Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Herpes zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang
tua yang khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya
erupsi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh serabut
saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensoris dari nervus cranialis.
Hesper zoster rupanya menggambarkan reaktifitas dari refleksi endogen
yang telah menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi varisela yang telah
ada sebelumnya. Hubungan varisela dan Hesper zoster pertama kali di temukan
oleh Von Gokay pada tahun 1888. Ia menemukan penderita anak-anak yang
dapat terkena varisela setelah mengalami kontak dengan individu yang
mengalami infeksi herpes zoster.
Implikasi neurologic dari distribusi lesi segmental herpes zoster
diperkenalkan oleh Richard Bright tahun 1931 dan adanya peradangan gonglion
sensoris pada saraf spinal pertama kali di uraikan oleh Von Bareusprung pada
tahun 1862. Herpes zoster dapat mengenai kedua jenis kelamin dan semua ras
dengan prekuensi yang sama. Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini
merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
1.2 Tujuan Umum
1.2.1 Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang untuk
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien herpes zoster.
1.3 Tujuan Khusus
1.3.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dan keluarga dengan
masalah Herpes Zoster
1.3.2 Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah Herpes Zoster
1.3.3 Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa pada klien Herpes Zoster
1.3.4 Mahasiswa mampu menyusun rencana dan interfensi keperawatan
terhadap klien dengan Herpes Zoster

1
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1.4.1.1 Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang penyakit Herpes
Zoster
1.4.1.2 Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang asuhan
keperawatanpada penyakit Herpes Zoster

1.4.2 Bagi Pembaca

Pembaca dapat termotivasi dan dapat mencegah agar tidak


menderita penyakit Herpes Zoster dari dini. Dan cara apa yang tepat
dalam mengobati penyakit Herpes Zoster.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus


varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster disebut juga
shingles. Dikalangan awam popular atau lebih dikenal dengan sebutan “dampa”
atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian
dermatome (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus
varicella zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar
chickenpox.
2.2 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster.
Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen,
enzim proteolitik, panas dan sasana Ph yang tingi. Masa inkuasinya 14-21 hari.
2.2.1 Faktor Resiko Herpes Zoster
2.2.1.1 Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini
akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita
herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2.2.1.2 Orang yang mengalami penurunan kekebalan
(immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi
pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
2.2.1.3 Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi
2.2.1.4 Orang dengan transplantasi organ maor seperti transplantasi
sumsum tulang
2.2.2 Faktor pencetus kambuhnya Herpes zoster
 Trauma/luka
 Kelelahan
 Demam
 Alkohol
 Gangguan pencernaan
 Obat-obatan

3
 Sinar ultraviolet
 Haid
 Setres

2.3 Patofisiologi
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dar VVZ (virus varisells
zoster) ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadkan
replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang
sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke
dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi
kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran
virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat
sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten
didalam neuron.
Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi
dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana
antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus
sehingga terjadi herpes zoster.
2.4. Klasifikasi
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:
2.4.1 Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster ofalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut sasraf dar
cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V). ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi
kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan.
Gejala prodromal berlangsung 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit
timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar
dibuka.
2.4.2 Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis
(N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
2.4.3 Herpes zoster brakialis

4
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
2.4.4 Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
2.4.5 Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
2.5.6 Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengani pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
2.5 Manifestasi Klinik
2.5.1 Gejala Prodomal
2.5.1.1 Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang
berlangsung selama 1-4 hari.
2.5.1.2 Gejala yang mempengaruhi tubuh: demam, sakit kepala, fatige,
malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitibe, sore skin (penekanan
kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan.
Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus
atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupasi kulit.
2.5.1.3 Gejala yang mempengaruhi mata: Berupa kemerahan, sensitive
terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata. Kekeringan
mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain-
lain.
2.5.2 Timbul erupsi kulit
2.5.2.1 Kadang terjadi limfadenopati regional
2.5.2.2 Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biaanya terbatas pada
daerah yang dipersarafi oleh sastu ganglion sensorik. Erupsi dapat
terjadi di seluruh bagian tubuh, yan g tersering di daerah ganglion
toraklais.

5
2.5.2.3 Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk
papul-papul dan dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang
menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang
akan mengering menjadi krusta dalam 7-10 hari. Krusta dapat
bertahan sampai 2-3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini
nyeri segmental juga menghilang.
2.5.2.4 Lesi bar dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan kadang-kadang
sampai hari ke-7
2.5.2.5 Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula
hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar)
2.5.2.6 Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka
lebih sensitivete terhadap nyeri yang dialami.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes Zoster. Tes diagnostic ini untuk
membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes Zoster.
2.6.1 Tzanck Smear : Mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
2.6.2 Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : Digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus.
2.6.3 Immunofluororescent : Mengidentifikasi varicella di sel kulit
2.6.4 Pemeriksaan histopatologik
2.6.5 Pemeriksaan mikroskop electron
2.6.6 Kultur virus
2.6.7 Identifikasi anti gen/asam nukleat VVZ (virus varisela zostre)
2.6.8 Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
2.6.8.1 Virologi:
 Mikroskop cahaya
 Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).
 PCR
 Kultru Virus
2.6.8.2 Serologi
 ELISA
 Westem Blot Test
 Biokit HSV-II

6
2.7 Komplikasi
2.7.1 Neuralgia Pasca Herpes. Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri
saraf (neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan
kulit menghilang.
2.7.2 Infeksi kulit. Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit
sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda
mungkin perlu antibiotik.
2.7.3 Masalah mata. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan
sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan
2.7.4 Kelemahan/layuh otot. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah
saraf motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan
kelemahan (palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
2.7.5 Komplikasi lain. Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela zoster, atau
penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat
serius tapi jarang terjadi.

2.8 Penatalaksanaan Medis

Herpes zoster biasanya sembuh sendiri setelah beberapa minggu. Biasanya


pengobatan hanya diperlukan untuk meredakan nyeri dan mengeringkan
inflamasi.

2.8.1 Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin
untuk mecegah vesikel pecah.

2.8.2 Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3x sehari selama
20 menit.

2.8.3 Pereda nyeri. Salah satu masalah terbesar herpes zoster adalah rasa nyeri.
Nyeri ini kadang-kadang sangat keras. Parasetamol dapat digunakan untuk
meredakan sakit. Jika tidak cukup membantu, silakan tanyakan kepada
dokter anda untuk meresepkan analgesik yang lebih kuat.

2.8.4 Antivirus. Penggunaan obat antivirus diberikan 72 jam setelah terbentuk


ruam akan mempersingkat durasi terbentuknya ruan dan meringankan
rasa sakit. Apabila gelembung tela pecah, maka penggunaan antivirus
tidak efektif lagi.

7
2.8.5 Steroid. Steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat
penyembuhan lepuhan. Namun, penggunaan steroid untuk herpes zoster
masih kontroversial. Steroid juga tidak mencegah neuralgia pasca herpes.

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan


2.9.1 Penkajian
2.9.1.1 Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama
pasien, alamat pasien, umur pasien biasanya kejadian ini
mencakup semua usia antara anak-anak sampai dewasa, tanggal
masuk rumah sakit penting untuk di kaji untuk melihat
perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar
pengobatan dapat di lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien
dan petugas kesehatan.

2.9.2 Riwayat Kesehatan


2.9.2.1 Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat
pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-
gatal pada daerah yang terkena pada fase-fase awal baik pada
herpes zoster maupun simpleks.
2.9.2.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area
kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat,
selain itu juga terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita
juga mengalami demam.
2.9.2.3 Riwayat Kesehatan Dahulu
Diderita kembali oleh pasien yang pernah mengalami penyakit
herpes simplek atau memiliki riwayat seperti ini.
2.9.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga
atau teman dekan yang terinfeksi virus ini.
2.9.2.5 Riwayat Psikososial
Kaji respon pasien terhadap penyakit yang diderita serta
peran dalam keluarga dan masyarakat, respon dalam keluarga
maupun masyarakat.

8
2.9.3 Pola Kehidupan
2.9.3.1 Aktivitas dan Istirahat
Pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri
dan gatal.
2.9.3.2 Pola Nutrisi dan Metabolik
Pada Herpes Zoster Oftalmik, pasien mengalami penurunan
nafsu makan, karena mengeluh nyeri pada daerah wajah dan pipi
sehingga pasien tidak dapat mengunyah makanan dengan baik
karena disebabkan oleh rasa nyeri.
2.9.3.3 Pola Aktifitas dan Latihan
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi
penurunan pola saat aktifitas berlebih, sehingga pasien akan
membaasi pergerakkan aktivitas.
2.9.3.4 Pola Hubungan dan Peran
Pasien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi
karena adanya gangguan citra tubuh.
2.9.4 Pemeriksaan Fisik
2.9.4.1 Keadaan Umum
 Tingkat Kesadaran
 TTV
2.9.4.2 Head To Toe
 Kepala
Wajah : ada lesi (ukuran >1, bentuk : benjolan berisi air,
Penyerbaran : merata dengan kulit)
 Rambut
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan
rambut tertata rapi.
 Mata (Penglihatan)
Adanya Nyeri tekan, ada penurunan penglihatan
 Hidung (Penciuman)
Septum nasi tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak
terdapat lesi dan tidak terdapat hiposmia.

9
 Telinga (Pendengaran)
Inspeksi :
Daun telinga: Tidak terdapat lesi, kista epidemoid dan keloid
Lubang telinga: Tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda
asing
Palpasi:
Tidak terdapat edema, tidak terdapat neri tekan pada otitis
media dan mastoidius
 Mulut dan gigi
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah
muda, tidka terdapat perdarah gusi dan gigi bersih.
 Abdomen
Inspeksi:
Bentuk: Normal simetris
Benjolan: Tidak terdapat lesi
Palpasi:
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Tidak terdapat massa/benjolan
- Tidak terdapat tanda-tanda asites
- Tidak terdapat pembesaran hepar
 Genetalia
- Pada Pria
Daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis,
batang penis, uretra, dan daerah anus. Jika timbul lesi,
catat jenis, bentuk, ukuran/luas, warna, dan keadaan lesi.
- Pada Wanita
Daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan
minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul
lesi, catat jenis, bentuk, ukuran/luas, warna, dan keadaan
lesi.
 Integumen
- Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri
- Edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada
infeksi sekunder
- Akrak hangat

10
- Turgor kulit normal/kembali <1 detik
- Terdapat lesi pada permukaan kulit wajah
2.9.5 Diagnosa
2.9.5.1 Nyeri berhubungan dengan inflamasi virus
2.9.5.2 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan vesikel yang mudah
pecah
2.9.5.3 Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan
2.9.6 Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Nyeri berhubungan  Pain level Pain Management
dengan proses  Pain control a. Lakukan pengkajian nyeri secara
inflamasi virus  Comfort level komprehensif (lokasi,
Kriteria Hasil: karakteristik, durasi, frekuensi,
- Mampu mengontrol nyeri kualitas dan faktor pesipitasi)
(tahu penyebab nyeri, b. Observasi reaksi non verbal dari
mampu menggunakn ketidaknyamanan
teknik nonfarmakologi c. Gunakan komunikas terapeutik
untuk mengurangi neri, untuk mengetahui pengalaman
mencari bantuan) nyeri klien
- Melaporkan bahwa nyeri d. Kontrol lingkungan yang dapat
berkurang dengan mempengaruhi nyeri seperti
menggunakan manajemen suhu ruangan, pencahayaan,
nyeri kebisingan
- Mampu mengenali nyeri e. Ajarkan tentang teknik
(skala intensitas, pernafasan/relaksasi
frekuensi, dan tanda f. Kolaborasi pemberian analgetik
nyeri) g. Evaluasi keefektifan kontrol
- Menyatakan rasa nyaman nyeri
setelah nyeri berkurang h. Anjurkan klien untuk
beristirahat
i. Kolaborasi dengan dokter jika
keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil

Kerusakan integritas  Tissue Integrity: Skin & Pressure Management


kulit berhubungan Mucous membrane a. Anjurkan pasien mengenakan
dengan vesikel yang  Hemodyalisis Akses pakaian yang longgar
mudah pecah Kriteria Hasil: b. Jaga kebersihan kulit agar tetap
- Tidak ada luka/lesi pada bersih dan tetap kering
kulit c. Monitor kulit akan adanya
- Perfusi jaringan baik kemerahan
- Menunjukkan d. Mandikan pasien dengan sabun
pemahaman dalam proses dan air hangat
perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya
cedera berulang

11
Gangguan body  Body Image Body Image Enchancement
image berhubungan  Self Esteem a. Kaji secara verbal dan non
dengan perubahan Kriteria Hasil: verbal respon klien terhadap
penampilan - Body Image positif tubuhnya
- Mampu mengidentifikasi b. Jelaskan tentang pengobatan,
kekuatan personal perawatan, kemajuan, dan
- Mempertahankan prognosis penyakit
interaksi sosial c. Dorong klien mengungkapakn
- Mendeskripsikan secara perasaanya
faktual perubahan fungsi d. Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam kelompok
kecil

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Herpes Zoster merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
varisela yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan virus yang
terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster disebut juga shingles. Dikalangan
awam popular atau lebih dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”.
Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatome
(terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster
(virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar chickenpox.

3.2 Saran
Berdasarkan uraian yang ada serta kesimpulan diatas, maka penulis mencoba
mengajukan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan:
3.2.1 Dalam memberikan asuhan keperawatan perlu adanya kerja sama tim
baik dokter, perawat sebagai pelaksana, klien maupun keluarga klien
untuk mendapatkan kemudahan didalam pelaksanaan asuhan
keperawatan demi terwujudnya mutu asuhan keperawatan yang lebih
baik.
3.2.2 Untuk masyarakat bisa lebih memahami dan mencegah terjadinya infeksi
virus Herpes Zoster.

13
DAFTAR PUSTAKA
https://is.scribd.com/doc/62546226/Asuhan-Keperawatan-Herpes
https://id.scrivd.com/document/353965257/Askep-Penyakit-Herpes-Genital
https://www.academia.edu/11705639/Askep_herpes

14

Anda mungkin juga menyukai