Anda di halaman 1dari 92

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUS

INKOMPLIT DI RUANG RAWAT INAP ZAAL KEBIDANAN


RSUD PROF. DR. H. M CHATIB QUZWAIN
SAROLANGUN

DISUSUN OLEH

NO NAMA NIM

1. ALFEI YUSMAR SAFITRA 221000414901035

2. EPI KUSMIRA 221000414901037

3. IKROMIAH 221000414901039

4. JAYENG SYAIP 221000414901041

5. SRI GUSTATI 221000414901050

6 ZUMAIDI 221000414901052

7 TADIUS RIBERA 221000414901051


8 NUR SAHID 221000414901044
9 PASTINA SIRAIT 221000414901046

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN & KESMAS
UNIVERSITAS PRIMA NUSANTARA
BUKITTINGGI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya yang

telah dilimpahkan sebagai sumber ketakutan hati dan peneguhan iman sampai

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Abortus Inkomplit di Zaal Kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr. Chatib Quzwain Sarolangun Tahun 2023”.

tanpa nikmat sehat yang diberikan-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu

untuk menyelesaikan Makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih sangat

sederhana dan jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan kemampuan penulis.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifat membangun dari pembaca. Harapan

penulis semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi

penulis sendiri, maupun pembaca dikemudian hari.

Sarolangun, Jan 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Manfaat Penulisan

BAB II TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar Medis

1.1 Pengertian 8

1.2 Anatomi Fisiologi 8

1.3 Jenis-Jenis Abortus 15

1.4 Etiologi 18

1.5 Tanda Dan Gejala 20

1.6 Patofisiologi 20

1.7 Manifestasi Klinis 21

1.8 Penatalaksanaan Medik 22

1.9 Pemeriksaan Penunjang 24

1.10 Pencegahan 24

1.11 Komplikasi 26

2. Konsep Asuhan Keperawatan

2.1 Pengkajian 28
2.2 Diagnosis Keperawatan 33

2.3 Intervensi 34

2.4 Implementasi 45

2.5 Evaluasi 45

B. TINJAUAN KASUS

1) Pengkajian 46

2) Pemeriksaan Fisik 57

3) Klasikasi Data 61

4) Analisa Data 62

5) Diagnosa Keperawatan 66

6) Perencanaan Keperawataan 66

7) Implementasi & Evaluasi 75

BAB III PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian 82

B. Diagnosa Keperawatan 86

C. Intervensi 87

D. Implementasi 88

E. Evaluasi 91

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan 93

B. Saran-saran 94

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut (WHO, 2019), Abortus atau aborsi dibedakan menjadi

abortus aman dan tidak aman, Abortus aman yaitu abortus yang dilakukan

dengan metode yang direkomendasikan oleh WHO dan dilakukan oleh

tenaga medis terlatih. Sedangkan abortus yang tidak aman yaitu abortus

yang terjadi jika kehamilan dihentikan oleh orang yang tidak memiliki

keterampilan atau keadaan yang tidak sesuai dengan standar medis

minimal dan dilakukan dengan metode yang sudah ketinggalan zaman

seperti kuretase tajam, memasukkan benda asing atau menggunakan

ramuan tradisional (Marked, 2020).

Berdasarkan data (WHO, 2015), Angka Kematian Ibu di dunia

sekitar 216 dari 100.000 kelahiran hidup dan setiap harinya tercatat

sekitar 830 perempuan meninggal karena komplikasi kehamilan dan

persalinan, dengan jumlah tertinggi berada di negara berkembang yaitu 33

kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara

maju.

Angka aborsi di negara berkembang masih sangat tinggi, dengan

sekitar 1.113.000 kelahiran per 100.000 kelahiran hidup dan 90.000

aborsi dilakukan dalam kondisi yang tidak aman. Di Indonesia,

diperkirakan 22,5% keguguran terjadi setiap tahun, yang secara signifikan

dapat menurunkan angka kelahiran menjadi 1,7 per tahun. (WHO, 2016).

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) 15-50% kematian ibu

disebabkan oleh abortus. Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus setiap


tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus setiap tahunnya.

Angka kejadian abortus di Asia Tenggara 4,2 juta pertahun termasuk

Indonesia (Tuzzahro, 2021). Di Indonesia, diperkirakan sekitar 2-2,5%

mengalami keguguran setiap tahun, sehingga secara nyata dapat

menurunkan angka kelahiran menjadi 1,7 pertahunnya. AKI di Indonesia

masih didominasi perdarahan 42%, eklamsi 13%, dan infeksi 10%

(Desmansyah, 2021 ).

Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh dinas kesehatan

kabupaten Srolangun pada tahun 2022 yaitu jumlah kematian 138 orang

atau 93,20 per 00.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian ibu hamil 15

orang (10,86%), kematian ibu bersalin 54 orang (39,13%), kematian ibu

nifas 69 orang (50,00%). Adapun kematian menurut umur yaitu <20

tahun sebanyak 14 orang, umur 20-34 tahun sebanyak 37 orang (Dinkes

Srl , 2022). Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah

Prof.Dr. Chatib Quzwain Sarolangun menunjukkan bahwa jumlah kasus

abortus pada tahun 2022 sebanyak 35 (8,75%) dari 400 pasien ibu hamil.

Data terakhir Januari sampai Jan 2023 yaitu 10 kasus abortus (5,64%)

dari 177 orang pasien ibu hamil (Darmiati, 2023)

Berdasarkan uraian di atas dan pengalaman praktik yang ditemukan

di Rumah sakit, maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil kasus

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada pasien Dengan Abortus

Inkomplit di Zaal Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr. Chatib

Quzwain Sarolangun “
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka

rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah “Asuhan

Keperawatan Pasien dengan Abortus Inkomplit di Zaal Kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr. Chatib Quzwain Sarolangun

Tahun 2023”.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khususnya yaitu :

a. Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian, analisa data

yang terjadi pada Pasien dengan Abortus Inkomplit di Ruang Zaal

Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr. Chatib Quzwain

Sarolangun

b. Memperoleh pengalaman nyata dalam menetapkan diagnosa

keperawatan yang terjadi pada Pasien dengan Abortus Inkomplit di

Ruang Zaal Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.

Chatib Quzwain Sarolangun

c. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan rencana

keperawatan yang terjadi pada Pasien dengan Abortus Inkomplit di

Ruang Zaal Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.

Chatib Quzwain Sarolangun.

d. Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan tindakan

keprawatan (implementasi) yang terjadi pada pasien dengan


Abortus Inkomplit di Ruang Zaal Kebidanan Rumah Sakit Umum

Daerah Prof.Dr. Chatib Quzwain Sarolangun

e. Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi

keperawatan yang terjadi pada Pasien dengan Abortus Inkomplit di

Ruang Zaal Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.

Chatib Quzwain Sarolangun

f. Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan asuhan

keperawatan yang terjadi pada Pasien dengan Abortus Inkomplit di

Ruang Zaal Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.

Chatib Quzwain Sarolangun

C. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Akademik

Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi

dalam upaya pengembangan pengetahuan khususnya tentang

pemberian asuhan keperawatan pada Ibu hamil dengan abortus.

2. Pelayanan Masyarakat

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pelayanan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah dan

kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

khususnya tentang pemberian asuhan keperawatan pada Ibu hamil

dengan abortus.
3. Bagi Pasien

Penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman pasien tentang pemberian asuhan keperawatan pada Ibu

hamil dengan abortus.

4. Bagi Penulis

a) Memberikan manfaat melalui pengalaman bagi penulis untuk

mengaplikaskan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan

khusunya tentang pemberian asuhan keperawatan pada Ibu

hamil dengan abortus.

b) Merupakan pengalaman yang sangat berguna untuk dapat

melakukan Asuhan keperawatan pada kasus berikutnya.


BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Medis

1.1 Pengertian

Abortus atau miscarriage adalah keluarnya hasil konsepsi

sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan

sekitar 500 gram atau kurang dari 1000 gram, terhentinya

proses kehamilan sebelum usia kehamilan kurang dari 28

minggu. Abortus adalah komplikasi umum kehamilan dan salah

satu penyebab kematian ibu dan janin (Tuzzahro, 2021).

Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum minggu ke 20

(dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir). (Desmansyah,

2021 ).

Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum

janin dapat bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22

minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram (Arofah &

Rapida, 2021)

1.2 Anatomi Fisiologis

a. Vagina

Pada bagian depan, vagina berukuran 6,5 cm dan

dibelakang 9,5cm, sumbunya berjalan kira-kira sejajar

dengan arah pinggir bawah simfisis ke Promontorium.


Arah ini penting diketahui jika memasukkan jari ke dalam

vagina pada pemeriksaan ginekologik. Pada pertumbuhan

janin dalam uterus 2/3 bagian atas vagina berasal dari

duktus Miilleri (asal dari entoderm), sedangkan 1/3

bagian bawahnya dari lipatan-lipatan ektorderm. Epitel

vagina terdiri atas epitel skuamosa dalam beberapa

lapisan. Lapisan tidak mengandung kelenjar, akan tetapi

dapat mengadakan transudasi. Pada anak kecil epitel itu

amat tipis, sehingga mudah terkena infeksi. Mukosa

vagina berlipat-lipat horisontal; lipatan itu dinamakan

ruga di tengah-tengah bagian depan dan belakang ada

bagian yang lebih mengeras, disebut kolumna rugarum.

Di bawah epitel vagina terdapat jaringan ikat yang

mengandung banyak pembuluh darah. Di bawah jaringan

ikat terdapat otototot dengan susunan yang serupa dengan

susunan otot usus. Sebelah luar otot-otot terdapat fasia

(jaringan ikat) yang akan berkurang elastisitasnya pada

wanita yang lanjut usia. Di sebelah depan dinding vagina

bagian bawah terdapat uretra sepanjang 2,5-4 cm. Bagian

atas vagina berbatasan dengan kandung kencing sampai

ke forniks vagina anterior. Dinding belakang vagina lebih

panjang dan membentuk forniks posterior yang jauh lebih

luas daripada forniks anterior. Di samping kedua forniks

itu dikenal pula forniks lateralis sinistra dan dekstra. Pada

wanita yang telah melahirkan anak, pada kedua dinding


vagina sering ditemukan tempat yang kendor dan agak

merosot (sistokele dan rektokele).

Pada seorang virgo keadaan ini jarang ditemukan.

b. Uterus

Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah

advokat atau buah peer yang sedikit gepeng. Ukuran

panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm, dan tebal

2,5 cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (bagian atas) dan

serviks uteri (bagian bawah). Di dalam korpus uteri

terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka ke luar

melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di

serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di vagina

dinamakan porsio uteri (pars vaginalis serviks uteri),

sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars

supravaginalis serviks uteri. Antara korpus dan serviks

masih ada bagian yang disebut isthmus uteri.

Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba

Fallopii kanan dan kiri masuk ke uterus.Dinding uterus

terdiri atas miometrium, yang merupakan otot polos

berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah

dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman.

Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi

dan berelaksasi. Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir

yang kaya dengan kelenjar, disebut

endometrium.Endometrium terdiri atas epitel kubik,

kelenjar-kelenjar, dan stroma dengan banyak


pembuluhpembuluh darah yang berkeluk-keluk.

Pertumbuhan dan fungsi endometrium dipengaruhi sekali

oleh hormon steroid ovarium. Uterus pada wanita dewasa

umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam

anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk

sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri berarah ke

depan dan membentuk sudut 120°-130° dengan serviks

uteri. Perbandingan antara panjang korpus uteri dan

serviks berbeda-beda dalam pertumbuhan. Pada bayi

perbandingan itu adalah 1:2,

sedangkan pada wanita dewasa 2:1.


Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale).

Jadi, dari luar ke dalam ditemukan pada dinding korpus

uteri serosa atau perimetrium, miometrium, dan

endometrium. Uterus mendapat darah dari arteria

uterina, ranting dari arteria iliakainterna, dan dari arteria

ovarika.

c. Tuba

Tuba Fallopii ialah saluran telur berasal seperti juga

uterus dari duktus Miilleri. Rata-rata panjangnya tuba 11-

14 cm. Bagian yang berada di dinding uterus dinamakan

pars intertisialis, lateral dari itu (3-6 cm) terdapat pars

isthmika yang masih sempit (diameter 2-3 mm), dan lebih

ke arah lateral lagi pars ampullaris yang lebih lebar

(diameter 4-10 mm) dan mempunyai ujung terbuka

menyerupai anemon yang disebut infundibulum. Bagian


luar tuba diliputi oleh peritoneum viserale, yang

merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot di

dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot

longitudinal dan otot sirkuler.Lebih ke dalam lagi

terdapat mukosa yang berlipat-lipat ke arah longitudinal

dan terutama dapat ditemukan di bagian ampulla. Mukosa

Tuba terdiri atas epitel kubik sampai silindrik, yang

mempunyai bagian-bagian dengan serabutserabut yang

bersekresi, mengeluarkan getah, sedangkan yang

berserabut dengan getarannya

menimbulkan suatu arus ke arah kavum uteri.

d. Ovarium

Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan,

terletak di kiri dan kanan, dekat pada dinding pelvis di

fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus

dengan ligamentum ovarii proprium Pembuluh darah ke

ovarium melalui ligamentum Suspensorium ovarii

(ligamentum infundibulopel- vikum).

Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum

latum. Sebagian besar ovarium berada di intraperitoneal

dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian ovarium kecil

berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Lipatan

yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum

latum dengan ovarium dinamakan mesovarium. Bagian


ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi

oleh epitel kunik silindrik, disebut epithelium

germinativum. Di bawah epitel ini terdapat tunika

albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan

tempat folikel-folikel primordial.Pada wanita

diperkirakan terdapat banyak folikel.Tiap bulan satu

folikel, kadangkadang dua folikel, berkembang menjadi

folikel de Graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian

ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di korteks

ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan pula dalam

tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi

oleh satu korpus luteum lapisan sel-sel saja sampai folikel

de Graaf yang matang. Folikel yang matang ini terisi

dengan likuor follikuli yang mengandung estrogen, dan

siap untuk berovulasi.

Pada waktu dilahirkan bayi mempunyai

sekurangkurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini

berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-

folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan 439.000, pada

16-25 tahun 159.000, antara umur 26-35 tahun menurun

sampai 59.000, dan antara 34-45 hanya 34.000. Pada

masa menopause semua folikel sudah menghilang.

e. Vulva

Vulva ialah tempat bermuaranya sistem urogenital. Di

sebelah luar vulva dilingkari oleh labia majora (bibir


besar) yang ke belakang menjadi satu dan membentuk

kommissura posterior dan perineum. Di bawah kulitnya

terdapat jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons

veneris. Medial dari bibir besar ditemukan bibir kecil

(labia minora) yang ke arah perineum menjadi satu dan

membentuk frenulum labiorum pudendi. Di depan

frenulum ini terletak fossa navikulare. Kanan dan kiri

dekat pada fossa navikulare ini dapat dilihat dua buah

lubang kecil tempat saluran kedua glandulae Bartholini

bermuara. Ke depan labia minora menjadi satu dan

membentuk prepusium klitoridis dan frenulum klitoridis.

Di bawah prepusium klitoridis terletak klitoris. Kira-kira

1,5 cm di bawah klitoris terdapat orifisium urethra

eksternum (lubang kemih). Di kanan kiri lubang kemih

ini terdapat dua lubang kecil dari saluran yang buntu.

1.3 Jenis-jenis Abortus

Abortus dapat di bagi menjadi dua, yaitu :

a. Abortus Spontan

Aborsi spontan berlangsung secara alami dan paling

sering disebabkan oleh adanya gangguan pada janin.

Gejala abortus spontan adalah kram dan pengeluaran

darah dari jalan lahir. Kram dan pendarahan vagina yang

mungkin terjadi sangat ringan, sedang, atau bahkan berat.

Tidak ada pola tertentu untuk berapa lama gejala akan

berlangsung. Selain itu gejala yang menyertai abortus


spontan yaitu nyeri perut bagian bawah, nyeri pada

punggung, pembukaan leher rahim dan pengeluaran janin

dari dalam rahim.

Ada lima jenis aborsi spontan yang perlu diketahui.

1) Abortus komplit (Abortus Lengkap) yaitu

fenomena keguguran ketika seluruh hasil pembuahan

atau konsepsi keluar dari rahim pada kehamilan

kurang dari 20 minggu. Tandanya adalah keluarnya

darah dalam bentuk gumpalan. 2) Abortus inkomplit

(Abortus Bersisa) Sebagian jaringan hasil konsepsi

masih tertinggal di dalam uterus dimana pada

pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka

dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol

pada ostium uteri eksternum.

Untuk memastikannya, harus dilakukan pemeriksaan

oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan,

karena biasanya butuh tindakan lebih lanjut seperti

kuret atau pemberian obat.

3) Abortus imminens ( Abortus mengancam) Abortus

belum terjadi sehingga kehamilan dapat

dipertahankan dengan cara: tirah baring, tidak

berhubungan badan, evaluasi secara berkala

dengan USG untuk melihat perkembangan janin.


4) Abortus missed abortion

Keadaan dimana janin telah Meninggal dalam

kandungan dan hasil konsepsi seluruhnya masih

berada dalam Rahim.

5) Abortus habitualis

Jenis keguguran ini sering disebut dengan abortus

berulang, yang mana penderita

mengalami keguguran tiga kali berturut-turut.

b. Abortus Provokatus

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-

obatan maupun alat-alat.

Abortus ini terbagi menjadi :

1) Abortus Medisinalis adalah abortus yang terjadi

karena tindakan, dengan alasan jika kehamilan

dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu

(berdasarkan indikasi medis).

2) Abortus Kriminalis adalah abortus yang terjadi

karena tindakantindakan yang tidak legal atau

tidak berdasarkan indikasi medis.

1.4 Etiologi

a. Umur

Umur ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil

berada dibawah 20 tahun karena alat reproduksi wanita

belum matang dan beresiko pula apabila umur di atas 35


tahun karena fungsi organ reproduksi sudah mulai

menurun.

b. Paritas

Semakin tinggi paritasnya maka semakin pendek jarak

kelahiran. Paritas yang lebih tinggi, besar kemungkinan

bayinya akan lahir sebelum waktunya (prematur) dengan

berat badan rendah, abortus dan kemungkinan akan

meninggal sebelum berusia 1 tahun.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula

mereka menerima informasi, dan pada akhirnya

pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak,

sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang

rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang

tersebut terhadap penerimaan informasi tentang kehamilan

dan kejadian abortus yang dapat

terjadi.

d. Status Gizi

Ibu dengan status gizi baik tidak akan mengalami kejadian

abortus dikarenakan gizi yang diperoleh janin melalui ibu

telah menunjang untuk kesejahteraan janin dan status gizi

hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan karena

berpengaruh terhadap status kesehatan ibu selama hamil

serta pertumbuhan dan perkembangan janin.


e. Penyakit Ibu

Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi

pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta.

1. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis,

malaria dan sifilis.

2. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan

peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenter.

3. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit

ginjal, penyakit hati, dan penyakit diabetes melitus

kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan

tempat tumbuh kembangnya janin

dijumpai keadan abnormal dalam bentuk mioma uteri,

uterus arkuatus, uterus septus, retroplesia uteri, servik

inkompeten, bekas operasi pada serviks (kolisasi,

amputasi, serviks), robekan

serviks postpartum

f. Riwayat Abortus setelah 1 kali abortus spontan memiliki

15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila

pernah 2 kali resikonya meningkat 25%. Beberapa studi

mengatakan bahwa resiko abortus setelah 3 abortus

berurutan adalah

30-45% (Khasanah & Nur, 2020).


1.5 Tanda Dan Gejala

a. Perdarahan

b. Perut mulas

c. Nyeri

d. Lemas

e. Pusing

1.6 Patofisiologi

Pada awal abortus terjadilah pendarahan dalam desidua

basalis, kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya.

Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian

atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam

uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk

mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,

hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi

koriales belum menembus desidua secara mendalam.

Sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi koriales

sudah menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya

plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan

banyak perdarahan. Pada janin yang telah meninggal dan tidak

dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi, dimana janin

mengering dan cairan amnion menjadi berkurang, sehingga

janin gepeng dan pada tindak lanjut menjadi sangat tipis seperti

kertas. Pada kemungkinan yang lain pada janin mati tidak lekas

dikeluarkan akan terjadi kulit terlepas, tengkorak menjadi


lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh tubuh

janin berwarna kemerah-merahan.

1.7 Manifestasi Klinis

Ada beberapa manifestasi klinis pada abortus, yaitu;

a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah

kesadaran menurun, tekanan darah normal atau

menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu

badan normal atau meningkat

c. Perdarahan pervagina mungkin disertaidengan

keluarnya jaringan hasil konsepsi

d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering

nyeri pingang akibat kontraksi uterus

e. Pemeriksaan ginekologi :

1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau

tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk

dari vulva

2) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum

uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak

jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan

atau jaringan berbau busuk dari ostium

3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah

tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum

uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia


kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak

nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas

tidak menonjol dan tidak nyeri

4) Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

(Harsismanto, 2019).

1.8 Penatalaksanaan Medik

a) Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa

disertai kram :

1. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke

rahim dan mengurangi rangsangan mekanis,

terutama bagi yang pernah abortus sampai

perdarahan benar – benar berhenti.

2. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual,

tidak melakukan irigasi atau memasukkan sesuatu ke

dalam vagina

3. Tidak melakukan aktifitas seksual yang

menimbulkan orgasme

b) Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit 1.

Evaluasi tanda – tanda vital

2. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum :

merupakan skrining vaginitis dan servisistis :

observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong

ketuban, bekuan darah, atau bagian – bagian janin


3. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi,

nyeri tekan, effacement, serta kondisi ketuban.

c) Jika pemeriksaan negatif dapat dilakukan pemeriksaan

ultrasonografi untuk menentukkan kelangsungan hidup

janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin untuk

menenangkan wanita.

d) Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif,

tenangkan ibu, kaji ulang gejala bahaya dan pertahankan

nilai normal

e) Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram

meningkat, atau hasil pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi

menunjukkan hasil abnormal

1.9 Pemeriksaan Penunjang

a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan

2– 3 minggu setelah abortus

b. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukan

apakah janin masih hidup

c. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion

1.10 Pencegahan

Ada beberapa pencegahan pada abortus, yaitu ;

a) Memberikan edukasi seks di kalangan remaja. Hal

ini dikarenakan masih banyaknya para remaja kita yang

mempelajari fungsi reproduksi para sudut “kenikmatan”

nya saja tanpa memandang efek-efek negatif di

kemudian hari.
b) Menanamkan kembali nilai-nilai moral sosial dan juga

keagamaan akan penting dan mulianya untuk menjaga

kehormatan diri. Kebanyakan, para remaja ini karena

memang semenjak kecil sudah dijauhkan oleh

normanorma yang mengatur hubungan antar laki-laki

dan perempuan sedangkan media gencar

mempromosikan tayangan-tayangan yang berbau

seksualitas dengan mengedepankan nafsu semata.

Ditambah lagi akses pornografi yang dapat dengan

mudah didapatkan melalui internet via komputer

maupun handphone.

c) Menguatkan kembali kontrol sosial di masyarakat.

Tidak dipungkiri yang menjadikan remaja bebas

melakukan apa saja adalah karena semakin

melemahnya kontrol sosial dari lingkungan keluarga

maupun masyarakat. Misalkan saja ada sepasang pelaku

“pacaran” yang diperbolehkan orang tuanya berdua-

duaan di dalam kamar. Meskipun tidak terjadi

perzinahan di sana, namun itu dapat memicu untuk

melakukan tindakan-tindakan yang “lebih” untuk

dilakukan pada lain kesempatan dan lain tempat. Begitu

juga kontrol dari masyarakat itu penting ketika melihat

ada pasangan muda-mudi yang menginap di kamar

kostan dan bahkan terjadi berhari-hari. Hal ini sudah

barang tentu dapat semakin mendorong terjadinya


penyimpangan perilaku dalam artian melakukan

tindakan-tindakan yang seharusnya baru boleh

dilakukan oleh pasangan suami isteri yang resmi.

d) Para pelaku yang telah melakukan aborsi juga tak dapat

dipandang sebelah mata. Mereka mempunyai hak untuk

dapat kita tolong karena bisa saja hal telah mereka

lakukan tersebut adalah suatu kekhilafan yang tak

ingin diulanginya lagi. Maka, bagi para

penyandang PAS, dapat kita tolong dengan

memberikan pelayanan konseling serta dukungan

sosial untuk dapat bangkit kembali menjalani

kehidupan secara normal dengan diiringi taubat yang

sebenar-benarnya (taubat nasukha) (Alfiyah, 2020)

1.11 Komplikasi

Abortus dapat mengakibatkan komplikasi yang serius seperti

perdarahan, infeksi, syok dan ketidakberdayaan.

a) Perdarahan

Pada abortus komplit perdarahan akan terjadi banyak

dan akan mengakibatkan kematian. Sedangkan pada

abortus inkomplit, perdarahan akan terjadi secara terus

menerus sehingga dapat menyebabkan gangguan

koagulasi (Disminated Intravascular Coagulation) yang

pada akhirnya akan menyebabkan anemia dan

kematian.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika terjadi

perdarahan, yaitu ;

1. Perhatikan banyaknya perdarahan, warna,

intensitas, segar dengan atau tanpa bekuan

2. Darah membasahi pakaian, kain atau selimut

3. Pucat (kongjuntiva, palpebral, tangan dan bibir)

4. Pusing, kesadaran menurun

b) Infeksi

Dampak pada perdarahan yang banyak dapat

mengakibatkan volume darah berkurang, pasien menjadi

anemia dan daya tahan tubuh menurun mengakibatkan

kuman mudah masuk dan berkembang.

Beberapa tanda jika terjadi infeksi, yaitu :

1. Demam tinggi (>38oC) menggigil, berkeringat

2. Secret vagina bau

3. Kaku dan tegang pada dinding perut bawah

4. Cairan mukopurulen melalui ostium serviks

5. Nyeri goyang serviks

c) Perforasi akibat kuretase

Dampak dari kuretase akan menyebabkan perforasi

pada dinding uterus yang mengakibatkan gangguan

pada kehamilan berkurang.

d) Syok

Terjadi akibat hemoragik, syok hipovolemik dan infeksi

berat
1. Nadi cepat lelah

2. Turunnya tekanan darah (sistolik <90mmHg dan

diastolic <60mmHg)

3. Pucat terutama palpebra, telapak tangan dan

bibir

4. Berkeringat banyak, gelisah, apatis atau

kehilangan kesadaran

5. Pernafasan cepat (>30x/menit)

e) Ketidakberdayaan

Perasaan sedih akibat kehilangan calon bayi

menyebabkan pasien merasa tidak berdaya terutama

kondisi ini akan sangat berat bila kondisi pasien untuk

melahirkan sangat terbatas misalnya pasien terlambat

menikah atau sulit mempunyai anak. (Pratiwi, 2017)

2. Konsep Asuhan Keperawatan

2.1 Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1) Biodata Ibu dan Suami

- Nama ibu

- Nama suami

- Umur ibu : Untuk mengetahui faktor resiko yang

menyebabkan terjadinya abortus.

- Agama ibu dan suami Suku bangsa ibu

- Pendidikan ibu dan suami

- Pekerjaan ibu dan suami


- Alamat ibu dan suami

- Golongan darah

2) Keluhan Utama

Untuk mengetahui keluhan utama yang dirasakan, sejak

kapan dirasakan, dibagian mana dirasakan, dan apa

upaya ibu untuk mengatasinya. Dimana dari data

tersebut dapat menunjang diangnosa abortus. Penderita

abortus bisa datang dengan keluhan nyeri perut,

perdarahan.

3) Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui kapan pasien menarche, apakah siklus

menstruasi ibu teratur atau tidak, mengetahui lama haid

dan banyaknya pengeluaran darah saat haid, serta apakah

ibu pernah mengalami dismenorhea atau

tidak.

4) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, lama

perkawinan, umur ibu saat menikah serta apakah ibu

sudah mempunyai anak atau belum.

5) Riwayat obstetri terdahulu

Untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki, umur

kahamilan saat lahir, apakah ada penyulit saat hamil,

tempat bersalin, penolong persalinan, berat badan bayi

saat lahir jenis kelamin anak, jenis persalinan, apakah


ada penyulit saat nifas, keadaan anak sekarang serta umur

anak sekarang.

6) Riwayat ginekologi

Untuk mengetahui apakah ibu pernah atau sedang

mengalami masalah dengan organ reproduksinya serta

sejak kapan masalah dirasakan. Riwayat penyakit /

kelainan ginekologi serta pengobatannya dapat

memberikan keterangan penting, terutama operasi yang

pernah dialami. Apabila penderita pernah diperiksa oleh

dokter lain tanyakan juga hasil-hasil pemeriksaan dan

pendapat dokter itu.

7) Riwayat penyakit ibu

Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang pernah

diderita ibu, apakah ibu mempunyai riwayat penyakit

tertentu terutama yang berhubungan dengan alat

reproduksi maupun penyakit lain yang mungkin dapat

memicu terjadinya abortus serta bisa menjadi

pertimbangan untuk keperluan terapi atau pengobatan

lebih lanjut seperti gangguan hormone, kanker, tumor

PMS dll.

Dalam hal ini perlu ditanyakan apakah penderita pernah

menderita penyakit berat, penyakit TBC, penyakit

jantung, penyakit ginjal, penyakit darah, DM, dan

penyakkit jiwa. Riwayat operasi nonginekologik perlu


juga diperhatikan, misalnya strumektomi,

mammektomi, apendektomi, dan lain-lain.

8) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui apakah

pernah menderita tumor alat kandungan/tidak ataupun

tumor di luar alat kandungan.

9) Hubungan seksual

10) Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual

11) Pemeriksaan sistematis dan ginekologi

a. Kepala dan Leher

- Kepala : Untuk mengetahui


bagaimana kebersihan
dan struktur rambut

- Mata : Untuk mengetahui


warna konjungtiva

- mulut : Untuk mengetahui


keadaan mulut pucat
atau kah kering

- leher : Untuk mengetahui


keadaan kelenjar
tiroid dan kelenjar
limpe maupun vena
jugularis

b. Payudara

Pemeriksaan payudara mempunyai arti penting bagi

penderita wanita terutama dalam hubungan dengan

diagnostik kelainan endokrin


c. Abdomen

Untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi,

apakah ada massa dan pembesaran perut abnormal

yang dapat menunjang diagnosa ke diagnosa

penyakit organ reproduksi lainnya. Pemeriksaan

abdomen sangat penting pada

penderita gynekologi, tidak boleh diabaikan, dan

harus lengkap apapun keluhan penderita.

d. Anogenital

Untuk mengetahui apakah ada pengeluaran

pervaginam, varices, dan oedema, serta tandatanda

abnormal/kelainan lainnya, seperti tandatanda

infeksi.

e. Ekstremitas atas dan bawah

Untuk mengetahui apakah ada oedema, sianosis,

pada kaki dan tangan, serta keadaan kuku apakah

kemerahan ataukah pucat. .


PATHWAY

Etiologi : umur, paritas, pendidikan, status


gizi, penyakit ibu, dan riwayat Abortus

Kematian Janin

Perdarahan Kontraksi Uterus

Pelepasan embrio
parsial/Total

Abortus

Abortus Spontan Abortus Provokatus

- Ab. Komplit - Ab. Medisinalis


- Ab. Kriminalis
- Ab. Inkomplit
- Ab. Imminens
- Ab. Missed Abortion
- Ab. Habitualis

Penurunan Intake
Perdarahan Pervagina
Cairan

Nyeri Abdomen
Hipovolemia
- Resiko
Nyeri Akut
Infeksi
- Hipertermi TD Menurun

Risiko Syok
2.2 Diagnosis Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

b. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif

c. Hipertermi b.d Proses penyakit

d. Resiko Syok

e. Resiko infeksi
2.3 Intervensi

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa SKLI SIKI AKTIVITAS

1 D.0077 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri

tindakan keperawatan
Nyeri akut berhubungan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui
3x24 jam diharapkan
dengan kontraksi uterus durasi, frekuensi, kualitas, intensitas intensitas nyeri yang di
tingkat nyeri menurun
Defenisi : pengalaman nyeri rasakan
dengan kriteria hasil:
sensorik atau emosional yang 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui
- Keluhan nyeri
berkaitan dengan kerusakan tingkat nyeri yang
menurun menjadi
jaringan aktual ata fungsional, dirasakan
skala 1-3
dengan onset mendadak atau 3. Untuk mengetahui
(Ringan)
lambat dan berintensitas reaksi non verbal
3. Identifikasi respons nyeri non
ringan hingga berat yang - Meringis 4. Untuk mengetahui
verbal
menurun factor-faktor yang
4. Identifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan


berlangsung kurang dari 3 - Gelisah menurun nyeri dapat memperberat

bulan. - Kesulitan tidur nyeri

Gejala Dan Tanda Mayor menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan 5. Untuk mengetahui

Data Subjektif : - Frekuensi nadi keyakinan tentang nyeri tingkat pengetahuan

- Mengeluh Nyeri membaik terkait nyeri

Data Objektif : - Tekanan darah 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada 6. Untuk mengetahui
membaik
- Tampak kualitas hidup factor yang dapat
meringis
mempengaruhi nyeri
bersikap protektif
7. Monitor efek samping 7. Untuk mengetahui
- Gelisah
penggunaan analgetik efek samping yang
- Frekuensi nadi
mungkin terjadi pada
meningkat
penggunaan analgetik
- Sulit tidur 8. Berikan teknik nonfarmakologi
8. Untuk mengurangi
untuk mengurangi rasa nyeri
Gejala Dan Tanda Minor tingkat nyeri

Data Subjektif : -
9. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri 9. Untuk menghindari

Data Objeltif nyeri bertambah berat

- Tekanan darah 10. Fasilitasi istirahat dan tidur 10. Untuk memenuhi

meningkat pola istirahat

- Pola napas berubah 11. Jelaskan strategi meredakan nyeri 11. Untuk mengurangi

- Nafsu makan berubah 12. Ajarkan teknik nonfarmakologis tingkat nyeri

- Proses berpikir untuk mengurangi rasa nyeri 12. Agar dapat lebih

terganggu rileks

- Menarik diri 13. Kolaborasi pemberian analgetik,


jika perlu
- Berfokus pada 13. Untuk meredakan
diri
nyeri
sendiri

- Diaphoresis
2 D.0023 Hipovolemia b/d Setelah dilakukan Menajemen Hipovolemia Menajemen

kehilangan cairan aktif tindakan keperawatan Hipovolemia

Defenisi : penurunan volume selama 3x24 jam 1. Monitor intake dan 1. Untuk mengetahui
output
cairan diharapkan status cairan keseimbangan cairan
cairan
intravaskuler, intertisial, membaik, 2. Untuk mengetahui
2. Hitung kebutuhan cairan
dan/atau intraseluler. Dengan kriteria hasil : kebutuhan cairan

Gejala Dan Tanda Mayor - Kekuatan nadi dari pasien

Data subjektif : - menurun 3. Untuk memenuhi


3. Berikan asupan cairan oral
Data objektif menjadi meningkat asupan cairan

- Frekuensi nadi - Turgor 4. Agar cairan pasien


kulit 4. Anjurkan memperbanyak
meningkat tercukupi
meningkat asupan cairan oral
- Nadi teraba lemah 5. Agar tidak terjadi
- Output urine dari 5. Kolaborasi pemberian cairan IV
- Tekanan darah menurun menjadi kekurangan cairan
menurun isotonis (Nacl.RL)
cairan
- Tekanan nadi - meningkat

menyempit Berat badan dari

- Turgor kulit menurun sedang menjadi

- Membran mukosa - menurun

kering Intake cairan dari

- Volume urin menurun memburuk


menjadi membaik
- Hematokrit meningkat

Gejala Dan Tanda Mayor

Data subjektif

- Merasa lemah

- Mengeluh haus Data

objektif

- Pengisian vena menurun


- Status mental berubah

- Suhu tbh meningkat

- Konsentrasi urin

meningkat

- Berat badan turun


tibatiba

3 D.0130 Hipertermi b.d Setelah dilakukan Menejemen hipertermia Menejemen hipertermia

Proses penyakit Definisi : tindakan keperawatan 1. identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui


suhu tubuh meningkat di 3x24 jam maka hipertermia penyebab demam
atas rentang normal tubuh. diharapkan termoregulasi
2. monitor suhu tubuh 2. Untuk mengetahui
Gejala Dan Tanda Mayor membaik dengan
suhu tubuh pasien
Data subjektif : - Data indikator :
objektif : 3. sediakan lingkungan 3. Agar suhu tubuh
- Menggigil yang
menurun
dingin
4. Agar pasien nyaman
4. longgarkan atau lepaskan
- Suhu tubh diatas nilai menurun pakaian

normal - suhu tubuh dari 5. lakukan kompres hangat 5. Agar suhu tubuh

Gejala Dan Tanda Minor sedang menjadi pasien turun


Data subjektif : - Data membaik
6. anjurkan tirah baring 6. Agar pasien dapt
objektif : - suhu kulit dari
istirahat
- Kulit merah sedang menjadi
7. kalaborasi pemberian cairan dan 7. Agar pemenuhan
- Kejang membaik elektrolit intravena, jika perlu
cairan tercukupi
- Takikardi

- Takipnea

- Kulit terasa hangat

4 D.0039 Resiko Syok Defenisi : Setelah melakukan Pencegahan Syok Pencegahan Syok
beresiko mengalami asuhan keperawatan
ketidakcukupan aliran darah ke selama 3x24 jam 1. Monitor status oksigenasi 1. Untuk mengetahui
jaringan diharapkan Tingkat (oksimetri nadi, AGD)
kebutuhan oksigen
2. Monitor status cairan (Masukan

2. Untuk melihat tanda-


tubuh, yang dapat Syok Menurun. dan haluaran, turgor kulit dan tanda syok
mengakibatkan disfungsi CRT )
Dengan Kriteria Hasil :
seluler yang mengancam 3. Monitor tingkat kesadaran dan
jiwa. - Kekuatan respon pupil 3. Untuk menilai
nadi meningkat 4. Periksa riwayat alergi tingkat kesadaran pasien
Faktor Risiko
- Output urin 4. Untuk menghindari
- Hipoksemia
meningkat tidak terjadinya alergi
5. Berikan oksigen untuk
- Hipoksia
- Akral dingin mempertahankan saturasi oksigen 5. Untuk memenuhi
- Hipotensi menurun >94%
6. Pasang jalur IV kebutuhan oksigen
- Pucat menurun
- Kekurangan volume
cairan - Haus menurun
- Sepsis 7. Lakukan skin test 6. Agar tidak terjadi
untuk syok
- Sindrom respon
7. Untuk menghindari
inflamasi sistemik mencegah reaksi alergi
(systemic inflammatory alergi obat
8. Jelaskan penyebab/faktor
8. Untuk menghindari
resiko Syok
response syndrome resiko syok berulang

(SIRS) 9. Jelaskan tanda dan gejala awal 9. Agar pasien dapat

Syok mengerti gejala awal

syok

10. Anjurkan melapor jika 10. Agar dapat ditangani

menemukan/merasakan tanda sesegera mungkin

dan gejala awal syok

11. Anjurkan memperbanyak 11. Untuk menghindari

asupan cairan oral terjadinya syok

12. Kolaborasi pemberian IV, Jika 12. Untuk mengurangi

perlu tingkat syok

13. Kolaborasi pemberian transfusi 13. Untuk menghidari


terjadinya komplikasi
darah, jika perlu yang lebih berat
5 D.0142 Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi

Defenisi : Beresik tindakan keperawatan 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal 1. Untuk menghindari

3x24 jam tingkat infeksi dan sistemik terjadinya infeksi

menurun, 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Untk menghindari

o mengalami peningkatan dengan kriteria hasil: penyebaran

terserang organisme - Demam mikroorganisme

patogenik. menurun 3. Berikan perawatan kulit pada 3. untuk mengurangi

Faktor Risiko : - Kemerahan daerah edema tingkat resiko

- Penyakit kronis menurun terjadinya infeksi

- Efek prosedur invasif - Nyeri menurun 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah 4. ntuk mengurangi

- Malnturisi - Bengkak menurun kontak dengan pasien dan tingkat infeksi

- Peningkatan paparan - Kadar sel darah lingkungan pasien


putih membaik
organisme patogen 5. Pertahankan teknik aseptik 5. untukmenghindari
terjadinya komplikasi
lingkungan pada pasien berisiko tinggi
- Ketidakadekuatan 6. Jelaskan tanda dan 6. agar pasien dapat
gejala
pertahanan tubuh primer : mengetahui tanda
infeksi
( gangguan peristaltik, dan gejala infeksi

kerusakan 7. Untuk terhindar dari


7. Kolaborasi pemberian
integritas kulit, komplikasi yang
imunisasi, Jika perlu
perubahan sekresi PH, mungkin terjadi

penurunan kerja siliaris,

ketuban pecah lama)

- Ketidakadekuatan

pertahanan tubuh

sekunder : (penurunan
hemoglobin, imunosupresi,
leukopenia)
2.5 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat

mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk

intervensi keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016).

Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:

a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi

keperawatan

b. Diagnosis keperawatan

c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi

keperawatan

d. Tanda tangan perawat pelaksana

2.6 Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan catatanpaling atas tentang

indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi

bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk

mengomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan

(Basri Burhanuddin, 2020).


BAB III

PENGKAJIAN MASALAH GINEKOLOGI-ONKOLOGI

DATA UMUM KLIEN

1. Identitas Pasien

Initial pasien : Ny.K


Usia : 23 th
Alamat : Lubuk sepuh
Agama : Islam
Pekerjan : IRT
Pendidikan terakhir : SMA
Status perkawinan : Menikah
Perkawinan ke : 1 pertama
Usia menikah : 23 th
Lama pernikhan : 4 bln

2. Data suami

Nama : Tn. Z
Umur : 28 th
Pendidikan : SMA
Alamat : Lubuk sepuh
Keluarga Terdekat : -
Yang Mudah : suami
Dihubungi
No Hp : 08235649403
3. Diagnosa Dan Informasi Medik Yang Penting Saat Masuk

Tanggal masuk : 27/01/2023

No. medical record : 100.12.67.34

Ruang Rawat : Zaal Kebidanan

Diagnose medic : G1P0O0 hamil 10-12 mg

merujuk : -

Alasan masuk RS : Pasien mengatakan keluar darah banyak dari

vagina ±150cc (3-4 kali ganti pembalut)

berwarna merah kehitaman sebelum dibawa k

RS.

4. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan saaat ini

1) Keluhan utama masuk : Pasien mengatakan keluar darah banyak

dari vagina ±150cc (3-4 kali ganti pembalut) berwarna merah

kehitaman sebelum dibawa k RS.

2) Keluhan saat ini : Pasien datang Ke IGD pada tanggal 26 jan 2023

jam 16.20 dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan keluar

flekflek darah sejak malam habis isya pukul 21.58 dan pada pukul

13.35 keluar gumpalan seperti hati ayam dan pasien mengatakan


keluar darah banyak dari vagina ±150cc (3-4 kali ganti pembalut)

berwarna merah segar. Pasien tampak memegang perutnya,

gelisah, meringis, lemah, pucat dan berkeringat dingin.

1) Riwayat kesehatan dahulu : Klien mengatakan sebelumnya tidak ada

riwayat penyakit

2) Riwayat kesehatan sekarang : Keluarga klien mengatakan tidak ada yang

menderita penyakit menular ataupun turunan seperti : DM, Jantung,

Asma, Ginjal, Ht, penyakit kejiwaan dan penyaki infeksi lainnya.

3) Riwayat kemoterapi : tidak ada

4) Riwayat perkawinan (jelaskan)

1) Pada usia berapa pertama kali menikah : 23 th

2) Lama pernikahan : 4 bl

3) Sudah berapa lama menikah : 4 bl

4) Ini suami ke : pertama


5) Riwayat haid/ status ginekologi(jelaskan)

1) menarche : Normal

2) siklus : 28 hari

3) banyak : 7 hari

4) warna : Merah

5) bau : Khas

6) dismenorhe : ya

7) Riwayat obstetric (jelaskan)

a. Riwayat kehamilan : G1P0O0 hamil 10-12 mg

b. Riwayat persalinan : klien mengatakan kehamilan sekarang anak

pertama

c. Data keluarga berencana : anak 1 hamil sekarang.

5. Data psikologi (jelaskan) : pasien mengatakan mengalami

Keputihan,tidak mengalami nyeri haid yang berlebihan dan tidak mengalami

Perdarahan diluar siklus haid , Tidak mengalami keputihan, tidak mengalami

nyeri haid yang berlebihan dan perdarahan

6. Data spiritual : pasien selalu berdoa agar proses persalinan nya lancer dan

bayi nya selamat.


7. Data social ekonomi : saat ini ibu dan ayah bekerja sebagai karyawan swasta

8. Aktivitas sehari-hari sebelum sakit dibandingkan dengan selama

dirawat.

1) Dapat menolong diri sendiri : Tidak

2) Ditolong dengan bantuan minimum : Ya

3) Nutrisi caira : Terpenuhi

Asupan nutrisi : baik

Nafsu makan : Baik

Asupan cairan : baik

4) Istirahat dan kenyamana : Baik

Pola tidur : teratur

frekuensi : 1x sehari

Pola tidur saat ini : 1 jam

Keluhan ketidaknyamanan : ya

sifat : Sering terbangun

5) eliminasi

URIN : Kuning

BAB : Setengah Padat


6) personal hygiene

Mandi : 3x sehri

Gosok gigi : Ya

Mencuci rambut : 3x sehari

Masalah khusus : Tidak ada

7) ekstemitas

Ekstemitas atas : Normal

Inspeksi : Tidak ada lesi

palpasi : Hangat , normal

Ekstemitas bawah

Inspeksi : Tidak ada edema

palpasi : Hangat norml

Reflesi patella : Normal

Skrining nyeri :
 Tidak ada nyeri  Nyeri kronis

Skala nyeri : 6 Lokasi : perut

Durasi : hilang timbul Frekuensi : sering

Karakteristik : seperti di tusuk tusuk

Nyeri hilang bila

Minum obat Mendengar music

Istirahat Berubah posisi/tidur

Lain lain, sebutkan

Hasil pemeriksaan penunjang

Hasil Laboratoium pada tanggal 27 jan 2023

NO NAMA PEMERIKSAAN JUMLAH SATUAN

1. HB 10,2 (g/dl)
2. LEUKOSIT 9,690 (10`3/ul)

3. TROMBOSIT 365,000 (10`6/ul)

4. HT 31,0 (%)

Program terapi dokter

Hasil Laboratorium :
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal

WBC 11,8 x 10ˆ3/uL 4,50-13,50

Lymph# 3,5 x 10ˆ3/Ul 1,00-3,70

HGB 11,5 g/Dl 12,3-15,3

RBC 4,00 x 10ˆ6/uL 4,00-5,40

HCT 36,4% 37,0-54,0

MCV 85,6 fL 80,0-100,0

MCH 27,9 pg 27,0-34,0

PLT 429 x 10ˆ3/uL 150-450

MPV 6,8 fL 6,5-12,0

PDW 15,0 9,0-17,0

PCT 0,214% 0,108-0,282


Terapi medis

Hari Jenis Terapi Dosis

Jumat 18.06.2021 Inf.RL 20tpm 500 ml

Ketorolac 30mg/8Jam

/IV

CEFTRIAXONE 2 gr 2x1

Pct 500 mg 3x1

SULFAFEROSU 60 gr 2x1

DEXA 2 amp 1x1

VIT C 50 gr 3x1
3) Analisa Data
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

1 DS : Kontraksi Uterus Hipovolemia

- Pasien mengatakan keluar darah banyak


Abortus
dari vagina ±150cc (3-4 kali ganti
Perdarahan Pervagina
pembalut) berwarna merah kehitaman
Penurunan Intake Cairan
- Pasien mengatakan pusing

- Pasien mengatakan keluar flek-flek Lemah

darah sejak malam habis isya


Hipovolemia
- Pasien mengatakan keluar gumpalan

seperti hati ayam


DO :

- Pasien tampak pucat

- Pasien tampak lemah

- Mukosa bibir tampak kering

- Turgor kulit menurun

- HGB : 11,5g/dL

- HCT : 36,4%

- TD : 90/70mmHg

- N : 100x/i
2 DS : Kontraksi Uterus Nyeri Akut

- P : Pasien mengeluh nyeri perut bagian


Abortus
bawah
Perdarahan Pervagina
- Q : Nyeri yang dirasakan seperti
Nyeri Abdomen
tertusuk-tusuk

- R : Nyeri perut bagian bawah tembus Nyeri


kebelakang

- S : Skala 6 (Sedang)

- T : Nyeri dirasakan hilang timbul ±15

menit

DO :

- Pasien tampak gelisah

- Pasien tampak meringis

- Pasien tampak memegang perutnya

- Pasien tampak lemah

- Pasien tampak pucat

- Pasien tampak berkeringat dingin

- TTV :

TD : 90/70mmHg

N : 100x/i

P : 22x/i
S : 36, 0 C
3 Data : Kontraksi Uterus

- Pasien mengatakan keluar flek-flek darah


Jaringan terputus/terbuka
sejak malam habis isya
Abortus
- Pasien mengatakan keluar gumpalan Resiko Syok
Perdarahan
seperti hati ayam

- pasien mengatakan keluar darah banyak Penurunan Intake Cairan

dari vagina ±150cc (3-4 kali ganti pembalut)


TD
berwarna merah segar
Resiko Syok
- Pasien tampak lemah

- Pasien tampak pucat

- Pasien tampak berkeringat dingin

- CRT >2 Detik

- TD : 90/70mmHg
- N : 100x/i

- P : 22x/i

- S : 36,2oC
Diagnosa Keperawatan

1) Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif

2) Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik

3) Resiko Syok d.d perdarahan


5) Perencanaan Keperawatan

Tabel 2.6 Perencanaa Keperawatan


No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 D.0023 Setelah dilakukan tindakan Menajemen Hipovolemia Menajemen Hipovolemia

Hipovolemia keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui jumlah

berhubungan selama 3x24 jam hipovolemia (mis. Frekuensi cairan yang dibutuhkan

dengan kehilangan diharapkan status cairan nadi saat ini

cairan aktif membaik, Dengan kriteria meningkat, nadi teraba

hasil : lemah, tekanan darah

- Frekuensi nadi menurun, tekanan nadi

membaik menyempit, turgor kulit

- Tekanan darah menurun, membran

membaik mukosa kering, volume urin


menurun, hematokrit
- Membrane mukosa meningkat, haus, lemah)
membaik
- Keluhan haus 2. Monitor intake dan output 2. Untuk mengetahui

menurun cairan keseimbangan cairan

3. Hitung kebutuhan cairan 3. Untuk mengetahui

4. Berikan asupan cairan kebutuhan cairan pasien

oral 4. Untuk memenuhi asupan

5. Anjurkan memperbanyak cairan

asupan cairan oral 5. Agar cairan pasien

6. Kolaborasi pemberian tercukupi

cairan IV isotonis 6. Agar tidak terjadi

(Nacl.RL) kekurangan cairan cairan

2 D.0077 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri


keperawatan 3x24 jam
Nyeri akut diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
menurun karakteristik, durasi,
berhubungan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri yang di
dengan rasakan
agen
pencedera fisik dengan kriteria hasil : intensitas nyeri

- Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat

menurun menjadi nyeri yang

skala 1-3 (Ringan) dirasakan

- Gelisah menurun 3. Identifikasi respons nyeri 3. Untuk mengetahui

- Kesulitan tidur non verbal reaksi non verbal


menurun
4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk mengetahui factor-

memperberat dan faktor yang dapat

memperingan nyeri memperberat

nyeri

5. Identifikasi 5. Untuk mengetahui tingkat

pengetahuan dan pengetahuan

keyakinan tentang terkait nyeri

nyeri
6. Identifikasi pengaruh 6. Untuk mengetahui faktor

nyeri pada kualitas hidup yang dapat mempengaruhi

7. Monitor efek samping nyeri

penggunaan analgetik 7. Untuk mengetahui efek

samping yang mungkin

terjadi pada

8. Berikan teknik penggunaan analgetik

nonfarmakologi untuk 8. Untuk mengurangi

mengurangi rasa nyeri tingkat nyeri

9. Kontrol lingkungan yang

memperberat 9. Untuk menghindari

rasa nyeri nyeri bertambah berat

10. Fasilitasi istirahat dan

10. Untuk memenuhi pola


tidur istirahat

11. Jelaskan strategi 11. Untuk


mengurangi
meredakan nyeri
tingkat nyeri
12. Ajarkan teknik
12. Agar dapat lebih rileks
nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

13. Kolaborasi pemberian


13. Untuk meredakan nyeri
analgetik, jika perlu
3 D.0039 Setelah melakukan asuhan Pencegahan Syok Pencegahan Syok

Resiko Syok keperawatan selama 3x24


1. Monitor status oksigenasi 1. Untuk mengetahui
jam
(oksimetri nadi, AGD) kebutuhan oksigen
diharapkan Tingkat Syok
2. Monitor status cairan 2. Untuk melihat tandatanda
Menurun.
(Masukan dan haluaran, syok
Dengan Kriteria Hasil :
turgor kulit dan CRT )
- Output urin
3. Monitor tingkat kesadaran 3. Untuk menilai tingkat
meningkat
dan respon pupil kesadaran pasien
- Akral dingin
4. Periksa riwayat alergi 4. Untuk menghindari tidak
menurun
terjadinya alergi
- Pucat menurun
5. Berikan oksigen untuk 5. Untuk memenuhi
- Haus menurun
mempertahankan saturasi kebutuhan oksigen

oksigen >94%

6. Pasang jalur IV 6. Agar tidak terjadi syok


7. Lakukan skin test untuk 7. Untuk menghindari alergi

mencegah reaksi alergi obat

8. Jelaskan penyebab/faktor 8. Untuk menghindari resiko

resiko Syok syok berulang

9. Jelaskan tanda dan 9. Agar pasien dapat

gejala awal Syok mengerti gejala awal syok

10. Anjurkan melapor jika 10. Agar dapat ditangani

menemukan/merasakan sesegera mungkin

tanda dan gejala awal syok

11. Anjurkan memperbanyak

asupan cairan oral 11. Untuk menghindari

12. Kolaborasi pemberian IV, terjadinya syok

Jika perlu 12. Untuk mengurangi

tingkat syok
13. Kolaborasi pemberian 13. Untuk menghidari

transfusi darah, jika perlu terjadinya komplikasi

yang lebih berat

Manajemen perdarahan Manajemen perdarahan

pervaginam pervaginam

1. Identifikasi keluhan ibu 1. Untuk mengetahui

(mis, keluar darah penyebab dari keluha ang

banyak) dirasakan

2. Monitor TTV 2. Untuk mengetahui hasil

TTV

3. Monitor kehilangan darah 3. Untuk mengetahui jumlah

darah yang keluar

4. Monitor kadar 4. Untuk mengetahi kadar


dalam darah
hemoglobin
5. Pasang IV line dengan 5. Untuk memenuhi

selang set transfusi kebutuhan cairan

6. Ambil darah untuk 6. Untuk mengetahui nilai


darah yang abnormal
pemeriksaan darah

lengkap
6) Implementasi Dan Evaluasi

No Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi

1 Hipovolemia Jumat 1. Memeriksa tanda dan S:-


gejala
b.d kehilangan 27 Jan 2023 O : pasien masih tampak
cairan aktif hipovolemia
07.35 pucat
Hasil : Terdapat tanda dan gejala
A : masalah Hipovolemia
hipovolemia yaitu : Nadi : 100x/m dan
belum teratasi
teraba lemah, TD:90/70mmHg, pasien
P : Lanjutkan intervensi
tampak pucat dan lemah, membran
1. Periksa tanda dan
mukosa kering gejala hipovolemia
08.30
2. Memonitor intake dan
output

cairan

Hasil : Didapatkan intake cairan :

1395cc dan output cairan : 900ml


09.15 3. Menghitung kebutuhan cairan Hasil 2. Monitor intake dan

: kebutuhan cairan Ny.M/hari yaitu output cairan

2100 cc dengan BB : 50Kg 3. Hitung kebutuhan

100.30 4. Menganjurkan cairan


memperbanyak
4. Anjurkan
asupan cairan oral
memperbanyak
Hasil : pasien tampak minum
asupan cairan oral
sedikit tapi sering
13.15 5. Kolaborasi
5. Memberikan cairan IV isotonis
pemberian cairan
(Nacl.RL)
IV
Hasil : cairan RL 20tpm

2 Nyeri Akut b.d Jumat 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Pasien mengatakan

agen pencedera 27 Jan 2023 karakteristik, durasi, frekuensi,


kualitas, intensitas nyeri
fisik 07.45
Hasil : Pasien mengeluh nyeri perut nyeri yang dirasakan sudah

bagian bawah tembus berkurang

kebelakang, nyeri yang dirasakan O : nyeri yang

seperti tertusuk-tusuk dan nyeri dirasakan pasien sudah

dirasakan ±15 menit hilang timbul. menurun dari skala 6

09.25 2. Mengidentifikasi skala nyeri (sedang) menjadi skala

Hasil : Skala Nyeri 6 (Sedang) 3(ringan). A : Masalah

10.15 3. Mengidentifikasi respons nyeri non Nyeri mulai teratasi

verbal P : Pertahankan

Hasil : Pasien terlihat meringis dan Intervensi

gelisah 1. Identifikasi lokasi,


karakteristik, durasi,
12.45 4. Memberikan teknik frekuensi, intensitas
nyeri
nonfarmakologi untuk mengurangi rasa

nyeri
Hasil : Pasien diberi teknik

relaksasi napas dalam 2. Identifikasi skala

13.00 5. Memberikan analgetik sesuai nyeri

anjuran dokter 3. Identifikasi respon

Hasil : Inj.Ketorolac 30mg/8 jam/IV nyeri non verbal

4. Berikan teknik

nonfarmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri

5. Pemberian analgetik
3 Resiko Syok d.d Jumat 1. Memonitor status kardiopulmonal
S : Pasien mengeluh pusing
27 jan 2023 (kekuatan nadi, frekuensi nadi)
perdarahan
07.20 Hasil : Nadi teraba cepat dan

lemah, Frekuensi nadi : 100x/i


07.45 2. Memonitor status cairan O : Pasien tampak pucat

(Masukan dan haluaran, turgor kulit A : Masalah Resiko Syok

dan CRT ) Belum Teratasi

Hasil : Didapatkan intake cairan : P : Lanjutkan Intervensi

1395cc dan output cairan : 900ml 1. monitor status

08.30 CRT >2 detik kardiopulmonal

3. Menjelaskan penyebab/faktor (kekuatan nadi,

resiko Syok frekuensi nadi)

Hasil : telah dijelaskan dan pasien 2. Memonitor status

serta keluarga mengetahui mengenai cairan (Masukan

penyebab dari resiko syok dan haluaran, turgor

09.45 Menjelaskan tanda dan gejala awal kulit dan CRT )


Syok
4. 3. Jelaskan
penyebab/faktor
Hasil : telah dijelaskan dan pasien resiko Syok

serta keluarga mengetahui 4. Jelaskan tanda dan

mengenai tanda dan gejala syok gejala awal Syok

10.15 5. Menganjurkan 5. Anjurkan


memperbanyak
memperbanyak
asupan cairan oral
asupan cairan oral
Hasil : pasien tampak meminum
Manajemen perdarahan
air sedikit sedikit tapi sering
12.30
pervaginam
Manajemen perdarahan pervaginam
6. Identifikasi
6. Mengidentifikasi keluhan ibu (mis, keluhan

keluar darah banyak) ibu (mis, keluar darah

Hasil : pasien mengatakan keluar banyak)

13.30 darah banyak, sudah 4 kali ganti 7. Monitor TTV

pembalut. 8. Monitor
kehilangan darah
7. Memonitor TTV
Hasil : TD : 90/70 mmHg, N : 100x/i, 9. Ambil darah untuk

nadi teraba cepat dan lemah, pasien pemeriksaan darah

nampak pucat lengkap

13.45 8. Memonitor kehilangan darah Hasil

: nampak keluar darah yang banyak

dari vagina ±150cc.

14.00 9. Mengambil darah untuk

pemeriksaan darah lengkap

Hasil : telah dilakukan

pemeriksaan darah lengkap


BAB III

PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

Pada bab ini penulis akan membahas studi kasus pada asuhan keperawatan

yang dilakukan pada tanggal 27 Jan 2023 di ruangan Zaal kebidanan Kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr. Chatib Quzwain Sarolangun Prinsip dari

pembahasan ini dengan memperhatikan teori proses keperawatan yang terdiri dari

tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi,

keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Berikut ini akan di bahas beberapa

kesenjengan antara teori dan praktek yang di temukan dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Ny. K

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan,

proses sitematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang

klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan

tertentu sehingga data pengkajian harus relevan seperti yang di cantumkan.

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan wawancara dengan pasien,

selain itu keluarga juga berperan sebagai sumber data yang mendukung

dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny. K. dalam

pengkajian keperawatan ini dikumpulkan data tentang identitas klien,

keluhan utama, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, dan

terapi medis,.

1) Keluhan Utama

Pada teori didapatkan bahwa pada ibu hamil dengan abortus biasanya

datang dengan keluhan nyeri perut dan perdarahan. Berdasarkan teori


diatas, penulis melakukan pengkajian dengan cara bertanya sambil melihat

keadaan umum pasien. Hasil pengkajian yang penulis dapatkan yaitu

pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah dan mengatakan keluar darah

berwarna merah segar dari vagina ±150cc (3-4 kali ganti pembalut).

Berdasarkan hasil pengkajian dan teori diatas, maka penulis

menyimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang di mulai dari kepala

hingga kaki (head to toe) untuk menegakkan diagnosis dan melakukan

perencanaan keperawatan. Berdasarkan teori diatas, penulis melakukan

pengkajian dengan metode inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

a. Inspeksi : berdasarkan hasil inspeksi pada Ny.K yaitu tampak meringis,

gelisah, pucat, lemah, dan tampak memegang perutnya.

b. Palpasi : berdasarkan hasil palpasi pada Ny.K didapatkan adanya nyeri

tekan pada perut dan kontraksi uterus lemah.

c. Perkusi : berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny.K di dapatkan bunyi

sonor pada paru-paru, dan terdapat kuadran 1 pekak, 2 3 4 timpani pada

pemeriksaan abdomen

d. Auskultasi : berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny.K didapatkan suara

bising usus 21x/I pada pemeriksaan abdomen, dan tidak terdapat suara

nafas tambahan.

Berdasarkan teori diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa


tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
3) Tindakan medis

Tindakan medis dilakukan untuk mengembalikan fungsi tubuh yang

mengalami masalah. Pada teori didapatkan bahwa pada pasien abortus

tindakan medis yang di lakukan yaitu tindakan kuretase. Dan berdasarkan

teori, pada pengalaman praktik pada Ny.K dengan Abortus direncanakan

tindakan kuretase guna mengeluarkan sisa jaringan yang terdapat dalam

Rahim. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan

pasti tentang masalah klien serta pengemb angan yang dapat dipecahkan

atau dirubah melalui tindakan keperawatan, mengambarkan respon actual

atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon actual dan

potensial didapatkan dari data dasar pengkajian dan catatan medis klien,

yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian. Diagnosa

keperawatan memberikan dasar pilihan intervensi untuk mencapai hasil

yang dirapkan. Berdasarkan tinjauan teori tentang Abortus, diagnosa

yang muncul menurut teori adalah :

1) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

2) Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif

3) Hipertermi b.d Proses penyakit

4) Resiko Syok

5) Resiko infeksi

Sedangkan diagnosa yang muncl pada Ny.K yaitu :

1) Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif


2) Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik

3) Resiko Syok d.d perdarahan

Tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus, hanya saja teori

didapatkan 5 diagnosa seperti yang tertera diatas, sedangkan dalam kasus

didapatkan 3 diagnosa yang sesuai dengan teori .

1) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Untuk diagnosa hipovolemia, penulis angkat karena ditemukan tanda dan

gejala yang mengarah untuk diagnosa tersebut yaitu tekanan darah

menurun (90/70mmHg). Membran mukosa tampak kering, dan terjadi

perdarahan pervagina ±150cc.

2) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

Untuk diagnosa nyeri akut, penulis angkat karena ditemukan tanda dan

gejala yang mengarah untuk diagnosa tersebut yaitu klien mengeluh nyeri

perut bagian bawah tembus kebelakang, dirasakan seperti tertusuk-tusuk,

skala nyeri 6 (sedang) dengan metode NRS, dan nyeri dirasakan ±15

menit, hilang timbul. Pasien Nampak meringis dan tampak memegangi

perutnya.

3) Resiko Syok

Untuk diagnosa resiko syok, penulis angkat karena ditemukan tanda dan

gejala kekurangan volume cairan yang dapat mengakibatkan resiko Syok

yaitu klien mengatakan keluar darah banyak dari vagina berwarna merah

segar, dan keluar gumpalan darah sejak malam habis isya, dan didaptkan

hasil pemeriksaan TTV TD : 90/70mmH, N : 100x/i, P : 22x/i, S : 36,2oC,

dan pasien tampak pucat, lemah, dan tampak berkeringat dingin.


3. Intervensi

Dalam penyususnan intervensi keperawatan yang direncanakan pada Ny.

K dengan Abortus, penulis membuat sesuai dengan prioritas masalah,

tujuan dan kriteria hasil. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai.

Pada perencanaan ini tidak jauh berbeda antara tinjauan teori yaitu

digunakan SLKI dan SIKI. Pada kasus Ny. K penulis berpedoman penuh

pada SLKI serta SIKI yang telah direncanakan pada teori sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Tinjauan kasus yang

dilaksanakan atas dasar teori yang di buat bab II dan intervensi yang

diberikan disesuaikan dengan kondisi pasien dan lingkungan.

4. Implementasi

Implementasi merupakan komponen dari proses

keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan.

Dalam melakukan tindakan keperawatan ± 6 jam dari 3 diagnosa yang

dirumuskan penulis pada tahap perencanaan, semua intervensi dapat

dilaksanakan pada kasus. Adapun tindakan yang dilaksanakan oleh penulis

selama pelaksanaan kasus adalah sebagai berikut:

1) Hipovolemia

- Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia Hasil : Terdapat tanda dan

gejala hipovolemia yaitu : Nadi : 100x/m dan teraba lemah,


TD:90/70mmHg, pasien tampak pucat dan lemah, membran mukosa

kering

- Memonitor intake dan output cairan

Hasil : Didapatkan intake cairan : 1395 cc dan output cairan : 900 cc

- Menghitung kebutuhan cairan

Hasil : kebutuhan cairan Ny.M/hari yaitu 2100 cc

- Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral

Hasil : pasien tampak minum sedikit tapi sering

- Memberikan cairan IV isotonis (Nacl.RL)

Hasil : cairan RL 20tpm

2) Nyeri Akut

- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

Hasil : Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah tembus kebelakang, nyeri

yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan nyeri dirasakan ±15 menit

hilang timbul.

- Mengidentifikasi skala nyeri

Hasil : Skala Nyeri 6 (Sedang)

- Mengidentifikasi respons nyeri non verbal

Hasil : Pasien terlihat meingis dan gelisah

- Memberikan teknik nonfarmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri

Hasil : Pasien diberi teknik relaksasi napas dalam

- Mengkolaborasikan pemberian analgetik

Hasil : Inj.Ketorolac 30mg/8 jam/IV


3) Resiko Syok

- Memonitor status kardiopulmonal (kekuatan nadi, frekuensi nadi)

Hasil : Nadi teraba cepat dan lemah, Frekuensi nadi : 100x/i

- Memonitor status cairan (Masukan dan haluaran, turgor kulit dan CRT )

Hasil : Didapatkan intake cairan : 1395cc dan output cairan : 900ml

- Menjelaskan penyebab/faktor resiko Syok Hasil : telah dijelaskan dan

pasien serta keluarga mengetahui mengenai penyebab dari resiko syok -

Menjelaskan tanda dan gejala awal Syok Hasil : telah dijelaskan dan

pasien serta keluarga mengetahui mengenai tanda dan gejala syok

- Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral Hasil : pasien tampak

meminum air sedikit sedikit tapi sering

- Mengkolaborasikan pemberian IV

Hasil : Terpasang Infus RL 20tpm

Manajemen perdarahan pervaginam

- Mengidentifikasi keluhan ibu (mis, keluar darah banyak)

Hasil : pasien mengatakan sudah 4 kali ganti pembalut.

- Memonitor TTV

Hasil : TD : 90/70 mmHg, N : 100x/i, nadi teraba cepat dan lemah, pasien

nampak pucat

- Memonitor kehilangan darah

Hasil : nampak keluar darah yang banyak dari vagina, ±150cc

- Mengambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap

Hasil : telah dilakukan pemeriksaan darah lengkap 5. Evaluasi


Dalam mengevaluasi setiap masalah penulis melakukan melalui observasi

langsung kepada klien dan dari catatan keperawatan yang ada. Evaluasi

adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah hasil

proses pada kasus ini yang menunjang adanya kemauan adanya kemajuan

atau keberhasilan dari masalah yang dihadapi. Adapun hasil evaluasi

dari 3 diagnosa yang ditegakkan yaitu

1) Hipovolemia belum teratasi karena pada saat evaluasi pasien masih

tampak pucat.

2) Nyeri akut sudah mulai teratasi karena pada saat evaluasi nyeri yang

dirasakan pasien sudah berkurang dan skala nyeri dari skala 6 (sedang)

sudah menurun menjadi skala 3 (ringan).

3) Resiko Syok belum teratasi karena pada saat evaluasi pasien masih

mengeluh pusing dan tampak pucat.

BAB IV

PENUTUP
A. Simpulan

Setelah penulis membahas asuhan keperawatan pada Ny.K dengan

Abortus maka dapat disimpulkan :

1) Dari hasil pengkajian yang didapatkan pada Ny.K yaitu adanya

keluhan nyeri perut bagian bawah tembus kebelakang yang dirasakan

seperti tertusuk-tusuk dengan skala 6 (sedang) menggunakan metode

NRS dan nyeri yang dirasakan hilang timbul ±15 menit. Dan Ny.K

juga mengatakan keluar gumpalan seperti hati ayam dan banyak

darah dari vagina ±150cc berwarna merah segar.

2) Dari hasil pengkajian pada Ny.K terdapat tiga diagnosa keperawatan

yang di tegakkan yaitu : Hipovolemia, Nyeri akut dan Resiko Syok

3) Dalam penyusunan rencana keperawatan yang disusun berdasarkan

standar pada teori yang ada serta disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan pasien, bagaimana mencapai tujuan keperawatan sesuai

kriteria hasil yang diharapkan pada pasien, yaitu keluhan nyeri

menurun dan turgor kulit meningkat.

4) Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan kondisi

dan masalah yang ada pada pasien sehingga tujuan yang

di berikan lebih efektif serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan

dari hasil yang optimal.

5) Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan hari terakhir yang telah

dilakukan pada 27 Jan 2023, diagnose Hipovolemia dan Resiko

Syok belum ada yang teratasi, sehingga intervensi dilanjutkan.

Sedangkan diagnose Nyeri Akut sudah mulai teratasi sehingga

intervensi dipertahankan.
6) Kemudian pada pendokumentasian pada Ny.K yaitu melihat kembali

keadaan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan dan

kemudian mencatat hasil pemeriksaan yag didapatkan pada

Ny. K

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis bermaksud mengemukakan saran

yang mungkin dapat bermanfaat untuk penanganan khususnya pada kasus

Aborts sebagai berikut :

1) Rumah sakit

Diharapkan pada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.

Chatib Quzwain Sarolangun untuk memberikan pendidikan dan

pelatihan secara berkala, khususnya mengenai metode pelayanan

terkini pada pasien dengan Abortus untuk meningkatkan

pengetahuan tenaga perawat dan tim kesehatan lainnya serta

menyediakan sarana dan prasarana yang lebih memadai dalam

tindakan medis dan tindakan keperawatan untuk mencegah terjadinya

komplikasi dari penyakit yang di derita oleh pasien.

2) Bidang Akademik

Diharapkan karya ilmiah ini dapat menjadi tambahan informasi.

3) Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarga dapat bersikap lebih keoperatif dan mampu

bekerja sama dengan tim kesehatan dalam penenganan dan proses

penyembuhan pasien

4) Penulis
Penulis diharapkan agar hasil analisa kesenjangan antara teori dan

praktek asuhan keperawatan, di perlukan asuhan keperawatan yang

lebih efekfif sejak pasien masuk ke rumah sakit sampai berakhirnya

masa perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyah, I. (2020). Pencegahan Aborsi dan Resiko Bahaya Kesehatan.


OsfPreprints, 1-5.

Arofah, S., & R. S. (2021). HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN


KEJADIAN ABORTUS. Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, 7786.
Darmiati. (2018). Faktor-faktor yangberhubungan dengan kematian janin dalam
rahim Di RSUD Haji Makassar. Makassar: Jurnal Kesehatan Delima
Pelamonia Vol.2 No 2 (Internet).
Desmansyah. (2021 ). Hubungan Status Gizi, Anemia, Dan Riwayat Abortus
Dengan Kejadian Abortus. Fakultas Kebidanan dan Keperawatan
Universitas Kader Bangsa, Vol 2 No 1, 72-79.
Harsismanto. (2019,01). Makalah Asuhan Keperawatan Dengan Abortus.
Retrieved 2022, From Https://www.researchgate.net/publication:
Https://www.researchgate.net
Khasanah, Y. U., & N. S. (2020). KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN
KEJADIAN ABORTUS . JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor
2, 68-73.
Lainon, R. (2015). Provil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar:
Internet.
Marked. (2020, - -). BAB I. Retrieved Januari Rabu, 2022, from UEU -
Undergraduate: https://digilib.esaunggul.ac.id/
Pratiwi, I. (2017). Asuhan Keperawatan Ny.S Dengan Nyeri Akut Pada Abortus
Inkomplit Pre & Post kuretase di bagian Kebidaan Budi Rahayu RSUD
Tidar Kota Magelang. Magelang: Internet.
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indicator
Diagnostic, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tuzzahro, d. (2021). Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Abortus.
Health Care Media Vol 5 No 2, 47-52.
UEU-Undergraduate. Retrieved Januari Rabu, 2021, from
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-16932BAB
%20I.Image.Marked.pdf

Anda mungkin juga menyukai