Anda di halaman 1dari 85

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN DUKUNGAN MOBILISASI


PADA PASIEN STROKE DI RUANGAN STROKE
RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2021

DISUSUN OLEH:
WIDYA OKTARI
NIM: P0 5120420 032

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2021
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Widya Oktari
NIM : P0 5120420 032
Judul KIAN : Asuhan Keperawatan Dukungan Mobilisasi Pada
Pasien Stroke Di Ruang Stroke RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN)
ini adalah betul-betul hasil karya saya dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya
orang lain.
Demikian pernyataan ini dan apabila kelak dikemudian hari terbukti dalam skripsi
ini ada unsur penjiplakan maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Bengkulu, September 2021


Yang Menyatakan

Widya Oktari
NIM. P0 5120420 032

iv
BIODATA

1. Nama Lengkap : Widya Oktari


2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat, Tanggal : Pondok Kubang, 04 Oktober 1998
Lahir
4. Nama Ayah : Badeli, S.Pt
5. Pekerjaan Ayah : PNS
6. Nama Ibu : Ramunayati
7. Pekerjaan Ibu : IRT
8. E-mail : woktari98@gmail.com
9. No. Telp/HP : 089628872915
10. Alamat Rumah : Desa Pondok Kubang Dusun II no 75 Kec
Pondok Kubang Kab Bengkulu Tengah-
38375

11. Riwayat 1. TK Bhakti Ananda, Pondok Kubang,


Pendidikan Bengkulu Tengah
2. MI Negeri 01 Bengkulu Tengah
3. MTS Qaryatul Jihad Bengkulu Tengah
4. SMA Negeri 09 Kota Bengkulu
5. D4 Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Akhir Ners (KIAN) ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Dukungan Mobilisasi
Pada Pasien Stroke Di Ruang Stroke RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, Karya
Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini tidak dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Eliana., SKM., MPH, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Bengkulu
2. Ibu Ns. Septiyanti., S. Kep., M. Pd, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
3. Bapak Ns. Hermansyah., S. Kep., M. Kep, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Bengkulu
4. Bapak Ns. Hendri Heriyanto,. S. Kep., M. Kep, selaku pembimbing yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, memberikan bimbingan dan
arahan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIAN) ini
5. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan Jurusan Keperawatan yang telah
sabar mendidik dan membimbing selama proses pendidikan
6. Kedua orang tua dan semua keluarga yang telah mendoakan, mendukung dan
memberikan semangat baik moril maupun materil
7. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini
Penulis menyadari ketidaksempurnaan dalam penulisan KIAN ini oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar penulis
dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang. Penulis
berharap semoga KIAN ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi
penulis sendiri dan mahasiswa jurusan keperawatan lainnya.
Bengkulu, September 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ iv
HALAMAN BIODATA ............................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Teori Penyakit Stroke ........................................................... 5
B. Anatomi fisiologi otak ....................................................................... 7
C. Penelitian terkait dukungan mobilisasi .............................................. 17
D. Konsep asuhan keperawatan pada pasien stroke................................. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Rencana Studi Kasus ........................................................................ 28
B. Subyek Studi Kasus .......................................................................... 28
C. Definisi Operasional ......................................................................... 28
D. Tempat dan Waktu ........................................................................... 29
E. Pengumpulan Data ............................................................................ 29
F. Penyajian Data ................................................................................. 30
G. Etika Studi Kasus ............................................................................. 30

BAB IV HASIL STUDI KASUS


A. Gambaran Hasil Pengkajian ............................................................... 32
B. Gambaran Diagnosa Keperawatan ..................................................... 39
C. Gambaran Perencanaan Keperawatan ................................................ 40
D. Gambaran Implementasi Keperawatan ............................................... 42

vii
BAB V PEMBAHASAN
A. Gambaran Pengkajian Keperawatan................................................... 54
B. Gambaran Diagnosa Keperawatan ..................................................... 56
C. Gambaran Perencanaan Keperawatan ................................................ 56
D. Gambaran Implementasi Keperawatan ............................................... 57
E. Gambaran Evaluasi Keperawatan ...................................................... 59
F. Keterbatasan Studi Kasus .................................................................. 60

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 61
B. Saran ................................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Penelitian Terkait .................................................................................. 17
2.3 Perencanaan Keperawatan ..................................................................... 24
4.1 Gambaran Karakteristik Pasien Stroke .................................................. 32
4.2 Gambaran Pemeriksaan Fisik Pasien Stroke .......................................... 33
4.3 Data Laboratorium ................................................................................ 37
4.4 Terapi Obat ........................................................................................... 38
4.5 Gambaran Diagnosis Keperawatan Pasien Stroke .................................. 39
4.6 Gambaran Perencanaan Keperawatan Pasien Stroke .............................. 40
4.7 Gambaran Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Pasien Stroke ........ 41

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman
2.1 WOC Stroke ......................................................................................... 13

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 SOP Tindakan .................................................................................. 66
2 Penilaian Kekuatan Otot ................................................................... 69
3 Surat Izin Pengambilan Kasus ......................................................... 70
4 Surat Selesai Pengambilan Kasus .................................................... 71
5 Lembar Konsul Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ........................... 72

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit neurocerebravaskular yang
disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak karena adanya sumbatan
(ischemic) atau pecahnya pembuluh darah otak (hemoragic) yang terjadi
secara mendadak dengan gejala klinik baik fokal maupun global yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih. Tersumbatnya pembuluh darah
menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi ke otak terhambat sehingga
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan otak (World Health
Organization, 2018)
Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, 30%
meninggal dan sisanya mengalami cacat permanen (Anggraini, 2018).
Angka kejadian stroke di dunia masih sangat tinggi yaitu sekitar 795.000
jiwa setiap tahun, serangan stroke pertama terjadi pada 610.000 jiwa dan
185.000 jiwa mengalami stroke berulang, sekitar 55-75% di Amerika
pasien stroke mengalami penurunan pada kemampuan motorik (American
Heart Association, 2018).
Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa jumlah penderita
stroke di Indonesia merupakan terbanyak dan menduduki urutan pertama
di Asia. Prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring dengan
bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga
kesehatan adalah usia 75 tahun keatas 50,2% dan terendah pada kelompok
usia 15-24 tahun yaitu sekitar 0,6%. Berasarkan data 10 besar penyakit
terbanyak di Indonesia tahun 2013, prevalensi kasus stroke di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 10,9 orang permil dan
14,7 orang permil (RISKESDAS, 2018).
Salah satu penyebab atau memperparah stroke antara lain
hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), kolesterol, arteriosklerosis
(pengerasan pembuluh darah), gangguan jantung, diabetes, riwayat stroke
dalam keluarga (faktor keturunan) dan migren (sakit kepala sebelah).

1
2

Pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis. Sedangkan


pada perilaku di sebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang tidak
sehat seperti kebiasaan merokok, menkonsumsi minuman bersoda dan
beralkohol gemar mengkonsumsi makanan cepat saji. Faktor perilaku
lainnya adalah kurangnya aktifitas gerak/olahraga dan obesitas. Salah satu
pemicunya juga adalah suasana hati yang tidak baik seperti sering marah
tanpa alasan yang jelas (Soeharto, 2015).
Efek dari stroke tergantung pada tingkat keparahan dan area otak
mana yang terluka. Stroke dapat menyebabkan kelemahan mendadak,
kehilangan sensasi, atau kesulitan berbicara, melihat atau berjalan. Salah
satu masalah keperawatan yang perlu penanganan lebih lanjut yaitu
gangguan mobilitas fisik, karena pasien stroke akan merasa kehilangan
kekuatan pada salah satu anggota gerak. Pada penderita akan mengalami
kesulitan dalam melakukan aktifitas karena keterbatasan ruang gerak
(Wicaksono, 2017)
Masalah yang sering dikhawatirkan pasien stroke adalah
mengalami gangguan gerak pada ekstremitas. Pasien mengalami kesulitas
berjalan maupun menggerakan ekstremitas atas karena mengalami
gangguan pada keseimbangan, koordinasi gerak dan kekuatan otot. Pada
kasus, stroke merupakan gangguan dari otak yang berperan sebagai
susunan saraf pusat berfungsi mencetuskan dan mengontrol gerak dari
sistem neuromuskuloskeletal. Secara klinis, gejala yang muncul paling
sering yaitu mengalami hemiparesis (Agusman & Kusgiarti, 2017).
Hemiparasis yang disebabkan oleh stroke akut menyebabkan
kekakuan, kelumpuhan, kekuatan otot melemah dan akibatya mengurangi
rentang gerak sendi dan fungsi ekstremitas, aktivitas hidup sehari-hari
Activity Daily Living (ADL) (Benjamin, 2017).
Mencegah terjadinya hal tersebut maka perawat harus memberikan
asuhan keperawatan secara menyeluruh. Tindakan yang dapat dilakukan
oleh perawat kepada pasien stroke dengan hambatan mobilitas fisik
diantaranya dengan latihan mobilisasi, latihan ROM (Range Of Motion),
tirah baring setiap 2 jam sekali, tindakan ini sangat efektif untuk mencegah
3

terjadinya kekakuan pada otot, program rehabilitas dibutuhkan untuk


meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan paska serangan stroke salah
satu bagian dari rehabilitas adalah melakukan mobilisasi dini (Agusman &
Kusgiarti, 2017).
Mobilisasi diperlukan untuk mencegah dan membatasi kecemasan
dan depresi, mencegah tromboemboli, menurunkan angka morbiditas,
serta memperbaiki fungsional kardiovaskuler dan mengurangi tingkat
kekambuhan pada pasien. Prinsip dalam melakukan mobilisasi yaitu
mencegah mengurangi komplikasi sekunder seminimal mungkin,
menggantikan hilangnya fungsi motorik, memberikan rangsangan
lingkungan, memberikan dorongan untuk bersosialisasi, meningkatkan
motivasi, memberikan keseimbangan untuk dapat berfungsi, dan
melakukan aktifitas sehari-hari (Muhammad, 2017)
Mobilisasi dapat dimulai hari ke 2-3 setelah serangan stroke,
sedangkan pada stroke iskemik dengan infark miokard, mobilisasi dimulai
setelah minggu ke-3, tetapi jika penderita segera menjadi stabil dan tidak
didapatkan aritmia, mobilisasi yang hati-hati dapat dimulai pada hari ke-10
(Hamid, 2010).
Hasil survei awal yang peneliti lakukan di ruang Stroke RSUD dr.
M.Yunus Bengkulu terdapat pada tahun 2020 jumlah pasien stroke
sebanyak 257 pasien. Sedangkan pada tahun 2021 terhitung sejak bulan
januari hingga 20 Agustus 2021 adalah sebanyak 137 pasien (Rekam
Medik Unit Stroke RSUD dr. M.Yunus Kota Bengkulu.
Permasalahan pada pasien dengan penyakit stroke dapat berupa
kekakuan sendi, penurunan kekuatan otot, kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh sehingga penulis tertarik untuk melakukan studi kasus pada pasien
dengan masalah stroke yang dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah Akhir
Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Dukungan Mobilisasi Pada
Pasien Dengan Penyakit Stroke Di Ruang Stroke RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2021”.
4

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan Dukungan Mobilisasi Pada
Pasien Stroke Di Ruang Stroke RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2021?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan dukungan mobilisasi pada
pasien stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian dukungan mobilisasi paa pasien
stroke
b. Menggambarkan diagnosis keperawatan gangguan mobilitas fisik
c. Menggambarkan perencanaan asuhan keperawatan gangguan
mobilitas fisik
d. Menggambarkan implementasi gangguan mobilitas fisik
e. Menggambarkan evaluasi gangguan mobilitas fisik
D. Manfaat studi kasus
1. Bagi mahasiswa
Karya tulis ilmiah akhir ini untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan asuhan keperawatan medikal bedah
pada pasien stroke.
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah pembahasan dalam meningkatkan mutu pendidikan
dan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih memperkaya pengetahuan
dan bahan ajar mengenai asuhan keperawatan tentang dukungan
mobilisasi pada pasien stroke.
3. Bagi pelayanan kesehatan
Karya tulis ilmiah akhir ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dan sumber informasi bagi perawat dalam meningkatkan pelayanan
keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada pasien stroke.
5

4. Bagi pasien dan keluarga


Karya tulis ilmiah akhir ini diharapkan bisa menjadi informasi
tambahan bagi pasien dan keluarga dalam mengatasi masalah mobilitas
pada pasien stroke dengan evidance based terbaru.
5. Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan untuk pengembangan
konsep keperawatan yang terkait dan sebagai dasar untuk penelitian
lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Stroke
1. Definisi
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsi otak berupa
kelumpuhan saraf akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Stroke
didefinisikan sebagai penyakit obat akibat terhentinya sulai darah ke
otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan (stroke
hemoragic). Penyakit ini disebabkan oleh keadaan iskemik atau proses
hemoragik yang seringkali diawali oleh adanya lesi pada pembuluh
darah arteri. Stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan
hemoragik, stroke iskemik lebih sering terjadi dari pada stroke
hemoragik (Goldszmidt & Caplan, 2013).
Stroke merupakan sindrom atau sekumpulan gejala dan tanda yang
muncul akibat hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global)
yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Stroke dapat
menimbulkan masalah tidak hanya secara fisik namun juga masalah
mental. Masalah mental yang muncul akibat stroke yaitu mengalami
kebingungan, hilangnya ingatan visual dan verbal, kesulitan belajar
dan berpikir, hilangnya konsentrasi dan kemampuan berorganisasi,
masalah psikologis cemas dan frustasi, yang sering diikuti depresi dan
kemarahan. Sedangkan masalah keperawatan secara fisik kepada
pasien stroke adalah gangguan personal hygiene salah satunya hygiene
gigi dan mulut (Kristanti, 2017).
2. Anatomi dan Fisiologi Otak
a. Sistem Saraf Pusat
Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula
spinalis, yang merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh
aktifitas tubuh. Bagian fungsional pada susunan saraf pusat adalah
neuron akson sebagai penghubung dan transmisi elektrik antar
neuron, serta dikelilingi oleh sel glia yang menunjang secara
mekanik dan metabolik (Bahrudin, 2015).

6
7

1) Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan
sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia yang
terletak di dalam rongga tengkorak. Bagian utama otak adalah
otak besar (cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak tengah
(Khanifudin, 2012).
Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh
yang disadari. Otak besar ini dibagi menjadi dua belahan, yaitu
belahan kanan dan kiri. Tiap belahan tersebut terbagi menjadi 4
lobus yaitu frontal, parietal, okspital, dan temporal. Sedangkan
disenfalon adalah bagian dari otak besar yang terdiri dari
talamus, hipotalamus, dan epitalamus (Khanifudin, 2012). Otak
belakang/ kecil terbagi menjadi dua subdivisi yaitu
metensefalon dan mielensefalon. Metensefalon berubah
menjadi batang otak (pons) dan cereblum. Sedangkan
mielensefalon akan menjadi medulla oblongata (Nugroho,
2013). Otak tengah/ sistem limbic terdiri dari hipokampus,
hipotalamus, dan amigdala (Khanifudin, 2012).

Gambar 2.1 Bagian-bagian Otak (Nugroho, 2013)


8

Cairan ini juga mengisi ventrikel otak. Cairan ini


menyerupai plasma darah dan cairan interstisial dan dihasilkan oleh
plesus koroid dan sekresi oleh sel-sel epindemal yang mengelilingi
pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral medula spinalis.
Fungsi cairan ini adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak
otak dan medula spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran
nutrien dan zat buangan antara darah dan otak serta medula spinalis
(Nugroho, 2013).
b) Medula Spinalis (Sumsum tulang belakang)
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam
rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai
ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang
terbagi menjadi dua lapis yaitu lapisan luar berwarna putih (white
area) dan lapisan dalam berwarna kelabu (grey area). Lapisan luar
mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan
saraf. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik,
saraf motorik dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai
penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat
pengatur gerak refleks (Khanifudin, 2012).

Gambar 2.2 Bagian Area Medula Spinalis


9

3. Klasifikasi Stroke
Stroke terbagi menjadi dua macam, yaitu stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh gangguan pasokan
oksigen dan nutrisi ke sel–sel otak akibat bentukan trombus atau
emboli. Keadaan ini dapat diperparah oleh terjadinya terjadinya
penurunan perfusi sistemik yang mengalir otak. Sedangkan stroke
hemoragik terjadi karena terhalangnya suplai akibat perdarahan otak
sehingga otak tercemar oleh kumpulan darah (hematom) atau darah
masuk ke selaput otak subaraknoid yang disebut perdarahan
subaraknoid.
Price & Wilson (2006) mengklasifikasikan stroke menjadi dua, yaitu:
a. Stroke Iskemik
Stroke Iskemik terjadi akibat berkurangnya aliran darah keotak
yang berlangsung selama hitungan detik sampai hitungan beberapa
menit, apabila terjadi lebih dari beberapa menit maka akan terjadi
infark atau kematian pada bagian jaringan otak. Stroke iskemik ini
dibagi menjadi dua kategori besar yaitu oklusi trombolitik dan oklusi
embolitik.
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah
pada otak, biasanya kejadian berlangsung saat melakukan aktifitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Stroke
hemoragik dapat terjadi pada jaringan otak itu sendiri (parenkim),
ruang subarachnoid, subdural atau epidural.
4. Etiologi
a. Trombosis Serebral
Arterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi adalah
penyebab utama trombosis serebral yang merupakan penyebab
utama dari stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit
kepala adalah hal yang tidak umum, beberapa pasien dapat
mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang dan beberapa
pengalaman awitan yang tidak dapat dibedakan dari haemoragi
10

intraserebral dan embolisme serebral. Secara umum embolisme


serebral tidak terjadi secara tiba-tiba dan kehilangan bicara
sementara, hemiplegia, atau prestesia pada setengah tubuh dapat
mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari
(Brunner & Suddart, 2012).
b. Embolisme Serebral
Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti
endokarditis infeksi, penyakit jantung rematik, dan infark miokard,
serta infeksi pulmonal, adalah tempat asal emboli. Embolus
biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya
yang merusak sirkulasi serebral (Brunner & Suddart, 2012)
c. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak)
terutama karena kontriksi ateroma pada arteri yang menyuplai
darah ke otak (Brunner & Suddart, 2012).
d. Hemoragi serebral
Hemoragi dapat terjadi di luar durameter (hemoragi
ektradural atau epidural) kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera, di bawah durameter (hemoragi
subdural) periode pembentukan hematoma lebih lama dan
menyebabkan tekanan pada otak, di ruang subarakhnoid
(hemoragi subarakhnoid) dan terjadi akibat trauma atau
hipertensi, atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral)
atau perdarahan di substansi dalam otak paling umum pada pasien
dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan
degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur
pembuluh darah (Brunner & Suddart, 2012).
5. Patofisiologi
Stroke terjadi ketika ada gangguan suplai aliran darah otak di
dalam arteri yang membentuk sirkulasi Willis, arteri karotis interna
dan sistem vertebrobasilar atau semua cabangnya yang disebabkan
oleh thrombus ataupun embolus sehingga terjadi kekurangan oksigen
11

ke jaringan otak. Jika aliran darah ke otak terputus selama 15 sampai


20 menit., akan menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron
dan akhirnya terjadi infark atau kematian jaringan. Oklusi di suatu
arteri tidak selamanya menyebabkan infark pada area otak yang
diperdarahi oleh arteri tersebut., karena dimungkinkan terdapat
sirkulasi kolateral yang memadai. Proses patologi yang terjadi pada
pembuluh darah yang memperdarahi otak dapat berupa keadaan
penyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti aterosklerosis,
trombosis, robeknya dinding pembuluh atau peradangan, berkurangnya
perfusi akibat gangguan status aliran darah (syok atau hiperviskositas
darah), gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus yang
berasal dari jantung dan pembuluh ekstrakranium, ruptur vaskuler
dalam jaringan otak atau ruang subarakhnoid (Price & Wilson, 2010).
Stroke iskemik / non hemoragik disebabkan oleh adanya
penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Thrombus
umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke
area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian
menjadi kompleks iskemia, akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral
melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut
menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi
gangguan neurologis fokal.
Stroke hemoragik terjadi dimana pembuluh darah yang pecah
menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruang subarakhnoid
yang meimbulkan perubahan komponen intrakarnial yang seharusnya
konstan. Adanya perubahan komponen intrakarnial yang tidak dapat
dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila
berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
Disamping itu, darah yang mengalir ke substansi otak dan penekanan
pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak
ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
12

Bagan 2.1 WOC (Hartono, 2010)

Aterosklerosis, hipertensi, diabetes


mellitus, gaya hidup, stres

Trombus pada otak

Emboli serebral

Tekanan pembuluh darah otak

Pembuluh darah cerebral pecah Iskemia jaringan otak

Perdarahan pada otak Edema cerebri

STROKE

Terhambatnya aliran darah ke otak

Hipoksia cerebri

Kerusakan Infark jaringan otak Disfungsi nervus


neurocerebro XI
spinal N.VII
MK : Risiko Perfusi
Serebral Tidak Efektif Kelemahan pada salah
aphasia satu/ke empat anggota gerak

MK : Gangguan
Komunikasi Verbal MK : Gangguan
Mobilitas Fisik
13

6. Manifestasi Klinis
Menurut Mutiasari (2019) stroke menyebabkan defisit
neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah
aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena
fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
a. Kelumpuhan pada salah stau sisi tubuh (hemiparase atau
hemiplagia).
b. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya
hemiparesisi) yang timbul mendadak.
c. Tonus otot lemah atau kaku
d. Menurun atau hilangnya rasa
e. Gangguan lapang pandang (homonimus hemianopsia)
f. Bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan (afasia)
g. Bicara pelo atau cadel ( disatria)
h. Gangguan presepsi
i. Gangguan status mental
j. Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala
7. Komplikasi
Beberapa komplikasi stroke, diantaranya (Junaidi, 2011) :
a) Dekubitus
Tidur yang terlalu lama karena lumpuh dapat
mengakibatkan luka atau lecet pada bagian tubuh yang menjadi
tumpuan saat berbaring. Untuk mencegah itu, pasien harus sering
dipindah atau digerakkan secara teratur tidak peduli seberapa
parahnya pasien.
b) Bekuan darah
Mudah terjadi pada kaki yang lumpuh, penumpukan cairan
dan pembengkakan, embolisme paru-paru.
14

c) Pneumonia
Terjadi karena biasanya pasien tidak dapat batuk atau
menelan dengan baik sehingga menyebabkan cairan terkumpul di
paru-paru dan selanjtnya terinfeksi.
d) Kekuatan otot dan sendi
Terbaring lama akan menimbulkan kekakuan pada otot
atau sendi, untuk itulah fisioterapi dilakukan sehingga kekauan
tidak terjadi atau minimal dikurangi.
e) Stress atau depresi
Terjadi karena pasien akan merasa putus asa dan tidak
berdaya serta ketakutan akan masa depan.
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Doenges, Moorhouse, & Murr, 2010) pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan :
a. CT-scan akan memperlihatkan adanya cedera, hematoma, dan
iskemik infark.
b. Angiografi cerebral membantu menentukn penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan, obstruksi, dan rupture arteri.
c. Fungsi lumbal akan menunjukkan adanya tekanan normal dan
biasanya ada thrombosis embolis serebral dan tekanan
intrakarnial.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI) akan menunjukkan adanya
infark
e. Electroencefalogram (EEG) akan mengidentifikasi masalah
didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
f. Sinar-X tengkorak akan menggambarkan klasifikasi parsial
dinding aneurisma pad perdarahan subaraknoid.
15

9. Penatalaksanaan
Intervensi perawat pada pasien stroke menurut (Brunner & Suddart,
2012) meliputi :
a. Meningkatkan latihan mobilisasi dan mencegah deformitas
b. Mencegah bahu addukasi dan menghindari nyeri bahu
c. Meletakkan posisi tangan dan jari tangan dengan benar
d. Merubah posisi tangan tiap dua jam
e. Meningkatkan program latihan range of motion (ROM)
f. Melatih ambulasi dengan gerak dan berjalan
g. Memberikan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
memberikan dukungan terhadap kebutuhan psikolois pasien
h. Latihan meningkatkan presepsi sensoris dengan selalu
memberikan stimulus pada organ yang mengalami penurunan
sensoris
i. Melatih menelan bagi pasien yang mengalami kesulitan menelan
yang dapat menyebabkan kekurangan nutrisi
j. Meningkatkan latihan komunikasi
16

B. Penelitian Terkait Dukungan Mobilisasi pada Pasien Penyakit Stroke


Table 2.1
No Penulis & Judul Jurnal & Sample Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Terbit Penelitian
1 Hasian Leniwa, Jurnal JKFT : 90 Metode penelitian kuantitaf Hasil penelitian menunjukkan
Dewi Prabawati, Muhamadiyah responden dengan pendekata desain terdapat perbedaan signifikan
Wihelmus Hary Tanggerang vol 4 quasi expreimental dan post Terhadap kemampuan aktivitas
Susilo no 2 tahun 2019 design fungsional meningkat pada kedua
p-ISSN 2502- kelompok baik intervensi ataupun
“Pengaruh 0552;e-ISSN kontrol, dengan nilai p value
Latihan Range 2580-2917 0,001. Penelitian ini terbukti dapat
Of Motion meningkatkan kemampuan
(ROM) aktivitas pasien yang mengalami
Terhadap stroke dengan pemberian program
Perubahan latihan ROM yang dirawat
Aktivitas dirumah sakit, juga
Fungsional merekomendasikan agar program
Pada Pasien latihan ROM dapat diterapkan
Stroke Rawat khususnya diruang perawatan
Inap Di RSU medikal bedah, serta adanya
UKI Jakarta” penelitian lanjut dengan sampel
lebih besar

2 Nur Azizah, Jurnal Manajemen 2 Studi kasus dilakukan Studi kasus dilakukan di RSUD
Wahyu Ningsih Asuhan responden dengan cara meneliti suatu Dr. Adhyatma, MPH Semarang di
Keperawatan Vol. permasalahan melalui suatu ruang Alamanda selama 6 hari
“Genggam Bola 4 No. 1 Januari kasus dengan menggunakan dengan diberikan pemanasan
Untuk 2020, Halaman 35 bentuk rancangan one group genggam bola dalam waktu 3-10
Mengatasi –4 pretest posttest. Studi kasus menit. Hasil studi kasus pada
Hambatan pISSN : 2356-3079 ini menggunakan pasien I dan II mengalami
17

Mobilitas Fisik eISSN : 2685-1946 pendekatan peningkatan skala kekuatan otot.


Pada Pasien asuhan keperawatan pasien Disimpulkan bahwa studi kasus
Stroke dengan stroke non dalam penerapan genggam bola
Nonhemoragik” hemoragik dalam mengatasi dapat mengatasi hambatan
hambatan mobilitas fisik mobilitas fisik pada pasien SNH.
dengan penerapan genggam
bola.
3 Sandra, Meisa JKA (Jurnal 1 Penelitian menggunakan Setelah dilakukan ROM dengan
Daniati, Sopia Keperawatan responden metode deskriptif dengan stimulasi sikat sensori hasil
Harni Abdurrab) Volume pendekatan studi kasus yaitu observasi menunjukkan bahwa
05 No. 01, Bulan perlakuan dan observasi terdapat perubahan yang
“Studi kasus Juli Tahun 2021 pada pasien stroke iskemik signifikan terhadap peningkatan
gangguan hemiparesis, kekuatan otot kekuatan otot ekstremitas pasien,
mobilitas fisik ISSN Cetak : 1-3, kesadaran dimana latihan yang dilakukan
pasien stroke 2541-2640 komposmentis, tanda-tanda setiap 2 jam sekali selama 4 hari,
iskemik dengan ISSN Online : vital (tekanan darah, nadi, menstimulus impuls otak melalui
hemiparesis 2579-8723 suhu dan pernapasan) pasien otot tak sadar dan saraf sensorik
stsetelah stabil dan dirawat di ruang untuk kontraksi dan memperkuat
diberikan Medikal RSUD Arifin bagian yang lemah, melalui gerak
stimulasi sikat Achmad Pekanbaru. stimulus neuromuskular yang
sensori” Pengumpulan data pasien benar sehingga mempermudah
dengan melihat catatan timbulnya reaksi atau gerakan.
integrasi pasien, observasi
dan wawancara dengan
pasien dan keluarga. Pasien
yang mendapat perlakuan
tambahan berupa
penggunaan sikat sensori
dalam latihan ROM setiap 2
jam sekali yang dilakukan
oleh perawat, adalah pasien
18

yang telah direncanakan


asuhan keperawatan
terhadap gangguan mobilitas
fisik yang terjadi akibat
adanya lesi otak pada area
motor korteks
4 Arista Jurnal Ilmu 20 Artikel Metode yang digunakan Tempat penelitian pada literature
Maisyaroh, Keperawatan pada penyusunan Literature review dilakukan di 13 negara.
Kharisma Nur Medikal Bedah review menggunakan Karakteristik Responden dalam
Azizah, Achlis Vol. 4 (1), Bulan PRISMA checklist untuk beberapa penelitian ini merupakan
Abdillah, Rizeki Mei Tahun 2021, menentukan penyeleksian pasien berusia lebih dari 30 tahun
Dwi Fibriansari Hal. 13-24 studi serta menggunakan mengalami hemiparesis pada
ISSN 2338-2058 dengan format PICOS. Data ekstremitas atas maupun bawah
“Efektivitas (print), yang digunakan yang disebabkan oleh stroke,
Mirror Therapy ISSN 2621-2986 menggunakan data dengan rentang waktu lebih dari 1
Terhadap (online) sekunder. Cara bulan setelah mengalami serangan
Peningkatan pengumpulan data dengan stroke. Dari 20 artikel yang
Kekuatan Otot database elektronik meliputi tercantum, ada setidaknya 17
Pada Pasien EBSCO HOST, PubMed, artikel yang berpengaruh terhadap
Post Stroke: Spinger Link, Science hasil. Pada pencarian awal artikel
Literatur direct, Taylor & Francis. ditemukan sejumlah 1.278 artikel,
Review” Setelah disaring dari tahun 2016-
2020. Artikel dengan
menggunakan bahasa inggris
menjadi 1.270. Artikel yang sudah
didapatkan kemudian diperiksa
duplikasi, terdapat 42 artikel yang
sama sehingga dikeluarkan.
Peneliti menyeleksi artikel dengan
judul dan abstrak berjumlah 942
artikel tidak sesuai area studi. Dan
19

artikel berjumlah 268 bukan full


text. Sehingga, total artikel yang
dapat di review berjumlah 20
artikel.

5 Setiyawan, Lina Caring : Jurnal 40 penelitian ini menggunakan Hasil penelitian menunjukan ada
Pratiwi, Noerma Keperawatan Responden desain penelitian quasi pengaruh rendam kaki air hangat
Shovie Rizqiea Vol.8, No. 1, experiment dengan terhadap kekuatan otot pasien
Maret 2019, pp. 15 pendekatan pre test and post stroke non hemoragik dengan
– 22 test nonequivalent control nilai p-value 0,000 dan ada
“Pengaruh ISSN 1978-5755 group. Sampel perbedaan antara kelompok
hidroterapi (Online) menggunakan tehnik non kontrol dan kelompok intervensi
rendam kaki air DOI: 10.29238 probability sampling dengan pasien stroke non hemoragik
hangat terhadap pendekatan purposive dengan nilai p-value 0,008.
kekuatan otot sampling. Terdapat pengaruh hidroterapi
pada pasien rendam kaki air hangat terhadap
stroke non kekuatan otot ekstermitas atas
hemoragik” pasien stroke non hemoragik.
Perawat sebagai praktisi
kesehatan diharapkan dapat
memberikan hidroterapi rendam
kaki air hangat untuk
meningkatkan kekuatan otot pada
pasien stroke non hemoragik.
20

C. Asuhan Keperawatan pasien Penyakit Stroke dengan Gangguan


Mobilitas Fisik
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses perawatan yang
menyangkut data yang komprehensif dan valid akan menentukan penetapan
diagnosis keperawatan dengan tepat dan benar (Wartonah, 2015).
Pengkajian ini menyangkut perawat mengkaji adanya gangguan
mobilitas fisik berdasarkan data mayor dan minor. Data mayor gangguan
mobilitas fisik yaitu mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan
otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun. Data minor gangguan
mobilitas fisik yaitu nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,
merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi,
gerakan terbatas, fisik lemah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah
kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Diagnosa keperawatan ditegakkan dengan pola PES, yaitu problem
sebagai inti dari respon klien, Etiologi sebagai penyebab dari suatu masalah
yang muncul, Sign and symptom sebagai tanda dan gejala dari suatu
masalah. Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah gangguan mobilitas fisik.
Penyebab gangguan mobilitas fisik adalah penurunan kendali otot,
penurunan kekuatan otot, kekakuan sendi, gangguan muskuloskeletal,
gangguan neuromuskular, gangguan kognitif, keengganan melakukan
pergerakan, gangguan sensori presepsi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017).
Tanda dan gejala intoleransi aktivit gangguan mobilitas fisik meliputi
data mayor dan data minor yang terdiri dari data subyektif dan data
21

obyektif menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), tanda dan gejala
untuk masalah keperawatan intoleransi aktivitas yaitu :
a. Mayor :
1) Subyektif : Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas.
2) Objektif : kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun.
b. Minor :
1) Subyektif : nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,
merasa cemas saat bergerak.
2) Objektif : sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas,
fisik lemah.
Diagnosa yang ditegakkan pada Stroke yaitu gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai dengan data mayor
subyektif : mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, data mayor objektif :
kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun, data minor
objektif : merasa cemas saat bergerak , dan data minor subyektif : sendi
kaku, gerakan terbatas, fisik lemah.
c. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan terdiri atas luaran dan intervensi. Luaran
(outcome) merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur
meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi pasien, keluarga atau
komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. Luaran
keperawatan Indonesia memiliki tiga komponen utama yaitu label,
ekspetasi dan kriteria hasil. Label merupakan nama sari luaran keperawatan
yang terdiri atas kata kunci untuk memperoleh informasi terkait luaran
keperawatan.
Ekspetasi merupakan penilaian terhadap hasil yang diharapkan
tercapai, sedangkan kriteria hasil merupakan karakteristik pasien yang
dapat diamati atau diukur oleh perawat dan dijadikan dasar untuk menilai
pencapaian hasil intervensi keperawatan (PPNI, 2019).
22

Tabel 2.2 Perencanaan Keperawatan


DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN / KRITERIA HASIL RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi SIKI:
berhubungan dengan gangguan keperawatan 3 x 8 jam, diharapkan Dukungan Mobilisasi
neuromuskular gangguan rasa nyaman menurun yang
dikarakteristikkan dengan: Observasi
SLKI: Mobilitas Fisik 1. Identifikasi adanya keluhan fisik lainnya
 Ekspetasi: meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Dengan kriteria hasil: 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
1. Kekuatan otot memulai mobilisasi
2. Rentang gerak (ROM)
3. Kaku sendi Terapeutik
4. Gerakan terbatas 4. Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
5. Kelemahan fisik 5. Fasilitas melakukan pergerakan
6. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan

Edukasi
7. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
8. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
9. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

Evidence Based Practice:


10. Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap
Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke (Puji indriani, Astri
pradesti, 2020 )
11. Genggam Bola Untuk Mengatasi Hambatan Mobilitas
Fisik Pada Pasien Stroke Nonhemoragik (Nur Azizah,
Wahyu Ningsih, 2020)
12. Pengaruh hidroterapi rendam kaki air hangat terhadap
kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik
(Setiyawan, Lina Pratiwi, Noerma Shovie Rizqiea, 2019)
13. Efektivitas Mirror Therapy Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Pada Pasien Post Stroke: Literatur
23

Review” (Arista Maisyaroh, Kharisma Nur Azizah, Achlis


Abdillah, Rizeki Dwi Fibriansari, 2021).
14. Studi kasus gangguan mobilitas fisik pasien stroke
iskemik dengan hemiparesis stsetelah diberikan
stimulasi sikat sensori (Sandra, Meisa Daniati, Sopia
Harni, 2021).
24

10. Implementasi Keperawatan


Menurut Tartowo & Wartonah (2015), implementasi merupakan tahap
ketika perawat melakukan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Implementasi yang dikategorikan serangkaian perilaku perawat
yang berkoordinasi bersama pasien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain
untuk membantu mengatasi masalah kesehatan pasien sesuai perencanaan
dan kriteria hasil yang sudah ditetapkan. Seorang perawat melakukan
hubungan interpersonal dengan pendekatan terapeutik kepada pasien guna
untuk mempercepat kesembuhan pasien. Menurut Debora (2013), aktivitas
yang dilakukan pada tahap implementasi dimulai dari pengkajian lanjutan,
membuat prioritas, menghitung alokasi tenaga, memulai intervensi
keperawatan, dan mendokumentasikan tindakan dan respon klien terhadap
tindakan yang telah dilakukan.
11. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,
tahap penilaian atau perbandingan yang sistematis, dan terencana tentang
kesehatan pasien,dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dilakukan secara
berkesinambungan (Debora, 2013). Pada tahap evaluasi perawat
membandingkan status kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Menurut Alimul & Hidayat, (2012), evaluasi terdiri
dari dua kegiatan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
dilakukan selama proses perawatan berlangsung atau menilai respon pasien,
sedangkan evaluasi hasil dilakukan atas target tujuan yang diharapkan.
Format yang digunakan dalam tahap evaluasi menurut Alimul &
Hidayat (2012) yaitu format SOAP yang terdiri dari :
a. Subjective, yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien
setelah tindakan yang diberikan. Pada pasien Stroke dengan gangguan
mobilitas fisik diharapkan mobilitas fisik meningkat dengan hasil sebagai
berikut :
25

1) Pergerakan ekstremitas meningkat


2) Kekuatan otot meningkat
3) Kaku sendi menurun
4) Gerakan terbatas menurun
5) Kelemahan fisik menurun
b. Objective, yaitu informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
c. Assesment, yaitu membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil. Kemudian ditarik kesimpulan
dari dua kemungkinan simpulan yaitu :
1) Tujuan tercapai, yaitu respon pasien yang menunjukkan perubahan
dan kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
2) Tujuan tidak tercapai, yaitu respon pasien tidak menunjukkan adanya
perubahan ke arah kemajuan.
Planning, yaitu rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
BAB III
METODE PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus


Studi kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Pada studi kasus KIAN ini,
penulis berupaya untuk memberikan gambaran secara sistematis, aktual dan
akurat tentang asuhan keperawatan dukungan mobilisasi pada pasien stroke
diruang stroke RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2021. Pendekatan asuhan
keperawatan yang digunakan meliputi tahapan pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.

B. Subyek Studi Kasus


Studi kasus penelitian yang digunakan dalam gambaran asuhan
keperawatan dukungan mobilisasi pada pasien stroke diruang stroke RSUD Dr.
M. Yunus adalah individu yang menderita gangguan mobilisasi. Adapun subjek
penelitian yang peneliti sekarang lakukan berjumlah dua orang pada pasien
stroke di ruang stroke RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu dengan kriteria inklusi dan
ekslusi sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien stroke berjenis kelamin laki-laki/perempuan
b. Pasien yang telah didiagnosa menderita stroke
c. Pasien yang mengalami gangguan mobilisasi
d. Bersedia menjadi responden.
2. Kriterian Ekslusi
Terputusnya proses asuhan keperawatan selama studi kasus sebagai berikut:
a. Pasien pulang Atas Permintaan Sendiri (APS) atau dirujuk
b. Pasien meninggal dunia saat dirawat inap
c. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran.

26
27

C. Definisi Operasional
1. Asuhan keperawatan pada studi kasus ini didefinisikan sebagai suatu
rangkaian proses keperawatan kritis yang meliputi pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan pada pasien distroke
ruang stroke.
2. Dukungan mobilisasi pada studi kasus ini didefinisikan sebagai memfasilitasi
pasien untuk meningkatkan aktivitas pergerakan fisik.
3. Penyakit Stroke pada studi kasus ini didefinisikan sebagai suatu diagnosa
dokter di RSUD dr M yunus berdasarkan tanda gejala dan hasil pemeriksaan
penunjang yang menunjukkan pasien mengalami penurunan kekuatan otot.
4. Gangguan mobilitas fisik pada studi kasus ini didefinisikan sebagai diagnsosa
keperawatan pada pasien stroke di RSMY yang mengalami keterbatasan dalam
gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.

D. Tempat dan Waktu

Lokasi penelitian ini adalah di ruang Stroke RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2021. Proses pengumpulan data dilakukan pada saat penulis praktik di
stase keperawatan elektif bulan Agustus 2021 dan penyelesaian laporan
dilakukan pada bulan September 2021.

E. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data di dapatkan melalui wawancara dan observasi
dengan hasil anamnesis yang berisi tentang identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang-dahulu keluarga, riwayat psikologi dan
pemeriksaan fisik pada system tubuh pasien serta ADL (Activity Daily
Living) Sumber data bisa dari klien, keluarga serta perawat ruangan.
28

2. Data Sekunder
Data diperoleh peneliti dengan melakukan akses pencarian
menggunakan google Scholar, Pubmad dan situs web perpustakaan nasional
dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan
dengan permasalahan yang sedang di teliti.

F. Penyajian Data
Penyajian data pada penelitian ini disajikan secara tekstual dan naratif yang
disajikan secara sistematis meliputi proses asuhan keperawatan yang dimulai dari
pengkajian, diagnosa, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi.

G. Etika Studi Kasus


Peneliti mempertimbangkan etik dan legal penelitian untuk melindungi partisipan
agar terhindar dari segala bahaya serta ketidaknyamanan fisik dan psikologis.
Ethical clearence mempertimbangkan hal-hal dibawah ini:
1. Self determinan
Pada studi kasus ini, partisipan diberi kebebasan untuk berpartisipasi
atau mengundurkan diri tanpa ada paksaan.
2. Tanpa nama (anonimity)
Peneliti menjaga kerahasiaan partisipan dengan tidak mencantumkan
identitas partisipan dan penanggung jawab pada lembar seluruh data proses
perawatan, peneliti hanya memberi inisial sebagai pengganti identitas.
3. Kerahasiaan (confidentialy)
Semua informasi yang didapat dari partisipan, penanggung jawab,
perawat ataupun data sekunder (rekam medis) atau lainnya tidak
disebarluaskan ke orang lain dan hanya peneliti yang mengetahuinya.
Setelah 3 bulan hasil penelitian di presentasikan, data yang diolah
dimusnahkan demi kerahasiaan responden.
4. Keadilan (justice)
Peneliti memperlakukan kedua partisipan secara adil selama
pengumpulan data tanpa adanya diskriminasi dengan memenuhi kebutuhan
29

dasar partisipan selama di rawat di Ruangan Stroke RSUD dr. M. Yunus


Bengkulu.
5. Asas kemanfaatan (beneficiency)
Asas kemanfaatan harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas penderitaan,
bebas eksploitasi dan beban resiko. Bebas penderitaan yaitu peneliti
menjamin responden tidak akan mengalami cidera, mengurangi rasa sakit,
dan tidak akan memberikan penderitaan pada responden. Bebas eksploitasi
dimana pemberian informasi dari responden akan digunakan sebaik mungkin
dan tidak akan digunakan secara sewenang- wenang demi keutungan
peneliti. Bebas risiko yaitu responden terhindar dari risiko bahaya
kedepannya. Tujuan dari penelitian adalah untuk menambah pengetahuan,
menerapkan perawatan pasien stroke serta berperan dalam mengurangi hari
lama rawat.
6. Maleficience
Peneliti menjamin tidak menyakiti, membahayakan, atau memberikan
ketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikologi.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS

Bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. A
dan Tn. A dengan kasus Stroke yang dilakukan pada bulan Agustus 2021. Asuhan
keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Pengkajian ini
dilakukan dengan metode auto anamnesa (wawancara dengan klien langsung), allo
anamnesa (wawancara dengan keluarga atau orang terdekat), tenaga kesehatan lain
(perawat ruangan), pengamatan, observasi, pemeriksaan fisik, menelaah catatan
medis dan catatan keperawatan.
A. Gambaran Karakteristik Pasien Stroke Di Ruangan Stroke RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu
1. Pengkajian
a. Karakteristik identitas pasien
Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Pasien Stroke
Pengkajian Ny. A Tn. A
Identitas Pasien Seorang perempuan Ny.A berusia 57 Seorang laki-laki berusia 50 tahun,
tahun dengan pekerjaan IRT, pasien bekerja swasta, pendidikan
pendidikan terakhir SMA, beragama terakhir SMA, beragama islam
islam, alamat di Jl Tutwuri yang beralamat Padang Harapan.
Handayani.
Identitas Tn. H, suami Ny. A dengan usia 41 Tn. A, Kakak Tn. A dengan usia 44
Penanggung tahun, pendidikan terakhir D3, tahun, pendidikan terakhir S1,
Jawab alamat Jl Tutwuri Handayani. alamat Padang Harapan
Keluhan Utama Ny.A datang ke RSUD Dr M.Yunus Tn. A datang ke RSUD Dr. M
Masuk Rumah Bengkulu pada tanggal 13 Agustus Yunus Bengkulu pada tanggal 19
Sakit 2021 pukul 21.00 wib rujukan dari Agustus 2021 pukul 18.00 wib
RS Bhayangkara setelah 3 hari rujukan dari RS Ummi setelah 3
perawatan dengan keluhan hari perawatan dengan keluhan
penurunan kesadaran dan kelemahan penurunan kesadaran ± 8 jam
anggota gerak sebelah kiri sejak ± 2 SMRS dan kelemahan anggota
hari SMRS. gerak sebelah kanan.

30
31

Riwayat Keluarga Ny.A mengatakan pasien Keluarga Tn. A mengatakan pasien


Kesehatan mengalami kelemahan anggota gerak mengalami kelemahan anggota
Sekarang sebelah kiri sejak 6 hari yang lalu, gerak sebelah kanan, nilai kekuatan
nilai kekuatan otot ekstremitas kiri otot ekstremitas kiri 555 dan
111 dan ekstremitas kanan 555. ekstremitas kanan 111.
Riwayat Pasien memiliki riwayat hipertensi Pasien memiliki riwayat stroke ±
Kesehatan tidak terkontrol ± 1 tahun, Ny.A 1,5 tahun, dan memiliki riwayat
Dahulu tidak rutin minum obat. hipertensi ± 4 tahun, Tn. A rutin
minum obat hipertensi.
Riwayat Keluarga Ny. M mengatakan ayah Keluarga Tn.A mengatakan ibu
Kesehatan pasien memiliki riwayat stroke dan ayah pasien memiliki riwayat
Keluarga penyakit hipertensi
Riwayat Pasien dekat dengan suami anak- Pasien dekat dengan adik laki-
Psikososial dan anaknya. lakinya.
Spiritual

b. Pemeriksaan Fisik Pasien Stroke


Tabel 4.2 Gambaran Pemeriksaan Fisik Pasien Stroke
Pemeriksaan Pasien tampak lemah, tingkat Pasien tampak lemah, tingkat
Fisik kesadaran compos mentis (14), GCS: kesadaran somnolen (14), GCS: E :
E : 3, V : afasia, M : 6, berat badan 3, V : afasia, M : 6, berat badan 67
60 kg, tinggi badan 156 cm, IMT : kg, tinggi badan 168 cm, IMT :
24,6 23,7
Pengkajian - Nilai kekuatan otot - Nilai kekuatan otot
kekuatan otot 111 555 555 111
111 555 555 111

- Gerakan terbatas - Gerakan terbatas


- Rentang gerak (ROM) menurun - Rentang gerak (ROM)
- Sendi tangan dan kaki kaku menurun
- Esktremitas atas dan bawah - Sendi tangan dan kaki
bagian kiri tidak bisa kaku
digerakkan - Ekstremitas atas dan
bawah bagian kanan tidak
bisa digerakkan
Tanda-tanda TD : 173/100 mmHg, nadi : 101 TD: 170/103 mmHg, nadi 110
Vital x/menit, RR : 24 x/menit, suhu : 36,7 x/menit, RR 26 x/menit, suhu 37,5
ºC, SPO2 98% dengan O2 3 lpm ºC, SPO2 96% dengan 3 lpm
Sistem Posisi mata pasien simetris, kelopak Posisi mata pasien simetris, kelopak
Penglihatan mata tidak ada lesi, tidak ada ptosis, mata tidak ada lesi, tidak ada ptosis,
tidak ada exopthalmus, bola mata tidak ada exopthalmus, bola mata
dapat mengikuti gerakan, ketajaman dapat mengikuti gerakan,
penglihatan mengalami penurunan, konjungtiva an anemis, sklera an
konjungtiva an anemis, sklera an ikterik, pupil isokor dan pupil
ikterik, pupil isokor dan pupil mengecil saat terkena cahaya,
mengecil saat terkena cahaya, dan fungsi penglihatan baik dan tidak
tidak memakai lensa kontak ataupun memakai lensa kontak ataupun
kacamata kacamata
Sistem Daun telinga pasien simetris, tidak Daun telinga pasien simetris, tidak
Pendengaran ada lesi, terdapat sedikit serumen, ada lesi, telinga tampak bersih,
tidak ada cairan yang keluar dari tidak ada cairan yang keluar dari
32

telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada perasaan penuh di
telinga ataupun tinnitus, fungsi telinga ataupun tinnitus, fungsi
pendengaran baik, tidak memakai pendengaran baik, tidak memakai
alat bantu pendengaran alat bantu pendengaran
Sistem Terdapat penggunaan otot bantu Terdapat penggunaan otot bantu
Pernapasan pernapasan, terdapat retraksi dinding pernapasan, tidak terdapat retraksi
dada, tidak terdapat pernapasan dinding dada, tidak terdapat
cuping hidung, tidak ada sianosis, pernapasan cuping hidung, tidak
RR: 24 x/menit, ekspansi paru ada sianosis, RR: 26 x/menit,
simetris kiri dan kanan, perkusi ekspansi paru simetris kiri dan
sonor pada ICS 1-4 dextra, dullness kanan, perkusi sonor pada ICS 1-5
pada ICS 5 dextra, sonor pada ICS 1- dextra, sonor pada ICS 1-2 sinistra,
2 sinistra, dullness pada ICS 3-5 dullness pada ICS 3-5 sinistra,
sinistra, suara napas vesikuler. suara napas vesikuler
Sistem Bentuk dada normochest, tidak ada Bentuk dada normochest, tidak ada
Kardiovaskuler sianosis, nadi 101 x/menit, nadi sianosis, nadi 110 x/menit, nadi
teraba kuat dan irama teratur, teraba kuat dan irama teratur,
tekanan darah 173/100 mmHg, akral tekanan darah 170/103 mmHg,
teraba hangat, CRT kembali < 3 akral teraba hangat, CRT kembali <
detik, bunyi jantung BJ I dan BJ II, 3 detik, bunyi jantung BJ I dan BJ
irama tertatur, tidak ada sakit dada II, irama tertatur, tidak ada sakit
dada
Sistem Pasien tampak tidak pucat, tidak ada Pasien tampak tidak pucat, tidak
Hematologi perdarahan ada perdarahan
Sistem Saraf Pasien mengalami sakit kepala, Tidak ada sakit kepala ataupun
Pusat tingkat kesadaran compos mentis, pusing, tingkat kesadaran compos
GCS: E : 3, V : afasia, M : 6 mentis, GCS: E : 3, V : afasia, M :
Pemeriksaan Nervus : 6
1) Nervus Difaktorius (Penciuman) Pemeriksaan Nervus :
 Kiri: Masih dapat berfungsi 1) Nervus Difaktorius (Penciuman)
dengan normal  Kiri: Masih dapat berfungsi
 Kanan: Berfungsi dengan dengan normal
normal  Kanan: Berfungsi dengan
2) Nervus Oftikus normal
 Lapang pandang: Dalam 2) Nervus Oftikus
rentang normal  Lapang pandang: Dalam
 Ketajaman penglihatan: Pasien rentang normal
mampu menglihat ada jarak 2 m  Ketajaman penglihatan: Pasien
3) Nervus Ocullomotorius, mampu menglihat ada jarak 2
Troklearis, Abdusen m
 Kelopak mata tidak ada 3) Nervus Ocullomotorius,
exsoptalmus Troklearis, Abdusen
 Pupil mata isokor  Kelopak mata tidak ada
 Pergerakan bola mata simetris exsoptalmus
 Pupil mengecil saat terkena  Pupil mata isokor
cahaya  Pergerakan bola mata simetris
4) Nervus Trigeminus  Pupil mengecil saat terkena
 Sensibilitas wajah normal Ny. A cahaya
mampu merasakan rabaan dan 4) Nervus Trigeminus
rangsangan nyeri pada wajah  Sensibilitas wajah normal Tn.
kiri dan kanan A mampu merasakan rabaan
 Refleks kornea kornea normal dan rangsangan nyeri pada
pada mata kiri dan kanan wajah kiri dan kanan
33

5) Nervus Fasialis  Refleks kornea kornea normal


 Wajah simetris pada mata kiri dan kanan
 Alis simetris 5) Nervus Fasialis
 Gerakan otot wajah simetris  Wajah simetris
 Kemampuan indra pengecap  Alis simetris
tidak dilakukan pengkajian  Gerakan otot wajah simetris
 Mampu memberikan tahanan  Kemampuan indra pengecap
pada saat mata dicoba untuk tidak dilakukan pengkajian
dibuka  Mampu memberikan tahanan
6) Nervus Austicus pada saat mata dicoba untuk
 Keseimbangan: Tidak ada karna dibuka
pasien tidak mampu berdiri 6) Nervus Austicus
 Pendengaran: Mampu  Keseimbangan: Tidak ada
mendengar dengan baik dan karna pasien tidak mampu
merespon komunikasi dengan berdiri
tepat, namun dengan gerakan  Pendengaran: Mampu
7) Nervus Glasofarius mendengar dengan baik dan
 Kemampuan merasakan rasa merespon komunikasi dengan
makanan tidak dilakukan tepat, namun dengan gerakan
pengkajian Ny. A terpasang 7) Nervus Glasofarius
NGT  Kemampuan merasakan rasa
8) Nervus Vagus makanan tidak dilakukan
 Reflex menelan kurang, Ny. A pengkajian Tn. A terpasang
terpasang NGT NGT
9) Nervus Aksesoris 8) Nervus Vagus
 Otot trapezius pada bagian  Reflex menelan kurang, Tn. A
kanan dan kiri lemah terpasang NGT
10) Nervus Hipoglosus 9) Nervus Aksesoris
 Mampu menggerakan lidah ke  Otot trapezius pada bagian
kanan, namun tidak mampu kanan dan kiri lemah
menggerakkan lidah kekiri 10) Nervus Hipoglosus
 tidak mampu mendorong pipi  Mampu menggerakan lidah ke
dengan lidah baik bagian kiri kiri, namun tidak mampu
maupun bagian kanan menggerakkan lidah kekanan
Pemeriksaan Refleks  tidak mampu mendorong pipi
- Fisiologis dengan lidah baik bagian kiri
Biseps maupun bagian kanan
Trisep Pemeriksaan Refleks
Patela - Fisiologis
- Patologis Biseps
Refleks babinski (-) pada Trisep
kaki kanan Patela

- Patologis
Refleks babinski (-) pada
kaki kiri
Sistem Keadaan mulut pasien besih, tidak Keadaan mulut pasien sedikit kotor,
Pencernaan terdapat caries, tidak ada terdapat caries, tidak ada
penggunaan gigi palsu, tidak ada penggunaan gigi palsu, tidak ada
stomatitis, membran mukosa bibir stomatitis, membran mukosa bibir
tampak pucat dan kering, tidak ada tampak pucat, tidak ada distensi
distensi abdomen, bising usus abdomen, bising usus 7 x/menit
5x/menit
34

Sistem Endokrin Tidak terdapat pembesaran kelenjar Tidak terdapat pembesaran kelenjar
tiroid,tidak terdapat luka ganggren tiroid, tidak terdapat luka ganggren
Sistem Jumlah urine ± 500 cc/6 jam, warna Jumlah urine ± 450 cc/6 jam, warna
Urogenital kuning, tidak ada distensi kandung kuning, tidak ada distensi kandung
kemih, pasien menggunakan kateter, kemih, pasien menggunakan
tidak ada hematuria. kateter, tidak ada hematuria
Sistem Turgor kulit kembali < 3 detik, tidak Turgor kulit kembali < 3 detik,
Integumen terdapat edema. tidak terdapat edema.
Sistem Terdapat kelemahan pada anggota Terdapat kelemahan pada anggota
Muskuloskeletal gerak kiri, kekuatan otot gerak kanan, kekuatan otot
111 555 555 111
111 555 555 111
35

c. Data Penunjang
Tabel 4.3 Data Laboratorium
Ny. A Tn. A
Pemeriksaan Nilai Normal Satuan
19/08/2021 20/08/2021 21/08/2021 19/08/2021 20/08/2021 21/08/2021
Hematologi
Hemoglobin 12,0-15,0 gr/dl 12,3 - 14,8 -
Hematoktit 40-54 vol% 37 - 45 -
Leukosit 4000-10000 /ul 9100 - 20200 -
Trombosit 150000-450000 /ul 190000 - 109000 -
Fungsi Hati
SGOT <50 U/L - - 154 -
SGPT <50 U/L - - 67 -
Fungsi Ginjal
Ureum 20-40 mg/dl 32 - 278 265
Creatinin 0,5-1,2 mg/dl 0,5 - 5,6 4,5
Uric Acid 4,4-7,6 mg/dl - - 18,2 -
Diabetes
Glukosa Darah <160 mg/dl 148
- - -
Sewaktu
Profil Lipid
Cholesterol Total 150-250 mg/dl - - 237 -
LDL Cholesterol <150 mg/dl - - 136 -
HDL Cholesterol 28-63 mg/dl - - 10 -
Trigliserida <150 mg/dl - - 289 -
Elektrolit
Natrium 135-145 mmol/L 135 141 153 -
Kalium 3,4-5,3 mmol/L 5,6 3,5 5,4 -
Chlorida 50-200 mmol/L 102 106 119 -
COVID-19
Rapid Antigen Non-Reaktif Non-Reaktif - - Non-Reaktif - -
36

d. Penatalaksanaan
Tabel 4.4 Terapi Obat
Ny. A
Terapi Dosis Rute
19/8/21 20/8/21 21/8/21
IVFD RL 60ml/jam IV √ √ √
Nichardipine 1 ml/jam IV STOP √ √
Piracetam Inf 1 x 12 gr IV √ √ √
Manitol Inf 2x125 ml IV STOP
Manitol Inf 1x125 ml IV √ √ √
Citicolin 3x1 IV √ √ √
Ketorolac 3x 1 amp IV √ √ √
Omeprazole 1x1 IV √ √ √
Ceftriaxone 2x1 IV √ √ √
Transamin 3 x 1 (250g) IV √ √ √
Candesartan 1x 16 mg Oral √ √ √
Amlodipine 1x10mg Oral √ √ √
Laxadine Syr 3x 1 Oral √ √ √
Terapi Oksigen 3 lpm Nassal Canule √ √ STOP

Tn. A
Terapi Dosis Rute
19/8/21 20/8/21 21/8/21
IVFD RL 20 tpm IV √ √ √
Ceftriaxone 2 x 1000 mg IV √ √ √
Piracetam 1 x 12 mg IV √ √ √
Ranitidine 2 x 50 mg IV √ √ √
Citicoline 3 x 250 mg IV √ √ √
Laxadine 3x1c Oral √
Amplodipine 1 x 10 mg Oral √ √
Candesartan 1 x 16 mg Oral √ √ √
CPG 1 x 75 mg Oral √ √
37

B. Gambaran Diagnosis Pasien Stroke di Ruangan Stroke RSUD dr. M.


Yunus Bengkulu
Tabel 4.5 Gambaran Diagnosis Pasien Stroke
Pasien
DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH
Ny. A DS: Gangguan neuromuskular Gangguan mobilitas
Keluarga mengatakan Ny A mengalami fisik
kesulitan menggerakkan ekstremitas kiri
DO:
- Nilai kekuatan otot
111 555
111 555

- Gerakan terbatas
- Rentang gerak (ROM) menurun
- Sendi tangan dan kaki kaku
- Esktremitas atas dan bawah bagian kiri
tidak bisa digerakkan
Tn. A DS: Gangguan neuromuskular Gangguan mobilitas
Keluarga mengatakan Tn. A mengalami fisik
kesulitan menggerakkan ekstremitas kanan
DO:
 Nilai kekuatan otot
555 111
555 111

 Gerakan terbatas
 Rentang gerak (ROM) menurun
 Sendi tangan dan kaki kaku
 Ekstremitas atas dan bawah bagian kanan
tidak bisa digerakkan
38

C. Gambaran Perencanaan Pasien Stroke di Ruangan Stroke RSUD dr. M. Yunus


Tabel 4.6 Gambaran Perencanaan Pasien Stroke
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN / KRITERIA HASIL RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3 SIKI:
dengan gangguan neuromuscular ditandai x 8 jam, diharapkan gangguan rasa nyaman Dukungan Mobilisasi
dengan menurun yang dikarakteristikkan dengan:
DS: SLKI: Mobilitas Fisik Observasi
mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas Ekspetasi: meningkat 1. Identifikasi adanya keluhan fisik lainnya
2. Idenfikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
DO: Kriteria hasil: 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
- Kekuatan otot menurun 1. Pergerakan ekstremias meningkat (4) sebelum memulai mobilisasi
- Rentang gerak (ROM) menurun 2. Kekuatan otot meningkat (4) Terapeutik
- Sendi kaku 3. Rentang gerak (ROM) meningkat (4) 4. Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
- Gerakan terbatas 4. Kaku sendi menurun (4) 5. Fasilitas melakukan pergerakan
- Fisik lemah 5. Gerakan terbatas menurun (4) 6. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
6. Kelemahan fisik menurun (4) dalam meningkatkan pergerakan
7. Latihan Range Of Motion (ROM) (Puji indriani,
Astri pradesti, 2020 )
8. Latihan genggam bola Nur Azizah, Wahyu
Ningsih, 2020)
9. Lakukan rendam kaki air hangat (Setiyawan,
Lina Pratiwi, Noerma Shovie Rizqiea, 2019)
Edukasi
10. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
11. Anjurkan melakukan mobilisasi miring kiri
miring kanan
12. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
39

D. Gambaran Implementasi dan Evaluasi Pasien Stroke di Ruangan Stroke RSUD dr M. Yunus Bengkulu
Tabel 4.7 Gambaran Implementasi dan Evaluasi Pasien Stroke
NAMA PASIEN : Ny. A Diagnosa Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik berhubungan
RUANGAN : Stroke dengan gangguan neuromuskular
HARI/TANGGAL : Jumat, 20 Agustus 2021 (Hari ke 1)

PENGKAJIAN DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI


IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 14.00 WIB Pukul 14.30 Pukul: 20.00 WIB
S: 1. Mengkaji kemampuan pasien 1. Pasien tidak mampu S:
Keluarga pasien mengatakan Ny A mengalami dalam mobilisasi menggerakkan tangan dan Keluarga pasien mengatakan Ny. A
kesulitan menggerakkan pada ekstremitas kiri kaki sebelah kiri mengalami kesulitan menggerakkan
O: pada ekstremitas kiri
- Nilai kekuatan otot 2. Menilai kekuatan otot 2. Nilai kekuatan otot O:
111 555 111 555 - Nilai kekuatan otot
111 555 111 555 111 555
Pukul 15.00 111 555
- Gerakan terbatas
- Rentang gerak (ROM) menurun 3. Mengukur tekanan darah dan 3. TD : 170/100 mmHg - Gerakan terbatas
- Sendi tangan dan kaki kaku frekuensi jantung HR : 101x/menit - Rentang gerak (ROM)
- Esktremitas atas dan bawah bagian kiri menurun
tidak bisa digerakkan 4. Memberikan rendam kaki air 4. Pasien dilakukan rendam kaki - Sendi tangan dan kaki kaku
A: hangat suhu 37oC pada pasien air hangat selama 15 menit - Esktremitas atas dan bawah
SLKI: Mobilitas fisik belum meningkat bagian kiri tidak bisa
P: 5. Melakukan mobilisasi miring 5. Pasien tampak belum mampu digerakkan
Lakukan SIKI: Dukungan mobilisasi kanan miring kiri pada pasien menahan tubuhnya A:
SLKI: Mobilitas fisik belum meningkat
6. Mengajarkan ROM pada 6. Keluarga tampak mengerti
keluarga dengan teknik ROM yang P:
telah diajarkan Lanjutkan SIKI: Dukungan mobilisasi

7. Melakukan ROM pasif 7. Memberikan latihan ROM


pasif pada pasien dapat
meningkatkan kekuatan otot
40

dan menghindari terjadinya


kecacatan
Pukul 16.00

8. Mengajarkan ROM Spherical 8. Latihan genggam bola


grip (menggenggam bola) dilakukan setiap 5 detik
dilakukan selama 5 detik dalam 7 kali tindakan, saat
sebanyak 7 kali dilakukan latihan pasien
belum mampu menggenggam
Pukul 19.00 bola

9. Menilai kembali kekuatan otot


9. Nilai kekuatan otot
111 555
111 555

10. Memonitor kembali tekanan


darah dan frekuensi jantung 10. TD :167/90 mmHg
HR : 98x/menit
41

NAMA PASIEN : Ny. A Diagnosa Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik berhubungan


RUANGAN : Stroke dengan gangguan neuromuskular
HARI/TANGGAL : Sabtu, 21 Agustus 2021 (Hari ke 2)

PENGKAJIAN DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI


IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 14.00 WIB Pukul 14.30 Pukul: 19.30 WIB
S: 1. Menilai kekuatan otot 1. Nilai kekuatan otot S:
Keluarga pasien mengatakan tubuh bagian kiri 111 5555 Keluarga pasien mengatakan tangan kiri
pasien mengalami kelemahan Pukul 14.50 222 5555 pasien belum bisa digerakkan, pada kaki
O: kiri sudah bisa bergeser kekiri kekanan
- Nilai kekuatan otot 2. Mengukur tekanan darah dan 2. TD : 170/101 mmHg tetapi masih tampak lemah
111 555 frekuensi jantung HR : 100x/menit O:
111 555 - Nilai kekuatan otot
Pukul 15.00 111 555
- Gerakan terbatas 3. Memberikan rendam kaki air 3. Pasien dilakukan rendam 222 555
- Kekuatan otot ekstremitas bawah kiri hangat pada pasien kaki air hangat selama 15
mengalami peningkatan menit - Kekuatan otot pada ekstremitas
- Ekstremitas atas kiri masih belum bisa bawah kiri mengalami cukup
digerakkan 4. Melakukan mobilisasi mika miki 4. Pasien tampak belum peningkatan
- Sendi tangan dan kaki kaku pada pasien mampu menahan tubuhnya - Ekstremitas atas kiri masih
A: belum bisa digerakkan
SLKI: Mobilitas fisik belum meningkat 5. Melakukan ROM pasif 5. Memberikan latihan ROM - Gerakan terbatas
P: pasif pada pasien dapat - Sendi tangan dan kaki kaku
Lakukan SIKI: Dukungan mobilisasi meningkatkan kekuatan otot A:
dan menghindari terjadinya SLKI: Mobilitas fisik sedikit meningkat
Pukul 17.30 kecacatan P:
Lanjutkan SIKI: Dukungan mobilisasi
6. Mengajarkan ROM Spherical 6. Latihan genggam vola
grip (menggenggam bola) dilakukan selama 5 detik
dilakukan selama 5 detik setiap 7 kali, saat latihan
sebanyak 7 kali pasien tampak belum
mampu menggenggam bola
42

7. Menganjurkan keluarga untuk 7. Keluarga mengerti dan


mengulang kembali melakukan mengikuti anjuran
ROM

Pukul 17.50

8. Menilai kembali kekuatan otot 8. Nilai kekuatan otot


111 555
222 555

9. Memonitor kembali tekanan 9. TD :160/90 mmHg


darah dan frekuensi jantung HR : 98x/menit
43

NAMA PASIEN : Ny. A Diagnosa Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik berhubungan


RUANGAN : Stroke dengan gangguan neuromuscular
HARI/TANGGAL : Minggu, 22 Agustus 2021 (Hari ke 3)

PENGKAJIAN DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI


IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 08.00 WIB Pukul 08.30 Pukul: 19.30 WIB
S: 1. Menilai kekuatan otot 1. Nilai kekuatan otot S:
Keluarga pasien mengatakan tangan kiri pasien 111 555 Keluarga pasien mengatakan tangan
masih belum bisa bergerak Pukul 09.00 222 555 kanan pasien masih belum bisa
O: digerakkan, pada kaki kiri sudah bisa
- Nilai kekuatan otot 2. Mengukur tekanan darah dan 2. TD : 173/105 mmHg bergeser kekiri kekanan tetapi masih
111 555 frekuensi jantung HR : 98x/menit tampak lemah
222 555 O:
Pukul 09.10 - Nilai kekuatan otot
- Gerakan terbatas 3. Melakukan mobilisasi miring 3. Pasien dilakukan mika 111 555
- Kekuatan otot ekstremitas bawah kiri kanan miring kiri pada pasien miki, pasien tampak belum 222 555
mengalami peningkatan mampu menahan tubuhnya
- Ekstremitas atas kiri masih belum bisa - Kekuatan otot pada ekstremitas
digerakkan 4. Memberikan rendam kaki air 4. Pasien dilakukan rendam bawah kiri mengalami cukup
- Sendi tangan dan kaki kaku hangat pada pasien kaki air hangat selama 15 peningkatan
A: menit - Ekstremitas atas kiri masih
SLKI: Mobilitas fisik sedikit meningkat belum bisa digerakkan
P: 5. Mengajarkan ROM Spherical 5. Latihan genggam bola - Gerakan terbatas
Lakukan SIKI: Dukungan mobilisasi grip (menggenggam bola) dilakukan selama 5 detik - Sendi tangan dan kaki kaku
dilakukan selama 5 detik setiap 7 kali, saat latihan A:
sebanyak 7 kali pasien belum mampu SLKI: Mobilitas fisik sedikit meningkat
menggenggam bola P:
Pukul 11.00 Intervensi dukungan mobilisasi
dilanjutkan dengan keluarga dan perawat
6. Melakukan ROM pasif 6. Memberikan latihan ROM ruangan
pasif pada pasien dapat
meningkatkan kekuatan otot
dan menghindari terjadinya
kecacatan
44

7. Menganjurkan keluarga untuk 7. Keluarga mengerti dan


mengulang kembali melakukan mengikuti anjuran
ROM

Pukul 13.00

8. Menilai kembali kekuatan otot 8. Nilai kekuatan otot


111 555
222 555

9. Memonitor kembali tekanan 9. TD :160/100 mmHg


darah dan frekuensi jantung HR : 99x/menit
45

NAMA PASIEN : Tn. A Diagnosa Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik berhubungan


RUANGAN : Stroke dengan gangguan neuromuskular
HARI/TANGGAL : Senin, 23 Agustus 2021 (Hari ke 1)

PENGKAJIAN DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI


IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 08.00 WIB Pukul 08.30 Pukul: 13.00 WIB
S: 1. Mengkaji kemampuan pasien 1. Pasien tidak mampu S:
Keluarga pasien mengatakan Tn. A mengalami dalam mobilisasi menggerakkan tangan dan Keluarga pasien mengatakan Tn. A
kesulitan menggerakkan pada ekstremitas kanan kaki sebelah kanan tidak mampu menggerakkan
O: ekstremitas kanan atas dan bawah
- Nilai kekuatan otot 2. Menilai kekuatan otot 2. Nilai kekuatan otot O:
555 111 555 111 - Nilai kekuatan otot
555 111 555 111 555 111
Pukul 09.00 555 111
- Gerakan terbatas 3. Mengukur tekanan darah dan 3. TD : 156/90 mmHg
- Rentang gerak (ROM) menurun frekuensi jantung HR : 97x/menit - Gerakan terbatas
- Sendi tangan dan kaki kaku - Rentang gerak (ROM)
- Esktremitas atas dan bawah bagian 4. Memberikan rendam kaki air 4. Pasien dilakukan rendam menurun
kanan tidak bisa digerakkan hangat pada pasien kaki air hangat selama 15 - Sendi tangan dan kaki kaku
- Pasien tampak lemah menit - Esktremitas atas dan bawah
A: bagian kanan tidak bisa
SLKI: Mobilitas fisik belum meningkat 5. Melakukan mobilisasi miring 5. Pasien dilakukan miring digerakkan
P: kanan miring kiri pada pasien kanan miring kiri, saat A:
Lakukan SIKI: Dukungan mobilisasi dilakukan mika miki pasien SLKI: Mobilitas fisik belum meningkat
belum bisa menahan
tubuhnya, dan dibantu oleh P:
perawat Lanjutkan SIKI: Dukungan mobilisasi

6. Mengajarkan ROM pada 6. Keluarga mengerti tindakan


keluarga ROM

7. Melakukan ROM pasif 7. Memberikan latihan ROM


pasif pada pasien dapat
46

meningkatkan kekuatan otot


dan menghindari terjadinya
Pukul 10.00 kecacatan

8. Mengajarkan ROM Spherical 8. Latihan genggam bola


grip (menggenggam bola) dilakukan selama 5 detik
dilakukan selama 5 detik setiap 7 kali, saat latihan
sebanyak 7 kali pasien belum mampu
menggenggam bola
Pukul 11.30

9. Menilai kembali kekuatan otot 9. Nilai kekuatan otot


555 111
555 111

10. Memonitor kembali tekanan 10. TD :148/90 mmHg


darah dan frekuensi jantung HR : 98x/menit
47

NAMA PASIEN : Tn. A Diagnosa Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik berhubungan


RUANGAN : Stroke dengan gangguan neuromuskular
HARI/TANGGAL : Selasa, 24 Agustus 2021 (Hari ke 2)

PENGKAJIAN DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI


IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 14.00 WIB Pukul 14.30 Pukul: 19.30 WIB
S: 1. Menilai kekuatan otot 1. Nilai kekuatan otot S:
Keluarga pasien mengatakan Tn.A masih belum 555 111 Keluarga pasien mengatakan Tn.A
bisa menggerakkan kaki dan tangan bagian Pukul 14.50 555 111 masih belum bisa menggerakkan
kanan ekstremitas atas dan bawah bagian
O: kanan
- Nilai kekuatan otot 2. Mengukur tekanan darah dan 2. TD : 170/103 mmHg O:
555 111 frekuensi jantung HR : 102x/menit - Nilai kekuatan otot
555 111 555 111
- Gerakan terbatas Pukul 15.00 555 111
- Rentang gerak (ROM) menurun 3. Melakukan rendam kaki air hangat 3. Pasien dilakukan rendam - Gerakan terbatas
- Sendi tangan dan kaki kaku pada kaki kaki air hangat selama 15 - Rentang gerak (ROM)
- Esktremitas atas dan bawah bagian menit menurun
kanan tidak bisa digerakkan - Sendi tangan dan kaki kaku
- Pasien tampak lemah 4. Melakukan mobilisasi miring 4. Pasien dilakukan mika - Esktremitas atas dan bawah
A: kanan miring kiri pada pasien miki, saat dilakukan bagian kanan tidak bisa
SLKI: Mobilitas fisik belum meningkat tindakan pasien tampak digerakkan
P: belum mampu menahan A:
Lakukan SIKI: Dukungan mobilisasi tubuhnya SLKI: Mobilitas fisik belum meningkat

5. Melakukan ROM pasif 5. Memberikan latihan ROM P:


pasif pada pasien dapat Lanjutkan SIKI: Dukungan mobilisasi
meningkatkan kekuatan otot
dan menghindari terjadinya
Pukul 17.30 kecacatan

6. Mengajarkan ROM Spherical grip 6. Latihan genggam bola


(menggenggam bola) dilakukan dilakukan selama 5 detik
selama 5 detik sebanyak 7 kali setiap 7 kali, saat latihan
48

pasien belum mampu


menggenggam bola

7. Menganjurkan keluarga untuk 7. Keluarga mengerti dan


mengulang kembali melakukan mengikuti anjuran perawat
ROM

Pukul 17.50

8. Menilai kembali kekuatan otot 8. Nilai kekuatan otot


555 111
555 111

9. Memonitor kembali tekanan darah 9. TD :167/100 mmHg


dan frekuensi jantung HR : 100x/menit
49

NAMA PASIEN : Tn. A Diagnosa Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik berhubungan


RUANGAN : Stroke dengan gangguan neuromuskular
HARI/TANGGAL : Rabu, 25 Agustus 2021 (Hari ke 3)

PENGKAJIAN DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI


IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 14.00 WIB Pukul 14.30 Pukul: 19.30 WIB
S: 1. Menilai kekuatan otot 1. Nilai kekuatan otot S:
Keluarga pasien mengatakan belum ada 555 111 Keluarga pasien mengatakan pasien
peningkatan pergerakkan pada ekstremitas atas Pukul 14.50 555 111 belum ada peningkatan pergerakan
dan bawah bagian kanan Tn.A kaki dan tangan kanan pasien masih
O: 2. Mengukur tekanan darah dan 2. TD : 160/101 mmHg belum bisa menggerakkannya.
- Nilai kekuatan otot frekuensi jantung HR : 97x/menit
555 111 O:
555 111 Pukul 15.00 - Nilai kekuatan otot
3. Memberikan rendam kaki air 3. Pasien dilakukan rendam 555 111
- Gerakan terbatas hangat kaki air hangat selama 15 555 111
- Rentang gerak (ROM) menurun menit
- Sendi tangan dan kaki kaku - Gerakan terbatas
- Esktremitas atas dan bawah bagian 4. Melakukan mobilisasi miring 4. Pasien dilakukan mika - Rentang gerak (ROM)
kanan tidak bisa digerakkan kanan miring kiri pada pasien miki, pasien belum mampu menurun
- Pasien tampak lemah menahan tubuhnya - Sendi tangan dan kaki kaku
A: - Esktremitas atas dan bawah
SLKI: Mobilitas fisik belum meningkat bagian kanan tidak bisa
P: 5. Mengajarkan ROM Spherical 5. Latihan genggam bola digerakkan
Lakukan SIKI: Dukungan mobilisasi grip (menggenggam bola) dilakukan selama 5 detik A:
dilakukan selama 5 detik setiap 7 kali, saat latihan SLKI: Mobilitas fisik belum meningkat
sebanyak 7 kali pasien belum mampu
Pukul 17.30 menggenggam bola P:
Intervensi dukungan mobilisasi
6. Melakukan ROM pasif 6. Memberikan latihan ROM dilanjutkan dengan keluarga dan
pasif pada pasien dapat perawat ruangan
50

meningkatkan kekuatan otot


dan menghindari terjadinya
kecacatan

7. Menganjurkan keluarga untuk 7. Keluarga mengerti dan


mengulang kembali melakukan mengikuti anjuran
ROM

Pukul 17.50

8. Menilai kembali kekuatan otot 8. Nilai kekuatan otot


111 555
222 555

9. Memonitor kembali tekanan 9. TD :160/100 mmHg


darah dan frekuensi jantung HR : 92x/menit
BAB V
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara konsep teori dan
kasus pada proses asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus stroke yang
mengalami gangguan mobilitas fisik di Ruangan Stroke RSUD Dr. M. Yunus.
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan merupakan salah satu
wujud tanggung gugat yang terdiri dari tahap pengkajian keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi (Potter & Perry, 2015).

A. Gambaran Pengkajian Keperawatan


Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
merupakan proses pengumpulan data yang sistematis dan berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam,
2011). Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, anggota tim
keperawatan kesehatan, catatan kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil
pemeriksaan diagnostik dan laboratorium (Potter & Perry, 2015).
Penulis melakukan pengkajian pada Ny.A pada tanggal 19 Agustus
2021 dan didapatkan kelemahan anggota gerak pada ekstremitas atas dan
bawah bagian kiri, kelemahan terjadi sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit,
keluarga pasien mengatakan semua aktivitas dibantu oleh keluarga.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan gerakan terbatas, sendi tangan dan
kaki kaku, rentang gerak (ROM) menurun, pasien tampak lemah, nilai
kekuatan otot pada ekstremitas kiri atas dan bawah adalah 1 yang artinya
tidak ada gerakan, tetapi ada sedikit kontraksi pada otot, sedangkan nilai
kekuatan otot pada ekstremitas atas dan bawah bagian kanan adalah 5 yang
artinya kekuatan otot normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi
dan melawan tahanan penuh.
Hasil pengkajian selanjutnya pada Tn. A pada tanggal 19 Agustus 2021
didapatkan data Tn.A dengan kelemahan anggota gerak pada esktremitas atas
dan bawah bagian kanan, Tn.A mengalami kelemahan ini sejak 4 hari

51
52

sebelum masuk rumah sakit, keluarga pasien mengatakan Tn.A mempunyai


riwayat stroke 1,5 tahun yang lalu, dan sekarang semua aktivitas Tn.A
dibantu keluarga.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak lemah, rentang gerak
(ROM) menurun, sendi tangan dan kaki kaku, gerakan terbatas, saat
dilakukan pengkajian kekuatan otot didapatkan nilai kekuatan otot pada
ekstremitas atas dan bawah bagian kanan adalah 1 yang artinya tidak ada
gerakan, tetapi ada sedikit kontraksi pada otot, sedangkan nilai kekuatan otot
pada ekstremitas atas dan bawah bagian kiri adalah 5 yang artinya kekuatan
otot normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan
tahanan penuh,
Keluhan utama pada kedua kasus sama, yaitu kelemahan anggota gerak,
namun pada Ny.A kelemahan yang dirasakan pada ekstremitas atas dan
bawah bagian kiri, sedangkan Tn.A pada ekstremitas atas dan bawah bagian
kanan, nilai kekuatan otot sama-sama 1 yaitu tidak ada gerakan, tetapi ada
sedikit kontraksi pada otot.
Kelemahan sisi tubuh bagian kanan biasanya disebabkan karena
kegagalan fungsi otak kiri, baik karena stroke sumbatan atau stroke
perdarahan. Sebaliknya, jika terjadi kegagalan fungsi otak kanan, maka
bagian sisi tubuh kiri akan mengalami kelemahan (Setiyawan, Pratiwi,
Rizqie, 2019).
Menurut Solechah 2017, Penyumbatan pembuluh darah di otak
menyebabkan perfusi jaringan otak tidak adekuat menyebabkan kematian sel
dan edema diarea otak sehingga serabut motorik pada sistem saraf rusak
mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan otot, terjadinya paralisis dan
kecacatan pada pasien stroke. Jika sel otot tidak dirangsang, sel akan
mengecil (atrofi) dan mati bahkan kadang-kadang diganti dengan jaringan
konektif yang irreversible ketika rusak (Budi, Netti, Suryarinilsih, 2019).
53

B. Gambaran Diagnosa Keperawatan


Menurut Potter & Perry (2015), diagnosa keperawatan adalah
pernyataan mengurangi respon aktual atau potensial pasien terhadap masalah
kesehatan yang perawat mempunyai izin untuk menguasainya. Berdasarkan
hasil pengkajian pada dua pasien ditemukan keluhan utama yaitu kelemahan
anggota gerak.
Data yang didapatkan penulis menjadi dasar dalam mengangkat
diagnosa keperawatan pada kasus. Penulis mengangkat diagnosa gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular dengan
penyakit stroke sehingga pada penelitian ini tidak ada kesenjangan antara
laporan kasus dan teori.

C. Gambaran Perencanaan Keperawatan


Perencanaan keperawatan yang ada pada tinjauan teori sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang diangkat pada pasien stroke dengan gangguan
mobilitas fisik dan telah disesuaikan dengan kondisi pasien dan sumber daya
yang tersedia. Pembuatan rencana yang akan dilakukan melibatkan keluarga
pasien dan perawat ruangan sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi sesuai
teori perencanaan keperawatan dituliskan dengan rencana dan kriteria hasil
berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indoensia (SLKI).
Intervensi pada tinjauan teori memuat target waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan perawatan pada klien, tujuan dan kriteria hasil yang ingin
dicapai, rencana tindakan yang akan dilakukan, dari rencana tindakan
tersebut. Perencanaan atau intervensi dirancang oleh penulis berdasarkan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dimana tindakan yang akan
dilakukan terdiri dari tindakan observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi.
Target waktu pencapaian kriteria hasil pada semua diagnosis ditentukan
dengan rentang waktu yang sama, yaitu 3 x 8 jam.
Intervensi keperawatan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah
dukungan mobilisasi aktivitas keperawatan identifikasi adanya keluhan fisik
lainnya, identifikasi kekuatan otot, monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah, melakukan mobilisasi miring kanan miring kiri, melakukan ROM,
54

mengajarkan genggam bola, melakukan kompres air hangat pada ekstremitas


bawah, mengajarkan tindakan ROM pada keluarga, menganjurkan keluarga
untuk melakukan mobilisasi dini pada pasien, melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan.
Karya tulis ilmiah ini berfokus pada intervensi tindakan teraputik untuk
meningkatkan mobilitas fisik pada diagnosa gangguan mobilitas fisik pada
kedua kasus. Penulis menentukan intervensi yang sama untuk diagnosis
gangguan mobilitas fisik pada kedua kasus, karena keadaan klien hampir
sama. Perencanaan atau intervensi yang disusun penulis untuk semua
diagnosis sudah sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan antara kasus
dan teori.

D. Gambaran Implementasi Keperawatan


Berdasarkan tahap implementasi keperawatan, upaya untuk
merealisasikan rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan yaitu
membina hubungan saling percaya adalah hal yang sangat penting dalam
tahap pelaksanaan ini, sehingga upaya pelaksanaan atau tindakan yang
dilaksanakan dapat diterima sebagai upaya untuk memecahkan masalah.
Implementasi dilakukan penulis selama 3 hari pada kedua kasus.
Implementasi pada Ny. A dan Tn.A dimulai pada 20 Agustus 2021 sampai 25
Agustus 2021. Pada studi kasus ini penulis melakukan implementasi dan
mengevaluasi keadaan pasien setiap hari.
Kedua pasien dilakukan implementasi keperawatan yang sama sesuai
dengan intervensi dukungan mobilisasi. Implementasi yang dilakukan, yaitu
mengidentifikasi adanya keluhan fisik lainnya, identifikasi kekuatan otot,
monitor frekuensi jantung dan tekanan darah, memberikan rendam kaki air
hangat, mobilisasi miring kanan miring kiri, melakukan ROM, mengajarkan
genggam bola, mengajarkan tindakan ROM pada keluarga, menganjurkan
keluarga untuk melakukan mobilisasi dini pada pasien, melibatkan keluarga
untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan.
55

Tindakan rendam kaki air hangat dilakukan selama 15 menit pada suhu
37oC, rendam kaki air hangat akan menyebabkan vasodilatasi yang akan
mengakibatkan aliran darah lancar dan membawa nutrisi yang cukup
termasuk zat kalsium dan kalium, tekanan hidrostatik air terhadap tubuh
mendorong aliran darah dari kaki menuju ke rongga dada dan darah akan
berkumpul di pembuluh darah besar dijantung (Setiyawan, Pratiwi, Rizqiea,
2019). Terapi rendam kaki air hangat dapat terjadi mekanisme konveksi
dimana terjadi perpindahan hangat dari air hangat ke dalam tubuh, sehingga
dapat juga berfungsi seperti teknik akupuntur (Zahra,Aini, Yudanari, 2016).
Selain itu juga untuk membantu mengoptimalkan peningkatan kontraksi dan
kekuatan otot perlu adanya latihan ROM.
Tindakan latihan ROM dilakukan 1 kali sehari dalam 10-15 menit,
Menurut Eka Nur So’emah (2014) pemberian terapi ROM pasif berupa
latihan gerakan pada bagian pergelangan tangan, siku, bahu, jari-jari kaki atau
pada bagian ektermitas yang mengalami hemiparesis sangat bermanfaat untuk
menghindari adanya komplikasi akibat kurang gerak, seperi kontraktur,
kekakuan sendi, tromboplebitis dekubitus, sehingga latihan ROM penting
dilakukan secara rutin. Memberikan latihan ROM dapat meningkatkan
kekuatan otot karena dapat menstimulasi motor unit sehingga semakin
banyak motor unit yang terlibat maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot,
kerugian pasien hemiparase bila tidak segera ditangani maka akan terjadi
kecacatan yang permanen ( Potter & Perry, 2015).
Tindakan latihan genggam bola dilakukan setiap 5 detik dalam 7 kali
tindakan. Menurut Chaidir & Zuardi, 2021, genggam bola yang menggunakan
bola karet dengan tonjolan-tonjolan kecil pada permukaan dapat menstimulasi
titik akupressur pada tangan yang akan memberikan stimulus ke syaraf
sensorik pada permukaan tangan kemudian diteruskan ke otak.
Implementasi yang dilaksanakan penulis pada kedua kasus tidak
menemukan hambatan atau kendala yang berarti, kedua pasien dapat
bekerjasama dengan baik, kooperatif, dan mengerti dengan apa yang
disampaikan penulis. Keluarga pasien pada kedua kasus juga dapat
bekerjasama dan mendukung implementasi dengan baik.
56

E. Gambaran Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang mengadakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai berdasarkan tujuan yang
telah dibuat dalam perencanaan keperawatan (Potter & Perry, 2015). Evaluasi
yang digunakan berbentuk S (subyektif), O (obyektif), A (analisa), P
(perencanaan terhadap analisis). Evaluasi dilakukan setiap hari pada kedua
kasus yaitu menggunakan evaluasi SOAP pada awal jam dinas dan terakhir di
evaluasi kembali setelah diberikan intervensi pada jam akhir dinas.
Evaluasi hari pertama pada Ny. A didapatkan nilai kekuatan otot pada
ekstremitas atas dan bawah bagian kiri yaitu 1 (tidak ada gerakan), pada hari
kedua terjadi peningkatan menjadi 2 (dapat menggerakkan otot atau bagian
yang lemah sesuai perintah) dan pada hari ketiga nilai kekuatan masih sama
yaitu 2 (dapat menggerakkan otot atau bagian yang lemah sesuai perintah).
Pada Ny. A diagnosa gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian dibuktikan
adanya peningkatan pada nilai kekuatan otot.
Evaluasi hari pertama pada Tn. A didapatkan nilai kekuatan otot pada
ekstremitas atas dan bawah bagian kanan yaitu 1 (tidak ada gerakan), pada
hari kedua belum terjadi peningkatan kekuatan otot, nilai kekuatan otot masih
1(tidak ada gerakan), pada hari ketiga nilai kekuatan otot masih 1 (tidak ada
gerakan). Pada Tn. A diagnosa gangguan mobilitas fisik belum ada
peningkatan sehingga mobilitas fisik pasien belum miningkat.

F. Keterbatasan Studi Kasus


1. Intervensi untuk dukungan mobilisasi diberikan hanya 3 hari saat
melakukan asuhan keperawatan sehingga efektifitas peningkatakan
mobilitas fisik belum terlalu optimal.
2. Peneliti tidak mengobservasi secara langsung keadaan pasien selama 24
jam
57

3. Studi kasus ini hanya diaplikasikan pada dua kasus asuhan keperawatan
sehingga hasil yang diperoleh belum dapat digeneralisasi pada pasien
stroke lainnya yang mengalami kelemahan anggota gerak.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan dukungan mobilisasi
pada pasien Ny. A dan pasien Tn. A dengan kasus Stroke di Ruang Stroke
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengkajian kedua pasien menunjukkan bahwa kelemahan anggota gerak
yang dialami sama-sama memiliki nilai kekuatan otot 1 yaitu tidak bisa
bergerak namun ada sedikit kontraksi otot pada sebagian tubuh.
2. Kedua pasien menunjukkan masalah keperawatan yang ditegakkan adalah
gangguan mobilitas fisik karena didukung oleh temuan data mayor dan
minor sesuai dengan teori.
3. Intervensi keperawatan untuk dukungan mobilisasi disusun diambil dari
berbagai SIKI dukungan mobilisasi, yaitu meningkatkan aktivitas
pergerakan fisik sesuai dengan kebutuhan pasien dan teori berbagai jurnal
terkait. Intervensi berbasis evidence based yang dikembangkan antara lain
melakukan rendam kaki air hangat, melakukan latihan ROM, dan
melakukan latihan genggam bola. Tindakan yang diberikan kepada kedua
pasien sama sesuai dengan teori.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah penulis susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada
pasien Ny. A dan Tn. A sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan
berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan SIKI dukungan mobilisasi.
Implementasi yang dilaksanakan penulis pada kedua kasus tidak
menemukan hambatan atau kendala yang berarti, kedua pasien dapat
bekerjasama dengan baik, kooperatif dan mengerti dengan apa yang
disampaikan penulis. Keluarga pasien pada kedua kasus juga dapat
bekerjasama dan mendukung implementasi dengan baik.
5. Evaluasi yang didapatkan pada kedua pasien berbeda. Pada Ny. A
diagnosa teratasi sebagian dibuktikan dengan meningkatnya mobilitas

58
59

fisik pasien dengan nilai kekuatan otot menjadi 2 yaitu rentang gerak penuh
tanpa gravitasi. Sedangkan pada Tn. A diagnosa gangguan mobilitas fisik
belum teratasi dikarenakan belum meningkatnya mobilitas fisik yang
dibuktikan dengan nilai kekuatan otot pada ekstremitas atas dan bawah
bagian kanan masih berada pada skor 1 yaitu tidak bisa bergerak namun ada
sedikit kotraksi otot.
B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga mampu menerapkan berbagai metode
latihan mobilitas fisik sehingga bisa dilakukan dirumah secara mandiri.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas dan
profesional sehingga terlahir perawat yang berkompeten dalam menerapkan
berbagai evidence based serta mampu memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif sesuai kode etik keperawatan khususnya asuhan
keperawatan pada pasien stroke.
3. Bagi Perawat RSUD Dr. M. Yunus
Perawat diharapkan dapat menggunakan evidence based sebagai
tindakan mandiri dan mengembangkannya dalam mengatasi masalah
mobilitas fisik yang dialami pasien stroke.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian terkait tindakan
mobilitas fisik pada pasien stroke.
60

DAFTAR PUSTAKA

Association Heart American. (2017). Hearth Disease and Stroke Statistic. Update : A
Report from American Hearth Association. Retrieved from
https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/CIR.0000000000000485
Azizah, Ningsih (2020). Genggam Bola Untuk Mengatasi Hambatan Mobilitas Fisik
Pada Pasien Stroke Nonhemoragik. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan
Vol. 4 No. 1, Halaman 35 – 4 p-ISSN : 2356-3079 eISSN : 2685-1946
Bahrudin, M. (2015). Model Diagnostik Stroke Berdasarkan Gejala Klinis. Jurnal
Saintika Medika
Benjamin, J. (2017). The Nothwick Park A.D.L Index. Research Occupational
Therapist Northwick Park Hospital.
Brunner, & Suddart. (2012). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: ECG.
Budi, Netti, Suryarinilsih. (2019). pengaruh latihan range of motion (ROM)
menggenggam bola terhadap kekuatan otot ekstremitas atas pasien stroke
iskemik. Jurnal sehat mandiri, Vol 14 No 2, p-ISSN 19708-8760
Doenges, Moorhouse, M., & Murr, A. C. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: ECG.

Fery Agusman, Evy Kusgiarti. (2017). Pengaruh Miror Therapy Terhadap Kekuatan
Otot Pasien Stroke Non Hemoragik. Vol. 4 No 1 Juni 2017 ISSN: 2503-0388
Goldszmidt, Caplan, Louis. (2013). Stroke Esensial. edisi kedua. Jakarta: PT Indeks
Hartono. (2010). Patofisiologi : Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Junaidi, I. (2011).Stroke Waspadai Andamannya. Yogyakarta; Andi Offset
Khanifudin, Ahmad. (2012). Organ Pada Saraf. http : // khanifudin. files. wordpress
.com/2012/03/sistem-saraf. pdf diakses tanggal 10 Juli

Maisyaroh, Azizah, Abdillah (2021). Efektivitas Mirror Therapy Terhadap


Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Post Stroke: Literatur Review. Jurnal
Ilmu Keperawatan Medikal Bedah Vol. 4 (1), , Hal. 13-24 ISSN 2338-2058
(print), ISSN 2621-2986 (online)
Misbach, & J. (2010). Pandangan umum mengenai stroke. Jakarta: Balai Penerbit
61

Universitas Indonesia.

Muhammad S, Wahyuna. (2016). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Stroke Di RSUD Indramayu. J Pendidikan Keperawatan Indonesia
Mutiasari Diah (2019). Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, Dan Prevention.
Medika Tadulako, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol 6 No. 1
Nopitasari, E. C. S. (2017). Pengaruh ROM Pasif Terhadap Laju Pernapasan Dan Spo
2 Pada Pasien Post Craniotomy Di Icu Rsud Dr. Moewardi Surakarta Tahun
2015. Jurnal Keperawatan Global, 2(2), 105–111

Nugroho.(2013).AnatomiFisiologiSistemSaraf.http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2
013/11/anatomi-fisiologi-sistem-saraf.pdf diakses tanggal 12 Juli
Prabawati, Susilo (2019). pengaruh latihan range of motion (ROM) terhadap
perubahan aktivitas fungsional pada pasien stroke rawat inap di RSU UKI
Jakarta. Jurnal JKFT : Muhamadiyah Tanggerang vol 4 no 2 p-ISSN 2502-
0552;e-ISSN 2580-2917
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.

Price, & Wilson. (2010). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: ECG

RISKESDAS. (2018). Hasil Utama Riset Keshatan Dasar (Riskesdas). Diakses Pa.
Retrieved from http:// www. depkes. go.id /resources /download/ infoterkini/
materi_rakorpop_2018/Hasil Riskesdas 2018.pdf

Sandra, Daniati, Harni (2021). Studi kasus gangguan mobilitas fisik pasien stroke iskemik
dengan hemiparesis stsetelah diberikan stimulasi sikat sensori. JKA (Jurnal
Keperawatan Abdurrab) Volume 05 No. 01 ISSN Cetak : 2541-2640 ISSN
Online : 2579-8723

Setiyawan, Pratiwi, Rizqiea (2019). Pengaruh hidroterapi rendam kaki air hangat
terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik. Jurnal Keperawatan
Vol.8, No. 1, pp. 15 – 22 ISSN 1978-5755 (Online) DOI: 10.29238
62

Soeharto I. (2015). Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan
Kolesterol. Gramedia Pustaka Utama
Solechah & Nurul. (2017). Pengaruh Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi Di
Puskesmas Bahu Manado. Ejurnal keperawatan, Vol 5, No 1
Smeltzer, S. C., & G.Bare, B. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (Edisi
8). Jakarta: ECG
Tarwoto Dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika
World Health Organization (WHO). (2018). Stroke, Cerebrovascular accident.
http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/
63

SOP (Standar Operasional Prosedur )


Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif

No Tindakan
1. Persiapan Alat:
- Minyak / lotion penghangat ( bila di perlukan )
2. Persiapan Pasien :
- Membaca catatan perawatan dan catatan medis pasien
- Melakukan informed concent :
 Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan prosedur tindakan
 Menanyakan kesiapan pasien

3. Persiapan Lingkungan :
- Mengatur lingkungan yang nyaman bagi pasien, cukup pencahayaan
dan privasi pasien terjaga
4. Persiapan Perawat :
- Mencuci tangan 6 langkah menggunakan sabun
- Gunakan sarung tangan sesuai indikasi pasien
5. Fase Kerja
a. Obervasi keadaan pasien
b. Pasang pengaman pada tempat tidur
c. Memeriksa nadi dan tekanan darah pasien
d. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
e. Melakukan latihan ROM Pasif :
a) ROM Pergelangan Tangan
o Pegang tangan dan jemari pasien dengan satu tangan dan tangan
yang lain memegang pergelangan tangan pasien
o Lakukan fleksi, ekstensi dan hiperekstensi pergelangan tangan
o Lakukan fleksi dan ekstensi pada jari jemari pasien
b) ROM Siku
o Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya
dengan tangan lainnya
o Lakukan fleksi dan ekstensi siku
c) ROM Lengan Bawah
o Letakkan tangan pada pergelangan pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan yang lain
o Lakukan pronasi dan supinasi lengan bawah
d) ROM Pergelangan Kaki
Letakkan tanan kiri diatas pergelangan kaki pasien dan tangan
64

kanan memegang jari kaki


Lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
Lakukan inverse dab eversi pergelangan kaki
Lakukan fleksi dan ekstensi jari-jari kaki
e) ROM Lutut
Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit
dengan tangan lain
Lakukan fleksi sendi lutut ke arah dada
Lakukan ekstensi sendi lutut dengan mengangkat kaki pasien ke
atas
f. Tindakan dilakukan selama 10 – 15 menit maksimal 2 kali sehari
g. Memeriksa kembali tekanan darah, saturasi oksigen dan nadi
h. Merapikan pasien
i. Mencuci tangan
6. Fase Terminasi
- Mengevaluasi tindakan
- Menjelaskan rencana tindak lanjut
- Mengucapkan salam
(Sumber : Nopitasari, E. C. S. 2017).
65

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


RENDAM KAKI AIR HANGAT

NO PROSEDUR KET
1 PERSIAPAN
Baskom berisi air hangat sesuai kebutuhan (35-37oC)

2 PROSES
1. Dekatkan alat-alat ke pasien
2. Perhatikan lingkungan sekitar
3. Cuci tangan
4. Atur posisi senyaman mungkin
5. Masukkan kaki pasien ke dalam air hangat yang telah
disediakan
6. Lakukan tindakan selama 15 menit
7. Setelah tindakan selesai atur kembali posisi pasien
8. Bereskan alat-alat
9. Cuci tangan
3 EVALUASI
Evaluasi respon klien
4 Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang
dilakukan dan evaluasi tindakan

Sumber : Smeltzer & Bare (2010)


66

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


GENGGAM BOLA KARET

NO PROSEDUR KET
1 PERSIAPAN
Bola karet

2 PROSES
1. Dekatkan alat-alat ke pasien Perhatikan lingkungan
sekitar
2. Telapak tangan pasien yang lemah dibuka dan
dihadapkan ke atas
3. Bola diletakkan ditelapak tangan pasien sehingga
membentuk seperti mangkuk
4. Instruksikan pasien untuk meremas bola dengan jari
tangannya semampunya tanpa harus mengejan
5. Menghitung gerakan meremas sampai hitungan 5 kali
6. Istirahat 1 menit (lanjutkan mengulang gerakan
diatas)
7. Lakukan tindakan setiap 7 kali
8. Setelah tindakan selesai atur kembali posisi pasien
9. Bereskan alat-alat
10. Cuci tangan

3 EVALUASI
Evaluasi respon klien
4 Dokumentasi
11. Waktu pelaksanaan
12. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang
dilakukan dan evaluasi tindakan

sumber : Indrawati (2018)


67

PENILAIAN KEKUATAN OTOT (MMT)

NILAI PENILAIAN KEKUATAN OTOT (MMT)

0 Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali


Terlihat/ teraba getaran kontraksi otot
1 Tidak ada gerakan ekstremitas sama sekali
2 Rentang gerak penuh tanpa gravitasi
3 Dapat melakukan ROM secara penuh & mandiri
Dapat melawan gaya berat
Tidak dapat melawan tahanan dari pemeriksa
4 Dapat melawan tahanan ringan dari pemeriksa
5 Kekuatan otot normal

Sumber: (Misbach & J, 2010)


68
69
70
71
72
73
74

Anda mungkin juga menyukai