Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH

(LOW BACK PAIN/LBP)

A. Pendahuluan

Low Back Pain (LBP) merupakan keluhan yang sering terjadi di praktek sehari-hari.

LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal

(inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung

bawah dapat menjalar pada daerah lain atau sebaliknya. Nyeri yang berasal dari daerah lain

akan dirasakan pada punggung bawah (refered pain). Walaupun LBP jarang fatal namun

nyeri yang dirasakan menyebabkan penderita mengurangi kemampuan (disabilitas) yaitu

keterbatasan fungsional dalam aktifitas sehari-hari dan banyak kehilangan jam

produktifitas.

Insiden secara keseluruhan pria dan wanita sama tetapi setelah usia 60 tahun wanita

lebih banyak oleh karena terjadinya osteoporosis. Pada penelitian yang dilakukan oleh

studi nyeri (pokdi nyeri) pada 14 rumah sakit pendidikan Indonesia yang dilakukan pada

bulan mei menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total

kunjungan), dimana 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819

(18,37% adalah penderita nyeri punggung bawah (Suherman, 2009 dalam Dina, 2010).

Berbagai data epidemiologik menjelaskan bahwa terdapat faktor risiko yang

mempengaruhi insiden atau prevalensi nyeri punggung bawah (LBP) mekanik.

B. Pengertian Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain/LBP)

Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri didaerah lumbasakral dan sakroiliakal,

nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono,

2010)

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam merawat
pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak

diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan

pasien.

Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh

terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus, osteoartritis

dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner, 2012).

Low back pain dapat terjadi pada siapa saja yang mempunyai masalah pada

muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut, ketidakmampuan ligamen

lumbosacral, kelemahan otot, osteoartritis, spinal stenosis serta masalh pada sendi inter

vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah

nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya

otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus, kelemahan

otot, osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.

C. Anatomi Fisiologi

Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk

punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di

antaranya bergabung membentuk bagian sacral dan 4 tulang membentuk tulang ekor

(coccyx). Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang

cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada) dan 5 tulang lumbal. Struktur umum

Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari

badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae.

Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta didukung

oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan

procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale.
Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat

sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat

ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.

D. Etiologi

1. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.

a. Trauma primer seperti Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.

b. Trauma sekunder seperti Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis

spinal, spondilitis, osteoartritis.

2. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot

3. Prosedur degenerasi pada pasien lansia

4. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi

5. Kegemukan

6. Mengangkat beban dengan cara yang salah

7. Keseleo

8. Terlalu lama pada getaran

9. Gaya berjalan

10. Merokok

11. Duduk terlalu lama

12. Kurang latihan (olahraga)

13. Depresi /stress

14. Olahraga (golf, tennis, sepak bola)

E. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain 2 macam :

1. Nyeri Nosiseptif

Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum,

1/3 bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis)
ligamentum kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua bangunan tersebut

mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanik, termal,

kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab

dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan substansia lainnya yang

menyebabkan timbulnya persepsinyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan

mencegah pergerakan untuk memungkinkan berlangsung proses penyembuhan.

Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat adalah spasme

otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan

sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah

satu kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan

akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan sebagai sumber nyeri nosiseptif

inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai jenis rangsangan

tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung menyebabkan nyeri dan sensitisasi

menyebabkan hiperalgesia.

2. Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP

Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau

disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada

LBP berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena Hernia Nukleus

Pulposus (HNP), penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio atau

jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis), penekanan oleh

tumor dan sebagainya.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Neurofisiologik

a. Electromyography (EMG)

b. Need EMG dan H-reflex dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih dari 3-4

minggu
c. Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, pemeriksaan

elektrofisiologik tidak dianjurkan.

d. Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal dan mielopati

spinal.

2. Radiologik

a. Foto polos.

b. Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita NPB.

c. Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.

d. Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)

e. Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP perlengketan

f. Discography tidak direkomendasikan pada NPB oleh karena invasive

3. Laboratorium

a . Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor rematoid,

fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)

b . Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri

c . Likuor serebrospinal (atas indikasi)

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Keperawatan.

a. Informasi dan edukasi.

b. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan

kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan

aktivitas.

2. Medis

a. Formakoterapi
- NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi

epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler

- NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,

karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid

(kalau sangat diperlukan)

b. Invasif nonbedah

- Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)

- Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang

intractable)

c. Bedah

HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :

- Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri

berat/intractable / menetap / progresif

- Defisit neurologik memburuk

- Sindroma kauda

H. Asuhan keperawatan

1.Pengkajian

a. Identitas

b. Riwayat Penyakit :

 Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)

 Riwayat penyakit sekarang

 Riwayat Penyakit Sebelumnya


c. Pemeriksaan fisik

 Keadaan Umum

 Sistem persepsi dan sensori

 Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)

 Sistem pernafasan

 Sistem kardiovaskuler

 Sistem Gastrointestinal

 Sistem Perkemihan

 Pola fungsi kesehatan

 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

 Pola aktifitas dan latihan

 Pola nutrisi dan metabolisme

 Pola tidur dan istirahat

 Pola kognitif dan perceptual

 Pola toleransi dan koping stress

 Pola hubungan dan peran

 Pola nilai dan keyakinan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b.d spasme otot,masalah muskuloskeletal,tekanan saraf

b. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi,

kontraktur.
3. Rencana Keperawatan

a. Nyeri akut b/d spasme otot,masalah muskuloskeletal,tekanan saraf

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri

berkurang / hilang dengan kriteria hasil : melaporkan nyeri berkurang / hilang,

ketegangan otot berkurang / hilang dan dapat istirahat

Intervensi :

1) kaji skala nyeri

2) Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri

3) Ajarkan teknik relaksasi napas dalam

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

b. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi atau

kontraktur.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan klien

mampu mencapai mobilitas fisik dengan kriteria hasil : pasien dapat melakukan

mobilitas secara bertahap dengan tanpa merasakan nyeri, pasien dapat menggerakkan

otot dan sendi, mampu berpindah tempat tanpa bantuan dan mampu berjalan tanpa

bantuan

Intervensi :

1)Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.

2)Bantu dengan rentang gerak aktif pasif jika memungkinkan.

3)Ubah posisi dengan sesering mungkin.

4) Kolaborasi dengan fisioterapi


Pathway
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002

Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000

Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal 12 Februari
201. http://sedetik.multiply.com/journa

Anda mungkin juga menyukai