Anda di halaman 1dari 74

USULAN SKRIPSI

MANFAAT PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN


REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE
DI SMP NEGERI 11 DENPASAR

Oleh
JABA P. RAHGUSLYANI BUDARSANA
NIM. P07124220103

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN SARJANA TERAPAN
DENPASAR
2021
USULAN SKRIPSI

MANFAAT PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN


REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE
DI SMP NEGERI 11 DENPASAR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Mata Kuliah Skripsi
Pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Oleh

JABA P. RAHGUSLYANI BUDARSANA


NIM. P07124220103

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN SARJANA TERAPAN
DENPASAR
2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI

MANFAAT PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN


REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE
DI SMP NEGERI 11 DENPASAR

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

Ni Luh Putu Sri Erawati, S.Si.T., MPH Ni Wayan Armini ,S.ST.,M.Keb


NIP. 19750825 2000122002 NIP. 198101302002122001

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

Dr. Ni Nyoman Budiani, S.SiT., M.Biomed


NIP. 197002181989022002

iii
LEMBAR PENGESAHAN
USULAN SKRIPSI
MANFAAT PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN
REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE
DI SMP NEGERI 11 DENPASAR

TELAH DIUJI DIHADAPAN TIM PENGUJI


PADA HARI : JUMAT
TANGGAL : 26 FEBRUARI 2021

TIM PENGUJI

1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.SiT., M.Biomed (Ketua) ………………


2. Ni Luh Putu Sri Erawati, S.Si.T., MPH (Sekretaris) ………………
3. Dra. I Gusti Ayu Surati.,M.,Kes (Anggota) ………………

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

Dr. Ni Nyoman Budiani, S.SiT., M.Biomed


NIP. 197002181989022002

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan usulan skripsi yang

berjudul “Manfaat Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Vulva Hygiene Di SMP Negeri 11 Denpasar” tepat pada waktunya. Usulan skripsi

ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Mata

Kuliah Skripsi.

Dalam penyusunan usulan skripsi ini, peneliti mendapat bimbingan dan

bantuan sejak awal sampai terselesainya usulan skripsi ini, untuk itu peneliti

menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP, MPH, sebagai Direktur Politeknik

Kesehatan Denpasar

2. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.SiT., M.Biomed, sebagai Ketua Jurusan Kebidanan

Poltekkes Denpasar

3. Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb, sebagai Ketua Prodi Sarjana Terapan

Kebidanan Poltekkes Denpasar sekaligus sebagai Pembimbing Pendamping dalam

penyusunan usulan skripsi

4. Ni Luh Putu Sri Erawati, S.Si.T., MPH, sebagai pembimbing utama dalam

penyusunan usulan skripsi

5. Suami, Orang Tua dan Keluarga yang telah memberikan dukungan dalam

penyusunan usulan skripsi

6. Kepala UPTD Puskesmas III Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Selatan telah

memberikan ijin dan dukungan dalam penyusunan usulan skripsi

v
7. Kepala Sekolah SMP Negeri 11 Denpasar telah memberikan ijin serta dukungan

dalam penyusunan usulan skripsi

8. Teman-teman seperjuangan Semester VIII Sarjana terapan yang selalu

memberikan semangat dan motivasi

9. Pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah membantu

dalam penyusunan usulan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam usulan skripsi ini masih terdapat

kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan masukan dan saran sehingga

usulan skripsi ini bisa sebagai panduan untuk melaksanakan penelitian.

Denpasar, Februari 2021

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................. i

USULAN SKRIPSI................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... iv

KATA PENGANTAR............................................................................... v

DAFTAR ISI............................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6

A. Penyuluhan Kesehatan.......................................................................... 6

B. Metode Penyuluhan Online (Daring)................................................... 8

C. Pengetahuan Remaja Putri.................................................................... 9

D. Vulva Hygiene ...................................................................................... 14

BAB III KERANGKA KONSEP.............................................................. 18

A. Kerangka Konsep.................................................................................. 18

B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel......................................... 20

C. Hipotesis............................................................................................... 21

BAB IV METODE PENELITIAN............................................................ 22

A. Jenis Penelitian..................................................................................... 22

vii
B. Alur Penelitian...................................................................................... 23

C. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 24

D. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................ 24

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data.................................................... 28

F. Instrumen Penelitian.............................................................................. 30

G. Pengolahan dan Analisis Data.............................................................. 31

H. Etika Penelitian..................................................................................... 33

Daftar Pustaka............................................................................................ 36

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3. POA

Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Anggaran Penelitian

Lampiran 6. Tabel Kosong (Dummy Table)

Lampiran 7. SAP

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu kondisi sehat yang

menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) yang dimiliki oleh

remaja baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual. Kejadian Masalah organ

reproduksi pada remaja perlu mendapat perhatian yang serius, karena masalah

tersebut paling sering muncul pada negara-negara berkembang termasuk

Indonesia (Darma, dkk 2017). Angka kejadian infeksi genitalia tertinggi di dunia

adalah remaja (35-42%) dan dewasa (27-33%). Prevalensi Infeksi Saluran

Reproduksi pada remaja di dunia tahun 2010 yaitu: Kandidiasis (25%-50%),

vaginosis bakterial (20-40%), dan trikomoniasis (5-15%). Diantara negara-negara

di Asia Tenggara, wanita Indonesia lebih rentan mengalami Infeksi Saluran

Reproduksi yang dipicu iklim Indonesia yang panas dan lembab. Penyebab

tingginya dari kasus tersebut adalah jamur candida albican sebanyak 77% yang

senang berkembang biak dengan kelembapan tinggi seperti pada saat menstruasi

(Pratiwy, 2019).

Sekitar 75% perempuan di dunia pasti akan mengalami keputihan paling

tidak sekali seumur hidupnya, dan sebanyak 45% akan mengalami dua kali atau

lebih, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25% (WHO,

2010). Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal

satu kali dalam hidupnya dan 45% di antaranya bisa mengalami keputihan

sebanyak dua kali atau lebih dari empat kali. Lebih dari 70% wanita Indonesia

1
mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing

kremi atau protozoa (Trichomonas vaginalis). Angka ini berbeda tajam dengan

Eropa yang hanya 25% saja karena cuaca di Indonesia yang lembab sehingga

mudah terinfeksi jamur Candida albicans yang merupakan salah satu penyebab

keputihan. Jamur dan bakteri banyak tumbuh dalam kondisi tidak bersih dan

lembab. Organ reproduksi merupakan daerah tertutup dan berlipat, sehingga lebih

mudah untuk berkeringat, lembab dan kotor (Sari, 2019).

Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)

menyatakan bahwa secara nasional remaja yang perilaku hygiene dengan benar

sebesar 21,6 %. Hasil survei menunjukan remaja terpapar informasi Pusat

Informasi Konseling Remaja (PIK-Remaja) mencapai 28%. Berarti hanya 28 dari

100 remaja yang akses dengan kegiatan yang berkaitan dengan informasi

kesehatan reproduksi berkaitan dengan hygiene genitalia (Pratiwy, 2019).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2018,

jumlah wanita penderita Infeksi Menular Seksual (IMS) disertai gejala keputihan

dengan rata-rata usia diatas 15 tahun adalah 12.400 kasus sedangkan menurut data

yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Denpasar (2018) terdapat 1.139 kasus.

Dampak dari kurang baiknya perilaku vulva hygiene pada remaja putri dapat

menyebabkan keputihan. Keputihan (leucorrhea, vaginal discharge) adalah

keluarnya sekret atau cairan selain darah yang berlebihan dari liang vagina dengan

variasi bau, konsistensi, dan warna. Keputihan dapat terjadi secara normal

(fisiologis) maupun abnormal atau penyakit (patologis). (Pradnyandari dkk.,

2019).

2
Remaja sangat penting memiliki pengetahuan tentang cara

membersihkan daerah genitalia (vulva hygiene). Pengetahuan remaja yang baik

mengenai kesehatan reproduksi khususnya organ reproduksi eksternal (vulva),

akan berpengaruh terhadap pemeliharaan kebersihan organ reproduksi itu sendiri

(Indah, 2014). Salah satu faktor internal yang dapat menjadi pencetus terjadinya

keputihan pada remaja yaitu kurangnya pengetahuan remaja putri mengenai vulva

hygiene, seperti perilaku membersihkan organ genetalia dengan air yang tidak

bersih dan salah arah saat membersihkannya baik saat buang air besar (BAB) atau

saat buang air kecil (BAK), memakai sabun, pewangi, atau pembilas secara

berlebihan, memakai celana dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat, jarang

mengganti celana dalam, dan jarang mengganti pembalut (Rahman, Noor & Noor,

2013).

Terdapat beberapa penelitian mengenai tingkat pengetahuan remaja

dalam vulva hygiene dengan kejadian keputihan. Berdasarkan hasil penelitian dari

Atapukang (2017) di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta dari 61 siswi sebagian

besar (62,3%) tingkat pengetahuan remaja tentang vulva hygiene pada kategori

cukup dan sebagian kecil (37,7%) pada kategori baik. Hasil uji statistik

didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja

putri tentang vulva hygiene dengan kejadian keputihan, akan tetapi Rahman, dkk.,

(2013) menyatakan dari 64 siswi 90,3% mengalami keputihan patologis, dan

15,6% memiliki pengetahuan kurang tentang vulva hygiene. Hasil uji statistiknya

menunjukan tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan pada

remaja.

3
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 Denpasar menyatakan bahwa dari 10

responden hanya 3 yang memiliki pengetahuan tentang vulva hygiene yang baik

dan 7 responden memiliki pengetahuan yang kurang baik. Berdasarkan latar

belakang permasalahan diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui manfaat penyuluhan terhadap pengetahuan remaja

putri tentang vulva hygiene di SMP Negeri 11 Denpasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas peneliti

mendapat rumusan masalah yaitu “Apakah ada manfaat penyuluhan terhadap

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene di SMP Negeri 11 Denpasar.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui manfaat penyuluhan terhadap pengetahuan remaja

putri tentang vulva hygiene di SMP Negeri 11 Denpasar.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri sebelum diberikan penyuluhan

vulva hygiene di SMP Negeri 11 Denpasar.

b. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri setelah diberikan penyuluhan

vulva hygiene di SMP Negeri 11 Denpasar.

4
c. Menganalisis manfaat penyuluhan vulva hygiene terhadap pengetahuan remaja

putri di SMP Negeri 11 Denpasar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi perkembangan ilmu kebidanan terkait vulva hygiene yang baik dan benar

untuk mencegah keputihan, khususnya dalam meningkatkan asuhan kebidanan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Remaja Putri

Dapat meningkatkan pengetahuan remaja putri mengenai vulva hygiene

yang baik untuk mencegah terjadinya keputihan.

b. Manfaat bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam memberikan

pendidikan kesehatan kepada remaja putri khususnya tentang vulva hygiene.

c. Bagi Institusi

Institusi diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat menambah referensi

dan sumber bacaan di perpustakaan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyuluhan Kesehatan

1. Pengertian

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang di lakukan

dengan cara menyebarkan informasi-informasi pesan menanamkan keyakinan,

sehingga masyarakat sadar tahu dan dan mengerti tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan, serta terjadi

peningkatan pengetahuan keterampilan dan sikap (Notoatmodjo, 2012).

2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Tujuan Penyuluhan Kesehatan adalah suatu perubahan sikap dan

tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam

membina serta memelihara perilaku hidup sehat juga berperan aktif dalam

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2016).

3. Bentuk Media Penyuluhan

Media penyuluhan kesehatan ada beberapa bentuk media penyuluhan

lain (Notoatmodjo, 2012)

a. Berdasarkan stimulasi indra :

1) Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi

indra penglihatan.

2) Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk

menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian bahan pendidikan /

pengajaran.

6
3) Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids).

b. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya:

1) Alat peraga atau media yang rumit seperti film, film strip, slide, dan

sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.

2) Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan

setempat

c. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan:

Media penyuluhan kesehatan ada dua jenis yaitu media cetak (leaflet,

booklet, flyer, flip chart, rubric) dan media elektronik (video, slide, media papan).

4. Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan Remaja Putri tentang

Vulva Hygiene

Pemberian penyuluhan tentang vulva hygiene organ reproduksi adalah

kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan dan

informasi tentang vulva hygiene organ reproduksi. Dari penyebarluasan informasi

itu diharapkan para penerima informasi akan menambah pengetahuan tentang

sesuatu yang ingin diketahui, dalam hal ini adalah pengetahuan tentang personal

hygiene organ reproduksi.(Erina, dkk., 2012)

Masa remaja usia 12-15 tahun merupakan masa remaja awal. Pada

masa ini remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat terutama remaja

putri mengalami haid pertama antara usia 11-13 tahun dan perkembangan

intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar

(Hull dan Johnston, 2008 dalam Erina,dkk., 2012). Pada masa ini remaja putri

perlu memiliki perilaku yang baik dalam kebersihan diri, khususnya kebersihan

organ reproduksi. Guna menciptakan perilaku tersebut, perlu diberikan

7
penyuluhan kesehatan. Melalui kegiatan ini dapat disampaikan hal-hal yang

terkait dengan organ reproduksi khususnya hygiene organ reproduksi, dengan

tujuan agar terbentuk pengetahuan tentang perlunya personal hygiene organ

reproduksi. Dengan demikian, dengan adanya penyuluhan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene organ reproduksi.

B. Metode Penyuluhan Online (Daring)

COVID-19 (Corona Virus Disease-19) yang mulai menyebar secara

luas, membuat pemerintah mulai mengeluarkan berbagai protokol terkait

penangangan COVID-19. Protokol tersebut dilaksanakan di seluruh wilayah

Indonesia yang dipandu secara terpusat oleh Kementrian Kesehatan RI. Salah satu

protokol yang dijalankan hingga saat ini yaitu pelaksanaan Pembelajaran Online

(Daring) yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia melalui surat edaran (SE) No. 36962/MPK.A/HK/2020 tentang

Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan

Corona Virus Desease (COVID-19) (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia, 2020).

Pembelajaran daring merupakan salah satu solusi untuk menerapkan

social distancing guna mencegah terjadinya penyebaran wabah COVID-19.

Pembelajaran daring merupakan suatu bentuk pembelajaran yang dilakukan secara

online dengan jarak jauh atau pembelajaran yang dilakukan peserta didik

dimanapun dan kapanpun saat dibutuhkan. Menurut Moore et al (dalam Firman &

Rahman, 2020) menyebutkan bahwa pembelajaran online merupakan suatu

kegiatan belajar yang membutuhkan jaringan internet dengan konektivitas,

8
aksesibilitas, fleksibilitas, serta kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis

interaksi pembelajaran.

Hal ini membuat belajar secara daring dapat menghindari kerumunan

yang dianggap sebagai salah satu cara untuk menerapkan social distancing

(Handarini & Wulandari, 2020). Sarana dan prasarana yang memadai seperti

komputer, laptop, smartphone dan jaringan internet merupakan salah satu hal

yang diperlukan selama pembelajaran daring. Hal itulah yang menjadi salah satu

tantangan untuk melakukan pembelajaran daring. Pembelajaran daring ini

membuat lebih banyak siswa yang menggunakan smartphone dan menggunakan

internet untuk mengakses pembelajaran.

C. Pengetahuan Remaja Putri

1. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa

yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Ada beberapa definisi

tentang remaja salah satunya adalah Menurut psikologi, remaja adalah suatu

periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang

dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun

hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,

pertambahan berat dan tinggi badan, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan

karakteristik seksual (Jahja, 2011).

Seorang remaja pada tahap ini masih bingung akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang

menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran

9
baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.

Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap

“ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang

dewasa (Jahja, 2011).

Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi akan

memungkinkan perempuan tidak berperilaku hygiene pada organ genetalianya

yang dapat membahayakan kesehatan reproduksinya sendiri. Menurut BKKBN

(2011) penduduk remaja usia 10-24 tahun sangat beresiko tinggi terhadap

kesehatan reproduksi dan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi

masih sangat rendah. (Avianty, 2020)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. (Notoatmodjo, 2014)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Meliza menunjukan sebesar

69,7% berpengetahuan baik, dan menyebutkan bahwa semakin dewasa umur

seseorang, tingkat pengetahuan seseorang akan lebih matang atau lebih baik

dalam berfikir dan bertindak. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ori Aprisia menunjukan sebesar 74,6% pengetahuan baik tentang

10
keputihan, bahwa pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Vestine, 2019).

2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Remaja Putri

Tentang Vulva Hygiene

Pengetahuan bisa didapat dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu umur, pendidikan, dan

ekonomi. Faktor eksternal antar lain lingkungan, sosial budaya, sumber informasi,

dan pengalaman (Vestine, 2019).

Semua orang khususnya remaja di era digital ini untuk mendapatkan

sumber informasi dalam hal ini pengetahuan tentang keputihan melalui perantara

yakni media cetak dan media elektronik. Remaja putri yang mempunyai sumber

informasi yang minim tentang keputihan menyebabkan mereka cenderung tidak

mengerti tentang pentingnya pengetahuan yang berhubungan dengan keputihan.

Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata masih ada yang

mempunyai pengetahuan yang kurang tentang keputihan (Vestine, 2019).

Berdasarkan Penelitian (Vestine, 2019), bahwa mayoritas koresponden

(52 % dan 55 %) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang penanganan

keputihan. Hal ini masih belum cukup memuaskan, melihat psikologi remaja awal

yang masih ingin serba tahu dan serba mencoba. Kejadian keputihan merupakan

hal yang baru bagi mereka, bila tingkat pengetahuan mereka hanya dikisaran

cukup, ditakutkan tidak bisa membedakan keputihan patologis dan fisologis, tidak

dapat menentukan secara mandiri tindakan pencegahan dan penanganan bila

terjadi keputihan (Vestine, 2019).

11
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2012)

1) Karakteristik Individu

Berdasarkan karateristik individu, faktor yang mempengaruhi

pengetahuan dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Umur

Semakin berumur seseorang semakin banyak informasi yang diperoleh

melalui komunikasi. Dengan memperoleh komunikasi yang relevan dengan sikap

akan mungkin diterima individu apabila tercakup dalam batas penerimaan yang

berada disekitar sikap seseorang. Menurut Mubarak (2006), menyatakan umur

lebih tua cenderung memiliki daya ingat yang mulai berkurang disebabkan oleh

kempuan otak untuk menyerap pengetahuan mulai berkurang. Bila dilihat dari

kesehatan reproduksinya maka umur dapat digolongkan menjadi tiga yaitu <20

tahun, 20 – 35 tahun, dan >35 tahun.

b) Pendidikan

Dalam arti luas dijelaskan bahwa pendidikan mencakup seluruh proses

hidup dan seluruh interaksi individu dengan lingkungan baik secara informal dan

secara non formal. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pengetahuanya,

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula

pengetahuanya (Notoatmojo, 2012).

1) Tingkat pendidikan dasar: SD dan SMP

2) Tingkat pendidikan menengah: SMA/ SMK

3) Tingkat pendidkan tinggi: Diploma dan Sarjana.

12
c) Ekonomi

Ekonomi adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi,

distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Ekonomi secara umum

menerangkan cara-cara menghasilkan, mengedarkan, membagi, serta memakai

barang dan jasa dalam masyarakat sehingga kebutuhan materi masyarakat dapat

terpenuhi sebaik- baiknya.

d) Sumber informasi

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa

cemas. Seseorang yang mendapat informasi akan mempetinggi tingkat

pengetahuan pada suatu hal.

e) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik

lingkungan fisik, biologis dan sosial

f) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa

lalu.

3. Hubungan Manfaat Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene

Meningkatkan pengetahuan remaja perempuan terhadap pencegahan

keputihan dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan kesehatan dengan

metode penyuluhan. Hal yang menjadi perhatian besar saat ini adalah dampak

pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia, termasuk Indonesia. Dampak

13
pandemi Covid-19 memaksa pendidikan dan pembelajaran dilakukan secara

daring (online) termasuk pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan

(Prastyo, 2020)

Menurut Firyal (2020) aspek pengetahuan dapat dicapai dengan

penerapan pembelajaran daring, terutama dalam masa pandemic Covid- 19 sesuai

anjuran pemerintah. Penelitian Kharisma (2020) menjelaskan bahwa hasil

gambaran pembelajaran daring memberikan dampak positif terhadap

pengetahuan serta pelaksanaan pembelajaran daring sebagai upaya pencegahan

penyebaran virus Covid-19. Dalam penelitian ini pemberian informasi melalui

penyuluhan dengan metode daring Penyuluhan tersebut merupakan salah satu

cara yang digunakan untuk menambah pengetahuan dengan tujuan mengubah atau

mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok, maupun masyarakat

(Prastyo, 2020).

Efektifitas yang dimaksud dalam penggunaan aplikasi ini yaitu

peningkatan pengetahuan, atau individu memperoleh atau menambah informasi

dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu. Berdasarkan hasil analisis data

dari uji statistik yaitu Analisa data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian

dari 90 responden dilakukan uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000 < α (0,05)

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pengetahuan remaja tentang perilaku

vulva hygiene (Arianti, 2017).

D. Vulva Hygiene

1. Definisi Vulva Hygiene

Vulva hygiene adalah tindakan keperawatan pada alat kelamin

14
perempuan (kesehatan reproduksi) yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang

terdiri atas mons veneris, terletak didepan simpisis pubis, labia mayora yang

merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora, dua lipatan

kecil di antara atas labia mayora, klitoris, sebuah jaringan eriktil yang serupa

dengan penis laki-laki, kemudian juga bagian yang terkait di sekitarnya seperti

uretra, vagina, perineum, dan anus (Ayuningsih, 2010). Praktik vulva hygiene

merupakan tindakan perawatan kebersihan pada organ eksterna. Faktor yang

mempengaruhi personal hygiene, dalam hal ini yaitu vulva hygiene antara lain

body image (citra tubuh), praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan,

variable kebudayaan pilihan pribadi dan kondisi fisik (Rofika, 2013).

2. Tujuan Vulva Hygiene

Ada beberapa tujuan dari vulva hygiene antara lain :

a. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.

b. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar

vagina.

c. Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal yaitu 3,5 sampai 4,5.

d. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri dan protozoa

3. Cara Perawatan Vulva Hygiene

Daerah kewanitaan mudah terkena bakteri yang dapat menimbulkan

infeksi. Maka perempuan perlu menjaga organ genetalianya, seperti :

a. Membasuh vagina dari arah depan kebelakang dengan hati-hati, menggunakan

air pembersih setelah buang air kecil, buang air besar, dan mandi (Annisa, 2014).

Siram bagian kewanitaan dari arah depan kebelakang, bukan sebaliknya. Ini

dilakukan untuk mencegah masuknya kuman dari dubur ke vagina (Andira, 2010).

15
b. Mengganti pakaian dalam, minimal 2 kali sehari untuk mencegah

menempelnya jamur pada alat kelamin. Hindari tukar menukar pakaian dalam

dengan orang lain meskipun dengan anggota keluarga.

c. Pada saat menstruasi, gunakan pembalut yang berbahan lembut dan menyerap

dengan baik. Pembalut harus diganti minimal 3 kali dalam sehari untuk

menghindari pertumbuhan bakteri.

d. Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

e. Menggunakan celana dalam yang bersih, kering, dan terbuat dari bahan katun.

f. Hindari menggunakan handuk atau waslap milik orang lain untuk

mengeringkan vagina Hindari penggunaan pantyliner, akan lebih baik bagi

kesehatan organ reproduksi jika mengganti celana dalam daripada sekedar

mengganti pantyliner. Sebaiknya pantyliner hanya digunakan saat mengalami

keputihan saja.

g. Mencukur rambut kemaluan untuk menghindari kelembapan di daerah organ

genetalia.

Beberapa dampak tidak melakukan perawatan vulva hygiene antara lain


1) Pruritus Vulva

Pruritus vulvae merupakan keadaan gatal yang dirasakan pada alat

genitalia perempuan. Pruritus vulvae merupakan salah satu tanda awal terjadinya

vaginitis. Keadaan gatal ini biasanya terjadi pada malam hari yang

memungkinkan seseorang menggaruknya tanpa sadar dan menimbulkan luka di

area genetalia. Kurangnya praktik vulva dapat mengakibatkan terjadinya pruritus

vulva(Munawaroh,2014)

16
2) Keputihan

Keputihan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang

sering dialami oleh wanita. Keputihan (Flour Albus) adalah keluarnya cairan

selain darah dari liang vagina yang luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak,

serta disertai oleh gatal setempat. Secara fisiologis terjadinya keputihan adalah hal

yang wajar karena dipengaruhi oleh faktor hormonal. Keputihan fisiologi ditandai

oleh cairan yang berwarna putih, tidak berbau dan apabila dilaksanakan

pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan kelainan. Keadaan ini dapat terjadi

ketika perempuan terangsang atau saat masa subur (ovulasi), (Fatmawati, 2013).

Keputihan abnormal disebabkan oleh terjadinya infeksi atau

peradangan pada area genitalia. Penyebab keputihan abnormal antara lain organ

genitalia yang kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, pemakaian pembilas

vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak hygienis dan adanya benda asing

di dalam vagina. Cairan keputihan yang abnormal berwarna putih/hijau/kuning,

disertai rasa gatal dan disertai nyeri perut di bagian bawah (Fatmawati, 2013)

17
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep (Conseptual framework) adalah model pendahuluan

dari sebuah masalah penelitian yang merupakan refleksi dari hubungan variabel-

variabel terkini (Swarjana, 2015). Mengetahui Manfaat Penyuluhan Terhadap

Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene Di SMP N 11 Denpasar, maka

disusunlah kerangka berpikir seperti yang disajikan dalam skema pola pikir

variable penelitian (bagan kerangka konsep).

Penyuluhan Vulva Pengetahuan


Higine Remaja Putri

Keterangan :
Faktor-faktor yang
: Variabel yang diteliti mempengaruhi pengetahuan:

: Variabel yang tidak diteliti - Umur


- Pendidikan
: Hubungan yang diteliti
- Ekonomi
: Hubungan yang tidak diteliti
- Sumber Informasi
- Lingkungan
- Pengalaman

B. Gambar 1. Kerangka Konsep Manfaat penyuluhan Terhadap Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene di SMP Negeri 11 Denpasar

18
B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Jenis variabel dari penelitian ini adalah dependen variabel dan

Independen variabel.

Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang dimanipulasi oleh

peneliti (Swarjana, 2015). Variabel bebas dari penelitian ini adalah Penyuluhan

Vulva Hygine.

b. Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dikenal sebagai

akibat (Effect) atau variabel yang berubah akibat dari perubahan variabel yang lain

menurut (Swarjana, 2015). Variabel terikat dari penelitian ini adalah pengetahuan

remaja putri.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian adalah fenomena observasional

yang memungkinkan peneliti untuk mengujinya secara empiric, apakah outcome

yang diprediksi tersebut benar atau salah menurut (Swarjana, 2015). Untuk

menghindari kekeliruan dalam menentukan alat pengumpulan data, maka batasan

operasional yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

19
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Manfaat Penyuluhan Terhadap
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene Di SMP N 11
Denpasar.

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional dan Cara
Ukur
Penyuluhan Penyuluhan adalah Alat Hasil -
Vulva pemberian materi pengukuran pengukuran:
Hygiene mengenai vulva menggunakan dilihat dari hasil
hygiene untuk kuesioner pre penilaian pre test
pencegahan test dan post dan post test
keputihan test
Pengetahuan pengetahuan yang Alat Hasil Rasio
dimiliki responden pengukuran pengukuran:
diukur melalui menggunakan 0-100
kemampuan kuesioner.
menjawab
pertanyaan
kuesioner mengenai
vulva hygiene untuk
meningkatan
Pengetahuan
Remaja Putri di
SMP Negeri 11
Denpasar Dalam
Mencegah
Keputihan, dengan
jumlah pertanyaan
25 soal.

C. Hipotesis
20
Ada Manfaat Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Putri

Tentang Vulva Hygiene Di SMP Negeri 11 Denpasar.

21
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik

komparatif dengan rancangan one group pretest-posttest design. One group

pretest-posttest design adalah kegiatan penelitian yang memberika tes awal

(pretest) sebelum diberikan perlakuan, setelah diberikan perlakuan barulah

memberikan tes akhir (posttest) (Swarjana, 2015). Jenis pendekatan prospektif

yang dilakukan berupa pengamatan terhadap peristiwa yang belum dan akan

terjadi (follow up research) dilakukan satu kali atau lebih (Notoatmodjo, 2012).

Hasil yang didapat dilakukan melalui pengamatan atau pengukuran akan

dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (Swarjana, 2015).

Adapun rancangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

O1 X O2
Pretest Intervensi Posttest

Gambar 1. Rancangan Penelitian

Keterangan:

O1 : Hasil Pretest sebelum diberikan penyuluhan

X : Manfaat Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva

Hygiene Di SMP N 11 Denpasar

O2 : Hasil Posttest setelah diberikan penyuluhan

22
B. Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Menentukan Populasi
Seluruh Siswi Kelas VIII SMP Negeri 11 Denpasar

Kriteria Eksklusi Kriteria Inklusi

Sampel
Menggunakan Metode stratified random sampling

Informed Consent

Pengumpulan Data

Analisis Data

Laporan dan Penyajian Data

Gambar 2. Alur Penelitian

23
C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri

11 Denpasar, karena dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan dengan metode

wawancara via whatsapp diperoleh data bahwa pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene masih kurang dan dari data siswi terbanyak di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 11 Denpasar kelas VIII.

2. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2021.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah target dimana peneliti menghasilkan hasil penelitian

(Shi, 2008 dalam swarjana, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswi kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Denpasar yang

berjumlah 183 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2018). Sampel dalam penelitian ini

adalah seluruh siswi kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 11

Denpasar yang memenuhi kriteria inklusi. Untuk mendapatkan sampel penelitian

yang dapat menggambarkan dan mewakili populasi, maka dilakukan kriteria

inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria inklusi merupakan suatu subjek penelitian mewakili syarat sebagai

sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

24
1) Siswi kelas VIII yang menandatangani dan menyetujui informed consent.

b. Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Siswi yang tidak mengikuti intervensi secara keseluruhan

2) Siswi yang tidak mengikuti Post test

3) Jumlah dan besar sampel

Ukuran sampel atau besarnya sampel diambil dari populasi (Swarjana,

2015). Menurut (Nursalam, 2017) perhitungan besar sampel sebagai berikut :

n= N.z2 p.q

d2 (N-1) + Z2 – p.q

= 183 (1,96)2 x 0,5 x 0,5

(0,05)2 (183-1) + (1,96)2 . 0,5 x 0,5

= 183 x 3,8416 x 0,25

0.0025 (182) + 3.8416 x 0.25

= 175.7532
= 124
1,4154

Jadi besar sampel menurut rumus yaitu 124 responden.

Keterangan :

n : perkiraan besar sampel.

N : Perkiraan besar populasi

z : nilai standar normal untuk a = 0,05 (1,96)

p : Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50 % ( P= 0,5 )


25
q : 1 – p (100% -p)

d : tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)

3. Teknik Sampling

Sampling adalah sebuah strategi yang digunakan untuk memilih

elemen atau bagian dari populasi atau proses untuk memilih elemen populasi

untuk diteliti (Swarjana, 2015). Cara pengambilan sampel pada penelitian ini

adalah dengan teknik probability sampling dengan tipe Stratified random

sampling. Probality sampling adalah setiap elemen di dalam populasi memiliki

peluang yang sama dan kesempatan untuk dipilih (Swarjana, 2015). Metode

stratified random sampling adalah metode yang dilakukan melibatkan kelompok

atau group atau memastikan elemen setiap group terpilih (Swarjana, 2015).

Metode stratified random sampling menentukan beberapa banyak item yang akan

dipilih dalam setiap strata atau bagaimana mengalokasikan besar sampel dalam

setiap strata (Swarjana, 2015). Jumlah sampel yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah 124 siswa yang masuk kedalam kriteria inklusi dan kriteria

ekslusi dan akan dipilih pada masing-masing kelas dengan metode stratified

random sampling dengan perhitungan (Swarjana, 2015). Berikut adalah cara

perhitungan jumlah sampel pada masing-masing kelas:

Tabel 2. Jumlah sampel yang di perlukan setiap kelas dengan Metode Stratified
26
Random Sampling

No Kelas Jumlah Siswi Perhitungan Sampel Sampel


Kelas VIII Tiap Kelas

1 VIII. A 22 N=124 (22/183) 15

2 VIII. B 22 N=124 (22/183) 15

3 VIII. C 22 N=124 (22/183) 15

4 VIII. D 20 N=124 (20/183) 13

5 VIII. E 20 N=124 (20/183) 13

6 VIII. F 19 N=124 (19/183) 13

7 VIII. G 19 N=124 (19/183) 13

8 VIII. H 19 N=124 (19/183) 13

9 VIII. I 20 N= 124 (20/183) 13

Selanjutnya, pemilihan responden untuk masing-masing kelas akan

menggunakan metode Simple Random Sampling. Simple random sampling adalah

metode yang paling umum dan sederhana, dimana subjek memiliki peluang yang

sama untuk terpilih sebagai subjek penelitian (Swarjana, 2015). Setiap responden

yang dipilih pada tiap kelas akan diundi menggunakan teknik Simple Random

Sampling dengan cara peneliti membuat undian (dengan menggunakan kertas

kecil yang berisikan nama remaja putri kemudian di gulung sebanyak jumlah

siswi di setiap kelas setiap kelas kemudian dimasukkan ke dalam kotak undian.

Kemudian kertas tersebut dikeluarkan secara acak. Kertas undian yang keluar

pertama yang berisi nomor absen remaja putri akan menjadi responden nomor

satu. Demikian seterusnya sampai mendapatkan sejumlah responden yang

diperlukan.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


27
1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data primer.

Data primer diperoleh langsung dari sampel yaitu diperoleh dari jawaban

kuesioner dari siswi yang menjadi responden.

2. Cara Pengumpulan Data

Peneliti telah menyusun proposal penelitian yang telah disetujui oleh

kedua pembimbing. Sebelum dilakukan pengumpulan data hal yang dilakukan

adalah mengurus permohonan ijin penelitian, selanjutnya mengajukan ijin

etik/ethical clearance. Kemudian peneliti melakukan studi pendahuluan penelitian

dengan metode wawancara, kemudian diperoleh data dan mendapat sampel sesuai

dengan besar sampel yang ditentukan. Langkah-langkah pengumpulan data yaitu

dengan melakukan pendekatan informal kepada kepala sekolah SMP Negeri 11

Denpasar, pendekatan formal melalui surat pengantar dari Ketua Jurusan

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar. Di Situasi Pandemi Covid-19 ini untuk

cara pengumpulan data dilaksanakan dengan mengumpulkan data absensi seluruh

siswi kelas VIII SMP Negeri 11 Denpasar di kelas masing-masing yang sudah

dikoordinasikan oleh Pihak Sekolah. Kemudian Siswi yang terpilih menjadi

sampel sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian dilakukan secara daring melalui

media Zoom. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuisioner pre

test dan post test yang berisi pernyataan tentang tingkat Pengetahuan Remaja Putri

Tentang Vulva Hygiene Di SMP N 11 Denpasar yang diisi oleh responden melalui

google form dengan alamat link. Responden diberikan informasi mengenai

maksud dan tujuan dari peneliti yaitu memberikan informasi Penyuluhan tentang

Vulva Hygiene Dengan Media Zoom Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja

28
Putri yang akan ditampilkan secara daring menggunakan media zoom untuk

mengetahui pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene. Responden yang

sudah memahami informasi dan petunjuk tentang cara pengisian kuisioner,

selanjutnya responden diberikan lembar persetujuan menjadi responden untuk

ditandatangani sebagai bentuk kesediaan responden terlibat langsung dalam

penelitian yang dilakukan (semua melalui google form). Responden yang sudah

menandatangani lembar persetujuan langsung diberikan kuisioner (pretest).

Penulis memberikan kesempatan kepada siswi agar mengisi jawaban pada lembar

kuesioner tersebut selamat 15 menit. Kemudian dilakukan penyuluhan dan sesi

tanya jawab tentang Penyuluhan Vulva Hygiene Dengan Media Zoom Terhadap

Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri selama 30 menit yang dilaksanakan oleh

penulis. Posttest langsung diadakan setelah penyuluhan dengan diberikan waktu

selama 15 menit untuk pengisian kuesioner yang sama.

Pertimbangan yang digunakan adalah melihat hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Riris, 2012) menyatakan bahwa waktu yang paling cepat untuk

melihat peningkatan pengetahuan setelah diberikan materi adalah segera setelah

perlakuan. Setelah diisi, kuesioner harus segera dikirim. Kuesioner yang

dibagikan memiliki karakteristik yang sama baik jumlah maupun isi materi

sehingga dapat diketahui Penyuluhan Vulva Hygiene Dengan Media Zoom

Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri (Mardiana & Ratnasari, 2012).

Data yang terkumpul berupa nilai test I (pretest) dan nilai test II (posttest) untuk

mengetahui tingkat pengetahuan siswi sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan.

F. Instrumen Penelitian

29
Instrumen pengumpulan data yang digunakan berisi variabel

pengetahuan adalah kuesioner yaitu pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden. Kuesioner terdiri dari, pertama berisi

identitas responden. Pada lembar kedua berisi pernyataan tentang pengetahuan

remaja tentang keputihan. Kuesioner yang digunakan akan diuji validitas dan

reliabilitas kuesioner. Kuesioner diuji coba pada responden yang memiliki

karakteristik sama dengan responden penelitian. Uji validitas dalam penelitian ini

menggunakan uji validitas yang akan dikonsulkan kepada pembimbing I, dengan

jumlah pertanyaan dalam kuesioner pengetahuan yaitu sebanyak 25 item soal.

a. Uji Validitas

Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas content (isi) dan

validitas konstruk (struktur). Uji Validitas ini dilaukan dengan membandingkan

antara isi dan kuesioner dengan isi yang terdapat dalam konsep dan menguji

validitas konstruk. Uji Validitas ini akan dilakukan oleh dosen dari institusi

pendidikan yaitu Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Kebidanan.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah kemampuan alat ukur untuk menghasilkan hasil

pengukuran yang sama ketika dilakukan pengukuran secara berulang atau pada

responden yang berbeda (Suryani, 2014). Kuesioner dikatakan reliable, maka

kuesioner menghasilkan hal yang sama, sebalikanya apabila kuesioner

menghasilkan hasil yang sangat bervariasi dapat dikatakan instrument tersebut

tidak reliable (Swarjana, 2015) dalam (Suryani, 2014). Uji Reliabilitas ini

mengambil 30% dari besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini.

30
G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Menurut Stiadi dalam (Swarjana, 2015) langkah-langkah pengolahan

data yaitu:

a. Pemeriksaan data (Editing)

Pemeriksaan data adalah memeriksa kembali identitas responden dan

kelengkapan jawaban kuesioner yang telah dikumpulkan. Data yang belum

lengkap dan ditemukan kejanggalan, kuesioner segera dikembalikan pada

responden.

b. Pengkodean (Coding)

Dalam pengkodean dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam

pengolahan data, semua jawaban atau data yang perlu disederhanakan yaitu,

dengan simbol-simbol tertentu, untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean

dilakukan dengan memberi nomor halaman, nomor variabel, nama variabel, daftar

pertanyaan dan kode.

c. Memasukkan data (Entry)

Setelah pemberian skor, kemudian data dimasukkan ke komputer

untuk dianalisis dan diolah dengan program komputer.

d. Pengecekan data (Cleaning)

Mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada

kesalahan atau tidak.

e. Tabulasi (Tabulating)

Membuat tabel-tabel data sesuai dengan judul penelitian yang

diinginkan oleh peneliti.

31
2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat adalah data yang terkait dengan pengukuran terhadap

suatu variabel pada waktu tertentu (Swarjana, 2016). Analisis data yang akan

digunakan adalah descriptive statistic yang bertujuan untuk mencari distribusi

frekuensi dan proporsi. Beberapa perhitungan descriptive statistic meliputi nilai

terbesar (maksimum), nilai terkecil (minimum), range (perbedaan nilai terbesar

dan nilai terkecil dari frekuensi distribusi), dan central tendency yang mencakup

tiga perhitungan yaitu mean (nilai rata-rata), median (nilai tengah), modus (nilai

yang paling sering muncul). Apabila data tidak berdistribusi normal maka

menggunakan nilai median, maksimum, dan minimum. Variabel univariat dalam

penelitian ini adalah Penyuluhan Vulva Higine Terhadap Peningkatan

Pengetahuan Remaja Putri sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan yaitu nilai

post test lebih tinggi dari pre test maka tingkat pengetahuan semakin baik.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Penyuluhan Vulva Hygine Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri di

SMP Negeri 11 Denpasar. Variabel dalam penelitian ini merupakan data numerik,

sehingga selanjutnya dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Setelah peneliti

mengetahui hasil dari uji normalitas ini maka peneliti akan melakukan uji statistik

untuk mengetahui hasil dari penelitian yang dilakukan.

32
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu paired t-test

apabila data berdistribusi normal. Apabila data tidak berdistribusi normal maka

menggunakan uji alternatif uji Wilcoxon.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut. Dalam penelitian kebidanan, etika penelitian harus

diperhatikan, karena penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan manusia.

Prinsip-prinsip etika dalam penelitian yaitu (Swarjana, 2015):

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Pada penelitian ini, peneliti berencana untuk menjelaskan tujuan dan

manfaat penelitian kepada responden. Selain itu peneliti akan menjelaskan

prosedur pelaksanaan pengumpulan data, tidak ada pemungutan biaya apapun dan

tidak ada unsur pemaksaan dalam mengikuti penelitian ini. Peneliti akan

memberikan informed consent kepada responden dan orang tua responden tiga hai

sebelum pelaksanaan penelitian. Selanjutnya siswa diminta untuk memberikan

informed consent kepada orang tua agar dapat dibaca dan dipahami, yang mana

orang tua menjadi perwakilan responden untuk menandatangani informed consent

sehingga diperlukan persetujuan orang tua siswa. Setelah orang tua siswa

menyetujui dan menandatangani informed consent, siswa dapat memutuskan juga

apakah bersedia atau tidaknya menjadi responden. Apabila ada beberapa

responden menolak untuk dijadikan responden atau menolak untuk diteliti. Maka

33
peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden untuk menolak

menjadi responden penelitian.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Anonimity merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden. Pada

penelitian ini peneliti tidak mencantumkan nama responden dan hanya

mencantumkan inisial responden agar kerahasiaan data responden tetap terjaga.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitiaan, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan pada saat pengumpulan data dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.

4. Kebaikan (Beneficience)

Beneficience adalah salah satu prinsip etika yang dilakukan dalam

peneltian, bertujuan untuk memberikan manfaat bagi partisipan yang didapatkan

dari penelelitian yang dilakukan.Peneliti telah menjelaskan manfaat penelitian

bagi responden yang berpartisipasi dalam penelitian.

5. Menghormati Martabat Manusia (Respect for Human Dignity)

Prinsip ini adalah prospective participants yang memiliki hak untuk

menentukan secara sukarela (volunteer) apakah ingin berpartisipasi dalam

penelitian ataupun menolaknya. Pada penelitian ini peneliti tidak memaksakan

calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dan calon responden

memiliki hak untuk menentukan secara sukarela untuk berpartisipasi dalam

penelitian.

34
6. Keadilan (Justice)

Pada penelitian ini responden telah diperlakukan secara adil selama

berpartisipasi dalam penelitian dan peneliti tidak melakukan diskriminasi pada

saat memilih responden.

35
DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:
Calon
Responden
di
Tempat

Dengan hormat,

Bersama dengan surat ini, peneliti sebagai mahasiswi Jurusan

Kebidanan Poltekkes Denpasar, bermaksud untuk melakukan penelitian tentang

“Manfaat Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva

Hygiene Di SMP N 11 Denpasar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui Manfaat Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Vulva Hygiene Di SMP N 11 Denpasar. Penelitian ini dilakukan sebagai salah

satu syarat menyelesaikan pendidikan pada program studi Sarjana Terapan

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar. Berkaitan dengan hal tersebut diatas,

saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk menjadi responden yang merupakan

sumber informasi bagi peneliti. Demikianlah permohonan ini saya sampaikan, dan

atas partisipasinya saya ucapkan terimakasih.

Denpasar, 2021

Jaba P. Rahguslyani B
36 P07124220103
Lampiran 2

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)
SEBAGAI PESERTA PENELITIAN

Yang terhormat Saudari/Adik, Kami meminta kesediannya untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan dari penelitian ini bersifat

sukarela/tidak memaksa. Mohon untuk dibaca penjelasan dibawah dengan seksama dan

disilahkan bertanya bila ada yang belum dimengerti.

Judul : Manfaat Penyuluhan Terhadap Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene Di SMP

N 11 Denpasar
Peneliti Utama : Jaba P Rahguslyani Budarsana
Institusi : Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan

Kebidanan
Lokasi Penelitian : SMP 11 Denpasar
Sumber pendanaan : Swadana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Manfaat Penyuluhan

Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene Di SMP N 11

Denpasar. Jumlah peserta 124 orang Remaja Putri yang yang memiliki telepon

genggam berbasis android atau IOS. Kriterian eksklusi dalam penelitian ini

adalah, Siswi yang tidak mengikuti intervensi secara keseluruhan, Siswi yang

tidak bersedia menjadi responden, Siswi yang tidak mengikuti Post test. Penelitian

ini akan dimulai dengan penjelasan tentang tujuan, manfaat penelitian, dan

peneliti bertanya kesediaan subjek untuk menjadi responden penelitian dilanjutkan


37
dengan menandatangani informed concent untuk menjadi responden penelitian

dengan judul “Manfaat Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Vulva Hygiene Di SMP N 11 Denpasar”. Responden yang tidak mau

menandatangani informed consent langsung di eksklusikan, dan responden yang

telah menandatangani informed consent akan langsung mengisi kuesioner pre test

dan post tes yang terdiri dari 25 pertanyaan.

Kepesertaan dalam penelitian ini tidak secara langsung memberikan

manfaat kepada peserta penelitian. Tetapi dapat memberi Manfaat Penyuluhan

Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene Di SMP N 11

Denpasar.

Atas kesediaan berpartisipasi dalam penelitian ini maka akan diberikan

imbalan sebagai pengganti waktu yang diluangkan dan biaya internet yang

digunakan untuk mengikuti penelitian ini. Peneliti menjamin kerahasiaan semua

data peserta penelitian ini dengan menyimpannya dengan baik dan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian. Peneliti menjamin kerahasiaan semua

data peserta penelitian ini dengan menyimpannya dengan baik dan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian.

Kepesertaan Saudari/ibu pada penelitian ini bersifat sukarela.

Saudari/ibu dapat menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada

penelitian atau menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja tanpa ada

sanksi. Keputusan mahasiswi untuk berhenti sebagai peserta penelitian tidak akan

mempengaruhi mutu dan akses/ kelanjutan pembelajaran yang akan diberikan.

Jika setuju untuk menjadi peserta penelitian ini, Saudari/ibu diminta untuk

menandatangani formulir. Persetujuan Setelah Penjelasan.

38
(Informed Consent) Sebagai

*Peserta Penelitian/ *Wali‟ setelah Saudari/ibu benar-benar memahami tentang

penelitian ini. Saudari/ibu akan diberi Salinan persetujuan yang sudah ditanda

tangani ini.

Bila selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan baru

yang dapat mempengaruhi keputusan Saudari/ibu untuk kelanjutan kepesertaan

dalam penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada Saudari/ibu.

Bila ada pertanyaan yang perlu disampaikan kepada peneliti, silakan

hubungi peneliti Jaba P Rahguslyani Budarsana dengan no HP WA

081936017398. Tanda tangan Saudara/ibu dibawah ini menunjukkan bahwa

Saudari/ibu telah membaca, telah memahami dan telah mendapat kesempatan

untuk bertanya kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui untuk

menjadi peserta *penelitian

Peserta/ Subyek Penelitian,

Tanda Tangan dan Nama Peneliti

Jaba P Rahguslyani Budarsana

Tanggal (wajib diisi): / Tanda Tangan dan Nama Tanggal

39
Lampiran : 3 POA
NO KEGIATAN FEBRUARI MARET APRIL MEI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Tahap Persiapan
a. Pengajuan Judul
b. Studi Pendahuluan
c. Penyusunan Proposal
d. Konsultasi Proposal
e. Seminar Proposal
f. Perbaikkan Proposal
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengurusan izin penelitian
b. Pengadaan Instrumen
c. Pengumpulan Data
d. Pengolahan Data
e. Analisa Data
3 Tahap Akhir Penelitian
a. Penyusunan Laporan
b. Seminar Hasil Penelitian
c. Perbaikan

b. Publikasi Hasil Penelitian

40
Lampiran 4

KUESIONER
MANFAAT PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN
REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE
DI SMP NEGERI 11 DENPASAR

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama (inisial) :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Apakah saudara sudah menstruasi : Ya/Tidak
5. Apakah Pernah Mendapat Informasi Tentang vulva hygiene: Ya /Tidak
6. Sumber Informasi Vulva hygiene dari:
SUMBER YA TIDAK
Televise
Radio
Media Massa Cetak
Tenaga Kesehatan
Keluarga/Teman
Penyuluhan
Buku
Guru

47
B. KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE
Petunjuk
1. Pernyataan di bawah adalah tentang pengetahuan saudara tentang keputihan
2. Peneliti sangat mengharapkan jawaban saudara dengan jujur, karena penelitian ini
tidak ada kaitannya dengan nilai anda di sekolah.
3. Baca pertanyaan sebelum menjawab.
Beri (√ ) pada kolom yang disediakan untuk jawaban yang dipilih
Pilihan yang disediakan:
B : Benar
S : Salah

NO PERNYATAAN B S
1 Yang dimaksud vulva hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan organ kewanitaan bagian luar (vulva)
yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan
mencegah infeksi.
2 Yang dimaksud dengan vulva hygiene saat menstruasi Suatu
tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan kewanitaan
seseorang pada saat menstruasi untuk kesejahteraan fisik dan
psikis.
3 Tujuan dari menjaga kebersihan organ kewanitaan pada saat
menstruasi untuk menghambat pengeluaran darah haid yang
akan keluar.
4 Membasuh alat kelamin tidak perlu membasuh tangan terlebih
dahulu
5 Pembalut wanita itu Perangkat yang digunakan oleh wanita di
saat menstruasi, ini berfungsi untuk menyerap darah dari
vagina supaya tidak meleber kemana-mana
6 Jenis pembalut yang sebaiknya di gunakan pada saat
menstruasi Pembalut tradisional/kain
7 Bahan pembalut yang sebaiknya digunakan pada saat
menstruasi adalah pembalut yang berbahan lembut dan
menyerap
8 Sering mengganti pembalut saat menstruasi menyebabkan
bakteri tidak mudah berkembang48biak ke dalam vagina dan
tidak menyebabkan infeksi
9 Dampak pembalut bagi kesehatan dapat menyebabkan infeksi
Saluran Reproduksi dan gatal-gatal
10 Jika menggunakan pembalut dapat membahayakan kesehatan,
penyakit yang dapat timbul akibat kebiasaan menggunakan
pembalut yaitu keputihan
11 Mengganti pembalut dalam sehari sebaiknya satu kali sehari
12 Cara membasuh kemaluan yang benar dari belakang kedepan
13 Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang
sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan
perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam
memelihara kesehatan reproduksi
14 mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga

kebersihan vulva adalah manfaat dari vulva hygiene


15 Keputihan merupakan dampak dari vulva hygiene yang baik

dan benar
16 Pruritus Vulvae merupakan salah satu dampak dari tidak

melakukan vulva hygiene yang baik dan benar.

17 Mencuci tangan dalah salah satu cara perawatan vulva hygiene

sebelum menyentuh vagina

18 Hindari penggunaan minyak wangi/parfum/ sabun yang

memiliki efek wewangian yang berlebih, cukup bersihkan

bagian luar dan basuh dengan air sampai bersih. Selain itu

ketika mengeringkan cukup dikeringkan dengan tissue jangan

sampai digosok-gosok. Usahakan tidak menggunakan handuk

orang lain (tidak berganti-gantian) merupakan cara

pelaksanaan vulva hygiene yang buruk


19 Menggunakan toilet umum. Siramlah sebelum menggunakan

(flushing). Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya

penularan penyakit kelamin


20 Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan

nyaman merupakan salah satu dampak perawatan vulva


49
hygiene
21 Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3-4)Membersihkan
bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar

vagina merupakan manfaat vulva hygiene


22 Penggunaan pembalut sebaiknya diganti setiap 4 jam sekali,

2-3 kali sehari atau dapat diganti jika sudah merasa tidak

nyaman.

23 Merawat rambut yang tumbuh di sekitar alat kelamin bertujuan

untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik yang melawan

bakteri jahat serta menghalangi masuknya benda asing kecil

kedalam vagina
24 Setelah BAB atau BAK, bilas dengan air dari arah depan ke

belakang. Hal ini untuk mencegah masuknya kuman dari dubur

ke vagina
25 Keputihan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi

yang sering dialami oleh wanita. Keputihan (Flour Albus)

adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina yang

luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai oleh

gatal setempat.

50
Lampiran 5

RENCANA ANGGARAN BIAYA


PENELITIAN

No Kegiatan Proposal dan Penelitian Biaya (Rp)

1 Penyusunan proposal dan penggandaan Rp 300.000


2 Penelusuran literature Rp 100.000
3 Kuota Internet Rp 100.000
4 Seminar proposal Rp 50.000

5 Perbaikan proposal Rp 200.000

6 Izin penelitian Rp 100.000


7 Pelaksanaan penelitian Rp 300.000
8 Analisis data Rp 200.000

9 Menyusun skripsi dan penggandaan Rp 300.000

10 Ujian skripsi Rp 200.000

11 Perbaikan skripsi Rp 200.000

12 Pemberian kenang-kenangan ke SMP 11 Rp. 500.000

13 Hadiah untuk keaktifan siswi Rp. 500.000

Jumlah Rp 2.950.000

Lampiran 6
TABEL KOSONG (DUMMY TABLE)
Tabel 2
Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur

NO UMUR FREKUENSI PERSENTASE


1 10-12
2 13- 14
3 15-16
TOTAL

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan (Pre test) Vulva Hygiene

NO KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE


PENGETAHUAN
1 Baik
2 Cukup
3 Kurang
TOTAL

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan (Post test) Vulva Hygiene
NO KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE
PENGETAHUAN
1 Baik
2 Cukup
3 Kurang
TOTAL
Lampiran 7 SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu kondsi sehat yang

menyangkut sistem reproduksi (fungsi, kompone dan poses) yang dimiliki oleh

remaja baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual. Masalah organ reproduksi

pada remaja perlu mendapat perhatian yang serius, karena masalah tersebut paling

sering muncul pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Darma, dkk

2017). Kehatan Reproduksi menurut Word Health Organization (WHO) adalah

kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya

penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem

reproduksi yaitu dimulai pada masa remaja (WHO dalam Darma,dkk 2017).

Remaja adalah individu dalam rentang usia 10-19 tahun. Tahap remaja

adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh

(Growth Spurt), timbul ciri -ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi

perubahan -perubahan psikologis yang kognitif, salah satunya adalah

perkembangan pertubumbuhan organ reproduksi. Pada remaja putri tanda

pubertas pertama adalah menstruasi. Dan apabila sebelum atau sesudah

menstruasi biasanya ditandai keputihan yang fisiologis maupun patologis dan

kebiasaan menjaga kebersihan dan perawatan diri sendiri selama menstruasi itu

sangat penting. Perawatan diri yang paling penting pada remaja pada saat

menstruasi adalah vulva hygiene (WHO dalam Rohmawati, 2018).

Vulva hygiene merupakan membersihkan daerah genetalia dengan cara

menjaga kebersihan dan salah satunya adalah mengganti celana dalam 2 kali
sehari, cebok atau membasuh daerah genetalia dari depan ke belakang yaitu dari

daerah vulva ke arah anus, serta mengeringkan daerah genetalia untuk mencegah

kelembaban yang dapat menimbulkan tumbuhnya jamur pada area genetalia.

Vulva hygiene merupakan salah satu untuk mencegah dan mengontrol infeksi

serta untuk menghindari satu untuk mencegah dan mengontrol infeksi serta untuk

menghindari penyakit kanker serviks yang disebabkan oleh virus (Rohmawati,

2018).

Menurut data World Health Organisation (WHO, 2012) angka

kejadian perilaku personal hygiene di dunia masih sangat rendah, rata-rata lebih

dari 50% perempuan di setiap dunia tanpa sadar melakukan personal hiegene yang

buruk. Dari hasil penelitian, di Amerika persentase kejadian perilaku personal

hygiene sekitar 60%, swedia 72%, mesir 75 % dan di Indonesia 55%.

Angka Kejadian infeksi genitalia tertinggi di dunia adalah remaja

(35-42%) dan dewasa remaja (27-33%). Prevalensi ISR pada remaja di

dunia tahun 2010 yaitu: Kandidiasis (25%-50%), vaginosis bakterial (20-40%),

dan trikomoniasis (5-15%). Diantara negara-negara di Asia Tenggara, wanita

indonesia lebih rentan mengalami ISR yang dipicu iklim Indonesia yang panas

dan lembab. Penyebab tingginya dari kasus tersebut adalah jamur candida albican

sebanyak 77% yang senang berkembang biak dengan kelembapan tinggi seperti

pada saat menstruasi (Pratiwy, 2019).

Data SKRRI (Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia)

menyatakan bahwa Secara nasional remaja yang perilaku hygiene dengan benar

sebesar 21,6 %. Hasil survei menunjukan remaja terpapar informasi PIK-Remaja


(Pusat Informasi Konseling Remaja) mencapai 28%. Berarti hanya 28 dari 100

remaja yang akses dengan kegiatan yang berkaitan dengan informasi kesehatan

reproduksi berkaitan dengan hygiene genitalia (Pratiwy, 2019).

Dampak dari kurang baiknya perilaku vulva hygiene pada remaja putri

dapat menyebabkan keputihan. Keputihan (leucorrhea, vaginal discharge) adalah

keluarnya sekret atau cairan selain darah yang berlebihan dari liang vagina dengan

variasi bau, konsistensi, dan warna. Keputihan dapat terjadi secara normal

(fisiologis) maupun abnormal atau penyakit (patologis). Keputihan yang normal

tidak berwarna atau bening, tidak berbau, tidak berlebihan dan tidak menimbulkan

keluhan (Pradnyandari dkk., 2019).

Remaja sangat penting memiliki pengetahuan tentang cara

membersihkan daerah genitalia (vulva hygiene). Pengetahuan remaja yang baik

mengenai kesehatan reproduksi khususnya organ reproduksi ekternal (vulva),

akan berpengaruh terhadap pemeliharaan kebersihan organ reproduksi itu sendiri

(Indah, 2014). Salah satu faktor internal yang dapat menjadi pencetus terjadinya

keputihan pada remaja yaitu kurangnya pengetahuan remaja putri mengenai vulva

hygiene, seperti perilaku membersihkan organ genetalia dengan air yang tidak

bersih dan salah arah saat membersihkannya baik saat buang air besar (BAB) atau

saat buang air kecil (BAK), memakai sabun, pewangi, atau pembilas secara

berlebihan, memakai celana dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat, jarang

mengganti celana dalam, dan jarang mengganti pembalut (Rahman, Noor & Noor,

2013).
Terdapat beberapa penelitian mengenai tingkat pengetahuan remaja

dalam vulva hygiene dengan kejadian keputihan. Berdasarkan hasil penelitian dari

Atapukang (2017) di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta dari 61 siswi sebagian

besar (62,3%) tingkat pengetahuan remaja tentang vulva hygiene pada kategori

cukup dan sebagian kecil (37,7%) pada kategori baik. Hasil uji statistik

didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja

putri tentang vulva hygiene dengan kejadian keputihan, akan tetapi Rahman, dkk.,

(2013) menyatakan dari 64 siswi 90,3% mengalami keputihan patologis, dan

15,6% memiliki pengetahuan kurang tentang vulva hygiene. Hasil uji statistiknya

menunjukan tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan pada

remaja.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 Denpasar menyatakan bahwa dari 10

responden hanya 3 yang memiliki pengetahuan tentang vulva higenene yang baik

dan 7 responden memiliki pengetahuan yang kurang baik. Berdasarkan latar

belakang permasalahan diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui Manfaat penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja

Putri Tentang Vulva Hygiene di SMP Negeri 11 Denpasar.

B. Tujuan

1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan sasaran mampu

mengerti dan memahami manfaat melakukan vulva hygiene dengan baik dan

benar

2) Tujuan Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan sasaran dapat mengerti tentang :

a) Definisi/ pengertian vulva hygiene

b) Tujuan dilakukan vulva hygiene

c) Dampak vulva Hygiene yang buruk

d) Cara Perawatan vulva hygiene

e) Cara menjaga kesehatan vagina

C. Pelaksanaan Kegiatan

1. Pokok bahasan: Pelaksanaan Vulva hygiene

2. Sasaran: Remaja Putri SMP N 11 Denpasar

3. Tempat: Dirumah Masing-masing

4. Waktu: Maret 2021

5. Metode: Diskusi dan Demonstrasi

6. Media: Slide (Laptop), Leaflet dengan media zoom

D. Susunan Acara
Tahap Kegiatan Pemberi Kegiatan Sasaran Metode dan
Penkes Media

Pembukaan 1) Memperkenal 1) Memperkenalka Diskusi dan


(2 menit) kan diri n diri tanya jawab
2) Menyampaika 2) Memperhatikan
n maksud dan dan menjawab
tujuan serta topik pertanyaan
penyuluhan
3) Kontrak
waktu
Penyajian dan 4) Mendiskusik 3) Menyampaikan Diskusi dan
diskusi (15 pendapat,
an tentang tanya jawab
menit) menjawab
pengertian/ pertanyaan serta Media: Slide
memperhatikan
definisi vulva
penjelasan
hygiene
5) Mendiskusik
an tentang tujuan
dilakukan vulva
hygiene
6) Mendiskusik
an dampak vulva
hygiene yang
buruk
7) Mendiskusik
an cara
perawatan vulva
hygiene dan cara
enjaga kesehatan
vagina
Kesimpulan 8) Menarik 4) Memperhatikan Diskusi dan
diskusi kesimpulan dan penjelasan tanya jawab
meluruskan hasil Media: Slide
diskusi
Demonstrasi 9) Menjelaskan dan 5) Memperhatikan dan Demonstrasi dan
dan praktik mempraktikkan mempraktikkan praktik
oleh sasaran setelah demonstrasi
(10 menit) langkah- Media :
langkah vulva Phantom dengan
hygiene sesuai zoom
dengan SOP
Evaluasi 10) Membuka sesi 6) Menanyakan Diskusi, tanya
pertanyaan
dan untuk hal-hal hal-hal yang jawab
Penutupan yang belum belum dimengerti Media: Slide, dan
(3 menit) dimengerti oleh 7) Menjawab Leaflet dengan
sasaran media zoom
pertanyaan
11) Menjawab evaluasi dari
dan menjelaskan pemberi pendidikan
kesehatan
kembali hal-hal
yang belum
dimengerti oleh
sasaran
12) Menanyakan
kembali pada
sasaran
pengertian,
tujuan, vulva
hygiene, Dampak
vulva hygiene
yang buruk dan
cara perawatan
vulva hygiene
serta menjaga
kesehatan vagina

E. Evaluasi

Peserta dapat mengetahui tentang:

1) Definisi/ pengertian vulva hygiene


2) Tujuan dilakukan vulva hygiene

3) Dampak vulva hygiene yang buruk

4) Cara Perawatan vulva hygiene

5) Cara menjaga kesehatan Vagina

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Vulva Hygiene


Vulva hygiene adalah tindakan keperawatan pada alat kelamin

perempuan (kesehatan reproduksi) yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang

terdiri atas mons veneris, terletak didepan simpisis pubis, labia mayora yang

merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora, dua lipatan

kecil di antara atas labia mayora, klitoris, sebuah jaringan eriktil yang serupa

dengan penis laki-laki, kemudian juga bagian yang terkait di sekitarnya seperti

uretra, vagina, perineum, dan anus (Ayuningsih, 2010). Praktik vulva hygiene

merupakan tindakan perawatan kebersihan pada organ eksterna. Faktor yang

mempengaruhi personal hygiene, dalam hal ini yaitu vulva hygiene antara lain

body image (citra tubuh), praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan,

variable kebudayaan pilihan pribadi dan kondisi fisik (Rofika, 2013).

B. Tujuan Vulva Hygiene

Ada beberapa tujuan dari vulva hygiene antara lain :

1. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.


2. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar

vagina.

3. Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal yaitu 3,5 sampai 4,5.

4. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri dan protozoa.

5. Mencegah timbulnya keputihan dan virus (Ayuningsih, 2010).

C. Dampak Buruk Vulva Hygiene

Dampak Vulva Hygiene yang buruk. Beberapa dampak tidak melakukan

perawatan vulva hygiene antara lain

1. Pruritus Vulvae

Pruritus vulvae merupakan keadaan gatal yang dirasakan pada alat

genitalia perempuan. Pruritus vulvae merupakan salah satu tanda awal terjadinya

vaginitis. Keadaan gatal ini biasanya terjadi pada malam hari yang

memungkinkan seseorang menggaruknya tanpa sadar dan menimbulkan luka di

area genetalia. Kurangnya praktik vulva dapat mengakibatkan terjadinya

pruritus vulvae (Munawaroh,2014)

2. Keputihan

Keputihan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang

sering dialami oleh wanita. Keputihan (Flour Albus) adalah keluarnya cairan

selain darah dari liang vagina yang luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak,
serta disertai oleh gatal setempat. Secara fisiologis terjadinya keputihan adalah

hal yang wajar karena dipengaruhi oleh faktor hormonal. Keputihan fisiologi

ditandai oleh cairan yang berwarna putih, tidak berbau dan apabila dilaksanakan

pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan kelainan. Keadaan ini dapat terjadi

ketika perempuan terangsang atau saat masa subur (ovulasi), (Fatmawati, 2013).

Keputihan abnormal disebabkan oleh terjadinya infeksi atau peradangan

pada area genitalia. Penyebab keputihan abnormal antara lain organ genitalia

yang kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, pemakaian pembilas vagina

yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak hygienis dan adanya benda asing di

dalam vagina. Cairan keputihan yang abnormal berwarna putih/hijau/kuning,

disertai rasa gatal dan disertai nyeri perut di bagian bawah (Fatmawati, 2013)

D. Cara Perawatan Vulva Hygiene

Daerah keperempuanan mudah terkena bakteri yang dapat menimbulkan

infeksi. Maka perempuan perlu menjaga organ genetalianya, seperti :

1. Membasuh vagina dari arah depan kebelakang dengan hati-hati, menggunakan

air pembersih setelah buang air kecil, buang air besar, dan mandi (Annisa, 2014).

Siram bagian kewanitaan dari arah depan kebelakang, bukan sebaliknya. Ini

dilakukan untuk mencegah masuknya kuman dari dubur ke vagina (Andira,

2010). Jadi, dari hadis diatas dapat disimpulkan bahwa di wajibkan

membersihkan diri dari bekas kencing. Sebaiknya kencing tersebut benar- benar

dibersihkan dari badan, pakaian atau tempat shalat. Tidak boleh

menggampangkan menjaga kebersihan setelah kencing sebab akan disiksa dalam


kubur.

2. Mengganti pakaian dalam, minimal 2 kali sehari untuk mencegah

menempelnya jamur pada alat kelamin. Hindari tukar menukar pakaian dalam

dengan orang lain meskipun dengan anggota keluarga.

3. Pada saat menstruasi, gunakan pembalut yang berbahan lembut dan menyerap

dengan baik. Pembalut harus diganti minimal 3 kali dalam sehari untuk

menghindari pertumbuhan bakteri.

4. Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

5. Menggunakan celana dalam yang bersih, kering, dan terbuat dari bahan katun.

6. Hindari menggunakan handuk atau waslap milik orang lain untuk

mengeringkan vagina Hindari penggunaan pantyliner, akan lebih baik bagi

kesehatan organ reproduksi jika mengganti celana dalam daripada sekedar

mengganti pantyliner. Sebaiknya pantyliner hanya digunakan saat mengalami

keputihan saja.

7. Mencukur rambut kemaluan untuk menghindari kelembapan di daerah organ

genetalia.

E. Cara Menjaga Kesehatan Vagina

Cara perawatan vagina (vulva hygiene) yang baik menurut Cherry

(1986) adalah sebagai berikut.


1. Mandi setiap hari dengan sabun dan air hangat. Jangan menggunakan sabun

yang mengandung zat-zat kimia tertentu. Pada waktu mencuci, renggangkan bibir

vagina dan bersihkan baik-baik. Jangan lupa membersihkan daerah klitoris. Tidak

perlu melakukan penyemprotan (douche)

2. Sesudah buang air besar, bersihkan daerah dubur dari depan ke belakang.

Anus letaknya dekat pembukaan vagina, maka cara pembersihan yang kurang

baik bisa memindahkan bakteri dari dubur dan kotoran ke dalam vagina atau

saluran kencing, sehingga mengakibatkan infeksi saluran kencing.

3. Di kamar mandi umum, sebaiknya menyiram terlebih dahulu kloset dengan

air bersih. Menghindari penyebaran bakteri yang dapat menyebabkan VD

(Veneral Disease) atau penyakit kelamin.

4. Vulva harus cukup mendapatkan udara dan harus selalu kering. Lebih baik

menggunakan celana dari bahan katun, karena nylon tidak menghisap air dan

tidak tembus udara yang diperlukan untuk udara bebas ke bagian luar alat

kelamin. Nylon mempertahankan panas dan air, sehingga organisme tertentu

dapat berkembang biak disitu. Celana jeans dan celana yang terlalu sempit atau

ketat akan merangsang dan dapat menimbulkan “panty hose vaginitis”, yaitu

sejenis radang vagina akibat celana (panty hose). Pakaian yang longgar

memunginkan aliran udara dan pengisapan air.

5. Selama haid, gantilah pembalut sesering mungkin. Minimum 2 kali sehari,

meskipun jumlah darah hanya sedikit. Jika digunakan terlalu lama, maka bakteri

dapat tumbuh dan akhirnya menyebabkan infeksi. Produksi keringat selama haid

lebih banyak daripada biasanya, karena itu untuk menghindari bau tertentu
sebaiknya sering kali mandi. Menurut Andira (2010) sebaiknya mengganti

pembalut saat haid adalah 4 jam sekali atau 2-3 kali sehari atau setiap saat jika

merasa tidak nyaman.

6. Selama ovulasi ada pengeluaran cairan vagina lebih dari biasanya. Kadang-

kadang juga terjadi perdarahan. Hal ini disebabkan oleh produksi esterogen yang

meningkat disertai perubahan hormon tertentu. Mencuci dengan air dan sabun

sudah cukup.

7. Jangan menggunakan deodoran untuk daerah vagina. Ini tambah akan

merangsang saja dan sama sekali tidak ada gunanya. Deodoran dapat menutupi

gejala infeksi tertentu. Kecuali, deodoran itu sendiri dapat menimbulkan infeksi.

8. Bersikaplah waspada terhadap penyakit kelamin, karena itu setialah pada

pasangan. Pengeluaran lendir atau cairan lain dari penis atau luka di daerah alat

kelamin lelaki merupakan suatu indikasi yang bisa merugikan diri sendiri.

9. Periksakan diri secara teratur. Gejala yang dapat terjadi sehari-hari, misalnya:

pengeluaran lendir dari vagina, bau ataupun tidak bau, haid yang banyak dan

berkepanjangan, perdarahan diantara waktu haid normal, maka dari itu periksakan

kepada dokter.

10. Berusaha menambah pengetahuan, mengenai pemahaman tentang tubuh,

fungsi dan anatomi.

11. Konsumsi yoghurt dari kultur aktif L. Acidophilus untuk mencegah infeksi

jamur. Kurangi konsumsi makanan-makanan yang manis karena menurut sebuah

penelitian, 90% wanita yang mengurangi konsumsi gula akan mengalami

penurunan infeksi jamur (Andira, 2010)


Cara menjaga kebersihan organ reproduksi perempuan menurut Depkes

(2012) adalah sebagai berikut :

1. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setiap setelah buang air

besar, buang air kecil, dan pada saat mandi.

2. Sebelum membersihkan alat kelamin, bersihkan dahulu anus dan sekitarnya

dengan sabun, kemudian bilas bersih dengan air. Lakukan membersihkan anus

dengan gerakan arah ke belakang, agar kotoran dari anus tidak terbawa ke depan

ke arah alat kelamin.

3. Kemudian cuci tangan dengan sabun sampai bersih, telapak dan punggung

tangan sela-sela jari dan kuku, lalu bilas dengan air.

4. Setelah itu barulah bersihkan alat kelamin dengan air bersih. Bersihkan

seluruh bagian alat kelamin sampai keseluruhan lipatan/ lekuk sehingga tidak ada

kotoran yang tertinggal.

5. Cara membersihkannya basuhlah semua bagian luar yang berambut, dan

semua bagian, sampai ke lipatan/ lekukan dari arah depan dengan air bersih dari

arah depan ke belakang. Dimulai dari bagian luar lalu dalamnya. Kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk kering yang bersih, dengan cara menekan,

jangan menggosok. Jangan mengeringkan dengan menggerakkan handuk atau

tissue maju-mundur, karena gerakan tersebut akan menyebabkan handuk atau

tissue yang sudah mengenai anus akan mengenai alat kelamin.

6. Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina. Vagina

sendiri sudah mempunyai mekanisme alami untuk mempertahankan

keasamannya. Terlalu sering menggunakan sabun khusus ini justru akan


mematikan bakteri baik dan memicu berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat

menyebabkan infeksi.

7. Jangan sering-sering menggunakan pantyliner. Gunakan pantyliner sesuai

dengan kebutuhan artinya ketika mengalami keputihan yang banyak sekali. Dan

gunakan pantyliner yang tidak berparfum untuk mencegah iritasi sering-sering

mengganti pantyliner saat keputihan.

8. Bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat, misalnya katun.

Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat, kulit jadi sulit

bernafas dan akhirnya menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab,

berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang biakk jamur yang dapat

menimbulkan iritasi.

Infeksi seringkali terjadi akibat celana dalam yang tidak bersih dan tidak

menyerap keringat.

9. Rambut yang tumbuh disekitar daerah kewanitaan pun perlu diperhatikan

kebersihannya. Jangan mencabut-cabut rambut rambut tersebut. Lubang ini bis

menjadi tempat masuk bakteri, kuman dan jamur, yang dikhawatirkan dapat

menimbulkan iritasi dan penyakit. Perawatan rambut di daerah kewanitaan cukup

dipendekan dengan gunting atau alat cukur dan busa sabun yang lembut. Rambut

di daerah kewanitaan berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik serta

menghalangi masuknya benda kecil ke dalam vagina.

10. Pada saat menstruasi dinding bagian dalam uterus meluruh sehingga amat

sangat mudah terkena infeksi, oleh karenanya sangat perlu menjaga kebersihan

dengan cara (Kusmiran, 2012) :


a. Gunakan pembalut bersih dan ganti secara teratur 2-3 kali dalam sehari atau

setiap setelah buang air kecil, atau bila pembalut telah penuh dengan darah, atau

saat mandi.

b. Bila pembalut yang digunakan adalah sekali pakai, maka bersihkan terlebih

dahulu pembalut dengan menggunakan air, bungkus kemudian buanglah di

tempat sampah.

c. Bila pembalut digunakan berkali-kali (biasanya terbuat dari bahan handuk

atau katun) segeralah cuci bersih begitu selesai digunakan dan jemur hingga

benar-benar kering kemudian setrika untuk mematikan kumn dan siap untuk

digunakan kembali.

Upaya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi menurut Manuaba, dkk

(2009) adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan pakaian dalam

Pakaian dalam sebaiknya terbuat dari bahan katun atau kaus. Kain yang

tidak menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembab. Kondisi ini

akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pemakai, serta sangat kondusif bagi

pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang digunakan juga harus dalam keadaan

bersih dan ukuran yang tepat. Pakaian yang terlalu sempit atau penggunaan karet

yang berlebihan akan mengganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal.

b. Penggunaan handuk
Penggunaan handuk secara berulang diperbolehkan, tetapi yang perlu

diperhatikan adalah handuk harus selalu dijemur setiap kali selesai dipakai.

Handuk dijemur agar terkena sinar matahari, sehingga jasad renik yang ada pada

handuk mati dan tidak menimbulkan infeksi. Sebaiknya handuk, tidak digunakan

lebih dari satu minggu atau bila sudah tidak nyaman digunakan. Namun,

walaupun dalam satu keluarga, penggunaan handuk secara bersamaan hendaknya

dihindari, karena bisa menjadi media penularan penyakit kulit dan kelamin,

misalnya skabooes dan pedikulosis pubis.

c. Memotong bulu pubis

Guna memelihara kebersihan dan kerapian, bulu pubis sebaiknya dicukur.

Bagi pemeluk agama Islam, disunnahkan untuk mencukur habis bulu-bulu pubis

setiap 40 hari, dengan mencukur bulu pubis akan selalu terjaga, sehingga tidak

menjaddi media kehidupan kutu dan jasa renik, serta aroma yang tidak sedap.

Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat (khususnya pada remaja putri) akan

selalu terpapar oleh urine saat buang air kecil.

d. Kebersihan alat kelamin luar

Bagi remaja putri, membiasakan diri untuk membersihkan vulva setiap

setelah buang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar kering sebelum

mengenakan pakaian dalam adalah perilaku yang benar. Teknik membersihkan


vulva adalahh dari arah depan ke belakang. Jika perlu, gunakan air bersih yang

hangat.

Bersihkan vulva dengan tidak menggunakan cairan antiseptik secara

berlebihan, karena akan merusak flora normal, yaitu bakteri Doderlein. Kuman

ini memecah glikogen pada lendir vagina menjadi asam (pH ± 4,5) yang bersifat

bakterisida (membunuh kuman). Penggunaan antiseeptik yang berlebihan akan

membunuh flora normal dan memberi kesempatan bagi berkembang biaknya

kuman patogenik, sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi.

e. Penggunaan pembalut wanita

Pada saat haid, remaja putri harus memakai pembalut wanita yang

bersih. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak mengandung parfum

(pewangi). Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan zat kimia pada vulva.

Setelah buang air kecil atau buang air besar, ganti dengan pembalut yang bersih

(baru). Jenis ukuran pembalut disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya pada

saat menjelang haid dan mulai terasa adanya keputihan yang sifatnya fisiologi

bisa menggunakan pembalut yang berukuran kecil (pantyliner).

f. Meningkatkan imunitas

Human papiloma virus (HPV) adalah jasad renik yang bersifat

onkogenik (menyebabkann kanker). Wanita yangterinfeksi HPV umumnya akan

menderita kanker serviks (kanker leher rahim) dalam waktu 10-20 tahun,tetapi
beberapa kasus ada yang prosesnya berjalan sangat cepat yaitu hanya dalam

waktu 1-2 tahun.semua perempuan beresiko terkena kanker serviks, dan resiko

meningkat apabila telah melakukan kegiatan seksual aktif pada usia muda (<20

tahun), berganti-ganti pasangan , sering mengalami kehamilan , merokok, dan

menderita penyakit menular seksual Meningkatkan imunitas terhadap HPV

melalui vaksinasi merupakan salah satu upaya mencegah kanker serviks, yang

sangat efektif bila dilakukan oleh remaja putri sejak umur 10 tahun

Anda mungkin juga menyukai