Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. R DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG


MANDIRI I PUSKESMAS GUNUNGSARI

Disusun Oleh:
Kelompok I
1. Mirna Sari 089STYC21

2. Mulkina Wati 095STYC21

3. Indah Miratul Hayati 069STYC21

4. Lalu Ardi Malik 076STYC21

5. I Wayan Swarjaya 063STYC21

6. M. Restu Halifatullah 083STYC21

7. Nur Asiah 102STYC21

8. Yurista Murti Sari 056STYC21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. karena telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa pengetahuan dan kesempatan
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah menyampaikan petunjuk Allah untuk kita
semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni syariah
agama Islam yang sempurna, dan merupakan satu-satunya karunia yang
paling besar bagi alam semesta.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan keilmuan tentang
“Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Gatroenteritis Akut (GEA) Di Ruang
Mandiri I Puskesmas Gunungsari” baik bagi para pembaca ataupun bagi
penyusun sendiri.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan
penyusunan makalah selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Mataram, 23 Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. Hal


KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Tujuan Penyusunan ........................................................................................... 2
C. Manfaat Penyusunan ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
A. Definisi GEA........................................................................................................... 3
B. Etiologi .................................................................................................................... 3
C. Patofisiologi .......................................................................................................... 4
D. Tanda dan Gejala ................................................................................................ 5
E. Klasifikasi ............................................................................................................... 6
F. Pathway................................................................................................................... 7
G. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................. 7
H. Penatalaksanaan ................................................................................................. 8
I. Komplikasi ............................................................................................................. 10
J. Diagnosa ................................................................................................................ 10
K. Intervensi ............................................................................................................... 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GEA ........................................................12
BAB IV KESIMPULAN ......................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis yang biasanya dikenal masyarakat dengan diare, merupakan
penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak lama. Penyakit diare ini masih
merupakan masalah kesehatan di negara berkembang seperti di Indonesia
dengan morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi. Gastroenteritis ini dapat
membawa penderita dalam keadaan kekurangan cairan atau dehidrasi sehingga
mengakibatkan kurang volume cairan dan elektrolit, seperti yang kita ketahui 2/3
tubuh manusia terdiri dari air, dan apabila seorang mengalami dehidrasi sudah
pasti berpengaruh terhadap tubuh, mulai dari yang paling ringan seperti, lemah,
lesu peningkatan suhu tubuh, penurunan kesadaran dan yang paling berat dapat
berujung kematian.
Dikutip dari Alodokter.com proporsi kematian akibat diare di Indonesia
adalah 3,5%, ini membuat diare menduduki peringkat ke 13 dalam penyebab
kematian semua umur. Oleh karena itu melihat dampak yang dapat timbul dari
gastroenteritis ini maka diperlukan penanganan yang tepat pada pasien
gastroenteritis dengan kurang volume cairan dan elektrolit agar resiko kematian
dapat dihindari.
Asuhan keperawatan pasien gastroenteritis dengan kurang volume cairan
yang paling utama yaitu pemulihan pemenuhan cairan. Menurut juffrie, dkk
(2011) penanganan pasien dengan kurang volume cairan dimulai dari pemberian
cairan secara langsung lewat mulut atau TRO ( Terapi rehidrasi oral ) dan
pemberian cairan lewat infus atau TRP ( Terapi rehidrasi Parental ) selanjutnya
dilakukan pemantauan pemberian cairan agar sesuai dengan hasil yang
diharapkan. Berdasarkan strategi terapi cairan pada dehidrasi menurut Eri
Leksana (2015). Defisist cairan harus dikoreksi dalam 4 jam dan TRO harus
diberikan dalam jumlah sedikit tetapi sering.

1
B. Tujuan Penyusunan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan Gstroenteritis
Akut (GEA) di Ruang Mandiri I Puskesmas Gunungsari.
2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada Ny. R dengan Gastroenteritis Akut (GEA) di
Ruang Mandiri I Puskesmas Gunungsari.
2. Merumuskan masalah keperawatan yang ditemukan pada Ny. R dengan
Gastroenteritis Akut (GEA) di Ruang Mandiri I Puskesmas Gunungsari.
3. Membuat perencanaan untuk memecahkan masalah yang ditemukan
pada Ny. R dengan Gastroenteritis Akut (GEA) di Ruang Mandiri I
Puskesmas Gunungsari.

C. Manfaat Penyusunan
Asuhan keperawatan ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam
keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada Ny.
R dengan GEA di Ruang Mandiri I Puskesmas Gunungsari dengan benar. Dapat
bermanfaat bagi penulis dan menjadi informasi bagi mahasiswa/I keperawatan
terutama dalam pengelolaan kasus yang bersangkutan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

A. Definisi GEA
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir
(Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4
kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung
dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di
tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada
bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah.

B. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi internal, meliputi:
1) Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Acromonas dan sebagainya.
2) Infeksi virus: Entrovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astovirus dan lain-lain.

3
3) Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), dan jamur (Candida albicans).
4) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensafilitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berusia dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
4. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau
sebelum mengkonsumsi makanan.
5. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.

C. Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam
basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta
kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan

4
malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada
akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus
(Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin
(Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit
(Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang
lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat
dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia),
gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan
sirkulasi darah.

D. Tanda dan Gejala


1. Diare
2. Muntah
3. Demam
4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan

5
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah

E. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri
basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:
diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari.
Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu
dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih
(Sunoto, 1990).

6
F. Pathway

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan tinja

7
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare
kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

H. Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah
PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal
Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994
dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20
g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90
mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L
(Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
1) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

8
2) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di
atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di
rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
b. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini,
setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
1) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
2) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).

2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,
dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk
diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari),Tetrasiklin 500
mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis
tunggal), Ciprofloksacin 500mg,Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14
hari, 7-14 hari  oral atauIV).

3. Obat Anti Diare


Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x
sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat

9
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

I. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut
2. Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
yang aktif melalui feses dan muntah
5. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi dan malabsorbsi

K. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, lokasi, dan skala nyeri
b. Monitor tanda tanda vital
c. Berikan posisi senyaman mungkin
d. Ajarkan teknik relaksasi distraksi
e. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik

2. Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun

10
Intervensi :
a. Kaji tanda gejala hipertemi
b. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan yang
adekuat sedikitnya 2000 ml/ hari
c. Monitor intake dan output dehidrasi
d. Monitor suhu dan tanda vital   
e. Kolaborasi dengan TIM Medis (dokter) pemberian obat antipiretik  

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


tidak adekuat
Intervensi :
a. Kaji intake dan output makanan
b. Berikan makanan sedikit tapi sering setiap 2-3 jam,
c. Timbang berat badan tiap hari,
d. Instruksikan teknik-teknik pemberian makanan yang sehat,
e. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi,

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


yang aktif melalui feses dan muntah
Intervensi :
a. Pantau tanda dan gejala: kulit dan membram mukosa kering, haus,
lemah\
b. Pantau masukan pengeluaran dan berat badan,
c. Berikan cairan IV sesuai instruksi
d. Berikan larutan hidrasi oral sesuai instruksi,
e. Dorong masukan cairan dengan tepat
f. Awasi TTV pengisian kapiler,
g. Hindari masukan cairan jernih seperti jus, buah, minuman bikarbonat.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. R DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
DI RUANG MANDIRI I PUSKESMAS GUNUNGSARI

Tgl/Jam Masuk RS : 17 Juni 2022/Jam 16.59 WITA


Tgl/Jam Pengkajian : 20 Juni 2022/Jam 08.20 WITA
Metode Pengkajian : Wawancara dan Observasi
Diagnosa Medis : Gastroenteritis Akut (GEA)
No Registrasi :-

1. Pengkajian
A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : Ny. R (P)
Tempat/Tanggal Lahir/ Umur : 60 tahun
Gol Darah : -
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Sasak/WNI
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Kerandangan

Tanggal/Jam MRS : 17 Juni 2022 / 16.59 WITA Register:-

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. D
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam

12
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku/Bangsa : Sasak/WNI
Hubungan dg. Pasien : Anak
Alamat : Kerandangan

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mencret sedari satu hari yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD Puskesmas Gunungsari dengan keluhan sakit
perut, mules, melilit dan lemas. Pasien BAB sebanyak 5-6 kali sehari
dengan warna BAB kuning, konsistensi cair dan berampas. Pasien juga
mengatakan merasakan nyeri sebelum dan sesudah BAB dan mengalami
kesulitan tidur.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami:
Pasien mengatakan belum pernah mengalami diare dan belum pernah
dirawat di rumah sakit.
b. Operasi: Pasien mengatakan belum pernah di operasi
c. Alergi: Pasien mengatakan tidak mrmiliki alergi
d. Kebiasaan: -
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit keturunan.
a. Genogram
b. Keterangan

C. Pengkajian Pola Fungsi (Bio Psiko Sosial Spiritual)


1. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
Pasien mengatakan sebelum sakit klien tidak bisa menjaga pola

13
makannya. Klien mengatakan kesehatan merupakan hal penting. Jika
ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke rumah sakit atau
puskesmas terdekat. Selama sakit, klien merasa cemas akan
penyakitnya. Klien mengatakan ingin cepat pulang dan berkumpul
dengan keluarganya.
2. Pola Nutrisi
No Kegiatan Sehari-hari Sebelum Sakit Sesudah Sakit
1 Nutrisi:
Jenis Makanan Nasi, sayur, lauk Nasi/bubur ,
sayur, lauk
Pola Makan Tidak Teratur Teratur
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Porsi 1 porsi ½ porsi
Nafsu Makan Normal Menurun
2 Minum:
Frekuensi Minum 8x sehari 5x sehari
Pola Minum Tidak Teratur Teratur
Jenis Minum Air putih Air putih
Jumlah Minuman 2 liter 1 liter

3. Pola Eliminasi
No Kegiatan Sehari-hari Sebelum Sakit Sesudah Sakit
1 Eliminasi
BAK:
Frekuensi 5x sehari 7x sehari
Warna Kuning Kuning
Bau Pesing Pesing
BAB:
Frekuensi 2x sehari 5-6x sehari
Warna Kuning Kuning

14
Konsistensi Padat Cair

4. Pola Istirahat Tidur dan Kebersihan Diri


Sebelum sakit Saat sakit
Jumlah tidur siang 2 jam Tidak tidur siang
Jumlah tidur malam 8 jam 5 jam
Penggunaan obat tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak Ya
Peraasaan waktu bangun Segar Tidak segar
Kebiasaan sebelum tidur Nonton tv -

5. Pola Aktivitas dan Latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Ket :
0 = mandiri, 1 = dengan alat bantu, 2 = dibantu oang lain, 3 = dibantu
orang lain dan alat, 4 = tergantung total

6. Pola Kognitif dan Persepsi


Status mental : Sebelum dan selama sakit pasien dapat berkomunikasi
dengan baik, tidak ada gangguan status mental
Kemampuan penginderaan :
Kemampuan penginderaan berfungsi dengan baik
Pengkajian nyeri

15
Paliatif/provoktaif : Nyeri saat sebelum dan sesudah
BAB
Quality : Seperti diremas
Region : Di perut
Severity : Skala 6
Time : Terus menerus

7. Pola Persepsi Diri


Gambaran diri/ citra tubuh : klien tidak mengalami gangguan citra
tubuh.
Ideal diri : klien mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan klien
tidak mengeluh terhadap masalah yang di alaminya.
Harga diri : klien tidak mengalami harga diri rendah
Peran diri : tidak ada masalah
Identitas diri : tidak ada masalah.

8. Pola Peran dan Hubungan


Klien mengatakan hubungannya dengan keluarganya dan lingkungan
sekitarnya baik. Pola interaksi klien dengan perawat sangat baik dan
kooperatif.

9. Pola Seksualitas dan Reproduksi


Klien sudah menikah, klien berjenis kelamin perempuan dan tidak
mengalami gangguan genetalia.

10. Pola Koping-Toleransi Stress


Klien mengalami kecemasan setelah mendapat penyakitnya karna klien
tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya. Namun klien berencana
jika penyakitnya sembuh klien akan menjaga kesehatan dengan menjaga
pola makan yang sehat.

16
11. Pola Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam. Aktivitas ibadah setiap hari adalah
solat dan klien menganggap penyakitnya merupakan sebuah ujian dan
berusaha untuk tegar menghadapinya.

D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36C
Nadi : 82x / menit
RR : 22x / menit
BB Sebelum Masuk RS : -
BB Masuk RS : -
BB Ideal : -

Pemeriksaan Head To Toes


1. Kepala dan Leher
a. Bentuk kepala : Mesosefal
b. Kulit kepala : Bersih
c. Rambut: Warna putih sebagian, lurus bergelombang dan tidak
mudah dicabut
d. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
e. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran limfe, tidak teraba
benjolan
f. JVP : Tidak teraba
Mata
1) Palpebra : Tidak ada oedema
2) Konjungtiva : Tidak anemis

17
3) Sklera : Warna putih, tidak ikterik
4) Pupil : Isokor
5) Diameter pupil kiri/kanan : 2mm
6) Reflek terhadap cahaya : Reflek normal
7) Pengguanaan alat bantu penglihatan : Tidak menggunakan alat
bantu penglihatan
Hidung
Bentuk hidung simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nafas
cuping tambahan
Mulut
Gigi kurang dan berlubang, bibir kering, stomatitis tidak ada.
Telinga
Fungsi pendengaran normal, bentuk simetris, bersih, tidak ada
serumen, tidak ada nyeri telinga

2. Dada dan Paru-paru


Paru-paru
Inspeksi: Simetris, pengembangan dada kanan dan kiri sama
Palpasi : Vokal premitus kanan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara vesiculer

3. Jantung
Inspeksi : Ictus cordic tidak tampak
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ I BJ II Lup Dup

4. Abdomen
Inspeksi : Warna kulit sama, tidak ada jejas, simetris

18
Auskultasi : Peristaltik meningkat 40x/menit
Perkusi : Hypertimpani, perut kembung
Palpasi : Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 2 detik

5. Genetalia dan Anus


Jenis kelamin perempuan, tidak ada odema, tidak ada kelainan, dan tidak
menggunakan selang kateter.
Tidak ada hemoroid/wasir atau masalah yang lain

6. Ekstremitas
a. Atas
Kanan Kiri
Kekuatan otot Aktif Aktif
Rentang gerak Aktif Aktif
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT < 2 detik < 2 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Bawah
Kanan Kiri
Kekuatan otot Aktif Aktif
Rentang gerak Aktif Aktif
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT < 2 detik < 2 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada

E. Data Penunjang:

19
Hari/Tgl/Jam Jenis Hasil Normal Interpreta
Pemeriksaan si
Jum’at, 17 Darah
Juni 2022 Hb 13,7 L : 13-18
P:11-16.5
Leukosid 6.5 4-11
Segmen 86 50-70
Limfosit 10 20-40
Monosit 4 2-8
Trombosit 188 150-450
Widal slide Negatif
Gula darah 164 70-130
mg/dl Mg/dl

F. Terapi Yang Diberikan:


No Hari/ Jenis Terapi Rute Dosis Indikasi
Tgl/Jam Pemberian Terapi
1 Jumat, Infus RL Intra vena 20ptm Untuk
17 Juni mengganti
2022 cairan yang
hilang
Paracetamol Oral 3x1 Meredakan
rasa sakit dan
demam
Antasida Oral 3x1 Untuk
mengobati
tukak lambung

G. Pengelompokkan Data
No Data Subyektif Data Obyektif

20
1 Klien mengatakan BAB KU sedang
sebanyak 5-6 kali sehari
BAB cair dengan warna kuning Klien tampak meringis nyeri dan
dan berampas memegang perutnya
Skala nyeri 6
Klien mengatakan sakit perut, Peristaltik meningkat 40x/menit
mules, melilit dan lemas, nyeri Perut kembung
sebelum dan sesudah BAB Turgor kulit tidak langsung
kembali dalam 2 detik
Klien mengatakan kesulitan TTV:
untuk tidur semenjak sakit TD : 120/80 mmHg
RR : 22 kali/menit
N: 82 kali/menit
S : 36C

H. Analisis Data
No Sign & Symptom Etiologi Problem

21
1 DS: Agen cedera biologis Nyeri akut
-Pasien mengatakan sulit Malabsorpsi
tidur makanan dan cairan
-BAB sebanyak 5-6x
sehari Hiperpristaltik
-Pasien mengatakan sakit
perut, mules, melilit dan Peningkatan

lemas, nyeri sebelum dan percepatan kontak

sesudah BAB makanan dan air,

DO: dengan mukosa usus

KU sedang
Klien tampak meringis Penyerapan makanan

Klien tampak memegang dan air, elektrolit

perutnya terganggu

Pristaltik : 40x/menit
GEA
TTV:
TD : 120/80 mmHg
Refleks spasmen
RR : 22 kali/menit
otot dinding perut
N: 82 kali/menit
S :36C
Skala nyeri 6
22DS: Inflamasi Diare
Pasien mengatakan BAB gastrointestinal
sebanyak 5-6x sehari
-Pasien mengatakan sulit
tidur
-Warna feses kuning, cair
dan berampas
- pasien mengatakan sakit
perut, mules, melilit dan

22
lemas, nyeri sebelum dan
sesudah BAB
DO:
KU sedang
Klien tampak meringis
Klien tampak memegang
perutnya
Pristaltik : 40x/menit
TTV:
TD : 120/80 mmHg
RR : 22 kali/menit
N: 82 kali/menit
S :36C
Skala nyeri 6

23
3 DS: Malabsorpsi Resiko
-Pasien mengatakan BAB makanan dan cairan ketidakseimb
cair berwarna kuning dan angan cairan
berampas Hiperpristaltik
-BAB 5-6x sehari
-Pasien mengatakan Peningkatan

tubuhnya lemas percepatan kontak

DO: makanan dan air

-Turgor kulit menurun dengan mukosa usus

tidak kembali dalam 2


detik Penyerapan makanan

-Pasien nafsu dan porsi air, elektrolit

makan menurun terganggu

-Klien tampak lemas


GEA
TTV
TD : 120/80 mmHg
Output cairan dan
RR : 22 kali/menit
elektrolit berlebihan
N: 82 kali/menit
S :36C

I. Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis refleks
spasemen otot dinding perut ditandai dengan pasien mengatakan sulit
tidur, BAB sebanyak 5-6x sehari, pasien juga mengatakan perut
mules, melilit, lemas dan nyeri sebelum dan sesudah BAB, KU
sedang, klientampak meringis, klien tampak memegang perutnya,
pristaltik : 40x/menit, TTV: TD : 120/80 mmHg, RR : 22 kali/menit,
N: 82 kali/menit, S :36C, Skala nyeri 6.
2. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal ditandai dengan
BAB 5-6x kali sehari, warna feses kuning, cair dan berampas, pasien

24
mengatakan sakit perut, mules, melilit dan lemas, nyeri sebelum dan
sesudah BAB, KU sedang, klien tampak meringis, klien tampak
memegang perutnya, Pristaltik : 40x/menit, TTV: TD : 120/80
mmHg, RR : 22 kali/menit, N: 82 kali/menit, S :36C, Skala nyeri 6.
3. Resiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan disfungsi
intestinal, pasien mengatakan BAB cair berwarna kuning dan
berampas, BAB 5-6x sehari, pasien mengatakan tubuhnya lemas,
turgor kulit menurun tidak kembali dalam 2 detik, pasien nafsu dan
porsi makan menurun, klien tampak lemas, TTV: TD : 120/80
mmHg, RR : 22 kali/menit, N: 82 kali/menit, S :36C

J. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut
2. Diare
3. Resiko ketidakeimbangan cairan

K. Intervensi Keperawatan
Hari/ Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi
Tgl Keperawatan Hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
tindakan Observasi
keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
selama 3 x 24 karakteristik, durasi,
jam, diharapkan frekuensi, kualitas,
masalah intensitas nyeri.
keperawatan 2. Identifikasi skala nyeri
tingkat nyeri 3. Identifikasi respon nyeri
menurun, dengan non verbal
kriteria hasil: 4. Identifikasi faktor yang
1. Kemampuan mempererat dan
menuntaskan

25
aktivitas memperingan nyeri
meningkat 5. Identifikasi pengetahuan
2. Keluhan nyeri dan keyakinan tentang
menurun nyeri
3. Meringis 6. Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap respon
4. Sikap protektif nyeri
menurun 7. Identifikasi pengaruh
5. Gelisah nyeri pada kualitas hidup
menurun 8. Monitor keberhasilan
6. Kesulitan tidur terapi komplementer
menurun yang sudah diberikan
7. Menarik diri 9. Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
8. Berpokus pada Terapeutik
diri sendiri 1. Berikan teknik
meningkat nonfarmakologis untuk
9. Diaforesis mengurangi rasa nyeri
menurun (mis, TENS, hipnosis,
10.Perasaan akupresur, terapi musik,
depresi biofeedback, terapi pijat,
(tertekan) aroma terapi, teknik
menurun imajinasi terbimbing,
11.Perasaan takut kompres hangat/dingin,
mengalami terapi bermain)
cedera 2. Kontrol lingkungan yang
berulang memperberat rasa nyeri
menurun (mis, suhu ruangan,
12.Anoreksia pencahayaan,
menurun kebisingan)
13.Perineum 3. Fasilitasi istirahat dan

26
terasa tertekan tidur
menurun 4. Perimbangkan jenis dan
14.Uterus teraba sumber nyeri dalam
membulat pemilihan strategi
meningkat meredakan nyeri
15.Ketegangan Edukasi
otot menurun 1. Jelaskan penyebab,
16.Pupil dilatasi periode, dan pemicu
menurun nyeri.
17.Muntah 2. Jelaskan strategi
menurun meredakan nyeri
18.Mual menurun 3. Anjurkan memonitor
19.Frekuensi nadi nyeri secara mandiri
membaik 4. Anjurkan menggunakan
20.Pola napas analgetik secara tepat
membaik 5. Ajarkan teknik
21.Tekanan darah nonfarmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri
22.Proses berpikir Kolaborasi
membaik 1. Kolaborasi pemberian
23.Fokus analgetik, jika perlu.
membaik
24.Fungsi
berkemih
membaik
25.Perilaku
membaik
26.Nafsu makan
membaik
27.Pola tidur
membaik

27
Diare Setelah dilakukan Manajemen diare
tindakan Obervasi
keperawatan 1. Identifikasi penyebab
selama 3 x 24 diare (mis, infalamsi
jam, diharapkan gastrointestinal, iritasi
masalah gastrointestinal, proses
keperawatan infeksi, malabsorbsi,
eliminasi fekal ansietas, stress, efek
membaik, dengan obat-obatan, pemberian
kriteria hasil: botol susu)
1. Kontrol 2. Identifikasi riwayat
pengeluaran pemberian makanan
feses cukup 3. Identifikasi gejala
meningkat invaginasi (mis, tangisan
2. Keluhan keras, kepucatan pada
defekasi lama bayi)
dan sulit 4. Monitor warna, volume,
menurun frekuensi, dan
3. Mengenjan konsistensi tinja
saat defekasi 5. Monitor tanda dan gejala
menurun hypovolemia (mis,
4. Distensi takikardia, nadi teraba
abdomen lemah, tekanan darah
menurun turun, turgor kulit turun,
5. Teraba massa mukosa mulut kering,
pada rektal CRT melambat, BB
menurun menurun)
6. Urgency 6. Monitor iritasi dan
menurun ulserasi kulit di daerah
7. Nyeri perianal
abdomen 7. Monitor jumlah

28
menurun pengeluaran diare
8. Kram 8. Monitor keamanan
abdomen peniapan makanan
menurun Terapeutik
9. Konsistensi 1. Berikan asupan cairan
feeses oral (mis, larutan garam
membaik gula, oralit, pedialyts,
10. Frekuensi renalyte)
defekasi 2. Pasang jalur intravena
membaik 3. Berikan cairan intravena
11. Peristaltik (mis, ringerasetat,
usus membaik ringerlaktat) jika perlu
4. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
5. Ambil sampel feses
untuk kultur, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
2. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung
laktosa
3. Anjurkan melanjutkan
pemberian asi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis,
loperamida,

29
dipenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian
obat anti
spasmodic/spasmolitik
(mis, papaverin, ekstak
belladonna, mebeverine)
3. Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses (mis,
alapulgit, smektil,
kaolin-pektin).
Risiko Setelah dilakukan Manajemen cairan
ketidakseimba tindakan Observasi
ngan cairan keperawatan 1. Monitor status hidrasi
selama 3 x 24 2. Monitor berat badan
jam, diharapkan harian
masalah 3. Monitor berat badan
keperawatan sebelum sebelum dan
keseimbangan sesudah dialisis
cairan 4. Monitor hasil
meningkat, pemeriksaan
dengan kriteria laboratorium
hasil: 5. Monitor status
1. Asupan cairan hemodinamik
meningkat Terapeutik
2. Keluaran urin 1. Catat intake-ouput dan
menurun hitung balans cairan 24
3. Kelembaban jam
membran 2. Berikan asupan cairan,
mukosa sesuai kebutuhan
meningkat 3. Berikan cairan intravena,
4. Asupan jika perlu

30
makanan Kolaborasi
meningkat Kolaborasi pemberia
5. Edema diuretik jika perlu
menurun
6. Dehidrasi
menurun
7. Asites
menurun
8. Konfusi
meningkat
9. Tekanan darah
membaik
10. Denyut
nadi radial
membaik
11. Tekanan
arteri rata-rata
membaik
12. Membran
mukosa
membaik
13. Mata
cekung
membaik
14. Turgor
kulit membaik
15. Berat
badan
membaik
BAB IV
KESIMPULAN

31
Gastroenteritis yang biasanya dikenal masyarakat dengan diare, merupakan
penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak lama. Penyakit diare ini masih
merupakan masalah kesehatan di negara berkembang seperti di Indonesia
dengan morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi. Gastroenteritis ini dapat
membawa penderita dalam keadaan kekurangan cairan atau dehidrasi sehingga
mengakibatkan kurang volume cairan dan elektrolit, seperti yang kita ketahui 2/3
tubuh manusia terdiri dari air, dan apabila seorang mengalami dehidrasi sudah
pasti berpengaruh terhadap tubuh, mulai dari yang paling ringan seperti, lemah,
lesu peningkatan suhu tubuh, penurunan kesadaran dan yang paling berat dapat
berujung kematian.

DAFTAR PUSTAKA

32
Diatmika, D. P. (2019). Askep GEA SDKI SIKI SLKI . Retrieved Juni 27, 2022,
from Scribd : https://id.scribd.com/document/492624802/Askep-GEA-
SDKI-SIKI-SLKI

Astriani, Risa dkk. (2020). ASKEP GASTROENTERITIS . Mataram : Politeknik


Kesehatan Mataram .

Gani, S. (n.d.). Pathway GEA . Retrieved Juni 27 , 2022, from Scribd :


https://id.scribd.com/document/547112629/411828913-Pathway-GEA

Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes


Classification. United States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis
Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.
Nurmasari, Mega. 2010.  Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi
Gastroenteritis Akut (GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni Tahun 2008.
Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah. (Diakses 26 Juni
2022 : http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/)
Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek,
Intervensi Peningkatan Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak.
Jakarta. Universitas Indonesia. (Diakses 25 Juni
2022 : www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf).

33

Anda mungkin juga menyukai