Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


KASUS " TRAUMA SERVIKAL"

NAMA : ANGELA MARICE LEBA


NIM : PO5303203200656
TINGKAT : 3A
MATA KULIAH : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DOSEN PEMBIMBING : LENI LANDUDJAMA, SKep, Ns, MKep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL(COVER) ……………………………………….…...………...i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………...………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………….....1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………....2
C. Tujuan ………………………………………………………………………...2
D. Manfaat ………………………………………………………………...…......2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Pendahuluan Kasus Trauma Servikal
1. Definisi ………………………………………………………….……3
2. Etiologi, Tanda dan Gejala ………………………………………..….3
3. Patofisiologi dan Pathway …………………………………………....4
4. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………..…..7
5. Penatalaksanaan Medis …………………………………………..…...7
6. Pencegahan ……………………………………………………..…….8
7. Komplikasi ……………………………………………………..……..8
8. Pendidikan Kesehatan ………………………………………..……….9
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Kasus Trauma Servikal
1. Pengkajian ………………………………………………….………...10
2. Diagnosa Keperawatan ……………………………………….………17
3. Intervensi (Perencanaan) ……………………………………………..18
4. Implementasi …………………………………………………………24
5. Evaluasi ………………………………………………………………24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………...…………..25
B. Saran ……………………………………………………………..……………25
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..……………..26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan
yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta
ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang
sehat, keperawatan pada dasarnya adalah human science and human care and caring
menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia
yang berbeda dari manusia lainnya dan kita ketahui manusia terdiri dari berbagai
sistem yang saling menunjang, di antara sistem tersebut adalah sistem neurobehavior
(Potter & Perry, 2006).
Susunan tulang pada manusia terdiri dari berbagai macam tulang diantaranya
tulang vertebra (servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigis). Tulang servikalis terdiri
dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Apabila cidera
pada bagian servikal akan mengakibatkan terjadinya trauma servikal.di mana trauma
servikal merupakan keadaan cedera pada tulang belakang servikal dan medula spinalis
yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi atau fraktur vertebra servikalis dan
ditandai kompresi pada medula spinalis daerah servikal (Muttaqin, 2011).
Sekitar 10% pasien dengan penurunan kesadaran yang dikirim ke Instalasi Gawat
Darurat akibat kecelakaan lalu lintas selalu menderita cedera servikal, baik cedera
pada tulang servikal, jaringan penunjang, maupun cedera pada cervical spine.
Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh adalah penyebab sebagian besar fraktur tulang
servikal. Trauma pada servikal subaksis (C3–7) lebih umum terjadi dibanding servikal
C1 dan C2. Trauma servikal sering terjadi pada pasien dengan riwayat kecelakaan
kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi, trauma pada wajah dan kepala, terdapat
defisit neurologis, nyeri pada leher, dan trauma multiple (Grundy, 2002; Weishaupt
N., 2010).
Dampak trauma servikal mengakibatkan syok neurogenik, syok spinal,hipoventilasi,
hiperfleksia autonomic, gangguanpada pernafasan, gangguan fungsi saraf pada jari-
jari tangan, otot bisep, otot trisep dan otot-otot leher. Akibat atau dampak lebih lanjut
dari trauma servikal adalah kematian.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat Asuhan Keperawatan tentang
trauma servikal untuk dapat menambah wawasan tentang trauma servikal bagi penulis
dan pembaca.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dampak yang begitu besar yang ditimbulkan karena trauma servikal
maka penulis tertarik untuk membahas Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada
pasien dengan trauma servikal.
C. Tujuan Pembahasan
1. Tujuan Umum
Penulis dan pembaca mampu melakukan asuhan keperawatan gawat darurat
pada pasien dengan trauma servikal.
2. Tujuan Khusus
■ Pembaca dan penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien
trauma servikal dalam asuhan keperawatan gawat darurat
■ Pembaca dan penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan trauma servikal
■ Pembaca dan penulis mampu membuat rencana tindakan pada pasien
dengan trauma servikal
■ Pembaca dan penulis mampu melakukan implementasi atau tindakan
keperawatan dalam rangka penerapan asuhan keperawatan kegawat
daruratan pada pasien dengan trauma servikal.
■ Pembaca dan penulis mampu mengevaluasi terhadap intervensi yang
telah dilakukan dalam asuhan keperawatan gawat darurat dengan
trauma servikal.
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan
proses keperawatan pada pasien trauma servikal secara cepat, tepat, dan akurat
2. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan kepada masyarakat
luas tentang trauma servikal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi
Cedera servikal merupakan cedera tulang belakang yang paling sering
menimbulkan kecacatan dan kematian, dari beberapa penelitian terdapat korelasi
antara tingkat cedera servikal dengan morbiditas dan mortalitas, yaitu semakin tinggi
tingkat cedera servikal semakin tinggi pula morbiditas dan mortalitasnya
(Milby, 2008; Ning GZ, 2011).
Trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang belakang servikal dan
medula spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi, atau fraktur vertebra
servikalis dan ditandai dengan kompresi pada medula spinalis daerh
servikal.Dislokasi servikal adalah lepasnya salah satu struktur dari tulang servikal.
Subluksasi Servikal merupakan kondisi sebagian dari tulang servikal lepas. Fraktur
servikal adalah terputusnya hubungan dari badan tulang vertebra servikalis (Muttaqin,
2011).
2. Etiologi
Cedera medula spinalis servikal disebabkan oleh trauma langsung yang mengenai
tulang belakang dimana tulang tersebut melampaui kemampuan tulang belakang
dalam melindungi saraf-saraf belakangnya. Menurut Emma, (2011) Trauma Langsung
tersebut dapat berupa :
● Kecelakaan lalu lintas
● Kecelakaan olahraga
● Kecelakaan industri
● Jatuh dari pohon/bangunan
● Luka tusuk
● Luka tembak
● Kejatuhan benda keras
Manifestasi klinis dari trauma servikal:
a. Lesi C1-C4
Pada lesi C1-C4. Otot trapezius, sternomastoid dan otot platisma masih
berfungsi.Otot diafragma dan otot interkostal mengalami paralisis dan tidak
ada gerakan (baik secara fisik maupun fungsional di bawah transeksi spinal
tersebut. Kehilangan Sensori pada tingkat C1 melalui C3 meliputi daerah
oksipital, telinga dan beberapa daerah wajah. Kehilangan sensori diilustrasikan
oleh diafragma dermatom tubuh.Pasien dengan quadriplegia pada C1, C2, atau
C3 membutuhkan perhatian penuh karena ketergantungan pada semua
aktivitas kebutuhan sehari-hari seperti makan,mandi, dan berpakaian.
quadriplegia pada C4 biasanya juga memerlukan ventilator mekanis tetapi
mungkin dapat dilepaskan dari ventilator secara. intermiten. pasien biasanya
tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
meskipun dia mungkin dapat makan sendiri dengan alat khusus.
b. Lesi C5
Bila segmen C5 medulla spinalis mengalami kerusakan, fungsi diafragma
rusak sekunder terhadap edema pasca trauma akut. paralisis intestinal dan
dilatasi lambung dapat disertai dengan depresi pernapasan. Ekstremitas atas
mengalami rotasi ke arah luar sebagai akibat kerusakan pada otot
supraspinosus. Bahu dapat diangkat karena tidak ada kerja penghambat levator
skapula dan otot trapezius. setelah fase akut, refleks di bawah lesi menjadi
berlebihan. Sensasi ada pada daerah leher dan triagularanterior dari daerah
lengan atas.
c. Lesi C6
Pada lesi seken C6 distres pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal
dan edema asenden dari medulla spinalis. Bahu biasanya naik, dengan lengan
abduksi dan lengan bawah fleksi. Ini karena aktivitas tidak terhambat dari
deltoid, bisep dan otot brachioradialis.
d. Lesi C7 Lesi
medula pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesori untuk
mengkompensasi otot abdomen dan interkostal. Ekstremitas atas mengambil
posisi yang sama seperti pada lesi C6. Fleksi jari tangan biasanya berlebihan
ketika kerja refleks kembali.
3. Patofisiologi
Kolumna vertebralis normal dapat menahan tekanan yang berat dan
mempertahankan integritasnya tanpa mengalami kerusakan pada medula
spinalis.Akan tetapi, beberapa mekanisme trauma tertentu dapat merusak sistem
pertahanan ini dan mengakibatkan kerusakan pada kolumna vertebralis dan medula
spinalis. Pada daerah kolumna servikal, kemungkinan terjadinya cedera medula
spinalis adalah 40%. Trauma servikal dapat ditandai dengan kerusakan kolumna
vertebralis (fraktur,dislokasi, dan subluksasi), kompresi diskus, robeknya ligamen
servikal, dan kompresi radiks saraf pada setiap sisinya yang dapat menekan spinal dan
menyebabkan kompresi radiks dan distribusi saraf sesuai segmen dari tulang belakang
servikal(Price, 2009).
Pada cedera hiperekstensi servikal, pukulan pada wajah atau dahi akan
memaksa kepala ke belakang dan tidak ada yang menyangga oksiput dan diskus dapat
rusak atau arkus saraf mengalami kerusakan. Pada cedera yang stabil dan merupakan
tipe fraktur vertebra yang paling sering ditemukan. Jika ligamen posterior robek,
cedera, bersifat tidak stabil dan badan vertebra bagian atas dapat miring ke depan
diatas badan vertebra di bawahnya. Trauma servikal dapat menyebabkan cedera yang
komponen vertebra nya tidak akan tergeser oleh gerakan normal sehingga sumsum
tulang tidak rusak dan resiko biasanya lebih rendah (Muttaqin, 2011).
Cedera yang tidak stabil adalah cedera yang dapat mengalami pergeseran lebih
jauh dan perubahan struktur osseoligamentous posterior (pedikulosis, sendi
permukaan,arkus tulang posterior, ligamen interspinosus, dan supraspinosus),
komponen pertengahan (sepertiga bagian posterior badan vertebra, bagian posterior
diskus intervertebra, dan ligamen longitudinal posterior), dan kolumna anterior (dua
pertiga bagian anterior corpus vertebra, bagian anterior diskus intervertebra dan
ligamen longitudinal anterior) (Muttaqin, 2011).
Cedera spinal tidak stabil menyebabkan resiko tinggi cedera pada korda sehingga
menimbulkan masalah aktual atau resiko ketidakefektifan pola napas dan penurunan
curah jantung akibat hilangnya kontrol organ viseral. Kompresi saraf dan spasme otot
servikal memberikan stimulasi nyeri. Kompresi diskus menyebabkan paralisis dan
respons sistemik dengan munculnya keluhan mobilisasi fisik, gangguan defekasi
akibat penurunan peristaltik usus, dan ketidak seimbangan nutrisi (Price,2002).
Tindakan dekompresi dan stabilisasi pada pasca bedah akan menimbulkan port
de entree luka pasca bedah yang menyebabkan masalah resiko tinggi infeksi. Selain
Itu, tindakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan neuromuskular, yang
menimbulkan resiko trauma sekunder akibat ketidaktahuan tentang teknik mobilisasi
yang tepat. Kondisi psikologis karena prognosis penyakit menimbulkan respons
anestesi. Manipulasi yang tidak tepat akan menimbulkan keluhan nyeri dan hambatan
mobilitas fisik (Muttaqin, 2011).
4. Pemeriksaan Penunjang
CT SCAN : Pemeriksaan ini dapat memberikan visualisasi yang baik komponen
tulang servikal dan sangat membantu bila ada fraktur akut. Akurasi Pemeriksaan CT
berkisar antara 72 -91 % dalam mendeteksi adanya herniasi diskus. Akurasi dapat
mencapai 96 % bila mengkombinasikan CT dengan myelografi.
MRI : Pemeriksaan ini sudah menjadi metode imaging pilihan untuk daerah
servikal . MRI dapat mendeteksi kelainan ligamen maupun diskus. Seluruh daerah
medula spinalis , radiks saraf dan tulang vertebra dapat divisualisasikan. Namun pada
salah satu penelitian didapatkan adanya abnormalitas berupa herniasi diskus pada
sekitar 10 % objek tanpa keluhan , sehingga hasil pemeriksaan ini tetap harus
dihubungkan dengan riwayat perjalanan penyakit , keluhan maupun pemeriksaan
klinis.
Elektromiografi( EMG) : Pemeriksaan EMG membantu mengetahui apakah
suatu gangguan bersifat neurogenik atau tidak,karena pasien dengan spasme otot,
artritis juga mempunyai gejala yang sama. Selain itu juga untuk menentukan level
dari iritasi/kompresi radiks, membedakan lesi radiks dan lesi saraf perifer,
membedakan adanya iritasi atau kompresi.Elektromiografi ( EMG) : Pemeriksaan
EMG membantu mengetahui apakah suatu gangguan bersifat neurogenik atau tidak,
karena pasien dengan spasme otot, artritis juga mempunyai gejala yang sama. Selain
Itu juga untuk menentukan level dari iritasi/kompresi radiks , membedakan lesi radiks
dan lesi saraf perifer,membedakan adanya iritasi atau kompresi.
5. Penatalaksanaan Medis
a. Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation)
b. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : head tilt, chin lip,
jaw thrust. Jangan memutar atau menarik leher ke belakang
(hiperekstensi),mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring.
c. Stabilisasi tulang servikal dengan manual support, gunakan servikal
collar,mobilitas lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.
d. Stabilisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 -
C7)dengan menggunakan collar (mencegah hiperekstensi, fleksi dan rotasi),
member lipatan selimut di bawah pelvis kemudian mengikatnya.
e. Menyediakan oksigen tambahan.
f. Memonitor tanda-tanda vital meliputi RR, AGD (PCO2), dan pulse oksimetri.
g. Menyediakan ventilasi mekanik jika diperlukan.
h. Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan pengaruh dari
hipotensi dan bradikardi.
i. Memberikan obat-obatan untuk menjaga, melindungi dan memulihkan spinal
cord: steroid dengan dosis tinggi diberikan dalam periode lebih dari 24 jam,
dimulai dari 8 jam setelah kejadian.
6. Pencegahan
Pencegahan Trauma Servikal adalah salah satu tanggung jawab utama perawat di area
keperawatan kritis. Tindakan pencegahan termasuk mengidentifikasi pasien pada resiko dan
pengkajian serta manajemen status pasien. Pasien dalam trauma servikal mungkin memiliki
sejumlah diagnosis keperawatan, tergantung pada perkembangan penyakit.
 Menggunakan pengaman saat hendak melakukan suatu pekerjaan yang memiliki
dampak yang sangat besar terjadinya cedera pada servikal
 Saat terjadinya kecelakaan usahakan harus memperhatikan dan menjaga bagian leher
pasien karena menghindari terjadinya cedera yang lebih fatal

7. Komplikasi
Menurut Emma, (2011) komplikasi pada trauma servikal adalah :
a. Syok neurogenik
Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur simpatetik yang descending
pada medulla spinalis. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan tonus vasomotor dan
kehilangan persarafan simpatis pada jantung sehingga menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah visceral serta ekstremitas bawah maka terjadi penumpukan darah dan
konsekuensinya terjadi hipotensi.
b. Syok spinal
Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks, terlihat setelah terjadinya
cedera medula spinalis. Pada syok spinal mungkin akan tampak seperti lesi komplit
walaupun tidak seluruh bagian rusak.
c. Hipoventilasi
Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal yang merupakan hasil dari cedera
yang mengenai medula spinalis bagian di daerah servikal bawah atau torakal atas.
d. Hiperfleksi autonomik
Dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut, keringat banyak, kongesti nasal,
bradikardi dan hipertensi.
7. Pendidikan Kesehatan
Edukasi dan promosi kesehatan pada trauma servikal mencakup pengetahuan pasien atau
keluarga pasien mengenai trauma servikal, rencana rawat, biaya, pengobatan, prosedur, masa
dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, serta risiko dan komplikasi selama
perawatan.
Pasca perawatan, modifikasi rumah penting dilakukan agar pasien mampu mandiri
dalam aktivitas harian, mencakup ketebalan pintu, gagang pintu, ketinggian sumber listrik,
modifikasi bak mandi, peralatan dapur yang mudah dijangkau, dan akses jalan yang
memadai. Dukungan psikologis dan emosional juga sangat dibutuhkan karena tingginya
insiden depresi (sekitar sepertiga kasus) pada enam bulan pertama.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA KASUS TRAUMA SERVIKAL

1. Pengkajian
Identitas Pasien :-
Identitas Penanggung Jawab : -
Status Kesadaran : Compos Mentis
Triage : P1
Keadaan Umum : Tidak bisa menggerakkan kepala
Orientasi : Baik
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : Hipotensi
Nadi : Meningkat (takikardi)
Suhu : Meningkat (akral hangat)
Pernafasan : cuping hidung (sesak napas)
Keluhan Utama : nyeri hebat di bagian leher
PRIMARY SURVEY
● Airway
Jalan Nafas : tidak efektif
Obstruksi :-
Suara napas : -

● Breathing
Pengembangan dada/ gerakan dada : simetris
Irama napas : takipnea
Pola nafas : tidak teratur
Retraksi dada : ada
Sesak napas : ada
RR : meningkat
Suara Napas : normal
Jejas :tidak
Divisiasi/ Trakea : ada
Distensi Vena Jugularis :: tidak

● Circulation
Kualitas Nadi : kuat
Ritme Jantung : -
Warna Kulit : normal
Akral : hangat
Diaphoresis : tidak
CRT : <2 menit
Perdarahan : tidak
EKG : ada
● Disability
Tingkat Kesadaran
GCS : 15 (compos mentis)
E :4
V :5
M:6
● Exposure
Adanya deformitas tulang belakang, jejas servikal dan edema

Secondary Survey
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri yang sangat hebat di bagian leher, pasien
mengatakan kesusahan dalam bernafas dan tidak mampu untuk menggerakan
kepala serta ektremitas sehingga memiliki keterbatasan dalam beraktivitas
untuk hygieny.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelum kecelakaan terjadi pasien masih bisa
menggerakkan kepala serta beraktifitas dan bernafas dengan baik.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada di dalam anggota keluarga yang mengalami
Penyakit yang sama seperti klien.

Folley Catheter (F)


Pasien dilakukan pemasangan kateter
Gastric Tube (G)
-
Heart Monitoring (H)
-
Image (I)
Hasil rontgen terdapat masalah pada servikal
Re-Evaluasi
Airway :-
Breathing : -
Circulation : -
Disability :-
Exposure :-
ANAMNESA
S (Sign and symptoms) / tanda dan gejala
Pada saat pengkajian pasien mengatakan nyeri pada leher, napas sesak, pasien tidak mampu
menggerakan anggota tubuh, pasien tidak mampu melakukan personal hygieny, dan memiliki
tirah baring yang lama.

A (Allergic) / Riwayat Alergi


-
M (Medication) / Obat-obatan yang telah / sedang diminum
-
P (Past Illness)/ penyakit dahulu
-
L (Last Meal/ last oral intake)/ makanan atau minuman yang dikonsumsi terakhir: 
-
E (Event)/ kejadian, penyebab sakit/ cedera, mekanisme cedera: 
Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, Kecelakaan olahraga, Kecelakaan industri, Jatuh
dari pohon/bangunan, Luka tusuk, Luka tembak, dan Kejatuhan benda keras

Pemeriksaan TTV
-
Pemeriksaan Head To Toe
 Kepala
-Inspeksi : rambut dan kepala tampak bersih
-Palpasi : teraba adanya massa dan terdapat nyeri tekan
 Wajah
-Inspeksi : ekspresi wajah gelisah dan terdapat adanya edema
 Mata
-Inspeksi : tidak ada perdarahan sub konjungtiva, tidak anemis
-Palpasi : tidak teraba adanya massa
 Hidung
- Inspeksi : tampak bersih , posisi septum berada di tengah
- Palpasi : tidak teraba adanya massa
 Telinga
- Inspeksi : tampak bersih
- Palpasi : kehilangan sensori
 Rahang Atas dan Bawah
- Inspeksi : tampak meringis
- Palpasi : terdapat nyeri tekan
 Thoraks
- Inspeksi : -
- Palpasi : -

 Abdomen
-
 Pelvis
-`
 Ekstremitas
Ekstremitas atas mengalami rotasi ke arah luar

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Normal

Hemoglobin 13,2 13,2-17,3

Hematokrit 36% 40-52

Leukosit 16.000/uL 3.800-10.000

Trombosit 244.000/uL 150.000-440.000

Led 25 mm 0-20

Ureum 23 mg/dL 10-50

Kreatinin Darah 0,6 mg/dl 0.5--1.1

GDS 126 mg/dL <70-104

Na 105 Meg/l 135-145

b. Foto X cervical : dislokasi C1-C2-C3-C4-C5


c. MRI : fraktur C1 dengan dislokasi ke posterior, stenosis berat medulla spinalis
setinggi CI-CII.
Terapi yang diberikan :
No Nama Obat dan Dosis Kandungan Dalam Manfaat
Obat
1 Pregabalin 150 mg per hari Obat pregabalin Memiliki manfaat
mengandung untuk meredakan
pregabalin 75 mg nyeri
tiap kapsul
2 Methylprednisolone tab 30 Kandungan dalam Methylprednisolone
mg/kgBB obat dipercaya dapat
Methylprednisolone mengurangi edema ,
adalah mengandung mencegah deplesi
kortikosteroid kalium intraseluler
dan menghambat
peroksidasi lipid.

Klasifikasi Data (Data Fokus)

Tanggal/Jam Data Subjektif(DS) Data Objektif(DO)

Pasien mengatakan : 1. TD : menurun, nadi


1. Nyeri yang hebat pada bagian meningkat, RR:
kepala dan leher menjalar meningkat, suhu
sampai belakang meningkat, akral hangat
2. Nafas sesak saat berbaring dan 2. Pasien Tampak lemah,
beraktivitas meringis, memegang area
3. Pasien tidak mampu nyeri, gelisah, , frekuensi
menggerakkan anggota tubuh nadi lemah, sulit tidur
4. Pasien tidak mampu 3. Pasien terpasang colar
melakukan personal hygieni neck
5. Pasien memiliki tirah baring 4. Pola nafas cepat dan
dangkal
5. Tangan kiri terpasang
infus NaCl 0,9%

Analisa Data

Data DS/DO Masalah atau Problem Penyebab(Etiologi)

DS : Nyeri Akut Agen pencedera fisik


Pasien mengatakan :
a. Nyeri yang hebat pada
bagian kepala dan
leher menjalar sampai
belakang
DO :
Pasien tampak memegang
area nyeri

DS: Pola napas tidak efektif Cedera pada Medula


b. sesak napas saat spinalis, hambatan upaya
berbaring dan nafas
beraktivitas
DO: pasien tampak sianosis

DS: Gangguan mobilitas fisik Nyeri, kerusakan integritas


c. Pasien tidak mampu tulang
menggerakkan kepala
dan melakukan
aktifitas
DO: pasien tampak kesusahan
menggerakan kepala dan
beraktivitas

DS: Defisit perawatan diri Gangguan muskuloskeletal,


d. Pasien tidak mampu kelemahan
melakukan personal
hygieni
DO: pasien terlihat kusam

DS: Risiko kerusakan integritas Penurunan mobilitas fisik


kulit/jaringan
e. Pasien memiliki tirah
baring
DO: kulit pasien tampak
bersisik dan kemerahan
2. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf


Ditemukan Teratasi

1 Nyeri akut b.d agen 4 september -


pencedera fisik 2022

2 Pola napas tidak efektif b.d 4 september -


hambatan upaya napas 2022

3 Gangguan mobilitas fisik b.d 4 september -


nyeri 2022

4 Defisit perawatan diri b.d 4 september -


gangguan muskuloskeletel 2022

5 Resiko kerusakan integritas 4 september -


kulit/jaringan b.d penurunan 2022
mobilitas
3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Paraf


o Keperawatan

1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Manajemen


pencedera fisik asuhan keperawatan nyeri nyeri
selama 1×30 menit observasi observasi
diharapkan tingkat  Identifikasi  mengetah
nyeri menurun lokasi, ui lokasi
dengan kriteria hasil: karakteristik, nyeri dan
1. Keluhan durasi, skala
nyeri frekuensi dan yang
menurun (5) intensitas muncul
2. Sikap nyeri saat nyeri
meringis dan  Identifikasi  mengetah
memegang skala nyeri ui
daerah nyeri  Identifikasi seberapak
menurun (5) respon nyeri ah rasa
3. Kegelisahan non verbal nyeri
menurun (5) yang
4. Frekuensi dialami
nadi  mengetah
membaik (5) ui mimik
5. Tekanan wajah
darah Terapeutik yang
membaik (5)  Berikan diperlihat
teknik non kan
farmakologis pasien
untuk saat nyeri
mengurangi muncul
rasa nyeri
Terapeutik
 agar
menguran
Edukasi gi rasa
 Jelaskan nyeri dan
penyebab , memberk
periode, dan an efek
pemicu nyeri relaksasi
 Jelaskan Edukasi
strategi  agar
meredakan memberi
nyeri kan
Kolaborasi pemaham
 Kolaborasi an agar
pemberian pasien
analgesik tidak
gelisah
saat nyeri
terjadi t
 agar
membant
u
peredaan
nyeri

Kolaborasi
 agar
memperc
epat
proses
penyemb
uhan

2 Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Manajemen


efektif b.d asuhan keperawatan jalan napas jalan napas
hambatan upaya diharapkan pola Observasi Observasi
napas napas membaik  Monitor pola  mengetah
dengan kriteria hasil napas ui
1. Frekuensi (frekuensi, frekuensi,
napas kedalaman, kedalama
membaik (5) usaha napas) n, dan
2. Pernapasan  Monitor irama
cuping bunyi napas  mengetah
hidung tambahan ui bunnyi
menurun(5) Terapeutik napas
3. Dispnea  Pertahankan tambahan
menurun(5) kepatenan Terapeutik
4. Penggunaan jalan napas  agar
otot bantu dengan head- memudah
napas tilt dan chen- kan
menurun(5) lift pasien
bernapas
Edukasi
Edukasi
 Anjurkan
 agar
asupan cairan
memperc
2000 ml/hari,
epat
jika tidak
proses
kontraindikas
penyemb
i
uhan
Kolaborasi
 Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian  agar
membant
bronkodilator u
memenuh
,ekspektoran,
i
mukolitik, kebutuha
n oksigen
jika perlu.

3 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Dukungan


mobilitas fisik b.d asuhan keperawatan ambulasi ambulasi
Observasi
nyeri diharapkan mobilitas Observasi
 mengetah
fisik meningkat  Identifikasi
ui
dengan kriteria hasil: adanya nyeri
keluhan
1. Pergerakan atau keluhan
lain dan
ekstremitas fisik lainnya
rencana
meningkat(5)  monitor tindakan
2. Kekuatan frekuensi berikutny
otot jantung dan a
meningkat(5) tekanan
 agar
3. Rentang darah
memanta
gerak sebelum
u tidak
meningkat(5) memulai
terjadi
4. Nyeri ambulasi
kelelahan
menurun (5)
yang
5. Kecemasan terapeutik
berlebiha
menurun(5)  fasilitasi
n pada
6. Gerakan melakukan
jantung
terbatas mobilitasi
menurun (5) fisik
terapeutik
7. Kelemahan  agar
menurun(5) Edukasi meningka
1.  jelaskan tkan
tujuan dan status
prosedure mobilitas
ambulasi fisik

fffff
edukasi
 agar
memper
mudah
dalam
proses
terapi
ambulasi

4 Defisit perawatan Setelah dilakukan Dukungan Dukungan


diri b.d gangguan asuhan keperawatan perawatan diri perawatan
diri
muskuloskeletel diharapkan
Observasi Observasi
perawatan diri
 identifikasi  mengetah
meningkat dengan ui
kebiasaan
kriteria hasil: kebiasaan
aktivitas
dan
1. kemampuan
perawatan keterbata
mandi meningkat(5) san
diri sesuai
2. kemampuan perawata
usia
n diri
mengenakan pakaian
 monitor  mengetah
meningkat(5) ui
tingkat
3. kemampuan kemampu
kemandirian
ketoilet BAB/BAK an pasien

meningkat (5)
terapeutik
 agar
terapeutik
meningka
 sediakan
tkan
lingkungan
kenyama
yang
nan
terapeutik
 agar
 siapkan
menfasilit
keperluan
asi
pribadi
keadaan
 fasilitasi
ketergant
untuk
menerima ungan
keadaan  agar
ketergantung memberi
an kan
 jadwalkan motivasi
rutinitas dan
perawatan dukungan
diri dalam
menerima
edukasi keadaan
 anjurkan ketergant
melakukan ungan
perawatan  agar
diri secara mengatur
konsisten rutinitas
sesuai perawata
kemampuan n diri

edukasi
 agar
meningka
tkan
kemandir
ian

5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan Perawatan Perawatan


integritas asuhan keperawatan integritas kulit integritas
kulit/jaringan b.d diharapkan integritas kulit
penurunan kulit dan jaringan Observasi Observasi
mobilitas meningkat dengan  identifikasi  agar
kroiteria hasil: penyebab mendetek
si
1. perfusi jaringan gangguan
penyebab
meningkat(5) integritas dan
2. elastisitas tindakan
meningkat(5) kulit perawata
3. kerusakan jaringan n

menurun(5) terapeutik
 ubah posisi terapeutik
4. kerusakan lapisan
tiap 2 jam  agar
kulit(5) jika tirah mencega
5. suhu kulit baring
h tekanan
 gunakan
membaik(5)
produk pada kulit
berbahan  agar
patrolium
menjaga
atau minyak
pada kulit kelembap
kering an kulit
edukasi
edukasi
 anjurkan  Agar
menggunaka menjaga
n pelembab kelembab
 anjurkan
an kulit
minum air
yang cukup  Agar
menghind
ari
dehidrasi

4. Implementasi Keperawatan

No Dx Jam Implementasi dan Paraf


respon

Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi

5. Evaluasi Keperawatan
No Dx Jam Evaluasi (SOAP) Paraf

Evaluasi dilakukan berdasarkan implementasi dan respon dari pasien yang disesuaikan
dengan kriteria hasil pada intervensi keperawatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cedera servikal merupakan cedera tulang belakang yang paling sering
menimbulkan kecacatan dan kematian, dari beberapa penelitian terdapat korelasi
antara tingkat cedera servikal dengan morbiditas dan mortalitas, yaitu semakin tinggi
tingkat cedera servikal semakin tinggi pula morbiditas dan mortalitasnya. Cedera
medula spinalis servikal disebabkan oleh trauma langsung yang mengenai tulang
belakang dimana tulang tersebut melampaui kemampuan tulang belakang dalam
melindungi saraf-saraf belakangnya.

B. Saran
Harapan penulis kepada para pembaca supaya dapat memahami dengan baik
tentang Trauma Servikal sehingga dapat memberi sebuah kritik maupun saran yang
membangun bagi penulis terhadap Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada pasien
dengan trauma servikal.
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., Dan Mkic, M.B.F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook, An
evidence-Based Guide to planning care. 11thn. Louis: Elsevier
Herdman, T., H dan Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definition And Classification
2015-2017. 10 thn Ed. Oxford: Wiley Blackwell
Berman, A., Snyder, S. dan Fradsen, G. (2016). Kozier dan Elma Fundamental Of Nursing
(10 thn Ed). USA: Pearson Education
Perry, A, G. dan Potter, P, A. (2014). Nursing Skill dan Procedure (8 thn Ed). St Louis:
Mosby Elsevier
Dougherty, L. dan Lister, G. (2015). Manual Of Clinical Nursing Procedure (9 thn Ed). UK:
The Royal Marsden NHS Foundation Trust
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1
Cetak 2 Jkarta: Dewan pengurus Pusat PPNI
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan (SLKI) Edisi 1 cetakan 2
Jkarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1
Cetakan 3 (Revisi). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai