Anda di halaman 1dari 19

A.

Konsep Umum Gastritis


1. Definisi
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung yang
dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya
epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan
saluran pencernaan (Sukarmin, 2012), yang disebabkan oleh faktor iritasi dan
infeksi pada mukosa dan submukosa lambung (Tussakinah, et al., 2018). Faktor
iritasi dan infeksi tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan
mukosa pelindung dinding lambung, sehingga menimbulkan adanya variasi
keluhan pada abdomen salah satunya keluhan nyeri yaitu nyeri epigastrium
(LeMone, et al., 2016).

2. Klasifikasi
a. Gastritis Akut Gastritis akut
merupakan peradangan mukosa lambung yang menyebabkan
perdarahan lambung akibat terpapar pada zat iritan dan merupakan suatu
penyakit yang mudah ditemukan, biasanya bersifat jinak dan dapat
disembuhkan.
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang bersifat menahun, yang disebabkan oleh ulkus atau bakteri.

3. Etiologi
a. Obat-obatan seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS
(Indometasin, Ibuprofen dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid,
Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2-deoxyuridine), Salisilat
dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
b. Minuman beralkohol seperti whisky, vodka, dan gin
c. Infeksi bakteri seperti H.pylori (paling sering), H.heilmani, Streptococci,
Staphyloccoci, Proteus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis
dan secondary syphilis
d. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
e. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis.
f. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat
dan refluks usus lambung
g. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen
penyebab iritasi mukosa lambung
h. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu dari usus
kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan
mukosa
i. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung
j. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,
yang dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung.
(Mutaqqin dan Sari, 2013)
4. Manifestasi Klinis

a. Manifestasi Klinis Gastritis Akut

1) Nyeri pada ulu hati

2) Mual dan muntah

3) Perut kembung

4) Anoreksia (Anggraini, 2015)

b. Manifestasi Klinis Gastritis Kronis

1) Nyeri menetap pada epigastrium

2) Anoreksia

3) Perasaan penuh di dalam perut

4) Mual dan muntah

5) Hematemesis melena (perdarahan pada saluran cerna) (Rika, 2016)


5. Patofisiologi

Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alkohol, obat


obatan anti inflamasi nonsteroid, infeksi helicobacter pylori.
Pengikisan ini dapat menimbulkan reaksi peradangan. Inflamasi pada lambung
juga dapat dipicu oleh peningkatan sekresi asam lambung sehingga lambung
teraktivasi oleh rasa mual, muntah dan anoreksia. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri yang ditimbulkan karena kontak HCl dengan mukosa
gaster. Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh peningkatan rangsangan
persarafan, misalnya dalam kondisi cemas, stress, marah melalui serabut
parasimpatik vagus akan menjadi peningkatan transmitter asetilkolin,
histamine, gastrin releasing peptide yang dapat meningkatkan sekresi lambung.
Peningkatan ion H⁺ (hidrogen) yang tidak diikuti peningkatan penawarnya
seperti prostaglandin, HCO ₃ ⁺ , mukus akan menjadikan lapisan mukosa
lambung tergerus terjadi reaksi inflamasi. Prostaglandin dibutuhkan tubuh
untuk memproduksi kekebalan lapisan mukosa, serta bikarbonat untuk
menghambat produksi asam lambung dan meningkatkan aliran dalam lambung.
Semua efek ini diperlukan lambung untuk mempertahankan integritas
pertahanan mukosa lambung agar tidak mengalami iritasi pada mukosa
lambung. (Sukarmin, 2012; Rukmana, 2018)
6. Pathway

Pathway gastritis dengan masalah nyeri akut :


Bagan pathway gastritis

Faktor Predisposisi :
Infeksi helicobacter pylori
Makanan dan minuman yang bersifat
iritan
Minuman beralkohol
Obat-obatan OAINs
Stress psikologis
Stess fisik

Sintesis prostaglandin Sekresi H+ sekresi


pepsinogen
Perlindungan mukosa
menurun
Agregasi bahan kimia

Peradangan
mukosa lambung

Gastritis

Respon saraf lokal dari


iritasi mukosa

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa
lambung

Nyeri epigastrium

Nyeri akut
7. Pemeriksaan penunjang\
a. Urea breath test (tes napas urea), tes serologis, tes antigen feses untuk
pemeriksaan adanya infeksi h. pylori
b. Analisis lambung, untuk mengkaji sekresi asam hidroklorat
c. Kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah dievaluasi untuk
mengetahui adanya anemia
d. Kadar vitamin B12 serum, diukur untuk mengevaluasi kemungkinan
terjadinya anemia pernisiosa. Kadar normal vitamin B12 adalah 200-
1000 pg/ml
e. Endoscopi saluran cerna atas, untuk menginspeksi perubahan mukosa
lambung mengidentifikasi area perdarahan dan mendapatkan jaringan
untuk biopsy.
f. (LeMone, et al., 2016)

8. Penatalaksanaan
Obat-obatan yang mengurangi jumlah asam di lambung dan dapat
mengurangi gejala yang mungkin menyertai gastritis dan meningkatkan
penyembuhan lapisan perut. Pengobatan meliputi :
a. Antasida doen yang berisi aluminium, karbonat kalsium dan magnesium,
untuk mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam
lambung, tukak lambung, gastritis, dengan gejala mual, nyeri lambung,
nyeri ulu hati dan perasaan penuh pada lambung
b. Histamine (H2) blocker, seperti ranitidine, untuk pengobatan jangka
pendek tukak lambung, gastritis, tukak usus 12 jari, pengobatan keadaan
hiperekskresi patologis
c. Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole untuk pengobatan
jangka pendek tukak duodenum, tukak lambung, refluks esophagus,
gastritis
d. Lanzoprazole, pengobatan jangka pendek tukak lambung, gastritis, tukak
usus. (Anggarini, 2018)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnese Identitas klien
1) Nama klien : untuk mengidentifikasi klien dan membedakan antara satu
klien dengan klien yang lainnya
2) Usia : untuk mengidentifikasi usia klien gastritis
3) Jenis kelamin : menurut jenis kelaminnya laki-laki dan perempuan
mempunyai potensi yang sama dapat menderita gastritis (Tarwoto dan
Wartonah, 2015).
4) Pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh
penyakit ini bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa
dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah
penyakit ini (Khanza , et al., 2017).
b. Keluhan utama : penderita datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
epigastrium. Munculnya keluhan nyeri pada epigastrium diakibatkan iritasi
mukosa lambung yang merangsang noniseptor nyeri pada lapisan otot lambung
pada bagian pleksus saraf mienterikus (Auerbach) (Sukarmin, 2012).
c. Riwayat Penyakit Sekarang : keluhan pasien berupa nyeri ulu hati sampai
datang ke rumah sakit (Mardalena, 2018).
d. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien gastritis dengan riwayat kebiasaan
mengkonsumsi makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein,
alkohol yang merupakan agen-agen yang menyebabkan iritasi mukosa lambung,
riwayat diet dan pola makan tidak teratur (Muttaqin dan Sari, 2013).
e. Riwayat Penyakit Keluarga : diisi dengan menyebutkan nama penyakit berat
yang pernah diderita oleh keluarga dan dikhususkan terhadap riwayat kesehatan
terutama penyakit genetik dan penyakit keturunan (Setiadi, 2012).
f. Riwayat Alergi : riwayat alergi yang dimiliki klien harus diketahui perawat.
Alergen dapat berupa makanan, obat, bulu hewan, serbuk sari maupun alergen
lain yang dapat menimbulkan alergi (Debora, 2017)
g. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Nutrisi Peningkatan asam lambung pada penderita gastritis akan
menurunkan nafsu makan, karena produk sekretorik lambung akan lebih
banyak mengisi lumen lambung (Sukarmin, 2012)
2) Pola Eliminasi Pola fungsi ekskresi feses, urine dan kulit seperti pola BAB,
BAK, dan gangguan atau kesulitan ekskresi. Faktor yang mempengaruhi
fungsi ekskresi seperti pemasukan cairan dan aktivitas (Tarwoto dan
Wartonah, 2015).
3) Pola Aktivitas Penderita juga tampak malas untuk beraktivitas, banyak
tiduran, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, BAB, BAK
banyak dibantu oleh keluarga (Sukarmin, 2012).
4) Pola Istirahat Difokuskan pada pola tidur, istirahat, relaksasi dan bantuan-
bantuan untuk merubah pola tersebut (Setiadi, 2012).
5) Pola Kebersihan Diri Difokuskan pada upaya yang dilakukan individu
dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya baik secara fisik
maupun mental guna memberikan perasaan stabil dan aman pada diri
individu (Ambarwati, 2014).

h. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : kemungkinan lemah akibat penurunan oksigen
jaringan, cairan tubuh dan nutrisi.
b. Tingkat kesadaran mungkin masih composmentis sampai apatis kalau
disertai penurunan perfusi dan elektrolit (kalium, natrium, kalsium)
c. Tanda-tanda vital a) Tekanan darah: terjadi peningkatan tekanan darah.
Normalnya sistole 120-139 mmHg, diastole 80-89 mmH b)

Suhu : suhu tubuh dalam batas normal. Normalnya 36,5- 37,5◦C c) Nadi :
adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh darah menjadi lemah,
volume darah menurun sehingga jantung melakukan kompensasi
menaikkan heart rate untuk menaikkan cardiac output dalam mencukupi
kebutuhan tubuh. Normalnya, 60-100x/menit d) Frekuensi pernapasan :
pernapasan lebih cepat sekitar 24- 3x/menit. Normalnya 18-24x/menit
(Sukarmin, 2012; Debora, 2017)

d. Kondisi fisik :
1) Pemeriksaan kulit dan kuku Inspeksi : persebaran warna kulit, ada atau
tidak edema, ada atau tidak lesi, bentuk dan warna dasar kuku Palpasi :
kelembaban kulit, turgor kulit elastis atau tidak, CRT, suhu akral
dingin atau hangat (Mubarak, et al., 2015).
2) Pemeriksaan kepala Inspeksi : bentuk kepala, kebersihan pada kulit
kepala, kebotakan dan tanda-tanda kemerahan
3) Palpasi : ada atau tidaknya massa pada kepala, ada atau tidaknya nyeri
tekan (Ambarwati, 2014).
4) Pemeriksaan mata Inspeksi : kemungkinan kelihatan cekung akibat
penurunan cairan tubuh dan anemis akibat penurunan oksigen
jaringan, anemia perniosa, anemia defisiensi besi Palpasi : kaji
kekenyalan pada bola mata (Sukarmin, 2012).
a. Pemeriksaan hidung Inspeksi : kesimetrisan lubang hidung, kepatenan
jalan napas, ada atau tidak pernapasan cuping hidung
5) Palpasi : ada atau tidak massa, ada atau tidak pembengkakan, ada atau
tidak nyeri tekan (Debora, 2017).
6) Pemeriksaan telinga Inspeksi : kesimetrisan daun telinga, kebersihan,
ada atau tidak lesi Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan pada daun
telinga saat ditarik dan tragus ditekan (Mubarak, et al., 2015).
7) Pemeriksaan mulut Inspeksi : kemungkinan mukosa mulut kering
akibat penurunan cairan intrasel mukosa, bibir pecah-pecah, bau mulut
tidak sedap, ada atau tidaknya perdarahan pada gusi, kebersihan lidah
(Setiadi, 2012).
8) Pemeriksaan leher Inspeksi : ada atau tidaknya pembengkakan, ada
atau tidak jaringan parut Palpasi : ada atau tidak pembesaran kelenjar
limfe, teraba atau tidak kelenjar tiroid (Estrada, 2014).
9) Pemeriksaan thoraks
a) Pemeriksaan dinding dada dan paru-paru Inspeksi : bentuk dan
gerakan dinding dada, warna kulit, ada atau tidak lesi Palpasi :
pergerakan dinding dada, ada atau tidak massa, pemeriksaan taktil
fremitus Perkusi : hasil normal perkusi adalah resonan
Auskultasi : ada atau tidak suara nafas tambahan, suara nafas
vesikuler (Debora, 2017).
b) Pemeriksaan jantung Inspeksi : tampak atau tidak ictus cordis,
tampak atau tidak vena jugularis Palpasi : adanya peningkatan
denyut nadi karena pembuluh darah menjadi lemah, volume
c) darah menurun sehingga jantung melakukan kompensasi
menaikkan heart rate untuk menaikkan cardiac output dalam
mencukup kebutuhan tubuh Auskultasi : ada atau tidak bunyi
jantung tambahan (Sukarmin, 2012)
d) Pemeriksaan payudara Inspeksi : kesimetrisan dan warna kulit
payudara Palpasi : ada atau tidak benjolan pada payudara,
kebersihan putting susu dan areola (Mubarak, et al., 2015).
10) Pemeriksaan abdomen Inspeksi : persebaran warna kulit, bentuk dan
pergerakan dinding abdomen, tampak kembung atau normal
Auskultasi : dengarkan bunyi peristaltik usus kemungkinan terjadi
penurunan peristaltik usus (normalnya 5-30x/menit) karena lambung
teriritasi Perkusi : mengeluh atau tidak adanya nyeri abdomen bagian
epigastrium, terdengar bunyi timpani pada area usus dan pekak pada
area hepar dan pancreas Palpasi : ada atau tidak massa, mengeluh atau
tidak adanya nyeri abdomen bagian epigastrium, ada atau tidak
pembesaran pada hepar (Sukarmin, 2012; Bickley, 2015; Debora,
2017).
11) Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah Inspeksi : kesimetrisan
ekstremitas atas dan bawah, ada atau tidak pembengkakan,
kelengkapan jumlah jari Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan pada
struktur tulang dan otot pada pergelangan tangan dan kaki (Estrada,
2014).
12) Pemeriksaan genetalia Inspeksi : kebersihan area kulit genetalia,
pertumbuhan rambut pubis, keadaan lubang uretra, cairan yang
dikeluarkan (Tarwoto dan Wartonah, 2015).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien gastritis adalah nyeri akut
berhubungan dengan Pencedera fsiologis (inflamasi) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2018).

Dengan data yang mendukung :


Gejala dan tanda mayor :
a. Subjektif
1) Klien mengeluh nyeri
b. Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (misal waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor :
a. Subjektif
1) (Tidak tersedia)
b. Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Menarik diri
5) Berfokus pada diri sendiri
6) Diafore (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018)
3. Rencana Asuhan Keperawatan

Intervensi Keperawatan pada klien Gastritis dengan masalah Nyeri Akut.


Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Nyeri - Keluhan nyeri Observasi Observasi


menurun menurun, dalam - Identifikasi - Dengan
rentang skala 3-5) lokasi, karakteristik, mengidentifikasi
- Sikap protektif durasi, frekuensi, dapat membantu
menurun kualitas dan perawatuntuk
- Gelisah menurun intensitas nyeri berfokus pada
- Keluhan sulit tidur - Identifikasi penyebab nyeri dan
menurun skala nyeri manajemennya
- Identifikasi - Dengan
respon nyeri non mengetahui skala
verbal Edukasi nyeri klien dapat
membantu perawat
Teraupetik untuk mengetahui
- Ajarkan teknik tingkat nyeri klien
non farmakologis - Dengan
untuk mengurangi mengidentifikasi
rasa nyeri respon nyeri non
( Kompres hangat) verbal klien dapat
mengetahui
Kolaborasi seberapa kuat nyeri
- Pemberian analgetik yang dirasakan oleh
klien
-
Teraupetik
- Pemberian teknik
nonfarmakologis
dapat membantu
klien dalam
mengurangi
kecemasan nyeri

Koaborasi
- Pemberian analgetik
dapat memblok
nyeri pada susunan
saraf pusat

Sumber : (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018., Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018,.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan


keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perawat melaksanakan tindakan
keperawatan untuk intervensi yang disusun dalamtahap perencanaan dan
kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat keperawatan dan
respon klien terhadap tindakan tersebut (Anggarini, 2018).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang
digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien dengan membandingkan
hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan
(Debora, 2017).
Hasil yang harus dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
a. Keluhan nyeri menurun (rentang skala 1-3)

b. Sikap protektif (melindungi diri) menurun

c. Kemampuan menggali penyebab nyeri meningkat

d. Kemampuan mengontrol nyeri meningkat

e. Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis meningkat

f. Nafsu makan meningkat

g. Gelisah menurun

h. Kesulitan tidur menurun (Tim Pokja SLKI PPNI, 2018)


ANALISA DATA

Masalah
No Dat Etiologi
a Keperawatan
1 Data subjektif
Nyeri akut Agen Pencedera
- Px mengatakan nyeri ulu Fisiologis
hati belum berkurang

Pengkajian PQRST
P : nyeri hilang datang dan
makin nyeri saat dibawa
bergerak (peningkatan asam
lambung)
Q: nyeri terasa seperti
menjalar dari ulu hati
depan ke belakang
R : abdomen
S : skala nyeri Harvard,
nyeri berat skala 7
T : intermiten ( hilang
datang ) ± 3-5 menit

Data objektif
- k/u lemah
- px tampak gelisah

- wajah px tampak meringis

- tanda-tanda vital (TTV)

TD 130/80 mmhg
Nadi : 101x/menit
RR : 18x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
No MR :
Nama :

No Diagnosa
Keperawatan SLKI SIKI Aktivitas
1 Nyeri akut bd agen Kriteri hasil : Observasi Menganjurkan
- Keluhan nyeri menurun, dalam - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera kompres hangat dan
rentang skala 3-5) frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
fisiologis - Sikap protektif menurun - Identifikasi skala nyeri pemberian analgetik
- Gelisah menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal Edukasi
- Keluhan sulit tidur menurun
Teraupetik
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
( Kompres hangat)

Kolaborasi
- Pemberian analgetik

14
CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa Paraf
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat
Nyeri akut b/d - Identifikasi lokasi, S : px masih mengeluh nyeri
1 Jum’at
agen pecedera karakteristik, durasi, O : px tampak lemah, gelisah dan wajahnya
06-01-2023
fisiologis frekuensi, kualitas dan meringis
intensitas nyeri A : nyeri akut
- Identifikasi skala nyeri P : Identifikasi karakteristik nyeri observasi
- Identifikasi respon nyeri k/u dan ttv ajarkan terapi nonfarmakologis
non verbal Edukasi kolaborasi obat  analgetik

- mengajarkan teknik I : Mengidentifikasi karakteristik nyeri

nonfarmakologis untuk mengobservasi k/u dan ttv mengajarkan

mengurangi nyeri terapi nonfarmakologis berkolaborasi untuk


obat analgetik
R : px merasa nyaman
E : masalah belum teratasi
dengan dengan terapi
DS : px masih nyeri
H : px terlihat DO : skala nyeri 5 (menurun dengan obat)
mempraktekka n terapi R : lanjutkan intervensi 1-4
dengan  baik
- berkolaborasi pembeian

15
analgetik

R : px mengatakan
nyeri menurun

H : diberikan injeksi
ondansentron selama
3x1
mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
Nyeri akut b/d - Identifikasi lokasi, S : px masih mengeluh nyeri
Sabtu agen pecedera
karakteristik, durasi, O : px tampak lemah, gelisah dan wajahnya
fisiologis
07-01-2023
frekuensi, kualitas dan meringis
intensitas nyeri A : nyeri akut
- Identifikasi skala nyeri P : Identifikasi karakteristik nyeri observasi
- Identifikasi respon nyeri k/u dan ttv ajarkan terapi nonfarmakologis
non verbal Edukasi kolaborasi obat  analgetik

- mengajarkan teknik I : Mengidentifikasi karakteristik nyeri

nonfarmakologis untuk mengobservasi k/u dan ttv mengajarkan

mengurangi nyeri terapi nonfarmakologis berkolaborasi untuk


obat analgetik
R : px merasa nyaman
E : masalah belum teratasi
dengan dengan terapi
DS : px masih nyeri

16
DO : skala nyeri 5 (menurun dengan obat)
H : px terlihat
R : lanjutkan intervensi 1-4
mempraktekka n terapi
dengan  baik
- berkolaborasi pembeian
analgetik

R : px mengatakan
nyeri menurun

H : diberikan injeksi
ondansentron selama
3x1

mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
Nyeri akut b/d - Identifikasi lokasi, S = px tidak nyeri lagi
minggu agen pecedera
fisiologis karakteristik, durasi, O = px dalam kondisi membaik
08-01-2023
frekuensi, kualitas dan A = tidak ada masalah kep.
intensitas nyeri P = program BLPL
- Identifikasi skala nyeri
I = memprogram BLPL
- Identifikasi respon nyeri
E = masalah teratasi
non verbal Edukasi
R = intervensi dihentikan
- mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk

17
mengurangi nyeri

R : px merasa nyaman
dengan dengan terapi

H : px terlihat
mempraktekka n terapi
dengan  baik
- berkolaborasi pembeian
analgetik

R : px mengatakan
nyeri menurun

H : diberikan injeksi
ondansentron selama
3x1
mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri

18
19

Anda mungkin juga menyukai