Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN CELLULITIS PADA Sdr. B

DI RUANG SERUNI RSU UMM

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :

(Jhiyun Azzahra Nagara)

(201810300511034)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS LP-ASKEP)

DI RUANG ______________________ RS ______________________________

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KELOMPOK ______

NAMA: Jhiyun Azzahra Nagara

NIM: 201810300511034

TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 17 Mei-22 Mei 2021 / MINGGU ___

Malang, Mei 2021


Mahasiswa, Pembimbing,

(Jhiyun Azzahra Nagara) (Titik Agustyaningsih, S.Kep., Ns., M.Kep)


LEMBAR PENILAIAN

NAMA MAHASISWA : JHIYUN AZZAHRA NAGARA


NIM : 201810300511034
TGL PRAKTEK :
MINGGU KE : ............................................

No Kompetensi Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Malang, Mei 2021


Mahasiswa, Pembimbing,

(Jhiyun Azzahra Nagara) (Titik Agustyaningsih, S.Kep., Ns., M.Kep)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................2
LEMBAR PENILAIAN............................................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................................4
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN......................................................................................5
A. Definisi.......................................................................................................................5
B. Etiologi.......................................................................................................................5
C. Epidemologi...............................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................................5
E. Patofisologi................................................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................5
G. Penatalaksanaan........................................................................................................5
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS).............................................5
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI).................................................................................5
J. Luaran Keperawatan (SLKI).....................................................................................5
K. Intervensi Keperawatan (SIKI).................................................................................5
L. Daftar Pustaka...........................................................................................................5
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................6
A. CASE REPORT............................................................................................................6
B. Pengkajian (Focus Assesement)...............................................................................6
C. Analisa Data...............................................................................................................6
D. Diagnosa Keperawatan (SDKI).................................................................................6
E. Luaran Keperawatan (SLKI).....................................................................................6
F. Luaran Keperawatan (SIKI)......................................................................................6
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING).........................7
A. Masalah Keperawatan...............................................................................................7
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal).......................................................7
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference).........................................................................7
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)........................................8
1. Judul Tindakan Keperawatan...................................................................................8
2. Judul Tindakan Keperawatan...................................................................................8
3. Judul Tindakan Keperawatan...................................................................................8
4. Judul Tindakan Keperawatan...................................................................................8
5. Judul Tindakan Keperawatan...................................................................................8
BAB V. PERKULIAHAN DENGAN PRAK...........................................................................10
Daftar Pustaka......................................................................................................................11
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

SELULITIS
A. PENGERTIAN
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan
biasanyadisebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun demikian hal
ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah (Tucker, 1998 :
633).
Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian Jaringan subkutan (mansjoer,
2000; 82).
Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner dan Suddarth, 2000 :
496).
Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus, streptokokus
grup Adan streptokokus piogenes.

B. ETIOLOGI
Menurut Alpers Ann, (2006), penyebab selulitis antara lain Streptococcus grup B, Haemophylus
influenza, Pneumokokus, Staphylococcus aereus dan Streptococcus grup A.
Meskipun ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkab selulitis, penyebab yang paling sering dijumpai
adalah Staphylococcus dan Streptococcus, (Medicastore, 2010).
Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah terutama celah antara selaput
jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka, bekas sayatan pembedahan (lymphadenectomy,
mastectomy, postvenectomy). Walaupun selulitis dapat terjadi di kulit bagian manapun, lokasi paling
sering terjadi adalah di kaki, khususnya di kulit daerah tulang kering dan punggung kaki. Pada anak-anak
usia di bawah 6 tahun, bakteri Hemophilus influenzae dapat menyebabkan selulitis, khususnya di daerah
wajah dan lengan.
Rosfanty, (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memperparah resiko dari perkembangan
selulitis, antara lain :
1. Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada bagian tubuh
tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi
darahnya memprihatinka.
2. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi. Contoh pada
penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang
baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.
3. Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun tubuh dan
menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial
membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
4. Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri penginfeksi.
5. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
6. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko bakteri penginfeksi masuk
7. Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
8. Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia
9. Penyalahgunaan obat dan alkohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
10. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah timbulnya penyakit ini.

C. PATOFISIOLOGI
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau
menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua
dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.

Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua ekstremitas atas dan
bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan
bakterimia.

Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A, streptokokus lain
atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang
pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan
yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang
disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan
gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.

Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami infeksi.
Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan
infeksi derajat rendah.
http://hilal-setyawan.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-selulitis.html?m=1

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Mansjoer (2000:82) manifestasi klinis selulitis adalah Kerusakan kronik pada kulit sistem vena
dan limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus subkutan, eritema local, nyeri
yang cepat menyebar dan infitratif ke jaringan dibawahnya, Bengkak, merah dan hangat nyeri tekan,
Supurasi dan lekositosis

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi
eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Kreatinin level
d. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
e. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah penampakan luka
namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula.
f. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi beberapa
kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak terasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam,
dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.
2. Pemeriksaan Imaging
a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti kriteria yang
telah disebutkan)
b. CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata klinis menyarankan
subjucent osteomyelitis.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis akut yang
parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa
pembentukan abses pada subkutaneus.

F. KOMPLIKASI
 Bakteremia
 Nanah atau local Abscess
 Superinfeksi oleh bakteri gram negative
 Lymphangitis
 Trombophlebitis
 Ellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar 8%.
 Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus melakukan amputasi yang
mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

G. PENATALAKSANAAN

1) Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene perorangan dan lingkungan harus
diperhatikan.
2) Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis

 Penisilin G prokain dan semisintetiknya

a) Penisilin G prokain

Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan (drug of
choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besr perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi.
Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering
terjadi syok anafilaktik.

b) Ampisilin

Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis.

c) Amoksisilin

Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya
lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin
sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.

d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase


Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x
250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis.

 Linkomisin dan Klindamisin

Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil,
yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4
dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi
dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase.
Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan.
Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih
besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian per oral tidak terlalu dihambat oleh adanya
makanan dalam lambung.

 Eritromisin

Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin
dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering memberi rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk
anak yaitu 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.

 Sefalosporin

Pada selulitis yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan tersebut diatas, dapat dipakai
sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV.

Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg
sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.

3) Topikal

Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan selulitis. Obat topical anti mikrobial
hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas,
contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-
gram. Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan.
Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat
tersebut digunakan sebagai salap atau krim.

Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol
1% dan yodium povidon 7,5 % yang dilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian
kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan
mengiritasi kulit.

4) Pada kasus yang berat, dengan kematian jaringan 30 % (necrotizing fasciitis) serta memiliki
gangguan medis lainnya, hal yang harus dilakukan adalah operasi pengangkatan pada jaringan
yang mati ditambah terapi antibiotik secara infuse, pengangkatan kulit, jaringan, dan otot dalam
jumlah yang banyak, dan dalam beberapa kasus, tangan atau kaki yang terkena harus diamputasi.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Gangguaan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :pasien menampakkan ketenangan, ekspresi muka rileks ketidaknyamanan dalam batas yang
dapat ditoleransi.
Intervensi:
a. Kaji intensitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri
b. Pertahankan ekstrimitas yang dipengaruhi dalam posisi yang ditemukan
c. Jelaskan kebutuhan akan imobilisasi 49 – 72 jam
d. Berikan anal gesik jika diperlukan, kaji keefektifan
e. Ubah posisi sesering mungkin, pertahankan garis tubuh untuk menccegah penekanan dan
kelelahan.
f. Bantuan dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan imajinasi, relaksasi dan lainnya.
g. Tingkatkan aktivitas distraksi.
2. Kerusakan ingritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor.
Tujuan : menunjukkan regenerasi jaringan.
Kriteria hasil : Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut, kulit bersih, kering dan area sekitar
bebas dari edema, suhu normal.
Intervensi:
a. Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman warna cairan
b. Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas dan mobilitasasi.
c. Pertahankan teknik aseptic
d. Gunakan kompres dan balutan
e. Pantau suhu laporan, laoran dokter jika ada peningkatan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : pasien mengerti tentang perawatan dirumah
Kriteria hasil : melaksanakan perawatan luka dengan benar menggunakan tindakan kewaspadaan aseptic
yang tepat. Mengekspresikan pemahaman perkembangan yang diharapkan tanpa infeksi dan jadwal
obat.
Intervensi:
a. Demonstasikan perawatan luka dan balutan, ubah prosedur, tekankan pentingnya teknik aseptic.
b. Diskusikan tentang mempertahankan peninggian dan imobilisasi ekstrimitas yang ditentukan
c. Dorong melakukan aktivitas untuk mentoleransi penggunaan alat penyokong.
d. Jelaskan tanda-tanda dan gejala untuk dilaporkan ke dokter
e. Diskusikan jadwal pengobatan
f. Tekankan pentingnya diet nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, mansjoer (1999). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC

Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Fitzpatrick. (2005). Clinical Dermatology hal 603-612.5th ed.

Fitzpatrick. (2007). Dermatology in general medicine hal 1893.6th ed.


BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
I. Identitas Pasien
Nama : Sdr. B
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Dsn Pateguhan Rt 009 Rw 002 Desa Argosari Kec. Jabung
Gol.Darah :-

II. Keluhan MRS : pasien mengatakan ada benjolan di tumit kaki sebelah kanan, nyeri saat berjalan.
III. Keluhan Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan nyeri di benjolan tumit kaki sebelah kanan dan Nampak meringis, pasien juga mengatakan takut untuk di operasi,
pasien Nampak gelisah dan tegang
IV. Diagnosa Medis : Cellulis
V. Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan umum:
kesadaran kompos metis.

Page 14 of 23
2. Pemeriksaan TTV:

TD : 100/60 mmHg N: 71 x/menit S: 36,1 °C RR: 20 x/menit


3. Pemeriksaan Wajah dan Mata: baik
4. Pemeriksaan Kepala, Dan Leher Kepala : tidak ada benjolan
5. Pemeriksaan Thoraks/dada PEMERIKSAAN PARU: tidak terkaji
a. Pemeriksaan jantung : tidak terkaji
6. Pemeriksaan Abdomen : tidak terkaji
7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal a. Genetalia : Tidak terkaji
8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang : Tidak terkaji
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal a.Inspeksi : Terdapat benjolan di tumit kaki sebelah kanan.

10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan : baik


11. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan : Tidak Terkaji

12. Pemeriksaan Fungsi Neurologis : Tingkat Kesadaran Compos Mentis


13. Pemeriksaan Kulit/Integument : tidak terkaji

VI. Pemeriksaan Penunjang

Page 15 of 23
Page 16 of 23
VII. Terapi
Inf asering 20 tpm
Inj cefoperazone 2x1 gr
Inj ranitidine 2x1 ampul
Inj ondan 8 mg
Inj dexketo 2x1
Drip santagesik 2:2/fles

TTD PERAWAT

( Jhiyun Azzahra Nagara)

Page 17 of 23
Analisa Data

Data Fokus Etiologi Masalah


Ds : Agen pencedera fisik Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri (D.0077)
di benjolan tumit kaki
sebelah kanan

Do :
Pasian Nampak
meringis
TD : 100/60 mmHg N:
71 x/menit S: 36,1 °C
RR: 20 x/menit
P: nyeri benjolan di
tumit kaki sebelah kanan
Q: nyeri seperti di
tusuk-tusuk
R: rasa nyerinya
berfokus pada benjolan
di tumit kaki sebelah
kanan
S:skala nyeri 2-3
T: hilang timbul sekitar

Page 18 of 23
10 mnt

Ds : Kekhawatiran Ansietas (D.0080)


pasien mengatakan takut mengalami kegagalan
untuk di operasi.

Do :
pasien Nampak gelisah
dan tegang

TD : 100/60 mmHg N:
71 x/menit S: 36,1 °C
RR: 20 x/menit

B. Diagnosa Keperawatan (SDKI)


- Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik
- Ansietas b.d Kekhawatiran mengalami kegagalan

Page 19 of 23
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Hari/ Hari
No LUARAN INTERVENSI Implementasi Evaluasi Ttd
Keperawatan Tgl /
Tgl
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri kamis Jam 08.00 Kamis S:
20- Inj cefoperazone 2x1 gr 20-05- pasien mengatakan nyeri
tindakan keperawatan Observasi: 05- 2021 berkurang
2x24 kondisi pada 2021 Jam 10.00 O:
 Identifikasi
Inj ranitidine 2x1 ampul
tingkat nyeri menurun : lokasi,karakterisstik,d TD : 100/60 mmHg N: 71
urasi,frekuensi,kualita Jam 11.30 x/menit S: 36,1 °C RR:
- keluhan nyeri s,intensitas nyeri. Ttv 20 x/menit
menurun  Identifikasi skala 13.30 P: nyeri benjolan di tumit
nyeri.
Mengajarkan tehnik relaksasi kaki sebelah kanan
- meringis menurun  Identifikasi factor
14.00 Q: nyeri seperti di tusuk-
yang memperberat tusuk
- gelisah menurun dan memperingan Inj ondan 8 mg
nyeri. R: rasa nyerinya berfokus

Page 20 of 23
Terapeutik pada benjolan di tumit kaki
sebelah kanan
 Berikan Teknik non
farmakologis untuk S:skala nyeri 2-3
mengurangi rasa T: hilang timbul sekitar 10
nyeri. (misalnya terapi mnt
music,
aromaterapi,dll)
 Kontrol lingkungan A: intervensi teratasi
yang memperberat Sebagian
rasa nyeri. P: lanjut intervensi
 Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
 Jelaskan
penyebab,periode,da
n pemicu nyeri.
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
 Anjurkan
memonitor nyeri

Page 21 of 23
secara mandiri.
Ajarkan Teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas Kamis Jam 15.00 Kamis S:
tindakan keperawatan Observasi 20-05- Drip santagesik 2:2/fles 20-05- Pasien mengatakan gelisah
2x24 kondisi pada - Identifikasi saat 2021 Jam 16.00 2021 dan tegang berkurang
tingkat ansietas tingkat ansietas ttv
menurun: berubah O:
Jam 18.00
- Perilaku gelisah - Monitor tanda- TD : 100/60 mmHg N: 71
menurun tanda ansietas Inj dexketo 2x1 x/menit S: 36,1 °C RR:
- Perilaku tegang Terapeutik 20 x/menit
20.00
menurun - Temani pasien
untuk mengurangi Mengajarkan tehnik relaksasi A: intervensi teratasi
kecemasan, jika Sebagian
pmemungkinkan
- Motivasi P: lanjut intervensi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu kecemasan
Edukasi
- Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
- Anjurkan keluarga
untuk tetap
Bersama pasien,
jika perlu

Page 22 of 23
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih tehnik
relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
antlansietas, jika
perlu

Page 23 of 23

Anda mungkin juga menyukai