Anda di halaman 1dari 19

CEDERA MEDULA SPINALIS

Kelompok 3
Niken Apdiningsih
Riska Maisurah
Intan Fitria
Asmaul Husna
Pani Ayuni
Reza Aryani
Munzir
Syahrial Fahmi
Anatomi dan fisiologi medula spinalis

Spinal cord merupakan perpanjangan dari otak dalam


menginervasi bagian bawah dari tubuh, karenanya
komposisi spinal cord mirip otak yaitu terdiri dari
grey mater dan white mater. Grey mater ada di bagian
dalam dan white mater ada di bagian luar.

Spinal cord dimulai dari foramen magnum di bagian


atas diteruskan pada bagian bawahnya sebagai conus
medullaris, kira-kira padda level T12-L1 selanjutnya
dteruskan ke distal sebagai kauda equina.pada setiap
level akan keluar serabut syaraf yang disebut nerve root.
DEFINISI

• Cedera medulla spinalis adalah cedera yang


mengenai servikalis vertebralis, dan lumbalis
akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang
belakang. Trauma pada tulang belakang dapat
mengenai jaringan lunak pada tulang belakang,
yaitu ligament dan diskus, tulang belakang dan
sumsum tulang belakang (medulaspinalis).
ETIOLOGI

• Trauma langsung yang mengenai tulang


belakang dan melampaui batas kemampuan
tulang belakang dalam melindungi syaraf-
syaraf yang berada didalamnya. Trauma
tersebut meliputi kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan olahraga, kecelakaan industri,
kecelakaan lain seperti jatuh dari pohon,
bangunan/ ketinggian, luka tusuk, luka
tembak, dan kejatuhan benda keras.
Patofisiologi
Trauma pada leher dapat bermanifestasi pada kerusakan
struktur kolumna vertebra, kompresi diskus, sobeknya
ligamentum servikalis, dan kompresi medulla spinalis
pada setiap sisinya yang dapat menekan spina dan
bermanifestasi pada kompresi radiks dan distribusi
syaraf sesuai segmen dari tulang belakang servikal.

Trauma pada servikal bisa menyebabkan cidera


spinal stabil dan tidak stabil. Cedera stabil adalah
cedera yang komponen vertebralnya tidak akan
tergeser dengan gerakan normal sehingga
sumsum tulang yang tidak rusak dan biasanya
resikonya lebih rendah.
Lanjut..
Pada cedera hiperekstensi servikal, pukulan pada
muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang dan
tak ada yang menyangga oksiput hingga kepala itu
membentur bagian atas punggung. Ligamen anterior
dan diskus dapat rusak atau arkus syaraf mungkin
mengalami kerusakan.

Pada cedera fleksi akan meremukkan badan vertebral


menjadi baji, ini adalah cedera yang stabil dan
merupakan tipe fraktur vertebral yang paling sering
ditemukan. Jika ligamen posterior tersobek, cedera
bersifat tak stabil dan badan vertebral bagian atas
dapat miring ke depan di atas badan vertebra.
Manifestasi Klinis

1. Hipoventilasi atau gagal pernafasan terutama


pada cidera setinggi servikal
2. Edema pulmoner akibat penatalaksanaan
cairan intravena yang tidak tepat
3. Paralisis flaksid di bawah tingkat cidera
4. Hipotensi dan bradikardi
5. Retensi urin dan alvi
6. Paralisis usus dan ileus
7. Kehilangan kontrol suhu
Pemeriksaan Diagnostik

1. Radiologi servikal
2. CT Scan
3. MRI
4. Pielogram intravena
5. Sistoskopi
penatalaksanaan

• Lakukan tindakan segera untuk mencegah kerusakan


lebih lanjut pada medulla spinalis. Sebagian cedera
medulla spinalis diperburuk oleh penanganan yang
kurang tepat,
• Perawatan khusus : Kontusio/ transeksi/ kompresi
medula spinalis, Dengan : Metil prednisolon
30mg/kgBB bolus intravena selama 15 menit
dilanjutkan dengan 5,4 mg/kgBB/jam selama 45 menit.
Setelah bolus, selama 23 jam, hasil optimal bila
pemberian dilakukan <8 jam onset. Tambahkan
profilaksis stres ulkus: antasid/ antagonis H 2.
Lanjut...
• Tindakan operasi di indikasikan pada :
a. Reduksi terbuka pada dislokasi
b. Fraktur servikal dengan lesi parsial medulla spinalis
c. Cedera terbuka dengan benda asing/ tulang dalam kanalis spinalis
d. Lesi parsial medulla spinalis dengan hematomielia yang progresif

 Perawatan umum
a. Perawatan vesika dan fungsi defekasi
b. Perawatan kulit/ dekubitus
c. Nutrisi yang adekuat
d. Kontrol nyeri: analgetik, obatan tiinflamasinonsteroid
(OAINS), antikonvulsan, kodein, dll
 Fisioterapi, terrapin vokasional, dan psiko terapi pada pasien
yang mengalami sekucle neurologis berat dan permanen.
Komplikasi

1. Pneumonia
2. Emboli paru
3. Septikemia
4. Gagal ginjal
 
Asuhan Keperawatan
1. Data subjektif 2. Data obyektif
 Status respirasi ( terjadi penurunan
• Pengertian pasien tentang fungssi pernafasan karena
cidera dan defisit yang terganggu otot aksesori mayor).
ditimbulkannya.  Tingkat kewaspadaan dan
• Sifat cidera, sebagaimana kesadaran menurun.
 Ukuran pupil, kesamaan dan reaksi
trjadi cidera.  Kekuatan motorik ( mengalami
• Terdapat dispnoe paralisis sensori dan motorik
total).
• Perasaan yang tidak biasa
 Posisi tubuh dalam posisi netral.
(paresthesia, dsb)  Suhu, tekanan darah turun, nadi.
• Riwayat hilang kesadaran  Integritas kulit
 Kondisi kolon dan kandung kemih
• Terdapat nyeri
dan distensi.
• Hilang sensory  Terdapat cidera lain ( fraktur dan
tingkatannya. cidera kepala)
lanjut...
• Pemeriksaan diagnostik
Pengkajian neurologik yang lengkap perlu dilakukan, pertama
perlu kiranya perlu diketahui apakah terdapat patah atau
pergeseran vertebral.
Diagnostik dengan sinar X ( sinar X pada spinal servikal
lateral dan pemindahan CT)> suatu riset dilakukan untuk
cidera lain karena trauma spinal sering brsamaan dengan
cidera lain, yang biasanya dari kepala dan dada.
Pemantauan EKG kontinyu merupakan indikasi karena
biodikardia (perlambatan frekuensi jantung) dan asistole
( standstill jantung) umum cedera servikal akut. CT scan
sangat membantu penyusuran cidera medula spinalis. MRI
dapat menemukan kompresi medula spinalis dan edema.
Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan fungsi mobilitas b\d adanya paraplegia sekunder adanya
penekanan pleksus brachialis, pleksus lumbalis oleh karena trauma
medula spinalis.
2. Gangguan pola napas tidak efektif b\d kelemahan otot abdomen dan
intercostal serta ketidakmampuan membersihkan sekresi.
3. Gangguan eliminasi ( bowel incontinensia, konstipasi) b\d rusaknya
nervus pudendus lintasan vegetatif pada sakral 3-4-5 sekunder
adanya penekanan oleh trauma medula spinalis.
4. Gangguan eliminasi ( urinary incontinensia, retensi) b\d rusaknya
nervus pudenous lintasan vegetatif pada sakral 3-4-5 sekunder
adanya penekanan oleh trauma medula spinalis.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri radiks b\d tertekannya nervus curalis
sekunder adanya trauma medula spinalis pada segmen Th 12-L1 2,3
6. Perubahan emosi dan kepribadian ( depresi, denial, anxiety,
kecacatan menetap, perubahan body image) b\d penurunan fungsi
neurilogis, sekunder adanya trauma medula spinalis.  
INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Penurunan fungsi mobilitas b\d adanya paraplegia sekunder adanya


penekanan pleksus brachialis, pleksus lumbalis oleh karena trauma medula
spinalis.
Kriteria hasil :mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur,
foot droop. Meningkatkan bagian tubuh yang sakit.
Intervensi      :
2.kaji secara teratur fungsi motorik.
3.Mencegah terjadinya deformitas dan kehilangan fungsi gerak. Posisi tidur pasien
yang benar untuk mencegah kontraktur dan mempertahankan body aligment yang
baik. 
4.Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan.
5.Bantu \ lakukan latihan rom pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah gerakan
perlahan dan lembut.
6.Pantau TD sebelum dan sesudah melakukan aktifitas pada fase akut.
7.Gantilah posisi secara periodik walaupun dalam keadaan duduk.
8.Gunakan ganjalan pada daerah posterior dan usahakan lutut dalam posisi ekstensi
secara penuh, amankan daerah posteror dengan perban yang elastis.
9.Tempatkan pasien dalam posisi prone 15 menit – 1 ½ jam 2 – 3 kali perhari untuk
mencegah kontraktur paha yang fleksi.
INTERVENSI KEPERAWATAN

2. Gangguan rasa nyaman nyeri radiks b\d tertekannya


nervus curalis sekunder, adanyamasa trauma medulla
spinalis pada segmen Th 12 - L1 2,3
Kriteria hasil   : Melaporkan penurunan rasa nyeri \ ketidak
nyamanan. Mengidentifikasi cara-cara untuk mengatasi nyeri.
Intervensi        :
 Kaji terhadap adanya nyeri.
 Evaluasi peningkatan iritabilitas, tegangan otot, gelisah,
perubahan tanda vital yang tak dapat dijelaskan.
 Berikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi,
masase, kompres hangat\dingin, sesuai indikasi.
 Dorong pengguanaan teknik relaksasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Gangguan eliminasi ( urinary incontinensia, retensi) b\d
rusaknya nervus pudenous lintasan vegetatif pada sakral 3-4-5
sekunder adanya penekanan oleh trauma medula spinalis.
Kriteria hasil   : eliminasi urin dapat dipertahankan masukan atau
pengeluaran dengan urine jernih bebas bau.
Intervensi        :
 Kaji pola berkemih seperti frekuensi dan jumlahnya.
 Palpasi adanya distensi kandung kemih.anjurkan pasien untuk
melaporkan asupan cairan, pola berkemih,jumlah residu urin setelah
dilakukan kateterisasi, kualitas urin dan beberapa perasaan yang
tidak biasanya ada yang mungkin terjadi.
 Observasi adanya urine seperti awan atau berdarah, bau yang tidak
enak.
 Bersihkan daerah perineum dan jaga agar tetap kering, lakukan
perawatan kateter jika perlu.
Evaluasi

Hasil yang di harapkan:


 Memperhatikan peningkatan pertukaran gas dan
bersihan jalan napas dari sekresi yang
diperlihatkan oleh bunyi nafas normal pada
pengkajian auskultasi.
 Bergerak dalam batas disfungsi dan
memperlihatkan usaha melakukan latihan dalam
nafas fungsi.
 Mendemostrasikan integritas kulit dengan optimal.
 mencapai fungsi kandung kemih
See you again


Anda mungkin juga menyukai