Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

‘K’ DENGAN DIAGNOSA


GASTRITIS DENGAN MASALAH NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN DI RUANG MELATI
TANGGAL 7 MEI 2020

Diajukan Dalam Rangka: Untuk Memenuhi Laporan Praktek Klinik KMB1

Oleh:

Ni Made Wini Putri Febrina Sari


P07120418011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN PROGRAM PROFESI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh
pembimbing pada:

Hari/Tanggal :
Ruang :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS

A. Konsep Medis
1. Pengertian Gatstritis
Gastritis adalah peradangan lambung baik local atau menyebar pada
mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001).
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut maupun kronis dan difus (local). Dua
jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan
gastritis atropik kronis (Hardi & Huda Amin,2015). Gastritis dibagi
menjadi dua:
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek yang
terkait dengan konsumsi agen kimia atau makanan yang mengganggu
dan merusak mukosa gastrik. Manifestasi klinis gastritis akut, yaitu:
1) Gastritis akut erosive
Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis jantung)
2) Gastritis akut hemoragic
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai
perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi
erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada
beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung
tersebut (Hirlan, 2001).
b. Gastritis Kronis
Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun.
Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai
berikut:
1) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta
perdarahan dan erosi mukosa.
2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan
mukosa pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-
nodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan
hemoragik.
2. Etiologi Gastritis
Ada beberapa hal yang menjadi factor penyebab gastritis menurut
Muttaqin (2011) antara lain:
a. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid/ OAINS
(indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid,
kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat,
dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
b. Minum beralkohol, seperti: whisky, vodka, dan gin.
c. Infeksi bakteri, seperti: H. pylor (paling sering), H. heilmanii,
streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E.
coli, tuberculosis dan secondary syphilis.
d. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
e. Infeksi jamur: candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.
f. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat,
dan refluk usus-lambung.
g. Makanan dan minuman yang bersifat iritan makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan agen-agen
iritasi mukosa lambung.
h. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluk garam empedu (komponen
penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus
kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan
mukosa.
i. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
j. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,
yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.
3. Pathway Gastritis

4. Patofisiologi Gastritis
a. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan respon mukosa lambung terhadap
berbagai iritan local. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan
makanan terkontaminasi), kafein, alcohol dan aspirin merupakan agen-
agen penyebab yang sering. Membrane mukosa lambung menjadi
edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan
mengalami erosi superficial, bagian ini mensekresi sejumlah getah
lambung yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mucus.
Ulserasi superficial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi.
Mukosa lambung dapat memperbaiki diri sendiri setelah mengalami
gastritis. Kadang-kadang hemoragi memerlukan intervensi bedah.
b. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negative. Organisme
ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya
desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu:
destruksi kelenjar dan metaplasia adalah salah satu mekanisme
pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa
gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel
desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat
mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltic tetapi
karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang
pada akhirnya rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya
sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan
kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh
darah ini akan menimbulkan perdarahan.
Gastritis kronik diklasifikasikan menjadi tipe A dan tipe B. tipe
A sering disebut dengan gastritis autoimun ditandai oleh atrofi
progresif epitel kelenjar disertai kehilangan sel parietal dan sel chief.
Akibatnya, produksi asam klorida, pepsi dan factor intrinsic menurun.
Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan
yang rata. Minum alcohol berlebihan, the manis dan merokok
predisposisi timbulnya gastritis akut.
Tipe B kadang disebut dengan gastritis H pylori mempengaruhi
antrum dan pylorus (ujung lambung dekat duodenum). Ini
dihubungkan dengan bakteri H. pylori akibat factor diet seperti
minuman panas atau pedas penggunaan obat-obatan dan alcohol,
merokok atau refluks isi lambung (Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine,
1999).
5. Manifestasi Klinik Gastritis
a. Gastritis akut memiliki gambaran klinis berupa anorexia, mual,
muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada
hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.
b. Pada gastritis kronik kebanyakan klien tidak mampu mempunyai
keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia,
nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak dijumpai
kelainan.
6. Komplikasi Gastritis
a. Komplikasi yang timbul pada gastritis akut:
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan
medis, terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga
dapat menyebabkan kematian.
2) Ulkus, jika prosesnya hebat.
3) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
b. Komplikasi yang timbul gastritis kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B12, akibat kurang penyerapan vitamin B12 menyebabkan
anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan
daerah antrum pylorus.
7. Pemeriksaan Diagnostik Gastritis
Pemeriksaan dignostik menurut Dermawan (2010) dan Doenges
(2000) sebagai berikut :
a. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas
b. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
c. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida
d. EGD (Esofagagastri duodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk
perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau
derajat ulkus jaringan atau cidera
e. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena
erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.
f. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya
darah, mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh
peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan asam noktura
penyebab ulkus duodenal.
g. Feses: tes feses akan positif H. Pylory Kreatinin : biasanya
tidak meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.
h. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu
metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah
besar diberikan.
i. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal
terhadap simpanan cairan tubuh.
j. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat
atau muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat
terjadi setelah trasfusi darah.
k. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah
diduga gastritis.
8. Penatalaksanaan Gastritis
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien
mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila
gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan
terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (missal:
alumunium hidroksida) untuk mentrelisasi alkali, digunakan jus lemon
encer atau cuka encer.
b. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi. Tetapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan
sedative, antacid, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin
diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk
mengangkat gangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau
reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus.
Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkat-
kan istirahat, mengurangi stress dan farmakoterapi. H. Pillory data diatasi
dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoksilin) dan garam bismu
(pepto bismo). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi
vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap factor
instrinsik (Smeltzer, 2001).
Farmakokinetik/ pengobatan pada gastritis meliputi:
a. Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
b. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai
gejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan
antasida dan istirahat.
c. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan
asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
d. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan
cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan
pepsin yang menyebabkan iritasi.
e. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.
(Dermawan, 2010).
LAPORAN KASUS
EFUSI PLEURA

Nama mahasiswa : Ni Made Wini Putri Febrina Sari


NIM : P07120418011
Ruang : Kamboja
Tanggal Pengkajian : 6 Mei 2020

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn ‘C’
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Sasak
Agama : Islam
Status marietal : Menikah
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Alamat : Jl. Salak No.2 Meninting
Tanggal MRS : 5 Mei 2020
Cara masuk : Melalui IGD
Diagnosa medis : Efusi Pleura
No RM : 16-05-16

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama:
Klien mengeluh batuk dan dahak yang sulit keluar.
2. Keluhan Saat Dikaji
Klien mengeluh sesak nafas dan batuk-batuk yang tidak kunjung
sembuh, serta batuk yang dialami memiliki dahak yang susah untuk
dikeluarkan.
3. Upaya Yang Telah Dilakukan
Klien mengatakan klien mencoba ke puskesmas namun dari puskesmas
penyakitnya tak kunjung mereda.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sejak 2 bulan terakhir tengah sibuk bekerja dan
lembur di luar derah kebanyakan berada di dalam ruangan dan berAC,
sehingga akhirnya secara mendadak klien mengalami batuk berdahak
dan sesak nafas klien mendiamkan penyakitnya karena mengganggap
hanya batuk biasa, lalu setelah beberapa hari klien mengatakan
bertambah sesak dan mencoba untuk ke puskesmas setelah diberikan
obat klien merasa batuk berdahaknya masih tetap dan sesaknya
semakin bertambah hingga akhirnya pada tanggal 5 mei 2020 klien
memutuskan untuk pergi ke RS bersama istrinya dan setelah klien
diperiksa klien diminta untuk foto rontgen dan cek laboratorium.
Sekarang klien di rawat diruang kamboja.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan dan lainnya.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan jika tidak ada anggota keluarga dirumahnya yang
memiliki penyakit seperti yang klien alami dan tidak ada yang
mempunyai penyakit keturunan.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan lingkungan rumah dan kantornya berada di tengah
kota sehingga mendapat banyak polusi, serta kamar belakangnya yang
tidak terkena cahaya matahari sehingga lembab.
8. Riwayat Kesehatan Lainnya
Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu untuk hidup dan
tidak memiliki alergi pada makanan maupun tumbuhan.

C. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Aktivitas sehari-hari
1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Sebelum sakit: klien mengatakan jika biasa menghabiskan 1 bungkus
rokok perharinya dan klien tidak memiliki kecanduan pada obat-obatan
terlarang.
Selama sakit: klien mengatakan jika semenjak merasakan gejala seperti
batuk dan sesak nafas memutuskan untuk berhenti merokok.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
a. Makan
Sebelum sakit: klien mengatakan makan 3x sehari dan habis dalam
1 porsi.
Selama sakit: klien mengatakan nafsu makan berkurang dan
menyebabkan BB klien menurun drastic.
b. Minum
Sebelum sakit: klien mengatakan sehari minum 6-7 gelas.
Selama sakit: klien mengatakan sehari minum hanya 4-5 gelas saja.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit: klien mengatakan BAB 1x sehari dan memiliki
kebiasaan waktu pada pagi hari. BAK 5-6x sehari dan tidak memiliki
kesulitan dalam BAK.
Selama sakit: klien mengatakan selama dirawat tetap BAB 1x sehari
namun memiliki konsistensi lunak. Klien juga mengatakan BAK 2-4x
sehari, berwarna kuning serta memiliki bau amoniak.
4. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit: klien mengatakan tidurnya tidak menentu bergantung
pada kondisi pekerjaannya.
Selama sakit: klien mengatakan selama sakit mengalami susah tidur
karena sesak nafasnya dan batuknya serta suasan ruangan rumah sakit
yang terasa agak panas.
5. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit: klien mengatakan sebelum sakit ia dapat bekerja dan
beraktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain.
Selama sakit: klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sendiri tanpa
bantuan namun hanya sebatas kemampuan karena sesak nafasnya
menyebabkan aktivitasnya banyak terbatasi.
6. Pola Hubungan dan Peran
Sebelum sakit: klien mengatakan sebelum sakit klien dapat
bersosialisasi dengan tetangga dan teman-teman disekitar rumahnya.
Selama sakit: klien mengatakan hanya dapat berbincang ketika ada
yang menjenguk kerumah sakit.
7. Pola Sensori dan Kognitive
Sebelum sakit: klien mengatakan dapat menggunakan panca inderanya
secara normal dan tidak terdapat gangguan pada panca inderanya.
Selama sakit: klien mengatakan tidak memiliki gangguan pada panca
indranya.
8. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Sebelum sakit: -
Selama sakit: klien mengatakan bahwa awalnya mengira memiliki
penyakit serius namun setelah diperiksa dan diberitahukan tentang
penyakitnya klien menjadi paham akan penyebab dari penyakitnya dan
cara mengatasinya.
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Sebelum sakit: klien mengatakan tidak memiliki penyakit pada daerah
genitalia dan klien mengatkaan tidak memiliki penyakit menular.
10. Pola Mekanisme/Penanggulangan Stress dan Koping
Sebelum sakit: klien mengatakan jika klien mengalami stress maka
akan bermain dengan anaknya untuk mengurangi stressnya.
Selama sakit: klien mengatakan jika sekarang sedang stress maka akan
menguhubungi anaknya melalu telepon dan melakukan video call
karena anaknya masih balita dan tidak diperkenankan untuk datang
kerumah sakit langsung.
11. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit: klien mengatakan jika klien percaya terhadap adanya
Tuhan dan tetap melakukan sholat 5x sehari.
Selama sakit: klien mengatakan jika klien percaya bahwa penyakitnya
yang diberikan oleh Tuhan memiliki arti untuk dirinya dan kliem
percaya bahwa suatu saat penyakitnya akan sembuh.
D. Observasi dan pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah
GCS : E4 V5 M6
Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda-tanda vital
Suhu : 37֯C
Nadi : 80 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Respiratori : 22x/menit
3. Pemeriksaan fisik (dari kepala s.d kaki)
a. Kepala
Inspeksi : kepala simetris, bentuk mesocepal, tidak ada lesi,
rambut berwarna hitam dan putih beruban.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
b. Mata
Inspeksi : mata simetris, konjungtiva pucat, sclera putih,
reflek cahaya positif.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
c. Hidung
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada lesi, dan tidak ada
pernapasan cuping hidung.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga
Inspeksi : telinga simetris, tidak ada lesi, tidak ada cairan
yang keluar dari telinga.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan ditelinga.
e. Mulut
Inspeksi : mulut simetris, mukosa bibir kering dan terlihat
sedikit pucat, jumlah gigi lengkap, tidak ada
stomatitis.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
f. Leher
Inspeksi : bentuk simetris, tidak nampak pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
g. Dada
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada luka parut, tidak nampak
ada benjolan/ pembengkakan, pengembangan paru
kanan dan kiri simetris.
Palpasi : ada nyeri tekan di daerah ulu hati.
Perkusi : suara perkusi sonor.
Auskultasi : suara paru regular, tidak terdengar suara wheezing
atau ronchi.
h. Abdomen
Inspeksi : warna kulit normal, tidak ada bekas luka, tidak
terdapat bekas luka parut, tidak nampak benjolan.
Auskultasi : suara bising usus 12x/ menit.
Perkusi : terderang suara timpani.
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas, dengan
skala 5.
i. Genitalia
Inspeksi : alat kelamin laki-laki, dan tidak nampak ada
kelainan.
j. Ekstremitas
1) Tangan
Inspeksi : anggota gerak lengkap dan tidak ada kecacatan,
terpasang infus RL ditangan kiri, CRT pada
tangan 3 detik.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
2) Kaki
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tampak ada varises
dibetis kanan, clubbing finger pada kaki tidak ada.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. (Tgl 5/5/2020) Pemeriksaan Foto Rontgen: Efusi pleura
b. (Tgl 8/5/2020) Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan
Hb 12,0 g/dl
Leukosit 7,5 x 10 g/dl (N: 4,3-10,3)
PCV 0,35 (N: 0,40-0,47)
Glukosa 108 mg/dl
Protein total 5,21 g/dl
Sel 1129 sel/cm
Mono 93%
Poli 7%
c. (Tgl 9/5/2020) Pemeriksaan Laboratorium
BTA (-)
Urinalis Protein, glukosa, bilirubin,
urobilin (-)
Sedimen 1. Darah merah (+) (0-1)
2. Darah putih (+) (1-2)
3. Sel eptil (+) (0-1)
4. Kristal (-)

5. Terapi
Tanggal Nama Obat Dosis Rute
5/5/202 1. Asam Mefenamat 3x1 IV
0 2. Etambutol 3x1 IV
3. Multivit 3x1 IV
4. Infus ringer laktate 20 tpm IV

Tanda Tangan Mahasiswa


( )

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn ‘C’ Umur : 37 Tahun
No RM : 16-05-16 Ruangan : Kamboja

A. Analisa Data
No Data Penunjang (Symptom) Etiologi Problem
1 Ds: Gangguan mobilitas Nutrisi kurang dari
Klien mengatakan mual, gastrointestinal kebutuhan tubuh.
muntah,badan terasa lemas, dan
semenjak sakit klien kehilangan Refluks gaster
selera makan. duodenum
Do:
Klien tampak lemah, klien tampak Mual & muntah
tidak menghabiskan makanan yang
disediakan rumah sakit. Nafsu makan
berkurang
2 Ds: Sekresi asam Nyeri akut.
Klien mengatakan nyeri di ulu hati, lambung bikarbonat
klien mengatakan ulu hatinya terasa naik turun
panas dan terbakar.
a. P(rovokatif): klien mengatakan Iritasi Mukosa
nyeri yang dirasakan ketika
banyak bergerak. Nyeri
b. Q(uality): klien mengatakan
nyerinya seperti diremas-remas
dan terasa sangat panas dan
perih.
c. R(egion): klien mengatakan
nyeri dirasakan di ulu hati dan
perut bagian bawah kiri.
d. S(cale): klien mengatakan dari
skala 1-10 klien merasakan
nyerinya ada di skala 5.
e. T(iming): klien mengatakan
nyeri terasa terus menerus
namun sangat terasa ketika
bergerak.
Do: klien nampa gelisah dan tidak
nyaman, serta raut wajah klien
tampak meringis menahan nyeri.
Skala nyeri: 5
3 Ds: Gangguan mobilitas Volume cairan
Klien mengatakan mual muntah, gastrointestinal kurang dari
klien mengatakan jarang minum dan kebutuhan tubuh.
hanya mampu minum 2-4 gelas saja. Refluk gaster
Do: duodenum
Klien tampak lemas, mukosa bibir
kering, turgor kulit kembali lebih Mual & muntah
dari 2 detik.
Tidak berminat
untuk minum
B. Rumusan Diagnosa (Berdasarkan Skala Prioritas)
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
ditandai dengan klien mengatakan mengalami mual, muntah, badan
terasa lemas, dan semenjak sakit klien kehilangan selera makan.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan, mual,
muntah dan anorexia ditandai dengan klien mengatakan mual muntah
dan jarang minum.
3. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi atau peradangan pada dinding
mukosa lambung ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada ulu
hatinya serta merasakan ulu hatinya terasa panas dan perih, klien juga
mengatakan jika nyerinya di antara skala 1-10 berada di skala 5 dan
nyerinya dirasakan secara terus menerus terutama ketika sedang
beraktivitas dan tampak raut wajah klien meringis
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn ‘K’ Umur : 37 Tahun
No RM : 01-95-23 Ruangan : Melati
Dx
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nutrisi Setelah dilakukan a. Anjurkan klien a. Menjaga nutrisi
kurang dari tindakan untuk makan tetap terpenuhi
kebutuhan keperawatan 2x24 sedikit tapi sering. dan mencegah
tubuh. jam diharapkan terjadinya mual
nutrisi dapat dan muntah yang
terpenuhi dengan berlanjut.
kriter hasil: b. Berikan makanan b. Untuk
a. Nafsu makan yang lunak dan mempermudah
baik makanan yang pasien dalam
b. Porsi makan disukai dan mengunyah
dihabiskan digemari klien. makanan.
c. Lakukan oral c. Kebersihan
hygiene 2x sehari. mulut akan
merangsang
nafsu makan
pasien.
d. Timbang BB d. Mengetahui
klien serta pantau status nutrisi
turgor kulit. pasien.
e. Konsultasi dan e. Mempercepat
kolaborasikan pemenuhan
dengan tim medis kebutuhan
lain nutrisi.
2 Kekurangan Setelah dilakukan a. Penuhi kebutuhan a. Intake cairan
volume tindakan individual. yang adekuat
cairan keperawatan 2x24 Anjurkan klien akan mengurangi
berhubungan jam diharapkan untuk minum. resiko dehidrasi
dengan nutrisi dapat pasien.
perdarahan, terpenuhi dengan b. Awasi tanda vital, b. Menunjukkan
mual, kriter hasil: evaluasi turgor status dehidrasi
muntah. a. Mempertahan- kulit dan atau
kan volume membrane kemungkinan
cairan adekuat mukosa. peningkatan
dengan kebutuhan.
dibuktikan oleh c. Kolaborasi c. Guna
mukosa bibir dengan tim medis mempercepat
lembab, turgor lain. pemenuhan
kulit baik, input cairan bagi
dan output tubuh.
seimbang.
3 Nyeri akut Setelah dilakukan a. Catat keluhan a. Nyeri tidak
berhubungan tindakan nyeri, lokasi selalu ada terapi
dengan iritasi keperawatan lamanya dan bila ada harus
atau diharapkan nyeri intensitasnya. dibandingkan
peradangan dapat berkurang dengan nyeri
pada dinding dengan kriteria pasien.
mukosa hasil: b. Kaji factor yang b. Membantu dalam
lambung. a. Klien meningkatkan membuat
mengatakan atau mengurangi kebutuhan terapi.
nyeri berkurang nyeri.
atau hilang c. Berikan tindakan c. Untuk membantu
b. Tanda vital relaksasi seperti mengurangi
normal memberikan nyeri yang
c. Klien dapat kompres hangat di dirasakan pasien.
rileks daerah perut atau
memberikan
distraksi dengan
lagu maupun film.
d. Untuk
d. Kolaborasikan
menurunkan
untuk pemberian
asam pada
obat.
lambung
sehingga nyeri
dapat berkurang.

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn ‘K’ Umur : 37 Tahun
No RM : 01-95-23 Ruangan : Melati
Tangga Jam Dx Impelementasi Respon Paraf
l
6/5/20 8.00 Dx a. Anjarkan klien untuk a. Klien mengatakan
1 makan sedikit tapi mengerti anjuran dari √
8.05 sering. perawat.
b. Memberikan makanan b. Klien mengatakan
yang lunak dan makanan mengatakan
yang disukai dan menambah sedikit √
digemari klien. nafsu makannya.
8.35 c. Melakukan oral hygiene c. Klien mengatakan
2x sehari. dengan mulut yang √
bersih klien merasa
lebih segar untuk
mulai makan.
8.40 d. Menimbang BB klien d. BB klien 53kg. turgor
serta pantau turgor kulit. kulit klien kembali √
dalam 2 detik.
8.45 e. Konsultasikan dan e. Klien mengatakan siap
kolaborasikan dengan menerima yang akan
tim medis lain diresepkan oleh dokter,

klien mendapat resep
curcuma 120ml.
6/5/20 9.00 Dx a. Penuhi kebutuhan a. Klien mengatakan jika
2 individual. Ajarkan klien minatnya untuk minum √
untuk minum. masi kurang
9.30 b. Awasi tanda vital, b. TTV klien
evaluasi turgor kulit dan TD: 110-70 mmHG
membrane mukosa. Nadi: 89x/menit
RR: 22x/menit √
Suhu: 36,5֯C
Turgor kulit kembali
dalam 2 detik.
9.45 c. Kolaborasi dengan tim c. Klien mendapat obat
medis lain. antimeitik √
(metoklopramid)
6/5/20 10.00 Dx a. Catat keluhan nyeri, a. P(rovokatif): klien
3 lokasi lamanya dan mengatakan nyeri
intensitasnya. ketika banyak
bergerak. Q(uality):
klien mengatakan
seperti diremas dan
terasa perih. R(egion):
klien mengatakan
nyeri dirasakan di ulu √
hati. S(cale): klien
mengatakan skala
nyerinya 5. T(iming):
klien mengatakan
nyeri terasa terus
menerus.
10.15 b. Kaji factor yang b. Klien mengatakan
meningkatkan atau nyerinya bertambah

mengurangi nyeri. ketika beraktivitas.
10.30 c. memberikan tindakan c. Klien mengatakan
relaksasi seperti mengerti dan √
memberikan kompres mengatakan sedikit
hangat di daerah perut lebih nyaman.
atau memberikan
distraksi dengan lagu
maupun film.
10.50 d. Kolaborasikan untuk d. Klien mendapatkan
pemberian obat. obat berupa:
Ranitidine √
Antasida Lancoprazole
Amocillin
Vit A
7/5/20 14.30 Dx a. Anjarkan klien untuk a. Klien mengatakan
1 makan sedikit tapi mengerti dan √
sering. melaksanakan anjuran
perawat.
14.35 b. Memberikan makanan b. Klien mengatakan
yang lunak dan mengatakan nafsu √
makanan yang disukai makannya bertambah.
dan digemari klien.
15.05 c. Melakukan oral hygiene c. Klien mengatakan
2x sehari. dengan mulut yang

bersih klien merasa
lebih segar untuk
mulai makan.
15.10 d. Menimbang BB klien d. BB klien 53kg. turgor
serta pantau turgor kulit. kulit klien kembali √
kurang dalam 2 detik.
15.20 e. Konsultasikan dan e. klien mendapat

kolaborasikan dengan curcuma 120ml.
tim medis lain
7/5/20 15.40 Dx a. Penuhi kebutuhan a. Klien mengatakan
2 individual. Ajarkan mulai rajin minum air √
klien untuk rajin putih.
minum.
15.45 b. Awasi tanda vital, b. TTV klien
evaluasi turgor kulit dan TD: 110-70 mmHG
membrane mukosa. Nadi: 80x/menit √
RR: 22x/menit
Suhu: 36,5֯C
Turgor kulit kembali
kurang dalam 2 detik.
16.00 c. Kolaborasi dengan tim c. Klien mendapat obat
medis lain. antimeitik √
(metoklopramid), klien
mengatakan mual
muntahnya sudah
berkurang.
7/5/20 16.20 Dx a. Catat keluhan nyeri, a. P(rovokatif): klien
3 lokasi lamanya dan mengatakan nyeri
intensitasnya. ketika bergerak.
Q(uality): klien
mengatakan seperti
diremas dan terasa
perih. R(egion): klien
mengatakan nyeri √
dirasakan di ulu hati.
S(cale): klien
mengatakan skala
nyerinya 4. T(iming):
klien mengatakan
nyeri terasa terus
menerus.
16.30 b. Kaji factor yang b. Klien mengatakan
meningkatkan atau nyerinya mulai tak

mengurangi nyeri. terasa ketika
beraktivitas.
16.40 c. memberikan tindakan c. Klien mengatakan
relaksasi seperti skala nyeriny √
memberikan kompres berkurang dari skala 5
hangat di daerah perut menuju ke skala 4.
atau memberikan
distraksi dengan lagu
maupun film.
16.55 d. Kolaborasikan untuk d. Klien mendapatkan
pemberian obat. obat berupa: √
Ranitidine
Antasida
Lancoprazole
Amocillin
Vit A
Klien mengatakan
nyeri berkurang

V. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn ‘K’ Umur : 37 Tahun
No RM : 01-95-23 Ruangan : Melati
Tanggal Jam Dx Evaluasi Paraf
7/5/20 17.00 Dx S : klien mengatakan paham dan mengerti dan √
1 klien mengatakan jika nafsu makannya mulai
bertambah.
O: klien tampak mulai bertenaga dan tidak pucat
TD: 110/70 mmHg
N: 89x/menit
RR: 22x/menit
Suhu: 35,5֯C
Turgor kulit: kembali kurang dari 2 detik.
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
7/5/20 17.20 Dx S: klien mengatakan sudah mulai rajin minum
2 air, mual muntah berkurang.
O: mukosa bibir klien tampak lembab dan turgor

kulit kembali kurang dari 2 detik.
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
7/5/20 17.40 Dx S : klien mengatakan skala nyerinya sudah
3 berkurang dan ketika beraktifitas sudah tidak
terlalu merasakan sakit.
O: klien mulai tampak tenang.
TD: 110/70 mmHg
N: 89x/menit

RR: 22x/menit
Suhu: 35,5֯C
Skala nyeri: berkurang dari skala 5 menjadi
skala 4.
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai