapi Aktivitas
Observasi
1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
3. Identifikasi aktivitas rutin (mis.bekerja) dan waktu luang
4. Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
1. Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami
2. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsiston sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan social
3. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis ambulas), mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai kebutuhan
4. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energi, atau gerak
5. Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasion hiperaktif
6. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
7. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
8. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
9. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
10. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
11. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
1. Jelaskan metodo aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation