Anda di halaman 1dari 50

DENGAN BANTUAN BIAYA

DARI UNIVERSITAS NASIONAL

HASIL PENELITIAN STIMULUS

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN VIDEO ANIMASI TERHADAP


PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM
BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU
KOTA JAKARTA SELATAN
TAHUN 2021

PENELITI

Ketua : Ns. Aisyiah, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom


Anggota : Ns. Tommy J Wowor, S.Kep., MM., M.Kep
Yakobus Ahufruan

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2021
HALAMAN PENGESAHAN

l.Judul Penelitian : Pengaruh Promosi Kesehatan Video Animasi Terhadap


Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Wilayah
Keria Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
KotaJakarta Selatan Tahun 2021
2. Peneliti

a. Nama Lengkap :Ns. Aisyiah, S.Kep.. M"Kep., Sp.Kep.Kom


b. Tempat/Tanggal Lahir Jakarta ,27 Februari 1987
c. NIP/NID 0127028701
d. Pangkat/Colongan -/IiIB
e. Jabatan Fungsiona Lektor
fl Fakultas/Prodi Ilmu Kesehatan/llmu Keperawatan
g. Alamat Jl. Gunung Raya No. 4, Cirendeu, Tangsel
h. No. Telepon 085772137277
i. Email chy_a16@yahoo.co.id
3. Anggota Tim
Anggota I
a. Nama Ns. Tommy J Wowor, S.Kep., MM., M.Kep
b. NIDN 0323127602
Anggota 2
a. Nama Yakobus Ahufiuan
b. NPM 173112420t50009
4. Biaya Penelitian Rp. 8.300.000.-
(Delapan Juta Tiga Ratus Ribu Rupiah)

Jakarta. 30 Agustus 2021

NIDN.0127CI28701

Menyetujui,
Wakil Rektor Bidang Penelitian,
Pengabdian Kepada Masyarakat dan Keriasama

Prof. Dr. Ernawati Sinaga, MS., Apt


NIP : 19550731 1981032001
RINGKASAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit infeksi berbasis
lingkungan, yang sampai saat ini masih menjadi masalah besar di masyarakat.
Demam berdarah dengue juga merupakan salah satu penyebab utama morbiditas
dan mortalitas pada masyarakat. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan
pada tahun 2019 Insiden Rate (IR) dari bulan Januari sampai Juli IR cenderung
meningkat hingga sampai 71,633 dan pada tahun 2019 secara keseluruhan IR
mencapai 112.954 di bandingkan tahun 2020 terjadi peninggkatan jumlah kasus di
beberapa daerah yang memliki jumlah kasusus yang meningkat di dalamnya
terdapat 10 propinsi yang melaporkan jumlah kasus terbanyak, ada di Jawa Barat
10.772 kasus, NTT 5.539 kasu, Lampung 5.135 kasus, DKI Jakarta 4.277 kasus,
NTB 3.796 kasus,Jawa tengah 2.846 kasus, Yogyakarta 2.720 kasus, dan Riau
2.255 kasus, propinsi yang di sebuttkan di atas adalah propinsi yang endemis dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan (Kemenkes,2020). Hasil penelitian
didapatkan bahwa distribusi frekuensi tingkat pengetahuan sesudah diberi
intervensi melalui video promosi kesehatan adalah 9,11 dengan nilai skor mimum
6 dan maksimum 13, distribusi frekuensi sikap sesudah diberi intervensi melalui
metode video promosi kesehatan adalah 59,14 dengan nilai skor mimum 39 dan
maksimum 64 dan distribusi frekuensi praktik setelah diberikan intervensi melalui
videopromosi kesehatan adalah 11,05 dengan nilai skor mimum 7 dan maksimum
12. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan praktik
terhadap pencegahan demam berdarah pada masyarakat setelah diberikan promosi
kesehatan melalui video animasi (p value = 0,000 < (0,05). Oleh karena itu,
dibutuhkan peran serta tenaga kesehatan khususnya perawat dalam memberikan
tindakan preventif dan promotif melalui promosi kesehatan dalam meningkatkan
perilaku masyarakat agar dapat terhindar dari wabah DBD.

1
SUMMARY

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the environmental-based infectious


diseases, which is still a big problem in society. Dengue hemorrhagic fever is also
one of the main causes of morbidity and mortality in the community. Based on data
from the Ministry of Health in 2019 the Incident Rate (IR) from January to July IR
tends to increase up to 71,633 and in 2019 as a whole the IR reached 112,954
compared to 2020 there was an increase in the number of cases in several areas
which had an increasing number of cases. in it there are 10 provinces that reported
the highest number of cases, West Java 10,772 cases, NTT 5,539 cases, Lampung
5,135 cases, DKI Jakarta 4,277 cases, NTB 3,796 cases, Central Java 2,846 cases,
Yogyakarta 2,720 cases, and Riau 2,255 cases, the province The ones mentioned
above are endemic provinces that have increased from year to year (Ministry of
Health, 2020). The results showed that the frequency distribution of the level of
knowledge after being given an intervention through health promotion videos was
9.11 with a minimum score of 6 and a maximum of 13, the frequency distribution of
attitudes after being given an intervention through the health promotion video
method was 59.14 with a minimum score of 39 and a maximum. 64 and the
frequency distribution of practice after being given an intervention through health
promotion videos was 11.05 with a minimum score of 7 and a maximum of 12. There
was a significant influence between knowledge, attitude and practice on dengue
prevention in the community after being given health promotion through animated
videos (p value = 0.000 < (0.05).Therefore, it takes the participation of health
workers, especially nurses in providing preventive and promotive actions through
health promotion in improving people's behavior in order to avoid dengue
outbreaks.

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas kehendakNya kegiatan

Penelitian dengan judul “Pengaruh Promosi Kesehatan Video Animasi

Terhadap Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Wilayah

Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan Tahun

2021 ” dapat diselesaikan dengan baik. Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan dalam

rangka memenuhi salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh dosen yaitu

dalam rangka pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang Penelitian.

Berkaitan dengan selesainya kegiatan ini, penghargaan dan terima kasih yang

sebesar-besarnya disampaikan kepada :

1. Universitas Nasional, atas bantuan dana yang diberikan.

2. Prof. Dr. Ernwati Sinaga, MS. Apt., Warek III Universitas Nasional Bidang Penelitian,

Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama, yang telah memotivasi, mendorong,

dan memberikan semangat kepada dosen-dosen Universitas Nasional untuk melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sekaligus mengusahakan dana dari

Universitas Nasional.

3. Dr. Retno Widowati, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional atas

ijin dan kesempatan sehingga kegiatan ini berjalan dengan baik dan lancar.

4. Semua pihak yang namanya tidak bisa dicantumkan satu persatu, disampaikan

penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya, akhir kata didalam kegiatan ini

tentu masih banyak kekurangan yang ditemukan, namun demikian kegiatan penelitian

ini dapat dirasakan dan semoga bermanfaat bagi keilmuan.

Jakarta, 30 Agustus 2021


Ketua Tim Penelitian

(Ns. Aisyiah, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom)

3
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................ 1
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………. 2
RINGKASAN ................................................................................. 3
SUMMARY……………………………………………………….. 4
KATA PENGANTAR……………………………………………… 5
DAFTAR ISI ……………………………………………………... 6

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................ 7
B. Kerangka Teori……………....................................... 12
C. Permasalahan ............................................................. 12
D. Urgensi Penelitian ………………………………….. 13
E. Tujuan Penelitian……………………………………. 14

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 DBD….. ............................................................................. 15
2.2 Promosi Kesehatan ……………………............................... 21
2.3 Media Promosi Kesehatan……………. ................................ 24

III. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………. 25
B. Populasi dan Sampel ………………………………… 25
C. Alat, bahan dan Responden …………………………. 25
D. Desain Penelitian……………………………………. 26
E. Cara Kerja ………………………………………… 27
F. Pengolahan Data…………………………………….. 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………..……. 29


V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………… 36

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… 37
LAMPIRAN……………………………………………………… 40

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit infeksi

berbasis lingkungan, yang sampai saat ini masih menjadi masalah besar di

masyarakat. Demam berdarah dengue juga merupakan salah satu penyebab

utama morbiditas dan mortalitas pada masyarakat. Demam berdarah dengue

merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue dan

termasuk penyakit akut dengan manefestasi klinis perdarahan yang

menimbulkan syok yang berujung kematian (Hasyim,2013).

Menurut World Health Organization (WHO) (2020) DBD menjadi

salah satu penyakit yang di sebabkan oleh virus yang ditularkan melalui

nyamuk yang telah menyebar dengan cepat di semua negara dalam beberapa

tahun terakhir. Virus dengue adalah virus RNA rantai tunggal yang di kelilingi

oleh protein inti (core protein atau C-protein) membentuk suatu nukleus virus

yang melapisi lapisan lipid ganda yang mengandung protein membran

struktural dan membentuk envelop partikel virus. Virus ini termasuk dalam

jenis Flavvirus, family flavivirade, di kenal juga dengan nama DENV yang

terdiri dari empat serotipe yaiitu DENV-1,DENV-2,DENV-3, DENV-4.

Keempat serotipe ini di ketahui dapat menyebabkan penyakit pada manusia

dengan berbagai spektrum gejala dan diameter virion DENV berukuran sekitar

65nm sedangkan inti virus berukuran 30nm (Guzman,et al,2016).

5
Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies

Aedes aegypti dan, pada tingkat yang lebih rendah, Ae. Albopictus dan pada

kedua jenis nyamuk tersebut umumnya bisa terdapat pada area yang di anggap

area yang endemic. Studi lain tentang prevalensi demam berdarah

memperkirakan bahwa 3,9 miliar orang berisiko terinfeksi virus dengue,

meskipun ada risiko infeksi di 129 negara. Terdapat 70% dari beban aktual ada

di Asia dan jumlah kasus demam berdarah yang dilaporkan ke WHO meningkat

lebih dari 8 kali lipat selama dua dekade terakhir, dari 505.430 kasus pada 2000,

menjadi lebih dari 2,4 juta pada 2010, dan 4,2 juta pada 2019. Kematian yang

dilaporkan antara tahun 2000 dan 2015 meningkat dari 960 menjadi 4032.

Demam berdarah terus mempengaruhi beberapa negara, dengan laporan

peningkatan jumlah kasus di Bangladesh, Brasil, Kepulauan Cook, Ekuador,

India, Indonesia, Maladewa, Mauritania, Mayotte (Fr), Nepal, Singapura, Sri

Lanka,Sudan, Thailand, Timor-Leste dan Yaman (WHO,2020).

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan pada tahun 2019 Insiden

Rate (IR) dari bulan Januari sampai Juli IR cenderung meningkat hingga

sampai 71,633 dan pada tahun 2019 secara keseluruhan IR mencapai 112.954

di bandingkan tahun 2020 terjadi peninggkatan jumlah kasus di beberapa daerah

yang memliki jumlah kasusus yang meningkat di dalamnya terdapat 10 propinsi

yang melaporkan jumlah kasus terbanyak, ada di Jawa Barat 10.772 kasus, NTT

5.539 kasu, Lampung 5.135 kasus, DKI Jakarta 4.277 kasus, NTB 3.796

kasus,Jawa tengah 2.846 kasus, Yogyakarta 2.720 kasus, dan Riau 2.255 kasus,

propinsi yang di sebuttkan di atas adalah propinsi yang endemis dari tahun ke

tahun mengalami peningkatan (Kemenkes,2020).

6
Menurut data dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan bahwa

jumlah kasus demam berdarah di wilayah Jakarta Selatan mengalami

peningkatan kasus dari tahun 2017 yaitu sebesar 642 kasus jika dibandingkan

dengan kasus DBD tahun 2018 sebesar 755 kasus, insiden rate (IR) kasus DBD

per kecamatan di wilayah Jakarta Selatan tahun 2018 berdasarkan laporan

Puskesmas di daerah Jakarta Selatan, Puskesmas Mampang Prapatan, IR 19.3,

Puskesmas Kebayoran Lama IR,27.3, Puskesmas Tebet IR,32.3, Puskesmas

Pancoran IR,32.7, Puskesmas Pesanggar IR,33.6, Puskesmas Kebayoran baru

IR,37.1, Puskesmas Setiabudi IR,39.8, Puskesmas Pasar mingu IR,48.2,

sedangkan pada tahun 2020 DKI Jakarta menempati posisi ke empat dari

sepuluh propinsi yang menjadi daerah terbanyak kasus demam berdarah, yaitu

dengan jumlah kasus 4.277 IR dengan 56,04, per 100.000 penduduk, evaluasi

DBD di Jakarta Selatan minggu ke-42 Tahun 2020 yang di berikan oleh Ketua

Program Promosi Kesehatan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu bahwa pada

bulan Januari sampai September 2020 data DBD komulatif dari DKI Jakarta,

untuk Jakarta Selatan baik secara komulatif kasus DBD maupun IR menduduki

peringkat ke-3 setalah Jakarta Timur dan Jakarta Barat,sedangkan kasus

terendah adalah Kepulauan Seribu (Sudinkes,2020).

Puskesmas kecamatan Pasar Minggu merupakan Puskesmas rujukan

yang berada pada wilayah administartif Kota Jakarta Selatan dengan total IR

48,2% pada tahun 2018 dengan total kasus 84 kasus di seluruh Kecamatan Pasar

Minggu. Sedangkan pada akhir tahun 2018 terjadi kasus DBD di Kelurahan

Ragunan dengan total penderita sebanyak 12 orang, angka ini menjadi angka

tertinggi dari 5 tahun terakhir yang di mana pada tahun 2018 terdapat 4

7
penderita yang meninggal dunia di puskesmas kecamatan pasar minggu

(Sudinkes,2018).

Menurut laporan evaluasi Seksi Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan pada tahun 2020 mulai dari

bulan Januari sampai bulan Oktober baik secara kasus maupun insiden rate (IR)

komulatif tinggi adalah Kecamatan Pesanggrahan dan yang kedua Kecamatan

Pasar Minggu. Kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar

Minggu yang terus meningkat terjadi karena belum optimalnya peran serta

masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Hal ini di

buktikan juga pada setiap kali kunjungan tenaga kesehatan dari Puskesmas

Kecamatan Pasar Minggu pada setiap kunjuangan kerumah-rumah warga,

bahwa masih banyak ditemukan jentik nyamuk Aedes aegypti di tempat-tempat

penampungan air, bekas tempat minuman yang bisa menampung air dan tempat

lainnya (Sudinkes,2020).

Salah satu upaya yang di lakukan dalam rangka pencegahan DBD

melalui berbagai promosi kesehatan dengan pemberian informasi dan

komunikasi seperti penyuluhan dan kampanye, media elektronik, media cetak

dan sebagainya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik pada

masyarakat sehingga masyarakat mempunyai kesadaran dalam mengubah dan

meningktakan status kesehatanya,pengetahuan,sikap dan prilaku merupakan hal

yang saling berkaitan, sehingga ketika ada salah satu saja yang tidak baik

meskipun yang lainnya baik hal itu tidak memiliki makna (Notoatmodjo, 2012).

Promosi kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan,istilah

8
promosi kesehatan dulunya di kenal dengan sebutan pendidikan kesehatan

dimana tujuan utamnya adalah memberikan edukasi kepada masayarakat untuk

menambah bukan hanya tingkat kesadaran atau pengetahuan masyarakat

tentang kesehatan, namun yang lebih penting adalah mencapai perilaku

kesehatan yang baik (Notoatmodjo,2012).

Ada beberapa jenis media informasi yang dapat digunakan dalam

pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan. Selain ceramah yang merupakan

cara paling umum digunakan untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan,

terdapat juga media promosi kesehatab berupa video animasi. Video diharapkan

dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam rangka

pencegahan DBD (Mubarak,2007).

Hasil penelitian yang di lakukan Pratiwi (2016) tentang ”Pemberian

Promosi Kesehatan Dengan Metode Ceramah dan Video Animasi”, didaptakan

perbedaan yang bermakna peningkatana antar metode ceramah (p=0,02) dan

video animasi(p=0.000). RT 011/RW 004 Kampung Pisangan Poncol yang

terletak di Kelurahan Raguanan Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan,

terdapat sejumlah 125 kepala keluarga (KK) dengan padat pemukiman serta

berdekatan dengan danau Poncol. Area ini sering terjadi banjir ketika musim

penghujan atau intensitas hujan yang berat sering terjadi banjir. Disamping itu

juga RT 011 pada posisi dataran rendah dan sering sekali memasuki musim

penghujan banyak sekali genangan yang diakibatkan kondisi drainase yang

sering tertutup sampah sehingga aliran air sulit di alirkan ke danau. Berdasarkan

uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai

“Pengaruh Promosi Kesehatan Video Animasi Terhadap Pencegahan penyakit

9
Demam Berdarah Dengue di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar

Minggu Kota Jakarta Selatan”.

B. Kerangka Teori

Vektor/nyamuk

Demam Berdarah Dengue

Ditemukan penderita/tersangka DBD atau


Kejadian KLB Yang pernah ada

Pencegahan Promosi kesehatan Pengukuran penilaian


- Primordial - Metode penyuluhan - Pengetahuan
- Primer - Media promosi - sikap
- Tersier kesehatan - Prilaku/tindakan

C. Permasalahan

Evaluasi DBD di Jakarta Selatan minggu ke-42 Tahun 2020 yang diberikan

oleh Ketua Program Promosi Kesehatan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu

bahwa pada bulan Januari sampai September 2020 data DBD kumulatif dari DKI

Jakarta, untuk Jakarta Selatan baik secara kumulatif kasus DBD maupun IR

menduduki peringkat ke-3 setelah Jakarta Timur dan Jakarta Barat

(Sudinkes,2020). Menurut laporan evaluasi Seksi Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan pada tahun 2020 mulai dari bulan

Januari sampai bulan Oktober baik secara kasus maupun insiden rate (IR) komulatif

tinggi adalah Kecamatan Pesanggrahan dan yang kedua Kecamatan Pasar minggu,

10
sedangkan kasus komulatif dan IR terendah adalah Kecamatan Kebayoran Lama

dengan total kasus 138, per 44,2% dan kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Pasar miggu yang terus meningkat terjadi karena belum optimalnya

peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Hal ini

dibuktikan juga pada setiap kali kunjungan tenaga kesehatan dari Puskesmas

Kecamatan Pasar Minggu pada setiap kunjuangan kerumah-rumah warga, bahwa

masih banyak ditemukan jentik nyamuk Aedes aegypti di tempat-tempat

penampungan air, bekas tempat minuman yang bisa menampung air dan tempat

lainnya.

D. Urgensi Penelitian

Study kasus yang di lakukan oleh peneliti dengan wawancara dengan 5

orang anggota masyarakat pada RT 011 kampung Pisangan Poncol di daptakan

bahwa pada tahun 2018 terdapat kasus DBD di RT 011 dengan jumlah kasus

sebanyak 6 penderita 1 di antaranya meninggal dunia. Dalam hal ini, perawat sangat

berperan penting dalam membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terutama

dalam konteks DBD. Peningkatan kesadaran serta perilaku masyarakat dapat

dilakukan dengan memberikan promosi kesehatan baik itu pada individu, kelompok

ataupun massa. Dibutuhkan media pembelajaran yang menarik dan informative

agar masyarakat tertarik untuk mempelajari dan memahami tata cara pencegahan

DBD dan imformasi terkait lainnya.

11
E. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada

pengaruh promosi kesehatan terhadap perilaku pencegahan penyakit Demam

Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Defenisi Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah Dengue atau Dengue Hemorhaege Fever (DHF/DBD)

adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengu dan di sebarkan oleh nyamuk

Aedes aegpty yang di sertai manefestasi perdarahan dan cenderung menimbulkan

shock dan kematian. DBD merupakan salah satu penyakit infeksi berbasis

lingkungan yang sampai saat ini masih menjadi masalah besar di masyarakat karena

DBD sebagai salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada masyarakat

(Misnadiarly,2009). Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk penyakit akut

dengan manefestasi klinis perdarahan yang menimbulkan syok yang berujung

kematian. DBD juga tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia

melainkan melalui gigfitan nyamuk yang terinfeksi virus dengue (Hasyim, 2013).

Penyebab demam berdarah dengue di tularkan melalui vektor atau

pembawa virus dengue yaitu nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil

jika di bandingkan dengan rarta-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar

hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki, sayapnya. Nyamuk Aedes

aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan dan dan sari bunga untuk keperluan

hidupnya, sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih

menyukai darah manusia dari pada binatang dan biasanya nyamuk betina mencari

mangsanya pada siang hari. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda

yang tergantung dan biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Disini

nyamuk menunggu proses pematangan telurnya dan selanjutnya nyamuk betina

13
akan meletakan telurnya di dinding atau di genangan sebagi tempat

perkembangbiakan. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu

dua hari setelah terendam air, jentik kemudian menjadi kepompong dan akhirnya

menjadi nyamuk dewasa (Siregar,2004).

Gambar 2.3 Siklus hidup nyamuk

Gambar 2.4 Nyamuk AedesAegypti

2.1.2 Manefestasi Demam Dengue (DD)

Pada kasus DBD terjadi demam tinggi berlangsung selama 3 hingga 14

hari. Gejala lain dari demam berdarah adalah: Nyeri retro-orbital (pada bagian

14
belakang mata), sakit kepala pada bagian depan, nyeri otot, Rash (bintik merah pada

kulit), sel darah putih rendah, pendarahan, dan dehidrasi, dalam sebagian besar

kasus, infeksi dengue tidak menunjukkan gejala, terlebih pada pasien yang

sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit demam berdara dengue atau penyalkit

komplikasi lainnya, jika pasien tidak mendapatkan perawatan tepat waktu maka

penyakit dapat bertambah parah. Tanda-tanda yang muncul pada kondisi ini

meliputi: muntah yang persisten, sakit perut akut, perubahan suhu tubuh, dan

iritabilitas,demam berdarah dengue dapat berubah menjadi dengue shock

syndrome (DSS) dengan gejala seperti: kulit yang dingin, gelisah, denyut nadi

cepat, sempit dan lemah (Jaweria,2016).

Menurut Widoyono (2011), tanda dan gejala DBD meliputi:

1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.

2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie

(+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau

buang air besar darah-hita.

3. Di dapatkan hasil dari pemeriksaan darah lengkap di dapatkan nilai dari

trombisti atau keping-keping dalam darah terjadi perubuhan hasilnya

menurun (normal:150.000-300.000 µL), hematokrit meningkat (normal

: pria < 45, wanita < 40).

4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome).

2.1.3 Tahap Prepatogenesis

Pada tahap ini terjadi interaksi antara pejamu (Host) dan agen

nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi oleh virus dengue. Jika imunitas

pejamu sedang lemah, seperti mengalami kurang gizi dan keadaan lingkungan yang

15
tidak menguntungkan maka virus dengue yang telah menginfeksi nyamuk Aedes

aegypti akan melanjutkan riwayat alamiahnya yakni ke tahap patogenesis (Najmah,

2016).

2.1.4 Tahap Patogenesis

Masa inkubasi virus dengue berkisar selama 4-10 hari (biasanya 4-7 hari),

nyamuk yang terinfeksi mampu menularkan virus selama sisa hidupnya. Manusia

yang terinfeksi adalah pembawa utama dan pengganda virus, melayani sebagai

sumber virus nyamuk yang tidak terinfeksi. Pasien yang sudah terinfeksi dengan

virus dengue dapat menularkan infeksi (selama 4-5 hari, maksimum 12 hari)

melalui nyamuk Aedes setelah gejala pertama mereka muncul (Najmah, 2016).

2.1.5 Tahap Pasca Patogenesis

Apabila pengobatan berhasil, maka penderita akan sembuh sempurna

tetapi apabila penyakit tidak ditangani dengan segera atau pengobatan yang

dilakukan tidak berhasil maka akan mengakibatkan kematian, keparahan dari

penyakit demam dengu itu beragam untuk Setiap individu pada suatu KLB/wabah,

atau dari satu KLB ke KLB lainnya. Masa penyembuhan bisa terjadi cepat namun

sering kali bisa cukup panjang pada pasien dewasa,masa penyembuhan sering

sampai beberapa minggu dan mungkin pula disertai kelelehan umum (asthenia) dan

depres, keluhan bradikardi juga sering ditemui semasa penyembuhan. Selain itu ada

beberapa bentuk komplikasi perdarahan seperti epitaksis, perdarahan gusi.

Perdarahan saluran cerna, hematuria dan monoragia juga bisa menyertai demam

dengue, demam dengue yang di sertai perdarahan harus dibedakan dengan demam

berdarah dengue (Misnadiarly,2009).

16
2.1.6 Kriteria Klinis

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus-menerus

selama 2-7 hari.

b. Terdapat manifestasi perdarahan, jenis perdarahan yang terbanyak adalah

perdarahan kulit seperti uji tourniquet (uji Rumple Leede = uji bendung) positif,

petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan konjungtiva. Petekie merupakan

tanda perdarahan yang sering ditemukan. Perdarahan lain yaitu epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis dan melena. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih

jarang ditemukan, sedangkan perdarahan gastrointestinal biasanya terjadi

menyertai syok. Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan subkonjungtiva atau

hematuri. Uji tourniquet dinyatakan positif jika terdapat 10-20 atau lebih petekie

dalam diameter 2,8 cm (1 inci persegi) di lengan bawah bagian depan (volar) dan

pada lipatan siku (fossa cubiti).

c. Pembesaran hati (hepatomegali)

d. Shock (renjatan), ditandai denyut nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan

nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin kulit lembab, dan gelisah.

2.1.7 Kriteria Laboratorium

a. Ttombositpenia (<100.000/mm3)

b. Hemokonsentrasi dapat Terlihat dari peningkatan Hemaktrokit 20% atau lebih

menurun dari satandar umum dan jenis kelamin dua kriteria klinis pertama

ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi (atau peningkatan hematokrit)

cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura dan/atau

hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemi

17
dan/atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, adanya peningkatan hematokrit

dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis DBD.

2.1.8 Pencegahan Demam berdarah Dengue

a. Pencegahan Primordial

Saat ini, cara untuk mengendalikan atau mencegah penularan virus

demam berdarah dengue adalah dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan

atau promosi kesehatan yang sangat penting untuk menginformasikan kepada

masyarakat mengenai bahayanya DBD. di Indonesia dikenal dengan istilah 3M Plus

dalam pencegahan primer DBD yaitu ( Kemenkes,2018).

1. Menguras

Menguras tempat penampungan air dan membersihkan secara berkala, minimal

seminggu sekali karena proses pematangan telur nyamuk Aedes 3-4 hari dan

menjadi larva di hari ke 5-7. Seperti, di bak mandi dan kolam supaya

mengurangi perkembangbiakan nyamuk.

2. Menutup

Menutup tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan aktivitas

yang berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya supaya

nyamuk tidak bisa meletakkan telurnya kedalam tempat penampungan air.

Sebab nyamuk demam berdarah sangat menyukai air yang bening.

3. Mengubur

Kuburlah barang-barang yang sudah tidak layak dipakai yang dapat

memungkinkan terjadinya genangan air yang bisa dilakukan tergantung

kreativitas Anda, misalnya memelihara ikan cupang yang merupakan

pemakan jentik nyamuk, menaburkan bubuk abate pada kolam atau bak tempat

18
penampungan air, setidaknya 2 bulan sekali. Takaran pemberian bubuk abate

yaitu 1 gram abate/ 10 liter air tidak hanya abate kita juga bisa menambahkan

zat lainnya yaitu altosoid pada tempat penampungan air dengan takara 2,5 gram/

100 liter air abate dan altosoid bisa didapatkan di puskesmas, apotik atau toko

bahan kimia, Menggunakan obat nyamuk, baik obat nyamuk bakar, semprot

atau elektrik, mengunakan lution anti nyamuk, melakukan pemasangan kawat

kasa di lubang jendela/ventilasi untuk mengurangi akses masuk nyamuk ke

dalam rumah, tidak membiasakan atau menghindari menggantung pakaian baik

pakaian baru atau bekas di dalam rumah yang bias menjadi tempat istirahat

nyamuk, dan memasang kolambu pada saat tidur.

2.1.9 Pencegahan Primer

Beberapa bentuk pencegahan primer yaitu dengan pengendalian vektor dan

implementasi vaksin. Saat ini vaksin dengue sudah ditemukan, akan tetapi belum

ditetapkan sebagai imunisasi dasar lengkap oleh pemerintah sehingga harganya

masih belum terjangkau oleh masyarakat umum (Susanto dkk, 2018).

2.1.10 Pencegahan Tersier

Untuk penderita DBD yang telah sembuh, diharapkan menerapkan

pencegahan primer dengan sempurna. Melakukan stratifikasi daerah rawan wabah

DBD diperlukan bagi dinas kesehatan terkait.

2.2 Promosi Kesehatan


2.2.1 Defenisi Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan revitalisasi dari pendidikaan kesehatan

pada masa yang lalu, dimana dalam konsep Promosi kesehatan tidak hanya

merupakan proses penyadaran masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan

19
pengetahuan dalam bidang Kesehatan saja,tetapi juga sebagai upaya yang mampu

menjembatani perubahan prilaku, baik di dalam masyarakat maupun dalam

organisasi dan lingkunganya. Perubahan lingkungan yang di harapkan dalam

kegiatan Promosi kesehatan juga terdiri dari beberapa aspek meliputi,lingkungan

fisik, nonfisik, sosial budaya, ekonomi dan politik.promosi kesehatan juga adalah

perpaduan dari berbagai macam dukungan baik pendidikan,organisasi,kebijakan

dan peraturan perundang undang untuk perubahan lingkungan (Mubarak,2007).

Menurut Notoadmodjo (2012) promosi kesehatan adalah kegiatan untuk

mengajak atau meberikan dan menyampaikan informasi kesehatan kepada

masyarakat,kelompok atau individu.Secara garis besar, metode promosi kesehatan

di bagi menjadi dua yaitu :

1. Metode Didaktif

Metode Didaktif merupakan metode promosi kesehatan yang di lakukan secara

satu arah sehingga tidak terjadi interaksi antara Pemateri dan peserta dan

bersifat pasif,metode ini biasanya di lakukan pada kelompok massa sehingga

sulit mendapatkan umpan balik dari peserta.metode ini sulit untuk di lakukan

evaluasi terhadap materi yang di berikan seperti promosi Kesehatan di

radio,televisi,dan internet.

2. Metode Sokratif

Metode Sokratif adalah metode promosi kesehatan yang di lakukan secara dua

arah, sehingg terjadi interaksi antara pemateri dan peserta secara aktif.

Metodesokratif akan terjadi interaksi antara pemateri dan peserta, sehingga

akan membuat peserta dapat bertanya tentang permasalahan yang tidak di

ketahuinya. Contoh Promosi kesehatan dengan metode sokratif kelompok,

20
debat, panel, forum, seminar, bermain, senih peran, curah pendapat,

demonstrasi, studi kasus, lokakarya dan penugasan perorangan,

2.2.2 Metode promosi kesahatan

Pembagian metode promosi berdasarkan besar kelompok sasaran, jumlah

sasaran menjadi suatu hal yang penting di perhatikan saat melakukan promosi

kesehatatan, jumlah sasaran akan menentukan metode promosi kesehatan yang

akan di berikan oleh pemateri kepada kelompok sasaran,metode promosi kesehatan

terbagi atas beberapa kelompok sasaran yaitu (Putra apriadi,2020).

1. Metode individual (perorangan)

Promosi kesehatan metode individual pada umumnya dilakukan kepada

individu yang menjadi sasaran pokok sebuah program kesehatan atau individu

yang memiliki resiko permasalahan kesehatan yang tinggi.

2. Metode masa

Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak,di pandang dari

segi penyampain informasi, metode ini cukup baik namun terbatas hanya dapat

menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata,belum begitu di harapkan

untuk sampai pada perubahan perilaku,metode ini juga efektif

mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang di tujukan kepada masyarakat

sehingga dapat di pahami, ada beberapa metode yang di rekomendasikan untuk

pendekatan massa yaitu :

a. Ceramah umum (public speaking)

b. Pidato/diskusi yang di berikan dapat berupa apapun baik tentang kesehatan

melalui media elektronik, seperti, Tv, Radio, internet, dan sebagainya

c. media cetak sepert : majalah,koran dan buku

21
d. Sosial media seperti Instagram, Facebook, Twiter dan Billboard yang di pasang

di pinggir jalan,seperti spanduk, poster dan sebagainya.

3. Metode kelompok

Promosi kesehatan pada kelompok akan membuat adanya umpan balik dan

interaksi kepada sasarn namun berdampak kepada prilaku dan norama

anggotanya, promosi kesehatan di lakukan kepada sasaran kelompok,

efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan

(Luice,2005).

2.2.3 Media Promosi Kesehatan

Ada beberapa jenis media informasi yang dapat digunakan dalam

pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan, di antaranya media cetak dan media

elektronik. Video merupakan salah satu jenis media elektronik yang berisi

informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui gambar tayangan yang

dimonstrasikan. Media promosi kesehatan melalui video diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam rangka

pencegahan DBD (Mubarak,2007). Media pembelajaran video merupakan media

pendidikan yang mengandung unsur audio dan unsur visual sehingga memberkan

informasi yang jelas terhadap pesan yang di sampaikan, pesan yang di sampaikan

dapat berupa fakta, bersifat informatif, edukatif maupun intruksional

(Notoatmodjo,2005).

22
BAB III

METODA PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian direncanakan akan dilaksanakan di RT 011 Kampung Pisangan

Poncol Kelurahan Ragunan wilayah yang pernah terjadi KLB demam berdarah

dengue berdasarkan data dari puskesmas kecematan pasar minggu dan merupakan

bagian dari wilayah kerja puskesmas kecamatan pasar minggu serta dilaksanakan

pada tahun 2021.

B. Alat, Bahan dan Responden

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa lembar

instrument kuesioner penelitian yang telah diuji validitas dan reliabitasnya serta

media promosi kesehatan berupa video animasi mengenai DBD. Responden

penelitian ini didapat dari jumlah populasi sebanyak 125 KK di RT 011 Kampung

Pisangan Poncol pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Kota

Jakarta Selatan dengan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan Rondom sampling, yaitu Purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang di buat oleh Peneliti sendiri

(Sugiyono,2017). Besaran sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Solvin,

sebagai berikut :

N
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

Keterangan :

n = Besaran sampel

N= Jumlah populasi diketahui

23
d= Nilai presisi (10%)

Jika, jumlah populasi di hitung dengan rumus Slovin adalah sebagai berikut:

125
=
1 + 125. (0,10)2

125
=
1 + 125. (0,1)

= 55,56 → 𝟓𝟔

Jumlah responden yang di temui sebanyak 56 KK pada RT/.011/04

Kampungan Pisangan Poncol Kelurahan Ragunan pada wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan.

C. Desaign Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian quasi experimental pre-tes dan

post-tes without control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

skor pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat tehadap perilaku pencegahan

Demam Berdarah Dengue sebelum dan sesudah di berikan promosi kesehatan. Pada

penelitian ini responden di berikan promosi kesehatan melalui metode video selama

3 minggu dan setelah itu di nilai pengetahuan,sikap dan praktik masyarakat

terhadap pencegahan demam berdarah dengue.

Kelompok
Intervensi O1 X O2

Gambar 3.1 Rancangan penelitian quasi experimental, pre-tes


and post-tes without control group design

24
Keterangan :
O1 = Skor pengetahuan, sikap dan praktik sebelum diberikan promosi kesehatan

O2 = Skor pengetahuan, sikap dan praktik setelah di berikan promosi kesehatan

X = Intervensi promosi kesehatan

D. Cara Kerja

1. Pengumpulan Data

a. Mengajukan surat permohonan perizinan kepada PTSP Walikota Jakarta

Selatan.

b. Mengajukan surat permohonan perizinan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta

Selatan.

c. Mengajukan surat permohonan perizinan pengambilan data penelitian di

Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan

d. Melakukan studi pendahuluan di RT/RW.011/04 Kampung Pisangan Poncol

Kelurahan Ragunan Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan.

e. Melakukan pengambilan data sampel dengan mengajukan kesediaan untuk

menjadi responden (inform) dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.

Responden yang telah bersedia menjadi sanpel penelitian menandatangani

lembar persetujuan (consent).

f. Responden di beri atau di kirm video promosi kesehatan teantang pencegahan

Demam Berdarah Dengue.

g. Melakukan pendokumentasian.

h. Mengumpulkan data yang di peroleh dari sampel

i. Mengola data hasil penelitian dengan melakukan editing dan coding.

25
2. Pengolahan data

Apabila hasil uji normalitas berdistribusi normal maka menggunakan uji

parametrik yaitu menggunkan uji Paried T Test, sedangkan bila hasil uji normalitas

berdistribusi tidak normal maka menggunkan uji Non parametrik yaitu

menggunkaan uji Wilocxon Test. Prinsip keduaa uji ini adalah menguji dua data

berpasangan yakni membandingkan dua pengamatan yang berasal dari suatu

sampel (Hidayat,2014). Data yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah

pengetahua, sikap, praktik sebelum dan sesudah di berikan promosi kesehatan.

Analisa Bivariat di perlukan untuk menjelaskan hubungan dua variabel

yaitu variabel independen dan variabel dependen. Interpertasi hasil analisa bivariat

ini menggunakan uji hipotesa dengan nilai p < 0,05 yang berarti Ho ditolak, artinya

terdapat perbedaan antar sebelum dan sesudah pemberian intevensi, apa bila p

>0,05 berarti Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan antara sebelum dan

sesudah pemeberian intervensi (Dahlan,2011).

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan

Pengetahuan Mean Standar devation Minum Maximum

Pre – Tes 6,84 3,132 0 13

Post - Tes 9,11 1.186 6 13

Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 1. menunjukan bahwa nilai rata-rata tingkat pengetahuan

pencegahan penyakit demam berdarah dengue sebelum pemberian promosi

kesehatan melalui metode video adalah 6,84 dengannilai skor terendah 0 dan

nilai skor tertinggi 13. Sedangkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan sesudah

diberi intervensi melalui video promosi kesehatan adalah 9,11 dengan nilai skor

mimum 6 dan maksimum 13. Hal tersebut menunjukan bahawa setelah di berikan

promosi kesehatan melalui metode video memiliki peningkatan pengetahuan

tentang pencegahan penyakit demam berdarah dengue.

27
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap

Pengetahuan Mean Standar devation Minum Maximum

Pre – Tes 49,61 6.580 35 61

Post - Tes 59,14 7,681 39 64

Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 2. menunjukan bahwa nilai rata-rata sikap terhadap

pencegahan penyakit demam berdarah dengue sebelum pemberian promosi

kesehatan melalui metode video adalah 49,61 dengan nilai skor terendah 35 dan

nilai skor tertinggi 61. Sedangkan nilai rata-rata sikap setelah diberi intervensi

melalui video promosi kesehatan adalah 59,14 dengan nilai skor mimum 39 dan

maksimum 64. Hal tersebut menunjukan bahawa setelah di berikan promosi

kesehatan melalui metode video didapatkan perbedaan sikap sebelum dan setelah

diberi intervensi promosi keseahaatan dengan metode video tentang sikap

pencegahan penyakit demam berdarah dengue.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktek Pencegahan

Pengetahuan Mean Standar devation Minum Maximum

Pre – Tes 8,38 3,200 2 12

Post - Tes 11,05 1,182 7 12

Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa nilai rata-rata praktik pencegahan

penyakit demam berdarah dengue sebelum pemberian promosi kesehatan melalui

28
metode video adalah 8,38 dengan nilai skor terendah 2dan nilai skor tertinggi

12. Sedangkan nilai rata-rata praktik setelah diberi intervensi melalui video

promosi kesehatan adalah 11,05 dengan nilai skor mimum 7 dan maksimum 12.

Hal tersebut menunjukan bahawa setelah di berikan promosi kesehatan melalui

metode video didaptakan peningkatan praktik tentang pencegahan penyakit demam

berdarah dengue.

B. Hasil Bivariat

Tabel 4 .Pengaruh Promosi Kesehatanterhadap Pencegahan Penyakit


Demam Berdarah Dengue (DBD) di RT 011/RW 04 Kampung Pisangan
Poncol Kelurahan Ragunan Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta
Selatan.

Perilaku Mean Negativ Postive Ties Z hitung P value


ranks ranks
Pengetahuan Sebelum 23,46 6 39 11 -4,506 0,000
Sesudah 20,00
Sikap Sebelum 29,76 7 47 2 -5,653 0,000
Sesudah 12,36
Praktik Sebelum 26,93 10 35 11 -4,811 0,000
Sesudah 9,25

Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan Tabel 4 didapatkan hasil analisis diketahui rata-rata penegetahuan

sebelum diberikan intervensi adalah 23,46 dan sesudah diberikan intervensi adalah

20.00, Sikap sebelum dibrerikan intervensiadalah 29,76 dan sesudah adalah 12,36,

Praktik sebelum diberikan intervensi adalah 26,93 dan sesudah diberikan intervensi

9,25. Hasil uji Wilcoxon diperoleh P value (0,000) < α (0,05) maka Ho ditolak

29
artinya ada pengaruh promosi kesehatan terhadap pencegahan penyakit demam

berdarah dengue di RT 011/RT04 Kampung Pisangan Poncol Kelurahan Ragunan.

c. Pembahasan

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata tingkat

pengetahuan pencegahan penyakit demam berdarah dengue sebelum pemberian

promosi kesehatan melalui metode video adalah 6,84 dan nilai rata-rata tingkat

pengetahuan sesudah diberi intervensi melalui video promosi kesehatan adalah

9,11. Hal tersebut menunjukan bahawa setelah di berikan promosi kesehatan

melalui metode video memiliki peningkatan pengetahuan tentang pencegahan

penyakit demam berdarah dengue. Menurut Teori Notoatmodjo (2010)

pengetahuan adalah hasil dariinformasi yang kemudian diperhatikan, dimengerti

dan dingat. Informasi dapat bermacam-macam bentuknya, baik pendidikan formal

maupun informal, seperti membaca surat kabar, mendengar radio, menonton Tv.

Pengetahuan merpakan hasil setelah orang melakukan penginderaan terjadi

melalui panca indera, yaitu sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata sikap terhadap

pencegahan penyakit demam berdarah dengue sebelum pemberian promosi

kesehatan melalui metode video adalah 49,61 dan nilai rata-rata sikap setelah diberi

intervensi melalui video promosi kesehatan adalah 59,14. Menurut teori Sunaryo

(2004) sikap adalah kecenderungan dari respon untuk bertindak dari individu

berupa respon tertutup terhadap stimulus atau objek tertentu. Sikap merupakan

perasaan mendukung atau memihak (favorabel) maupun persaan tidak mendukung

(Unfavorabel) pada suatu objek. Berdasarkan penlitian bahwa distribusi frekuensi

30
Praktik menunjukan bahwa nilai rata-rata praktik pencegahan penyakit demam

berdarah dengue sebelum pemberian promosi kesehatan melalui metode video

adalah 8,38 dan rata-rata praktik setelah diberi intervensi melalui video promosi

kesehatan adalah 11,05. Menurut Jhonson (2012) Praktik/tindakan merupakan

suatu teori dalam memahami tindakan yang perlu dilakukan untuk mendapat hasil

yang diinginkan dalam suatu keadaan. Ketika tindakan sudah menjadi kebiasaan,

maka secara otomatis tindakan itu akan selalu dijalankan.

Hasil penelitian menunjukan sebelum (pre-tes) pemberian intervensi

didapatakan rata-rata tingkat pengetahuan adalah 23,46 dan sesudah (post-tes) di

beriakan intervensi adalah 20,00 dengan p value 0,000 < 0,05. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mia (2018) tentang “Pendidikan Kesehatan dengan

metode video dan leaflet Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada

Keluarga Dusun Rontega Nusa Tenggara Barat”, menyatakan bahawa promosi

kesehatan atau pendidikan kesehatan mampu mempengaruhi Pengetahuan

masyarakat tentang pencegahan penyakit demam berdarah dengue dengan metode

video dan leaflet dengan kategori jika mampu mengingat 20% dari apa yang

diliahat, 30% dari apa yang di dengar, jika sesorang mampu mengingat 50% dari

apa yang dilihat dan di dengar, dengan nilai p value 0,001 < a 0,005. Dari hasil

penelitian juga menunjukan bahawa sebelum (pre-tes) diberikan intervensi

dipatakan rata-rata sikap adalah 29,76 dan sesudah (post-tes) diberikan intervensi

adalah 12,36 dengan p value 0,000<0,05. Hasil tersebut sejalan dengan Wantiyah

et al (2016) tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Brainstorming Dan

Video terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Demam Berdarah Pada Keluarga

di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Jember”. menyatakan bahwa pengaruh

31
pendidikan kesehatan dengan metode Brainstroming dan video. Dari hasil

penelitian didapatkan juga bahwa rata-rata praktik pencegahan DBD sebelum (pre-

tes) diberikan intervensi adalah 26,93 dan sesudah (post- tes) adalah 9,25 dengan

p value 0,000<0,05. Hasil ini sejalan dengan Hanna et al (2015) tentang

“Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Tentang Demam Berdarah Dengue Antara

Metode Ceramah Dan Video Animasi Pada Murid Kelas V dan VI SD Negeri 12

Metro Pusat”, menyatakan bahwa perbedaan peningkatan pengetahuan, sikap dan

praktik tentang demam berdarah dengue anatar metode ceramah dan video animasi

pada murid kelas V dan VI SD, video pembelajaran materi sistem starter dan

pengisian sebesar 75,58% sedangkan dengan metode ceramah atau konvensional

sebesar 68,53% sehingga di dapatkan bahwa video animasi memiliki unsur auadio

dan visual secara bersamaan sehingga lebih mudah dipahami dengan hasil uji

stastistik p =0,005.

Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2012) promosi kesehatan

merupakan kegiatan untuk mengajak atau meberikan dan menyampaikan informasi

kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Promosi kesehatan adalah

upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu

memelihara dan meningkatakan kesehatan mereka sendiri. Media promosi

kesehatan merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada sasaran, sehingga

mudah di mengerti oleh sasaran/pihak yang di tuju. Selain itu, media promosi

kesehataan adalah semua saran atau uapaya untuk menampilkan pesan atau

informasi yang ingin di sampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak,

elektronik media masa, dan media luar ruang sehingga sasaran dapat meningkatkan

pengetahuannya yang akhirnya di harapkan dapat berubah perilakunya ke arah

32
positif terhadap kesehatannya. Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang

berbeda dalam membantu permasalahan seseorang dan dalam menggambar

intensitas setiap alat peraga mulai dari yang paling rendah sampai yang paling

tinggi (Maulana,2009). Video memiliki kelebihan mampu menggambarkan

keadaan nyata atau menyerupai keadaan sebenarnya. Video bersifat dinamis

sehingga merangsang rasa dan mudah mememberi kesan. Video juga

memungkinkan penjelasan dapat di ulang dan dapat mempercepat kadar

pemahaman seseorang, sehingga dapat langsung mengubah sikap seseoarang.

Media dalam promosi kesehatan merupakan salah satu upaya untik mendukung

keberhasilan proses pembelajaran sehingg lebih menarik perhatian dan materi

yang di sampaikan akan lebih muda dipahami oleh peserta, melalui metode video

lebih mudah di pahami karena menyartakan dua indera terbesar dalam

mengkomunikasikannya. (Haryani et al,2015). Hal ini sesui dengan Budiharto

(2012) bahawa proses penyampaian materi promosi kesehatan kepada sasaran

maka pemilihan metode yang tepat sangat membantu penyampain dalam usaha

mengubah tingkah laku sasaran.

33
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan sesudah diberi intervensi

melalui video promosi kesehatan adalah 9,11 dengan nilai skor mimum 6

dan maksimum 13, distribusi frekuensi sikap sesudah diberi intervensi

melalui metode video promosi kesehatan adalah 59,14 dengan nilai skor

mimum 39 dan maksimum 64 dan distribusi frekuensi praktik setelah

diberikan intervensi melalui videopromosi kesehatan adalah 11,05 dengan

nilai skor mimum 7 dan maksimum 12

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan praktik

terhadap pencegahan demam berdarah pada masyarakat setelah diberikan

promosi kesehatan melalui video animasi (p value = 0,000 < (0,05)

B. SARAN

Diharapkan responden khususnya RT011 Kampung Pisangan Poncol dapat

membuat suatu program konseling kesehatan melalui kerjasama dengan

puskesmas terdekat agar membantu masayarakat dalam memperoleh informasi

yang benar dan tepat mengenai kesehatan khususnya upaya preventif.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adi, G. 2017. Pecandu Rokok. Relasi Inti Media. Yogyakarta. 53.

Andriani,M, 2019, Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada


PT Sisirau, Jurnal Stindo Profesional, V (1). 160

Asti, Y. 2014. Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penyalahgunaan


narkoba pada siswa/i SMP Negeri 4 Kecamatan Pontianak Timur
Kotamadya Pontianak. Naskah publikasi.Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak.

Aulia, Z. 2019. Jangan Pernah Tergoda Narkoba. Alpirin. Semarang.

BNN RI dan Tim New Merah Putih. 2012. Undang-Undang Narkotika No. 35

Christoforus,R. BNN Sebut Penyalahgunaan dan Peredaran Narkotika Semakin


Meningkat.
https://nasional.kompas.com/read/2019/06/26/11421691/bnn-sebut-
penyalahgunaan-dan-peredaran-narkotika-semakin-meningkat. diakses
pada 23 Juni 2020

Hikmata,M.M, 2018. Faktor yang memungkinkan penyalahgunaan narkoba pada


siswa SMAN Akreditasi A sekota Makasar tahun 2018, Skripsi,
Departemen epidemiologi Fakultas kesehatan masyarakat Universitas
Hasanudin.
Jahja, Y. 2017. Psikologi Perkembangan. Kencana. Jakarta. 245-252.

Jumaidan., dan Rindu, 2017, Perilaku pencegahan penyalahgunaan narkoba pada


remaja di wilayah kecamatan Sukmajaya Depok, Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 16 (3).

Kabain, A. 2019. Jenis-jenis Napza dan Bahayanya. Alpirin. Jawa Tengah.

Majid, A. 2019. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba. Alpirin. Jawa Tengah.

Martaatmadja, S. 2019. Awas Bahaya Napza. Alpirin. Semarang.

Masdudin, I. 2010. Narkoba Musuh Semua Generasi. Talenta Pustaka

Masturoh, I., dan Anggita, N. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan.

Matwiyadi, 2014. Hubungan terhadap tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan


penyalahgunaan napza, Jurnal Kesehatan Komunitas, 2 (5). 212-213

Mindiono, I.A, 2017. Mekanisme koping penyalahguna Napza yang menjalani


rehabilitasi di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) At-Tauhid
Jepara, Philantrophy Journal of Psychologi, 1 (2).

35
Muhsinin., Huzaifah,Z., dan Khalilati,N. 2017. Pengaruh teman sebaya terhadap
kecenderungan menggunakan napza pada remaja di Banjarmasin,
Caring Nursing Journal,

Nanter,M.M, 2019, Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan napza pada


anak jalanan Binaan rumah singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta,
Naskah Publikasi, Program studi Ilmu Keperawatan Universitas
Aisyiyah Yogyakarta.

Nasution, S.L., Puspitawati,H., Rizkillah, R., dan Puspitasari, M.D 2019, Pengaruh
pengetahuan remaja tentang napza dan HIV serta pengetahuan orang
tua tentang program pembangunan keluarga terhadap perilaku
penggunaan napza pada remaja, Jurnal.Ilm.Kel.&Kons.,

Nurjanisah., Tahlil,T., dan Hasballah,K. 2017. Analisis penyalahgunaan napza


dengan pendekatan belief model, Jurnal Ilmu Keperawatan, 5 (1).

Nurmaya,A. 2016, Penyalahgunaan napza dikalangan remaja (studi kasus pada 2


siswa di MAN 2 Kota Bima), Jurnal Psikologi Pendidikan&Konseling,
2 (1).

Oktavia,S. 2018, Hubungan kecerdasan emosional dengan koping pengguna napza


di Panti rehabilitasi, Skripsi, Fakultas keperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan.

Pamungkas,R.A., Nusdin., Brajakson., dan Sudarman. 2016, Statistik untuk


perawat&kesehatan, Trans Info Media, Jakarta,

Pramuditya, A.D. 2015. Landasan konseptual perencanaan dan perancangan panti


rehabilitasi narkoba di Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Teknik
Universitas Atmajaya. Yogyakarta.

Puspa, M. 2016. Indahnya Tanpa Narkoba. Lestari Kiranatama. Jakarta Timur.


Pustaka Indonesia. Jawa Tengah.

Rahmadona,E., dan Agustin,H. 2014. Faktor yang berhubungan dengan


penyalahgunaan narkoba di RSJ Prof.HB. Sa’anin, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas, 8 (2).

Sari,N. 2019. Tinjauan Yuridis terhadap upaya pelajar/mahasiswa dalam


memperoleh narkoba. Jurnal Penelitian Hukum De Jure. 19(1).

Sasmita, F. 2018. Narkoba, Naza & Napza. Sentra Edukasi Media. Yogyakarta.

Siswosudarmo, R.H. 2015. Pendekatan praktis penelitian epidemiologi klinis dan


aplikasi spss untuk analisa statistika. Departemen Obstretika dan
Ginekologi. Yogyakarta.

36
Sosongko, W. 2017. Narkoba. Relasi Inti Media. Yogyakarta.

Sutrisno, 2016, Berbagai pendekatan dalam pendidikan nilai dan pendidikan


kewarganegaraan, Jurnal Dimensi dan Pembelajaran,
Tahun 2009. New Merah Putih. Yogyakarta.

Tasiam,G., Umboh,J.M.L., dan Rombut,D. 2013. Hubungan antara lingkungan


sekolah,lingkungan keluarga dan teman sebaya dengan perilaku yang
menunjukan risiko penyalahgunaan napza pada siswa SMK Negeri 3
Manado, Jurnal Ilmu Kesehatan Unsrat,

Wahyuni,R.S., Febrianti., dan Sari,Y.M. 2019. Hubungan lingkungan terhadap


penyalahgunaan narkoba pada remaja di lembaga binaan khusus anak
kelas II Pekanbaru, Midwifery Journal,

Waldjinah. 2018. Waspada NAPZA di sekitarmu. PT Intan Pariwara. Klaten.

Widardjo. 2019. Remaja dan Gangguan Rokok. Alpirin. Jawa Tengah.

Wijayanti, D. 2019. Revolusi Mental : Stop Penyalahgunaan Narkoba. Desa

Wikipedia, Lingkungan Sosial, https://id.m.wikipedia.org/wki/Lingkungan_sosial,


diakses 23 Juli 2020.

Wulandari, C.M., Retnowati, D.A., Handojo, K.J., dan Rosida. 2015, Faktor-faktor
yang mempengaruhi penyalahgunaan napza pada masyarakat di
Kabupaten Jember, Jurnal Farmasi Komunitas,

Yati,S. 2018. Analisis faktor yang berhubungan dengan strategi koping pada pasien
skizofrenia di kota Sungai Penuh tahun 2017, The Indonesian Journal
of Public Health,

Yuanita,R., Sutriningsih,A., dan Catur,R. 2015, Mekanisme Koping Keluarga


menurunkan tingkat kecemasan keluarga pasien stroke, Jurnal Care,

37
Lampiran . Instrumen Penelitian

LEMBAR MULTIPLE CHOICE

Karakteristik Responden

A. Nama :
B. Umur :
C. Pendidikan :

1. Menurut anda apakah peneyebab dari DBD adalah Nyamuk Aedes aegypti
a. Ya
b. Tidak
2. Menurut anada apakah virus Dengue merupakan virus yang di tularkan mealauli
gigitan nyanuk Aedes aegypti
a. Ya
b. Tidak
3. Gejala umum demam berdarah dengu (DBD) di sertai dengan demamtinggi
dengan resiko terjadinya perdarahan diserati dengan munculny bercak-bercak
merah pada tubuh
a. Ya
b. Tidak
4. Menurut anda apakah upaya preventif terjadinya DBD dengan cara
melakukan gerakan 3M (Menguras,Menutup dan Mengubur)
a. Ya
b. Tidak
5. Pada musim hujan populasi nyamuk bertambah banyak di akibtkan karena
banyaknya genangan air yang mengakibtakan berkembang biaknyanyamuk
a. Ya
b. B.Tidak

38
6. Larava nyamuk berkembang biak pada genangan air

a. Ya

b. Tidak
7. Penggunana lution anti nyamuk untuk menecegah gigitan nayamuk

a. Ya
b. Tidak
8. Pada saat tidur kita harus menggunakan Kelambu agar terhindar darigigitan
nyamuk
a. Ya
b. B.Tidak
9. Keparahan dari DBD dapat menyebabkan Resiko kematian

a. Ya
b. Tidak
10. Pada saat di gigit nyamuk seabaiknya di biarkan saja

a. Ya
b. Tidak
11. Tidur sebaiknya tidak menggunakan kelambu

a. Ya
b. Tidak
12. Tempat penampungan air atau wadah yang berisi air sebaiknya jangn di
tutup
a. Ya
b. Tidak
13. Pakaian yang tergantung di kamar seabiknya di biarkan saja

a. Ya
b. Tidak

39
KUESIONER SIKAP RESPONDEN

NO Pertanyaan Sangat Setuju Tidak Sangat


setuju setuju tidak
setuju

1 Penggunaan lution anti nyamukpada


siang hari saja

2 . pencahyaan pada kamar mandiatau


toilet sebaiknya di kurangisaja

3 Botol bekas pakai sebaiknya di


biarkan saja

4 . Bak mandi atau tempat penampungan


air sebaiknya dikuras ketika kotor saja

5 . Pakaian lebih baik digantungdidalam


ruangan atau kamar

6 . Sampah pada lingkungan luar rumah


sebaiknya di biarkan saja

7 . Tempat yang dapat menampungair


tidak perlu ditutup

8 . Genangan air di sekitar likungan


rumah sebaiknya dibiarkan saja

9 . Kamar tidur sebaiknya tidakperlu di


rapikan

10 Tidur tidak menggunakan kelambu


dapat mengurangigigitan dari nyamuk

11 Manafaat pemeliharan ikan di rumah


agar jentik jentik nyamukdi kolam
ikan dapat di makan

40
12 . Penggunaan sprei atau obat anti
nyamuk pada saat tidur saya
gunakan agar terhindar dari
gigitan nyamuk

13 Mengubur barang bekas pakai


agar tidak ada tempat bagi
nyamuk berkembang biak

14 Saya rutin melakukan kegiatan


3M

15 Menguras tempat penampungan


air atau wadah pengisian air
adalah salah satu bentuk upaya
pencegahan berkembang
biaknya nyamuk

16 Menutup setiap tempat


penampunagan air agar
menghindari nyamuk untuk
bertelur di tempat tersebut

41
KUISONER PRAKTIK

NO. Praktik Responden Terhadap Pencegahan YA TIDAK


DBD
1 Menutup bak penampungan air
2 Memberikan bubuk abate pada bak air yang
tidak dapat di kuras dengan baik sekali
duabulan
3 Menguras bak penampungan air minimal satu
minggu sekali
4 Tidak membuang sampah sembarangan
5 Tidak menggantung pakian di belakang pintu
6 Tidak menyimpan pakian kotor didalam
kamar
7 Memeilihara ikan pemakan jentik
8 Rutin memebrsihkan kamar tidur
9 Mengubur barang bekas seperti kaleng bekas
atau botol bekas ai mineral
10 Tidak membuang sampah
plastik,keramik,kaleng dll,yang
berpotensi
menampung air
11 Menggunakan lution anti nyamuk pada malam
hari sebelum tidur
12 Menggunakan kelambu saat tidur

42
Karekteristik Responden
Descriptives

Statistics
jenis_kelamin

N Valid 56
Missing 0

jenis_kelamin
Cumulative
Percent
Frequency Percent Valid Percent

Valid pria 20 35,7 35,7 35,7


wanita 36 64,3 64,3 100,0
Total 56 100,0 100,0

Statistics
pendidikan_terakhir

N Valid 59
Missing 0

Pendidikan
Cumulative
Percent
Frequency Percent Valid Percent

Valid Diploma 3 5,4 5,4 5,4


Sarjana 13 23,2 23,2 28,6
SMA 38 67,9 67,9 96,4
SMP 2 3,6 3,6 100,0
Total 56 100,0 100,0

43
Statistics
umur

N Valid 56
Missing 0
Mean 27,86
Median 26,00
Minimum 19
Maximum 52

umur
Cumulative
Percent
Frequency Percent Valid Percent

Valid 19 1 1,8 1,8 1,8


21 10 17,9 17,9 19,6
22 8 14,3 14,3 33,9
23 4 7,1 7,1 41,1
24 3 5,4 5,4 46,4
25 1 1,8 1,8 48,2
26 9 16,1 16,1 64,3
27 3 5,4 5,4 69,6
28 6 10,7 10,7 80,4
31 1 1,8 1,8 82,1
38 1 1,8 1,8 83,9
41 1 1,8 1,8 85,7
42 1 1,8 1,8 87,5
44 2 3,6 3,6 91,1
45 1 1,8 1,8 92,9
46 1 1,8 1,8 94,6
49 1 1,8 1,8 96,4
51 1 1,8 1,8 98,2
52 1 1,8 1,8 100,0
Total 56 100,0 100,0

44
Lampiran 10. Descriptive Stasistik (Distrubusi frekuensi)

Descriptive Statistics ( Tingkat Pengetahuan)


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pre-tes pengetahuan 56 0 13 6,84 3,132

Post-tes pengetahuan 56 6 13 9,11 1,186

Valid N (listwise) 56

Descriptive Statistics (Sikap)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pre-Tes Sikap 56 35 61 49,61 6,580

Post-Tes Sikap 56 39 64 59,14 7,681

Valid N (listwise) 56

Descriptive Statistics (Praktik)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pre-Tes Praktik 56 2 12 8,38 3,200

Post-Tes Praktik 56 7 12 11,05 1,182

Valid N (listwise) 56

45
Lampiran 11. Uji Normalitas

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pre-tes Pengetahuan 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Pre-tes Sikap 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Pre-tes Praktik 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Post-tes Pengetahuan 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Post-tes Sikap 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Post-tes Praktik 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre-tes Pengetahuan ,148 56 ,004 ,957 56 ,046
Pre-tes Sikap ,120 56 ,045 ,959 56 ,052
Pre-tes Praktik ,205 56 ,000 ,873 56 ,000
Post-tes Pengetahuan ,357 56 ,000 ,727 56 ,000
Post-tes Sikap ,310 56 ,000 ,677 56 ,000
Post-tes Praktik ,270 56 ,000 ,784 56 ,000
a. Lilliefors Significance Correction

46
Lampiran 12. Uji Bivariat

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Post-tes Negative Ranks 6 20,00 120,00
Pengetahuan - Positive Ranks 39b 23,46 915,00
Pre-tes Ties 11c

Pengetahuan Total 56

Post-tes Sikap - Negative Ranks 7d 12,36 86,50


Pre-tes Sikap Positive Ranks 47e 29,76 1398,50
Ties 2f
Total 56
Post-tes Praktik - Negative Ranks 10g 9,25 92,50
Pre-tes Praktik Positive Ranks 35h 26,93 942,50
Ties 11i
Total 56

Test Statisticsa
Post-tes
Pengetahuan -
Pre-tes Post-tes Sikap - Post-tes Praktik
Pengetahuan Pre-tes Sikap - Pre-tes Praktik
Z -4,506b -5,653b -4,811b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

47
48

Anda mungkin juga menyukai