GASTRISTIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
MINGGU I 30 SEPTEMBER 2020
EROH MUHAYAROH
( 201030200019 )
2020
1
LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS
A. Pengertian
Gastritis adalah peradangan lambung baik lokal atau menyebar pada mukosa
lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri
atau bahan iritan lain (Reeves. J. Charlene). Umumnya gastritis dibedakan menjadi dua
yaitu gastritis akut dan gastritis kronik.
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek yang terkait dengan
konsumsi agen kimia atau makanan yang mengganggu dan merusak mukosa gastrik.
Agen semacam ini mencakup bumbu, rempah-rempah, alkohol, obat-obatan, radiasi,
kemoterapi dan mikroorganisme inefektif. Gastritis akut erosif adalah suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan
erosif. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa.
B. ETIOLOGI
1. Gastritis Akut
a. Obat analgetik anti inflamasi (aspirin)
b. Bahan kimia (lysol)
c. Merokok
2
d. Alkohol
e. Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma pembedahan, dll
f. Refluks usus lambung
g. Endotoksin
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali
kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi.
Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi
pilorus. Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
2. Gastritis Kronik
a. Pada umumnya belum diketahui
b. Sering dijumpai bersama dengan penyakit lain (anemia penyakit adisson
dan gondok)
c. ulkus lambung kronik atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory)
d. Beberapa peneliti menghubungkan dengan proses imunologi
.
C. Manifestasi klinik
1. Gastritis Akut
a. Muntah kadang disertai darah
b. Nyeri epigastrium
c. Nausea dan rasa ingin vomitus
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan
3
jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superfisial, bagian ini mensekresi
sejumlah getah lambung yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mukus.
Ulserasi superfusial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Pasien dapat
mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, malas, mual dan anoreksia, sering disertai
dengan muntah dan cegukan. Beberapa pasien asimtomatik.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami
gastritis. Kadang-kadang, hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila makanan
pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan
diare. Biasanya, pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun napsu makan mungkin
menurun selama 2 atau 3 hari kemudian.
2. Gastritis Kronik
a. Sebagian asimtomatik
b. Nyeri ulu hati
c. Anoreksia
d. Nausea
e. Nyeri seperti ulkus peptik
f. Anemia
g. Nyeri tekan epigastrium
h. Cairan lambung terganggu
i. Aklorhidria
D. Paofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang
akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang
berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat
kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang
4
berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang
memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa
menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan
mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa
eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada
sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan.
Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti
sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam
setelah perdarahan.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak
sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan
sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan
fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta
mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi
ulser. Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang
sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon
radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah
5
salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel
karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada
6
E. PATHWAY
Price, 2008.
7
F. Penatalaksanaan
1. Gastritis Akut
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan yang mengganggu dan merusak mukosa gastrik sampai gejala
berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi
dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaannya serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan
oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
Untuk menetralisir asam digunakan antasida (mis, aluminium hidroksida) ;
untuk menetral alkali digunakan jus lemon encer atau cuka encer. Bila korosi luas atau
berat, emetic dan lavase dihindari karena bahaya perforasi.Terapi pendukung mencakup
intubasi, analgesic dan sedative, antasida serta cairan intravena. Endoskopi fiber-optik
mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat
gangren atau jaringan perforasi. Gastrojejenostomi atau reseksi lambung mungkin
diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus.
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat,
mengurasi stress dan memulai farmakoterapi. H. pylory dapat diatasi dengan antibiotic
(seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismut (pepto-bismol). Pasien dengan
gastritis tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh
adanya antibody terhadap faktor intrinsik.
8
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Gastritis Akut
o Anamnesis
o Endoscopy dilanjutkan pemeriksaan biopsy
2. Gastritis Kronik
Pemeriksaan kadar asam lambung perlu dilakukan karena berhubungan dengan
pengobatan. Pada gastritis kronik hipotropik dan atrofi gaster, kadar asam lambung
menurun, sedang pada gastritis kronik superfisialis oleh hipertrofikan, kadar asam
lambung normal atau meninggi. Foto rontgen dapat membantu yaitu dengan melihat
gejala benda-benda sekunder yaitu hipersekresi, mukosa yang tebal dengan lipatan-
lipatan tebal dan kasar, dll. Tetapi hal ini tidak memastikan diagnosis.
H. Pengkajian Fokus
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala
pada pasien. Apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual atau
muntah ? Apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan,
setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi atau setelah mencerna obat tertentu atau
alcohol ? Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum
terlalu banyak, atau makan terlalu cepat ? bagaimana gejala hilang ? Adakah riwayat
penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung ? Riwayat diet ditambah jenis
diet yang baru dimakan selama 72 jam, akan membantu. Riwayat lengkap sangat penting
dalam membantu perawat untuk mengidentifikasi apakah kelebihan diet sembrono yang
9
diketahui, berhubungan dengan gejala saat ini, apakah orang lain pada lingkungan pasien
mempunyai gejala serupa, apakah pasien memuntahkan darah dan apakah elemen
penyebab yang diketahui telah tertelan.
J. Diagnosa Keperawatan
I. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ada empat yang harus diperhatikan, yaitu menentukan prioritas,
menentukan tujuan, melakukan kriteria hasil, dan merumuskan intervensi.
10
berintensitas ringan hingga tindakan 4. Ajarkan penggunaan teknik non
berat pencegahan farmakologi untuk mengurangi
yang berlangsung kurang 4. Menggunakan nyeri(kompres hangat /dingin, terapi
dari tiga tindakan piat,aroma terapi)
bulan. pencegahan (nyeri)
5. Fasilitasi istrahat/tidur untuk
Penyebab : Agen pencedera non farmakologi
mengurangi nyeri.
fisiologis, agens 5. Melaporkan nyeri
pencedera,kimiawi, agen yang terkontrol
Kolaborasi Pemberian Analgesik
pencedera fisik,
1. Cek perintah pengobatan.
Tanda mayor : Tampak Tingkat Nyeri
2. Monitor tanda vital sebelum dan
meringis, Bersikap protektif 1. Nyeri yang
sesudah memberikan analgesic.
( mis :waspada posisi dilaporkan
menghindari nyeri),gelisah, 2. Mengerang dan 3. Berikan analgesik sesuai tambahan
frekuensi nadi meningkat, menangis
sulit 3. Ekpresi nyeri
tidur. Mengeluh nyeri, wajah
Tanda minor : Pola nafas 4. Frekuensi nafas
berubah, nafsu makan 5. Denyut nadi
menurun, 6. Tekanan darah
diaforesis, berfokus pada
diri
sendiri
11
gastrointestinal,faktor melakukan tindakan mengurangi mual
psikologis ( keengganan untuk mengontrol 5. Instrusikan pasien mengenai diet
untuk makan), Gangguan mual tinggi karbohidrat dan rendah
pada esofagus, iritasi 3. Meraskan lemak
lambung, distensi makanan
6. Berikan informasi mengenai mual.
lambung, rasa 4. Energi untuk makan
Kolaborasi pemberian antiemetik jika
makanan/minuman
perlu
Risiko Ketidakseimbangan
3. Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan I.03098
cairan D.0036
L.03020 1. Monitor status hidrasi (Frekuensi
Definisi: Penurunan volume
nadi,akral,turgor kulit
1.Asupan cairan
cairan intravaskuler,
2. Tentukan faktor-faktor resiko
intrerstitial/intraseluler. 2. Kelembaban membran
yang mungkin menyebabkan
Penyebab :Obstruksi mukosa
ketidakseimbangan cairan
intestinal, disfungsi
3.Asupan makanan 3.Tentukan apakah pasien
intestinal,Kehilangan cairan
mengalami kehausan atau gejala
4.Keseimbangan intake
aktif, kekurangan intake
perubahan cairan.
output
cairan.
3. Monitor Asupan dan Pengeluaran
L. Implementasi
12
M. Evaluasi
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Jam : 16:00
Pengkajian tgl : 23 September 2020 NO. RM : 100928
Tanggal MRS : 23/09/2020 Dx. Masuk : Gastristis
Ruang/Kelas :1/I Dokter yang merawat : Prof Dr. Julius
13
Nama : Tn. P Jenis Kelamin : Laki-laki
Identitas Umur : 65 tahun Status Perkawinan : Kawin
1.
Agama : Islam Penanggung Biaya : Pribadi
Pendidikan : Akademi
Pekerjaan : Pensiun
Diri
Kesehatan2. Riwayat Sakit dan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: baik sedang lemah Kesadaran:
Tanda vital TD: 110/80 mmHg Nadi: 84 x/mnt Suhu : 37 ºC RR: 20 x/mnt
Pola nafas irama: Teratur Tidak teratur
Pernafasan
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain: Normal
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-lain: Normal
Lain-lain :
Penginderaan
Pendengaran/Telinga :
Gangguan pendengaran : Ya Tidak Jelaskan:
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : Normal Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman : Ya TidakJelaskan:
Lain-lain
Masalah: -
14
Kebersihan: Bersih Kotor
Urin: Jumlah: 300 cc/hr Warna: Kuning jernih Bau: Khas
Alat bantu (kateter, dan lain-lain): tidak
Perkemihan
Abdomen
Peristaltik 30 x/mnt
Pembesaran hepar Ya Tidak
Pembesaran lien Ya Tidak
Buang air besar 1 x/hari Teratur: Ya Tidak
Konsistensi Bau: pekat Warna: kuning Cair
Lain-lain:
Masalah:
1. Nyeri akut
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b/d anoreksia
Masalah: -
15
Pembesaran Tyroid Ya Tidak
Endokrin Hiperglikemia Ya Tidak Hipoglikemia Ya Tidak
Luka gangren Ya Tidak Pus Ya Tidak
Masalah: -
HigienePersonal
Masalah: -
Orang yang paling dekat: Anak
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: Baik
Psiko-sosio-spiritual
Masalah: -
Laboratorium
Hematologi
hasil nilai normal satuan
Hemoglobin (HGB) : 14,0 13.0 – 18.0 g/dL
Leukosit (WBC) : 9.0 4.3 – 10.5 uL
Trombosit (PLT) : 357 150 – 450 uL
Hematokrit (HCT) : 40.0 41 – 53 %
Pemeriksaan penunjang
Urinalisis
Ureum : 12 12-41 mg/dL
Creatini : 1.03 0.58-1.40 mg/dL
Asam Urat : 10.3 3.4-7.0 mg/dL
16
Lab (+)
Radiologi/ USG, dll
Terapi: Rontgen (+)
B. Analisis Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Vasodilatasi Mukosa Nyeri Akut
DO: Gaster
Pasien terlihat meringis dan memegang
perut sebelah kiri saat sakit
Tidak ada bekas luka pada bagian perut
yang sakit
Pasien terlihat lemas, bibir dan muka
pucat
DS:
Pasien mengatakan nyeri skala 6 dengan
frekuensi sering, durasi lama, kualitas
kuat, penjalaran tidak, timbul saat telat
makan atau lapar, dan dihilangkan dengan
istirahat
Pasien mengatakan nafsu makan
17
berkurang,mual.
C. Intervensi
SDKI (Diagnosa SLKI (Tujuan SIKI (Intervensi)
keperawatan)
Nyeri akut D.0077 Kontrol Nyeri L0806 Manajemen Nyeri I.08238
Definisi : Inikator: 1. Lakukan identifikasi nyeri secara
Pengalaman sensorik 1. Mengenali kapan komprehensif yang meliputi
atau emosional yang nyeri lokasi,frekuensi,kualitas,durasi,itensitas
berkaitan terjadi nyeri,
dengan kerusakan jaringan 2. Kemampuan 2. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
aktuala tau fungsional mngenali penyebab nyeri
dengan onset mendadak nyeri 3. Anjurkan untuk memonitor nyeri dan
atau lambat dan penyebab nyeri menangani nyeri dengan
berintensitas ringan hingga 3. Menggunakan tepat.
berat yang berlangsung tindakan 4. Observasi adanya petunjuk non
kurang dari tiga bulan. pencegahan verbal mengenai ketidaknyamanan
4. Menggunakan Terapeutik:
18
tindakan 1. Berikan tekhnik nonfarmakologi
pencegahan (nyeri) non Untuk mngurangi rasa nyeri (kompres
farmakologi hangat /dingin, terapi pijitt,aroma
5. Melaporkan nyeri terapi,relaksasi)
yang terkontrol 2. Fasilitasi istrahat/tidur untuk
Tingkat Nyeri mengurangi nyeri.
Indikator: 3. Kontrol lingkungan yang
- Nyeri yang dilaporkan memperberat rasa nyeri
- Ekspresi nyeri wajah
- Ketegangan otot
Kontrol Nyeri
Indikator:
- Menggambarkan
faktor penyebab
- Mendapatkan
informasi mengenai
kontrol nyeri
-Menggambarkan nyeri
- Menggunakan
tindakan pengurangan
nyeri tanpa analgesik
19
intrerstitial/intraseluler. output kehausan atau gejala perubahan
cairan(pusing, melamun, mual,
tersinggung) .
4. Monitor Asupan dan Pengeluaran
5. Monitot berat badan harian
6. Monitor membrane mukosa, turgor
kulit, respon haus
7. Berikan cairan dengan tepat
20
D. Implementasi dan Evaluasi
Hari dan Masalah
Implementasi Evaluasi
tanggal Keperawatan
Rabu, 24 Nyeri Akut 1. Melakukan monitoring Subjektif:
Septembe TTV pasien. - Tn. P mengatakan
r 2020 2. Melakukan pengkajian merasakan perubahan
nyeri meliputi lokasi, menjadi lebih rileks dan
karakteristik, onset/durasi, nafas lega.
frekuensi dan kualitas, - Tn.P mengatakan
skala nyeri, serta apa yang mengalami nyeri perut
mengurangi nyeri dan setelah melakukan banyak
faktor pemicu. aktivitas. Dan menhan lapar
3. Mengkaji status fisiologis atau perut kosong
pasien yang menyebabkan
Objektif:
nyeri/ pengkajian head to
- TTV pasien dalam rentang
toe.
normal
4. Mengedukasi terkait posisi
- Tn. P tampak menunjukan
yang baik dan penanganan
ekspresi rileks.
pertama ketika terjadi
- Tn,P dapat melakukan
nyeri,pusing.
kembali teknik relaksasi
5. Menjelaskan tujuan dan
nafas dalam dengan baik.
manfaat dilakukannya
teknik relaksasi nafas Analisis:
dalam. Masalah teratasi sebagian
6. Melakukan demonstrasi
teknik non farmakologi : Planning:
relaksasi nafas dalam. - Membuat jadwal harian
8. Mengevaluasi dan
mendokumentasikan
respon pasien sebelum dan
21
sesudah dilakukannya
teknik relaksasi nafas
dalam.
Ketidak 1. Menentukan jumlah Subjektif
Rabu, 24 seimbangan dan jenis intake cairan Pasien mengatakan
Septembe cairan : DX dan kebiasaan pusing dan mual
r 2020 Defisit Volume eliminasi Pasien mengatakan
Cairan 2. Menentukan faktor- minum air putih 6 gelas
faktor risiko ketidak perhari (1440 ml)
seimbangan cairan
Objektif
3. Menentukan apakah
Membran mukosa bibir
pasien mengalami
kering, turgor kulit
kehausan atau gejala
elastis, tidak ada respon
perubahan cairan
haus
(pusing, melamun,
Hasil perhitungan intake
mual, tersinggung)
output negative yaitu
4. Memonitor asupan
(-680)
dan pegeluaran
Tekanan darah pasien
5. Memonitor tekanan
rendah 110/80mmHg
darah dan pernapasan
6. Memonitor membran Analisis
mukosa, turgor kulit, Masalah teratasi sebagian
respon haus
7. Mendorong pasien Planning
untuk memperbanyak Menjadwalkan pasien untuk
cairan melalui oral memperbanyak cairan oral
sesuai berat badannya yaitu
2100-2450 ml
22
DAFTAR PUSTAKA
Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag),
Infeksi Mycobacteria pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Sudoyo Aru. (2009). Buku ajar ilmu penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisi keempat.
Jakarta
Wilkison, Judith M. (2016). Diagnosa Keperawatan : Diagnosis NANDA Intervensi NIC
Hasil NOC. Jakarta: EGC
23