Anda di halaman 1dari 37

USULAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BRONKITIS AKUT


DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANGAN
PRIA RSU KAREL SADSUITBUN LANGGUR

Di Usulkan Oleh :

Dewi Wear
PO7120218057

PROGRAM STUDI KEPERWATAN TUAL


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
2021

i
USULAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BRONKITIS AKUT


DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANGAN
PRIA RSU KAREL SADSUITBUN LANGGUR

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan Kesehatan
Di Program Studi Keperawatan Tual
Poltiknik Kemenkes Maluku

Di Usulkan Oleh :

Dewi Wear
PO7120218057

PROGRAM STUDI KEPERWATAN TUAL


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
2021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dewi Wear


Nim : P07120218057
Program Studi : Keperawatan Tual
Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Usulan Proposal Karya Tulis

Ilmiah yang saya tulis ini adalah benar–benar merupakan hasil karya saya sendiri

dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang

saya akui sebagai hasil atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Usulan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan saya tersebut.


Langgur,.....April. 2021
Pembuat Pernyataan

Dewi Wear
NIM. P07120218057

Mengetahui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Robeka Tanlain,S.Kep.,M.Kep Dr,. Agnes Batmomolin, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIP.19720723 199203 2 0001 NIP.19700913 199503 2 001

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Dewi Wear NIM P07120218057,

dengan judul “Asuhan Keperawatan Keperawatan Pada Pasien Dengan

Bronkitis Akut Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksiginasi Diruangan Pria

RSU Karel Sadsuitubun Langgur” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Langgur,....April 2021

Mengetahui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Robeka Tanlain.S.Kep.,M.Kep Dr,. Agnes Batmomolin, S.Kep., Ns.,M.Kes


NIP. 19720723 199203 2 0001 NIP.19700913 199503 2 001

iv
LEMBARAN PENGESAHAN

Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Tim

Penguji Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah pada Program Studi Keperawatan

Tual Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku, pada tanggal,.....April 2021, dan

dinyatakan telah diterima serta memenuhi syarat sesuai keputusan Tim Penguji

Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah Program Studi Keperawatan Tual Politeknik

Kesehatan Kemenkes Maluku.

Susunan Tim Penguji Usulan Propasal Karya Tulis Ilmiah

Ketua Penguji

John.D. Haluruk. ST.,M.Kes


NIP. 19568151 981122 004

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Robeka Tanlain.S.Kep.,M.Kep Dr,. Agnes Batmomolin, S.Kep., Ns.,M.Kes


NIP. 19720723 199203 2 0001 NIP.19700913 199503 2 001

Mengesahkan Mengetahui
Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Ketua Pogram Studi Keperawatan Tual
Maluku

Hairudin Rasako, S.KM.,M.Kes Ns. Lucky. H. Noya. S.Kep.,M.Kep


NIP : 19641205 198903 1 002 NIP. 19690618 199603 1 001

v
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bronkitis Akut

Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Diruang Pria RSU Karel Sadsuitubun

Langgur”.Adapun maksud dari Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yaitu

untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan di Politeknik

Kesehatan Kemenkes Maluku Program Studi Keperawatan Tual. Penulis

menyadari dalam Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya

Penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik, Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Hairudin Rasako, SKM., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku.

2. dr. Kety Notanubun,M.Kes, selaku direktur RSU Karel Sabsuitubun Langgur

3. Ns. Lucky H Noya, S.Kep. M.Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Tual.

4. John. D. Haluruk, S.ST.,M.Kes, selaku Ketua Penguji

5. Ns.Robeka Tanlain. S.Kep.,M.Kep, sebagai Pembimbing Utama, sekaligus

sebagai Anggota Penguji II

6. Dr.Ns. Agnes Batmomolin. S.Kep.,M.Kep, selaku Pembimbing Pendamping,

sekaligus sebagai Anggota Penguji I

7. Dosen dan seluruh staf Program Studi Keperawatan Tual

vi
8. Keluarga tercinta, Bapak, Mama, Kaka, tersayang yang tak henti – hentinya

mendoakan keberhasilan penulis.

9. Sahabat – sahabat tersayang, Nervus 2018

10. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sungguh bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak sehingga hasil dari Penulisan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Langgur, April 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN......................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................ 4
1.3. Tujuan Studi Kasus.............................................................. 4
1.4. Manfaat Studi Kasus............................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bronkitis....................... 6
2. 2. Konsep Penyakit Bronkitis.................................................... 16
2. 3. Konsep Kebutuhan Oksiginasi.............................................. 18
2. 4. Tindakan Pemenuhan Oksiginasi......................................... 20
BAB 3 METODOLOGI PENULISAN
3.1. Rencana Studi Kasus........................................................... 23
3.2. Subjek Studi Kasus.............................................................. 23
3.3. Fokus Studi Kasus................................................................ 24
3.4. Defenisi Operasional............................................................ 24
3.5. Tempat dan Waktu Penelitian............................................... 24
3.5. Pengumpulan Data............................................................... 24
3.6. Penyajian Data..................................................................... 25
3.7. Etika Studi Kasus................................................................. 25

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian


Lampiran 2 Incomaed Consent
Lampiran 3 Format Pengkajian Keperatan
Lampiran 4 Jadwal Penelitian
Lampiran 5 Surat Permohonan Bantuan Data
Lampiran 6 Lembaran Konsul

ix
1

BAB I

PEDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Ganda S (2013). Bronkitis merupakan salah satu

penyakit pada sistem pernapasan yang dapat menyerang banyak orang.

Bronkitis dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang banyak polutan, misalnya

orang yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil

pembakaran pada saat masak yang menggunakan bahan bakar kayu.

Pasien yang mengalami bronkitis ditemukan keluhan yang terbatas seperti

batuk, sputum dan sesak napas merupakan keluhan yang ditemukan

(Hidayat, 2013). Masalah yang sering muncul pada bronkitis adalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas karena produksi sekret yang berlebih

dan sekret menumpuk di bronkus sehingga pasien mengalami gangguan

pada jalan napas yang mengakibatkan pasien mengalami ganggguan

dalam pemenuhan kebutuhan oksigen (Dhananjaya, Arya, 2017). Menurut

World Health Organization (WHO, 2018) menyatakan proporsi kematian

yang disebabkan oleh penyakit bronkitis akut di dunia sekitar 156 juta

pertahun, 61 juta kasus yang terjadi di regio Asia Tenggara, dan

diperkirakan sekitar 3,1 juta pertahun kasus di negara-negara Asia

Tenggara, 19% diantaranya diakibatkan oleh bronkitis akut.

Berdasarkan data statistik di Indonesia jumlah kasus pasien

dengan PPOK tahun 2017 sebanyak 503.738 (57,84%) kasus, Maluku 534

(9,82%) kasus dan pada tahun 2019 mulai menurun di Indonesia

sebanyak 947 (2,7 %) kasus, Maluku 367 (1,3%) kasus (Kemenkes RI,

2019). Selain itu berdasarkan data profil dinas kesehatan Maluku Tenggara

1
2

jumlah pasien dengan bronkitis dalam tiga tahun terakhir pada tahun 2018-

2020, dengan jumlah pasien sebanyak 220 pasien dengan bronkitis

dengan klasifikasi sebagai berikut pada tahun 2018 sebesar 70 kasus,

2019 sebesar 62 kasus, 2020 sebesar 68 kasus, Sedangkan data yang

diambil dari RSU Karel Sadsuitubun Langgur jumlah pasien dengan

bronkitis di ruangan rawat inap pada tahun 2018 sebanyak 50 kasus, tahun

2019 sebanyak 45 kasus dan tahun 2020 sebanyak 35 kasus dan pada

tahun 2021 dari bulan januari – februari sebanyak 25 kasus. Dari jumlah

keseluruhan maka pasien dengan bronkitis pada tahun 2018-2021

sebanyak 155 pasien. Pasien yang dirawat dengan kasus bronkitis

biasanya mengalami kesulitan bernapas sehingga dibantu dengan

pemasangan oksiginasi.

Berdasarkan penelitian Wowor (2017), penyebab bronkitis akut

yang paling umum adalah kebiasaan merokok. Tiap isapan rokok

berpotensi merusak bulu – bulu kecil didalam hidung yang disebut rambut

sillia. Rambut sillia berfungsi menghalau dan menghapus keluar debu,

iritasi, dan mukosa atau lendir yang berlebihan. Setelah beberapa lama,

kandungan rokok bisa menyebabkan kerusakan permanen pada rambut

sillia dan lapisan dinding bronkus. Lendir dan kotoran yang menumpuk

didalam paru – paru membuat sistem pernafasan menjadi lebih rentang

terserang infeksi. Untuk mengatasi masalah ketidak efektifan jalan nafas

dapat dilakukan terapi oksigen (Nanda, 2015).

Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling vital.

Oksigen dibutuhkan tubuh untuk menjaga kelangsungan metabolism sel

sehingga dapat mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel, jaringan


3

atau organ. Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan

transportasi. Proses ventilasi adalah proses penghantaran jumlah oksigen

yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru, apabila pada proses ini

terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan

sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang

menimbulkan pengeluaran mukus, (Ikawati zullies. 2015). Fungsi utama

pernafasan adalah untuk memperoleh oksigen agar dapat digunakan oleh

sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan oleh sel.

Pada orang sehat sistem pernafasan dapat yang menyediakan kadar

oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan tetapi pada

keadaan sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhambat

sehingga dapat mengganggu pemenuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut

antara lain gangguan pada sistem pernafasan dan kardiofaskuler, penyakit

kronik, penyakit obstruksi pernafasan atas (Hartono. 2015).

Adapun beberapa terapi yang dapat digunakan melawan atau

mengobat serang penyakit bronkitis diantaranya yaitu dengan berhenti

merokok serta terapi terapi oksiginasi.Terapi oksigen adalah upaya-upaya

meningkatkan masukan oksigen ke dalam sistem respirasi, meningkatkan

daya angkut hemodinamik dan meningkatkan daya ekstraksi oksigen ke

dalam jaringan, serta tujuan pemberian terapi oksiginasi merupakan

upaya pemenuhan oksignasi (Potter 2005).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis pada

pasien yang menderita bronkitis memiliki gejala sesak napas dan memiliki

kebiasaan merokok, serta data yang didapatkan dari perawat tindakan


4

yang sering digunakan pada pasien dengan bronkitis yaitu pemberian

oksiginasi dengan nasal kanul.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus tentang “Asuhan keperawatan pada pasien

Bronkitis Akut dalam pemenuhan kebutuhan oksiginasi diruang Pria RSU

Karel Sadsuitubun Langgur”. Studi kasus ini dinilai penting untuk

mengurangi angka kesakitan dan kematian anak yang menderita penyakit

bronkopneumonia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal yang menjadi masalah dalam

studi kasus ini adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien

dengan Bronkitis Akut dalam pemenuhan kebutuhan Oksiginasi di ruang

pria RSU Karel Sadsuitubun Langgur” ?

1.3. Tujuan Studi Kasus

Tujuan dari studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan

pada pasien dengan bronkitis akut dalam pemenuhan kebutuhan oksiginasi

Ruang Pria RSU Karel Sadsuitubun Langgur.

1.4. Manfaat Studi Kasus

1.4.1. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama bagi pasien

tentang pentingnya mengenal penyakit bronkitis akut dan

pemenuhan kebutuhan oksiginasi


5

1.4.2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dalam meningkatkan

mutu program pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan

bronkitis akut dalam pemenuhan kebutuhan oksiginasi.

1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah informasi dan referensi perpustakaan institusi

Pendidikan Program Studi Keperawatan Tual tentang Asuhan

Keperawatan pada pasien dengan bronkitis akut dalam pemenuhan

kebutuhan oksiginasi

1.4.4. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan

penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien

dengan bronkitis akut dalam pemenuhan kebutuhan oksiginasi


6

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2. 1. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bronkitis

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap praktik

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien di

berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan memiliki

komponen-komponen yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan,intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan.

(Asmadi, 2008)

2.1.1. Pengkajian Keperawatan

Menurut Amin Huda (2015) pengkajian Keperawatan meliputi :

a. Biodata

Identitas terdiri dari identitas pasien (nama, umur, agama,

jeniskelamin, status, pendidikaan, pekerjaan, suku bangsa,

alamat,tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, dan

diagnosa medis), dan identitas penanggung jawab (nama,

umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan, dan alamat).

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Kebanyakan kasus yang dijumpai dengan keluhan batuk –

batuk, produksi sputum seperti warna putih, dan biasanya

sesak napas (Janet W. 2015)

6
7

2) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien mulai mual dan berat badan mulai turun,

biasanya pola nafas tidak teratur, mudah letih dan sakit

kepala (Saputr0 L dkk,2013).

3) Riwayat kesehatan dahulu

Sebelumnya klien pernah menderita batuk – batuk ada

darah kurang lebih 6 bulan dan warnah darah segar dan

mepunyai riwayat merokok.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Menurut Janet W. Kenney (2015) riwayat kesehatan

meliputi : Penyakit yang pernah diderita oleh aggota

keluarga : Ada keluarga klien yang menderita penyakit yang

sama. Lingkungan rumah dan komunitas : Perilaku yang

mempengaruhi kesehata

c. Pemeriksaan Fisik

Menurut Aziz Alimul Hidayat (2014) pemeriksaan fisik, meliputi

hal-hal dibawah ini :

1) Keadaan umum : tampak lemah, sesak nafas

2) Kesadaran : tergantung tingkat keparahan penyakit

3) Tanda-tanda vital : Tekanan darah menurun, nafas sesak,

nadi lemah dan cepat, suhu meningkat, sianosis

4) Kepala/wajah

Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala serta

mengetahui luka atau kelainan pada kepala.


8

Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah apabila muka kanan dan

kiri tidak sama misal ke kanan atau kekiri, hal itu

menunjukan adanya kelumpuhan.

Palpasi : rasakan apabila adanya luka, tonjolan patologik,

dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai

kebutuhan

5) Mata

Tujuan : untuk mengetahui bentuk serta fungsi mata

(pengelihatan dan visus dan otot – otot mata),

serta mengetahui adanya kelainan pandangan

pada mata atau tidak.

Inspeksi : lihat kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek

Berkedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera :

merah atau konjungtivis,ikterik/indikasi

hiperbilirubin, atau meditrasis

Palpasi : tekan dengan ringan untuk mengetahui adanya

TIO (Tekana Intra Okuler) jika ada peningkatan

akan teraba keras (pasien dengan

glucoma/kerusakan dikus optikus adanya nyeri

tekan atau tidak).

6) Hidung

Tujuan : untuk mengetahui bentuk serta fungsi dari

hidung dan mengetahui ada atau tidaknya

sinusitis
9

Inspkesi : simetris atau tidaknya hidung, ada atau tidaknya

secret.

Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak

7) Mulut dan faring

Tujuan : Untuk mengetahui kelainan dan bentuk pada mulut,

dan mengetahui kebersihan mulut.

Isnpeksi :lihat pada bagian bibir apakah ada kelainaan

Congential (bibir sumbing ) kesimetrisan, warna,

pembengkakan, lesi, kelembapan, amati juga

jumlah dan bentuk gigi, berlubang, warna plak

dan kebersihan gigi.

Palpasi : pegang dan tekan pelan daerah pipi kemudian

rasakan ada masa atau tumor, oedematau nyeri.

8) Telinga

Tujuan : untuk mengetahui keadaan telinga, kedalaman

telinga luar, saluran telinga, gendang telinga.

Inspeksi :daun telinga simetris atau tidak, ukuran, warna,

bentuk, kebersihan, lesi.

Palpasi : tekan daun telinga adakah respon nyeri atau tidak

setta rasakan kelenturan kartaliago.

9) Leher

Tujuan : untuk menemukan apa adanya kelenjar tiroid,

bentuk serta organ yang berkaitan, untuk

memeriksa sistem limfatik


10

Inspeksi : amati bemtuk, warna kulit, jaringan perut, amati

adanya perkembangan, kelenjar tiroid, dan amatu

kesimetrisan leher dari depan belakang dan

samping

Palpasi : pegang leher klien, anjurkan klien untuk menelan

dan rasakan adanya kelenjar tiroid.

10) Kulit

Tujuan : untuk mengetahui turgor kulit serta tekstur kulit

kepala dan untuk mengetahui adanya lesi atau

bekas luka.

Inspeksi :lihat aada atau tidaknya lesi, warna cokelat

kehitaman, edema..

Palpasi :raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak,

tekstur halus, akral hangat/dingin.

11) Dada

Tujuan : untuk mengetahui kesimetrisan, irama nafas,

frekuensi, ada atau tidaknya nyeri tekan, dan

utnuk mendengrakan bunyi paru

Inspeksi : amati bentuk dada dan pergerakan dada kanan

dan kiri, amati adanya retraksi intrecosta amati

pergerakan paru

Palpasi : menetukan batas normal suara ketukan normal

paru. Bunyi resonan atau sonor pada seluruh

lapang paru, jika di sertai efusi pleura akan


11

didapati suara redup hingga pekak jika disertai

pneumothoraks bunyi hypersonan.

Auskultas :untuk mengetahui ada atau tidaknya suara

tambahan nafas, veskular, wheezing, clecies ,

atau ronchi.

12) Abdomen

Tujuan : untuk mengetahui gerakan dan bentuk perut,

mendengarkan bunyi pristatik usus, dan

mengetahui ada atau tidaknya nyeri tekan

pada bagian dalam abdomen.

Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna, ada

tidaknya retraksi, benjolan simetrisan, serta ada

atau tidak nya asietas.

Auskultasi : mendengarkan bising usus minimal 10 –

12x/menit.

13) Muskuloskelektal

Tujuan : untuk mengetahui mobilitas kekuatan dari otot dan

gangguan – gangguan didaerah tertentu

Isnpeksis : mengenali ukuran adanya atrofil dan hipertrofil,

amati kekuatan otot dengan memberi penahan

paada anggota gerak atas bawah.

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan mikrobiologis, spesimen usap tenggorok,

sekresi nasal faring, biasanya bronkus atau sputum, darah,


12

aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi paru (Asmadi

2018).

2.1.2. Diagnosa Keperawatan

Menurut PPNI Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2016),

diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan bronkitis

antara lain,

2.1.2.1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

dengan peningkatan produksi lendir, batuk tidak efektif.

2.1.2.2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

keletihan otot pernapasan

2.1.2.3. Hipertermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan

yang panas, proses penyakit peradangan

2.1.3. Rencana/Intervensi Keperawatan

Menurut PPNI Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018),

diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan bronkitis

antara lain

2.1.3.1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

peningkatan produksi lendir, batuk tidak efektif.

a. Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan

keperawatan 2 x 24 jam diharapkan bersihan jalan

nafas kembali efektif, dengan kriteria hasil : Klien dapat

mendemonstrasikan batuk efektif, tidak ada suara

nafas tambahan, pernapasan kembali normal


13

b. Intervesi dan rasional :

1) Kaji warna dan kekentalan sputum. Rasional :

karateristik sputum dapat mengetahui berat

ringannya obstruksi

2) Atur posisi semi fowler. Rasional : meningkatkan

ekspansi dada

3) Ajarkan batuk efektif. Rasional : untuk

mengerluarkan secret yang menempel di jalan

nafas

4) Lakukan fisioterapi dada dengan Teknik pustural

drainase, perkusi dan fibrasi dada. Rasional :

fisioterapi dapat mengeluarkan sekret

5) Kalaborasi dalam pemberian Oksiginasi.

Rasional : pemberian oksigiansi dapat

meningkatkan pernapasan

2.1.3.2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan

otot pernapasan, hiperventilasi paru.

a. Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan

kperawatan diharapkan pola napas kembali efektif.

Dengan Kriteria Hasil : menunjukan pola napas efektif,

dada simetris, pernapasan dalam batas normal

b. Intervesi dan rasional :

1) Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi

dada. Rasional : kecepatan biasanya mencapai


14

kedalaman bervariasi tergantung derajat gagal

napas

2) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi

pasien. Rasional : memungkinkan ekspansi paru

dan memudahkan pernapasan

3) Anjarkan pasien relaksasi napas dalam. Rasional :

dapat mengurangi sesak

4) Kalaborasi dalam pemberian oksigen dan nebulizer.

Rasional : memaksimalkan pernapasan dan

memberikan kelembapan pada membran mukosa

dan membantu pengenceran secret.

2.1.3.3. Hipertermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan

yang panas, proses penyakit peradangan

a. Tujuan dan kriteria hasil : dengan kriteria hasil : Suhu

tubuh dalam rentang normal, Nadi dan RR dalam

rentang

b. Intervesi dan rasional :

1) Monitor suhu sesering mungkin. Rasional : suhu,

menunjukkan proses penyakit infeksi akut.

2) Monitor tekanan darah, nadi, dan RR. Rasional:

peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan

vena, dan penurunan tekanan darah dapat

mengindikasi Hipovolemi, yang mengarah pada

penurunan perfusi jaringan.


15

2.1.4. Pelaksanan/Implementasi Keperawatan

Menurut Asmadi (2018), Implementasi adalah tahap ketika

perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam bentuk

intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada

tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,

kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan

saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor,

kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan

memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan

kemampuan evaluasi

2.1.5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Mitayani (2014), evaluasi perawatan merupakan

proses yang berlangsung secara kontinyu dan dimulai saat pasien

masuk ke rumah sakit dan berakhir saat pasien pulang.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

SOAP, sebagai pola pikir:

S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan.

O: Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah

dilaksanakan.

A: Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk

menyimpulkan masalah tetap atau muncul masalah baru atau

data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.


16

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa

pada respon klien.

2. 2. Konsep Penyakit Bronkitis

2.2.1. Pengertian

Bronkitis adalah suatu penyakit yand ditandai oleh

adanya inflamasi bronkus (Abdullah, M & Gunawan, J 2016 ).

Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu

trachea dan bronchus) karena infeksi virus atau bakteri (Mitayani,

2012)

2.2.2. Etiologi

Menurut Ngastiyah, (2014). Terdapat 2 jenis bronkitis, yaitu :

2.2.2.1.Bronkitis Akut

Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah virus

seperti rhinovirus, respiratory sincytial virus (RSV), virus

influenza, virus pada influenza, dan coxsakie virus.

2.2.2.2.Bronkitis kronis

Penyebab-penyebab bronkitis kronis misalnya asma atau

infeksi kronik saluran nafas dan sebagainya. Faktor-faktor

predisposisi dari bronkitis adalah alergi, perubahan

cuaca, populasi udara dan infeksi saluran nafas atas

kronik

2.2.3. Phatofisologi

Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran

nafas bagian atas oleh virus dan infeksi bakteri sekunder oleh S.

Pneumonia atau hemophilus influenza. Adanya bahan-bahan


17

pencemar udara juga memperburuk keadaan penyakit begitu

juga dengan menghisap rokok, batuk-batuk yang sering, kering

tidak produktif dan dimulai berkembang berangsur-angsur mulai

hari 3 – 4 setelah terjadinya rinitis. Penderita diganggu oleh

suara-suara meniup selama bernafas (ronki) rasa sakit pada

dada dan kadang-kadang terdapat nafas pendek. Batuk-batuk

proksimal dan penyumbatan oleh sekreasi kadang-kadang

berkaitan dengan terjadinya muntah-muntah. Dalam beberapa

hari, batuk tersebut akan produktif dan dahak akan dikeluarkan

penderita dari jernih dan bernanah. Dalam 5 – 10 hari lendir

lebih encer dan berangsur-angsur menghilang. Temuan-temuan

fisik berbeda-beda sesuai dengan usia penderita serta tingkat

penyakit. Pada mulanya anak tidak demam atau demam dengan

suhu rendah serta terdapat tanda-tanda nasofaringtis. Infeksi

konjungtiva dan rinitis. Kemudian auskultasi akan

mengungkapkan adanya suara pernafasan bernada tinggi,

menyerupai bunyi-bunyi pernafasan pada penyakit asma. Pada

anak-anak dengan malnutrisi atau keadaan kesehatan yang

buruk, maka otitis, sinusitis dan penumonia merupakan temuan

yang sering dijumpai (Ngastiyah, 2014).

2.2.4. Menifestasi Klinis

Gambaran klinik dari bronkitis biasanya dimulai dengan

tanda-tanda infeksi saluran nafas akut atas yang disebabkan

oleh virus, batuk mula-mula kering setelah 2 atau 3 hari batuk

mulai berdahak dan menimbulkan suara lendir. Pada anak,


18

dahak yang mukoid (kental) sudah ditemukan karena sering

ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak

selalu berarti terjadi infeksi sekunder. Anak besa sering

mengeluh rasa sakit retrosternal dan pad anak kecil dapat terjadi

sesak nafas.

Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada

pemeriksaan dada tetapi kemunduran dapat timbul ronki basah

kasar dan suaraf nafas kasar. Batuk biasanya akan menghilang

setelah 2 – 3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap

ada kemungkinan terjadi kolaps dan sgmental atau terjadi infeksi

paru sekunder (Setiadi, 2013).

2.2.5. Penatalaksanaan

Dalam kebanyakan kasus, bronkitis akut dapat sembuh dengan

sendirinya dalam beberapa minggu. Sedangkan pengobatan

bronkitis kronis bertujuan untuk meredakan gejalanya. Berbagai

pilihan pengobatan bronkitis kronis, antara lain:

1. Pemberian obat-obatan, seperti antibiotik, anti-radang, dan

bronkodilator untuk membuka saluran udara pengidap.

2. Menggunakan alat pembersih lendir untuk membantu pasien

mengeluarkan lendir dengan lebih mudah.

3. Terapi oksigen, sehingga dapat bernapas lebih baik.

2. 3. Konsep Kebutuhan Oksiginasi

2.3.1. Pengertian Oksiginasi

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam

kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam


19

proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa

menyebabkan hal yang sangat berarti bagi tubuh, salah satunya

adalah kematian. Karena berbagai upaya perlu dilakukan untuk

menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi

dengan baik. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari

kondisi sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler secara

fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi

dan kardiovaskuler, maka kebutuhan oksigen akan mengalami

gangguan (Abdulla, 2016).

Oksigenasi merupakan proses penambahan Oksigen ke dalam

sistem (kimia dan fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan

tidak berbau, yang mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme sel.

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, dalam waktu tertentu

membutuhkan oksigen dalam jumlah banyak karena suatu sebab.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen dalam tubuh

antara lain lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup, dan status

kesehatan (Ikawati zullies,2015).

2.3.2. Proses oksigenasi

Menurut Ganda S (2013). Proses oksigenasi melibatkan sistem

pernafasan dan kardiovaskuler. Prosesnya terdiri dari 3 tahapan

yaitu:

2.3.2.1. Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara

atmosfer dan alveoli. Masuknya Oksigen atmosfir ke dalam

alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-

ekspirasi).
20

2.3.2.2. Difusi merupakan proses pertukaran gas oksigen dengan

karbon dioksida antara alveoli dengan darah pada membran

kepiler alveolar paru.

2.3.2.3. Transportasi gas merupakan perpindahan gas dari paru ke

jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah

(aliran darah)

2.3.3. Sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi

Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin

ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh

dan pertukaran gas. Melalui peran sistem respirasi, oksigen diambil

dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran

gas oksigen dengan karbon di oksida di alveoli, selanjutnya oksigen

akan didifusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam

proses metabolisme (Setiadi, 2013).

Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di

atmosfer, kemudian oksigen masuk melalui organ pernafasan bagian

atas seperti hidung dan mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk

ke organ pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama,

bronkus sekunder, bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus,

dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain untuk jalan masuknya udara

ke organ pernapasan bagian bawah, organ pernapasan bagian atas

juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing

yang akan masuk ke pernapasan bagian bawah, menghangatkan,

filtrasi, dan melembapkan gas. Sementara itu, fungsi organ


21

pernapasan bagian bawah, selain sebagai tempat untuk masuknyan

oksigen, berperan juga dalam proses difusi gas (Setiadi. 2013).

2. 4. Tindakan Terapi Oksiginasi

Terapi oksiginasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan oksiginasi, adapun beberapa macam terapi oksiginasi

diantaranya yaitu : Nasal Kanul, Simple Mask dan Rebrathing Mask

2.4.1 Standar operasional prosedur : Nasal Kanul

1. Pengertian

Merupakan prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dengan

menggunakan alat bantu oksigen.

2. Tujuan

a. Meringankan sesak napas


b. Memberikan oksigen kadar rendah kepada pasien
3. Peralatan

a. Sumber Oksigen (Tabung O2 )

b. Nasal Kanul dengan selang penghubung

c. Pelemban Udara dengan air destilasi (Humidifier)

d. Alat pengatur aliran oksigen (Flowmeter)

e. Kain kasa

f. Tanda “dilarang merokok”

4. Prosedur pelaksanaan tindakan

a. Tahap Pra Interaksi

1) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada terkait

dengan besarnya aliran oksigen, alat yang dipakai, kadar

oksigen, dan lain-lain


22

2) Lakukan pemeriksaan TTV, Tingkat kesadaran, hasil

pemeriksaan laboratorium, dll dan rekam medis

3) Nilai risiko pemnerian terapi oksigen pada pasien dan

lingkungan mengurangi risiko bahaya pada pasien

sekitar, saperti pasien dengan tanda hipoksia, kerusakan

sambungan listrik, dan lain-lain.

4) Pasang tanda “dilarang nerokok” pada pintu kamar pasien

dan dapat oksigen mudah terbakar, merokok didalam

ruangan dilihat oleh pasien dan pengunjung serta

jelaskan kepada mereka bahaya oksigen dapat

menimbulkan bahaya kebakaran

5) Mencuci tangan

b. Tahap orientasi

1) Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik

2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada

keluarga/pasien

c. tahap kerja

1) Pasang peralatan oksigen dan pelembab udara.

a) Isi tabung pelembab udara dengan air steril sampai

setinggi tanda yang ada pada tabung

b) Pasang alat pengatur akiran oksigen (flowmeter) pada

sumber dan atur pada posisi “Of”.

c) Pasang tabung pelembab udara pada dasar alat

pengatur aliran oksigen.

d) Pasang slang dan kanul nasal pada pelembab udara


23

e) Atur aliran oksigen sesuai instruksi

f) Pastikan alat bekerja dengan baik melihat adanya

gelembung-gelembung udara pada tabung pelembab

udara atau rasakan adanya aliran oksigen yang keluar

dari selang

2) Masukkan ujung kanul kedalam lubang hidung pasien dan

selipkan tali pengikat disekitar telinga agar kanul tidak

jatuh. Dapat pula dipasang karet dibelakang telinga atau

dibawah dagu

3) Alasi selang dengan kain kasa pada bagian telinga dan

amati kulit dibelakang telinga secara berkala untuk

mengetahui ada tidaknya iritasi atau luka

4) Sering-seringlah mengamati pasien dan peralatan terkait

aliran oksigen, kondisi klinis, ketinggian air pada tabung

pelembab udara, dan lain-lain.

5) Anjurkan pasien untuk bernapas lewat hidungnya dengan

mulut tertutup

d. Tahap terminasi

1) Melakukan evaluasi tindakan

2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

3) Berpamitan dengan klien 

4) Mencuci tangan

5) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan : waktu,

aliran oksigen, dan aliran observasi pasien (Ganda S, 2013).


24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Studi Kasus

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan asuhan keperawatan secara menyeluruh dan mendalam mulai

dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,

pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi (Nursalam, 2010).

3.2. Subjek Studi Kasus

Subjek dalam penelitian ini sebanyak 2 orang pasien yang menderita

penyakit bronkitis di ruang pria rumah sakit umum daerah Karel

Sadsuitubun Langgur. Adapun kriteria subjek sebaagai berikut (Nursalam,

2010) :

3.2.1. Kriteria Inklusi

Adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel, sebagai berikut:

a. Pasien yang bersedia menjadi responden/subjek penelitian

3.2.2. Kriteria Eksklusi

Adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebaagai

sampel, sebagai berikut :

a. Pasien bronkitis dengan penurunan kesadaran

b. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

3.3. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus dalam penelitian ini adalah pemenuhan oksiginasi pada

pasien dengan bronkitis

24
25

3.4. Defenisi Operasional

3.4.1. Asuhan keperawatan adalah suatu proses asuhan atau tindakan

keperawatan yang diawali dengan pengkajian keperawatan sampai

dengan evaluasi.

3.4.2. Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu

trachea dan bronchus) karena infeksi virus atau bakteri

3.4.3. Oksigenasi merupakan proses penambahan Oksigen ke dalam

sistem (kimia dan fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan

tidak berbau, yang mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme

sel.

3.4.4. Terapi nasal kanul merupakan prosedur pemenuhan oksigen

dengan menggunakan alat bantu oksigen.

3.5. Tempat dan Waktu Penelitian

3.5.1. Tempat : studi kasus ini akan di laksanakan pada ruang pria rumah

sakit umum Karel Sadsuitubun Langgur

3.5.2. Waktu : studi kasus ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-April

2021

3.6. Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut

dengan menggunakan metode proses asuhan keperawatan.

3.6.1. Wawancara yaitu proses Tanya jawab antara peneliti dengan pasien

atau keluarga.

3.6.2. Observasi, proses pengamatan langsung peneliti terhadap kondisi

pasien

3.6.3. Pemeriksaan fisik, proses langsung peneliti memeriksa tubuh pasien.


26

3.6.4. Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai

hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

notulen, rapot, agenda dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Pada

studi kasus ini pendokumentasian diperoleh dari asuhan

keperawatan yang akan dilaksanakan

3.7. Penyajian Data

Dalam penelitian ini, analisa data dilakukan dengan cara mengukur secara

sistematis hasil studi kasus ini disajikan dalam bentuk laporan asuhan

keperawatan

3.8. Etika Studi Kasus

Menurut Notoatmodjo (2010), masalah etika penelitian keperawatan sangat

penting karena penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia,

sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

3.8.1. Informed Concent (Lembar Persetujuan)

Informed Concent merupakan lembar persetujuan yang akan diteliti

agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila responden

tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak-hak responden

3.8.2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan kode pada

lembaar pengumpulan data

3.8.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

kepada pihak yang terkait dengan peneliti.


27

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi 2018. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika.

Abdullah, M & Gunawan, J 2016 . Bronkitis dalam Cermin Dunia Kedokteran.


Vol. 39 No.9. www.kalbemed.com/Portals/6/197_CME_Bronkitis. Di akses
pada tanggal 20 Januari 2021

Asmadi (2008) Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep Dasar Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Amin Huda (2015) Asuhan Keperawatan Praktis : Berdasarkan Penerapan


Nanda, NIC,NOC dalam Berbagai Kasus. Edisi Revisi. Jilid 2

Aziz Hidayat, Musrifattul U (2013). Kebutuhan Dasar Manusia. Buku Saku


Praktikum. EGC. Jakarta

Hidayat Alimul (2014) Kebutuhan Dasar Manusia Buku Saku Praktikum. Jakarta :
EGC

Dhananjaya, Arya j, 2017, pernafasan (bronkitis), diakses tanggal 20 Januari


2021, dari ayoncrayon4.UGM.co.id/2012/bronkitis.html.

Ganda S (2013). Kebutuhan Dasar manusia. Buku Panduan Laboratorium. EGC.


Jakarta

Hartono. 2015. Peningkatan Kapasitas Vital Paru pada Pasien PPOK


Menggunakan metode Pernapasan Pursed Lips. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan. Volume 4

Ikawati zullies. 2015 penyakit sistem pernafasan dan Tatalaksana terapinya.


Yogyakarta: Bursa ilmu.

Janet W. Kenney 2015. Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual,


Jakarta : EGC

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018


Jakarta: Kemenkes RI. https://jurnal.ugm.ac.id. Diakses Pada Tanggal
23 Februari 2021.

Nanda. 2015. Asuhan Keperawatan Praktis. Edisi Revisi 2. Yogyakata:


Mediaction.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
28

Notoatmodjo (2010). Etika Penelitian Kesehatan.Jakarta: Salemba Empat.

Ngastiyah, 2014, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan KMB. Jakarta: Salemba Medika.

Potter and perry 2006. Buku Ajar fundamental Keperawatan Konsep Proses
Penyakit, Ester, M, (Alih Bahasa). Jakarta: EGC

Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Edisi Revisi 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saputro L, dkk (2013). Kebutuhan Dasar Manusia. Binarupa Aksara Publisher.


Tangeran Selatan.

World Health Organization (WHO). 2018. PPOK Mortality Database in World.


https://jurnal.Ppok-Bronkitis-ugm.ac.id. Diakses Pada Tanggal 23
Februari 2021.

Wowor, M. S., Katuuk, M. E., & Kallo, V. D. (2017). Manfaat pemberian


oksiginasi pada pasien dengan bronkitis akut Di Ruang Pria Rs
Bethesda Gmim Tomohon. Jurnal Keperawatan.
https://doi.org/UGM.Id.co. Diakses pada tanggal 09 Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai