Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Bronkritis kronis adalah salah satu inflamasi pada bronkus yang sifatnyamenahun dan
disebabkan berbagai faktor,baik yang berasal dari faktor luar bronkus maupun dari dalam
bronkus itu sendiri. Ditandai dengan produksi mukus trakeobronkial yang
berlebihan,sehingga menghasilkan batuk dengan ekspekotrasi sedikitnya 3 bulan dalam
sehatun dan paling sedikit 2 tahun secara berturut-turut.
Di indonesia angka kematian seorang secara signifikan akibat bronkritis kronis.
Penyakit ini sering terjadi pada ria di bandingkan dengan wanita danmeningkat sering dengan
meningkatkannya jumlah orang yang menghisap rokok, pesatnya kemajuanindustri, serta
kota-kota yang di penuhi kabut asap akibat libah pabrik dan kendaraan.
B.     Rumusan Masalah
1. Pengertian Bronkritis Kronis
2. Penyebab Bronkritis Kronis
3. Patofisiologi Bronkritis Kronis
4. Patwhay Bronkritis Kronis
5. Data Lab Bronkritis Kronis
6. Askep Bronkritis Kronis

C.    Tujuan
1.      Tujuan umum
Mahasiswa mampu menguasai tentang penyakit Bronkritis Kronis
2.      Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui apa itu Bronkritis Kronis?
b. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab Bronkritis Kronis
c. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi Bronkritis Kronis
d. Mahasiswa dapat memahami data leb pasien Bronkritis Kronis
e. Mahasiswa dapat mengetahui askep Bronkritis Kronis

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFENISI
Bronkhitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan inflamasi yang
mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk,
dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Bronkitis umumnya
disebabkan oleh Rhinovirus, virus inflenza, virus parainfluenza, adenovirus, virus
rubeola dan paramyxovirus dan bronkitis biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma
pneumonia, bordetella pertussis, atau corynobacterium diphteriae (rahajoe, 2012)
Klasifikasi Bronkhitis :
1.      Bronkhitis akut
Merupakan infeksi saluran pernapasan akut bawah. Ditandai dengan gejala yang
mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada bronkhitis ini, inflamasi bronkhus
biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, dan kondisinya diperparah oleh
pemaparan iritan seperti asap rokok, udara kotor, debu, asap kimiawi, dll.
2.      Bronkhitis kronis
Ditandai dengan gejala yang berlangsung lama (3 bulan dalam setahun selama 2 tahun
berturut – turut). Pada bronkhitis kronik, peradangan bronkus tetap berlanjut selama
beberapa waktu dan terjadi obstruksi / hambatan pada aliran udara yang normal di
dalam bronkus.

B. ETIOLOGI
Bronkhitis oleh virus seperti rhinovirus, RSV, influenza, virus parainfluenza,
adenovirus, virus rubeola, dan paramyxovirus. Menurut laporan penyebab lain yang
dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung atau polusi lingkungan dan dapat
ditemukan setelah pajanan dalam jumlah besar yang disebabkan zat kimia menjadi
menjadi bronkitis kronis.
Bronkitis karena bakteri biasanya disebabkan dikaitkan dengan Mycoplasma
Pneumonia yang dapat menyebabkan bronkhitis akut dan biasanya terjadi pada anak
usia diatas 5 tahun atau remaja, Bordetella pertussis dan corynobacterium diphteriae
biasa terjadi pada anak yang tidak diimunisasi dan dihubungkan respiratory lebih
dominan.

2
C. TANDA dan GEJALA
1. Batuk yang parah pada pagi hari dan lembab
2. Sering mengalami infeksi saluran pernapasan (seperti misalnya pilek atau flu) yang
dibarengi dengan batuk
3. Gejala bronkhitis akut lebih dari 2 minggu
4. Demam tinggi
5. Sesak napas jika saluran napas tersumbat
6. Produksi dahak atau sputum bertambah banyak berwarna kuning atau hijau

D. PATOFISIOLOGI
Asap mengiritasi jalan napas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena
iritasi yang konstan ini, kelenjar – kelenjar mensekresi lendir dan sel – sel goblet
meningkat jumlahnya, akibatnya fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang
dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang
berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membntuk fibrosis
mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan
terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat
perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi
perubahan paru yang irreversibel, kemungkinan mengakibatkan emfisema dan
bronkietaksis.

3
E. WOC

F. KOMPLIKASI
Hipertensi paru akibat vasokontriksi hipoksik paru yang kronik, yang akhirnya dapat
menyebabkan kor pulmonale dapat timbul kanker paru akibat metaplasia dan dislpasia.

4
B. ASUHAN KEPEWAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Identitas px, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnosa medis, no. register.
2. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama Batuk
1. Riwayat kesehatan Penyakit Sekarang:
Pasien pada umumnya mengeluh sering batuk sering terjadi pada pagi
hari dan dalam jangka waktu yang lama desertai dengan produksi
sputum, demam, suara serak dan kadang nyeri dada
2. Riwayat kesehatan Dahulu:
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu ditemukan adanya batuk
yang berlangsung lama (3 bulan atau lebih)
3. Riwayat kesehatan Keluarga:
Tanyakan apakah ada anggota keluarga pasien yang mempunyai
penyakit berat lainnya atau penyakit yang sama dengan. Dari
keterangan tersebut untuk penyakit familial dalam hal ini bronchitis
kronik berkaitan dengan polusi udara rumah, dan bukan penyakit yang
diturunkan.
3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a. Tingkat keamanan
b. GCS
c. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi
rate 11
2. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher Kepala : Kaji bentuk danada tidaknya
benjolan.
b. Mata : Kaji warna sklera dan konjungtiva.
c. Hidung : Kaji ada tidaknya pernafasan cuping hidung.
d. Telinga : Kaji ada benjolan dan kebersihannya
e. Mulut : Kaji mukosa dan kebersihannya.
f. Leher : Ada tidaknya pembesaran vena jugularis.

5
g. Sistem Integumen Rambut : Kaji warna dan kebersihannya.
h. Kulit : Kaji warna dan ada tidaknya lesi. Kuku : Kaji bentuk
dan kebersihannya.
3. Sistem Pernafasan Inspeksi : biasanya pada pasien bronkhitis terjadi sesak,
bentuk dada barrel chest, kifosis. Palpasi : Iga lebih horizontal. Auskultasi :
Adakah kemungkinan terdapat bunyi napas tembahan, biasanya terdengar
ronchi.
4. Sistem Kardiovaskuler Inspeksi : Kaji apakah ada pembesaran vena
ingularis. Palpasi : Kaji apakah nadi teraba jelas dan frekwensi nadi.
Auskultasi : Kaji suara s1, s2 apakah ada suara tambahan. 6. Sistem
Pencernaan Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya lesi. Palpasi : Kaji
apakah ada nyeri tekan Perkusi : Kaji apakah terdengar bunyi thympani
Auskultasi : Kaji bunyi peristaltik usus
4. AKTIFITAS SEHARI-HARI
a. Makan dan Minum Pasien umumnya mengalami anoreksia karena mual yang
dialaminya dan ketakutan terhadap penyakitnya.
b. Eliminasi Pada pasien bronkitis biasanya tidak ditemukan data yang
menyimpang dalam kebutuhan eliminasinya.
c. Gerak dan aktivitas Pada pasien bronkitis biasanya mengalami penurunan
gerak dan aktivitas karena suplai oksigen menurun dalam tubuhnya.
d. Istirahat tidur Pasien umumnya mengalami gangguan tidur dan jam tidurnya
berkurang karena batuk yang dialami.
e. Kebersihan diri Mengungkapkan bagaimana kebersihan diri pasien itu, dari
personal hygine, oral hygine, dan lain-lain. Kebersihan diri tergantung dari
pasien itu sendiri.
f. Pengaturan suhu tubuh Pasien umumnya mengalami peningkatan suhu tubuh
terkait proses inflamasi yang dialaminya.
g. Rasa nyaman Pada pasien bronkitis kronis terkadang mengeluh nyeri pada
bagian dada.

5. RIWAYAT PSIKOLOGI
a. Sosialisasi dan komunikasi Mengungkapkan bagaimana hubungan pasien
dengan orang-orang disekitarnya dan petugas medis.

6
b. Rekreasi Mengungkapkan bagaimana manajemen stress yang biasa dilakukan
oleh pasien dan yang dilakukan ketika ia sakit
c. Pengetahuan Menjelaskan sejauhmana pasien mengetahui tentang kondisi
penyakit yang dideritanya
6. RIWAYAT SEKSUALITAS
Produktivitas Mengungkapkan apa yang biasa dikerjakan dan dilakukan
oleh pasien dalam kesehariannya dan perubahan yang dialami selama ia
sakit.
7. RIWAYAT SPIRITUAL
Ibadah Menjelaskan bagaimana pasien menjalankan ibadahnya sebelum
dan sesudah sakit sesuai kepercayaan yang dianutnya.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
Adanya tubular shadow berupa bayangan garis – garis yang paralel keluar
dari hilus menuju apeks paru dan corakan paru yang bertambah.
2. Pemeriksaan fungsi paru
Terdapat kapasitas vital (KV) yang menurun. Volume residu (VR) yang
bertambah sedang kapasitas residual fungsional (KRF) sedikit naik atau
normal.
3. Pemeriksaan gas darah
Ventilasi tidak dapat dipertahankan sehingga Pa CO 2 naik dan Pa O2 turun,
saturasi hemoglobin menurun dan timbul sianosis, terjadi juga
vasokontriksi pembuluh darah paru dan penambahan eritrosit.
4. Pemeriksaan EKG
Hipertropi atrium dan ventrikel kanan (rubenstein, etal 2007).
5. Pemeriksaan laboratorium darah
Menghitung sel darah putih (leukosit).
9. PENATALAKSANAAN

1.      Penyuluhan
Menjelaskan hal – hal mana saja yang dapat memperberat penyakit dan
harus dihindari serta bagaimana cara pengobatan yang baik.

7
2.      Pencegahan
Mencegah kebiasaan merokok (dihentikan), mengindari lingkungan polusi
an dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi.
3.      Terapi eksaserbasi akut
a.       Antibiotik, karena biasanya disertai infeksi
Infeksi biasanya disertai, disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia
(digunakan ampisilin 4 x 0,25 – 0,5 gr/hari atau eritromisin 4 x 0,5 gr/hari)
Augmetin (amoksilin dan asam klarunalat apabila ditemukan H. Influenza
dan B catarhalis)
b.      Terapi oksigen,Diberikan bila terjadi kegagalan napas.
c.       Fisioterapi dada membantu pasien mengeluarkan sputum.
d.      Bronkhodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas.
4.      Terapi jangka panjang
a.       Antibiotik untu kemoterapi preventif
b.      Bronkodilator
c.       Fisioterapi
d.      Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
e.       Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien gagal napas
f.       Rehabilitasi, postural drainase, perkusi dan vibrasi dada digunakan
untuk mengeluarkan mukus.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif b/d broncokontriksi, mukus
b. Nyeri b/d patologis penyakit / iritasi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,
mual/muntah
d. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
(kelemahan)
e. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
f. Perubahan pola tidur b/d sesak

8
C. INTERVENSI KEPERAWATAN(NIC,NOC)

Tujuan & Kriteria hasil


No Diagnosa Keperawatan Intervensi (NIC)
(NOC)
1 Pola nafas tidak efektif NOC : Airway Management :
Definisi :    Respiratoty status :    Buka jalan napas, gunakan
Pertukaran udara inspirasi ventilation teknik chin lift atau jaw thrust
dan/ekspirasi tidak adekuat    Respiratory status : airway bila perlu
Batasan karakteristik : patency    Posisikan pasien untuk
   Penurunan tekanan   Vital sign status memaksimalkan ventilasi
inspirasi/ekspirasi tidak adekuat Kriteria hasil :    Identifikasi pasien perlunya
   Penurunan pertukaran udara per    Mendemonstrasikan batuk pemasangan alat jalan napas
menit efektif dan suara napas yang buatan
   Menggunakan otot pernapasan bersih, tidak ada sianosis dan   Pasang mayo bila perlu
tambahan dyspneu    Lakukan fisioterapi dada jika
   Nasal faring    Menunjukkan jalan napas perlu
   Dispnea yang paten (klien tidak   Keluarkan sekret dengan batuk
   Orthopnea merasa tercekik, irama napas atau suction
   Perubahan penyimpangan dada dan frekuensi napas dalam    Auskultasi suara napas, catat
   Nafas pendek rentang normal, tidak ada adanya suara napas tambahan
   Assumption of 3 – point position suara napas abnormal) Terapi Oksigen :
   Pernapasan pursed lip    Bersihkan mulut, hidung dan
   Tahap ekspirasi berlangsung sangat secret trakea
lama    Pertahankan jalan napas yang
   Peningkatan diameter anterior dan paten
posterior    Pertahankan posisi pasien
   Pernapasan rata – rata normal :    Observasi adanya tanda –
a.       Bayi : <25 atau >60 tanda hipoventilasi
b.      1-4 th :<20 atau >30 Vital Sign Monitoring :
c.       5-4th :<14 atau >25    Monitor TD, nadi, suhu dan
d.      >14 th : <11 atau >24 RR
   Kedalaman pernapasan    Catat adanya fluktuasi tekanan
a.       Dewasa, volume tidal 500 ml saat darah
istirahat    Monitor TD, nadi dan RR

9
b.      Bayi, volume tidal 6 – 8 m/kg sebelum dan sesudah aktivitas
   Timing rasio    Identifikasi penyebab dari
   Penurunan kapasitas vital perubahan vital sign
Faktor yang berhubungan :
   Hiperventilasi
   Deformitas tulang
   Kelainan bentuk dinding dada
   Penurunan energi atau kelelahan
   Perusakan atau pelemahan
muskuloskeletal
   Obesitas
   Posisi tubuh
   Kelelahan otot pernapasan
   Hipoventilasi sindrom
   Nyeri
   Kecemasan

Nyeri
Definisi :
Pengalaman sensori dan emosional NOC
yang tidak menyenangkan yang   Pain level NIC
muncul akibat kerusakan jaringan   Pain control Pain Management
yang aktual atau potensial atau   Comfort level    Lakukan pengkajian nyeri
2 digambarkan dalam kerusakan Kriteria Hasil : secara komprehensif, termasuk
sedemikian rupa    Mampu mengontrol nyeri lokasi, karakteristik, kualitas dan
Batasan Karakteristik :    Melaporkan bahwa nyeri faktor prespitasi
   Perubahan selera makan berkurang dengan    Observasi reaksi nonverbal
   Perubahan tekanan darah menggunakan manajemen dari ketidaknyamanan
   Perubahan frekuensi jantung nyeri    Gunakan teknik komunikasi
   Perubahan frekuensi pernapasan    Mampu mengenali nyeri terapeutik untuk mengetahui
   Laporan isyarat    Menyatakan rasa nyaman pengalaman nyeri pasien
   Diaforesis setelah nyeri berkurang    Ajarkan teknik non
   Perilaku distraksi farmakologi
   Mengekspresikan perilaku    Monitor penerimaan pasien
10
   Sikap melindungi area nyeri tentang manajemen nyeri
   Dilatasi pupil    Cek riwayat alergi
   Melaporkan nyeri secara verbal
Faktor yang berhubungan :
   Agen cedera (misalnya biologis,
zat kimia, fisik, psikologis)

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh NIC
Definisi : NOC Nutrition Management
Intake nutrisi tidak cukup untuk   Nutritional status : food and   Kaji adanya alergi makanan
keperluan metabolisme fluid intake    Kolaborasi dengan ahli gizi
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : untuk menentukkan jumlah
   Berat badan 20% atau lebih    Adanya peningkatan BB kalori dan nutrisi yang
dibawah ideal sesuai dengan tujuan dibutuhkan pasien
   Dilaporkan adanya intake makanan    Berat badan sesuai dengan    Anjurkan pasien untuk
3 yang kurang dari RDA tinggi badan meningkatkan intake Fe
   Membran mukosa dan konjungtiva    Mampu mengidentifikasi    Anjurkan pasien untuk
pucat kebutuhan nutrisi meningkatkan protein da vitamin
   Kelemahan otot yang digunakan    Tidak ada tanda – tanda C
untuk menelan / mengunyah malnutrisi    Berikan substansi gula
   Luka, inflamasi pada rongga mulut    Tidak terjadi penurunan BB    Yakinkan diet yang dimakan
   Mudah merasa kenyang, sesaat yang berarti tinggi serat untuk mencegah
setelah mengunyah makanan konstipasi
   Dilaporkan atau fakta adanya    Berikan informasi tentang
kekurangan makanan kebutuhan nutrisi
   Dilaporkan adanya perubahan Nutrition Monitoring
sensasi rasa    BB dalam batas normal
   Kurangnya informasi    Monitor tipe dan jumlah
Faktor yang berhubungan : aktivitas yang biasa dilakukan
   Ketidakmampuan pemasukan atau    Monitor lingkungan selama
mencerna makanan atau makan
mengabsorbsi zat – zat gizi    Monitor turgor kulit
berhubungan dengan faktor biologis,    Monitor mual dan muntah
11
psikologis atau ekonomi    Monitor makanan kesukaan

Intoleransi aktivitas
Definisi : NIC
Ketidakcukupan energi psikologis Activity Therapy
atau fisiologis untuk melanjutkan    Kolaborasikan dengan tenaga
atau menyelesaikan masalah / NOC rehabilitasi medik dalam
aktivitas sehari – hari yang harus   Energy conservation merencanakan program therapy
atau yang ingin dilakukan    Activity tolerance yang tepat
Batasan Karakteristik :    Selfcare : ADLs    Bantu klien mengidentifikasi
   Respon tekanan darah abnormal Kriteria hasil : aktivitas yang mampu dilakukan
terhadap aktivitas    Berpartisipasi dalam   Monitor vital sign sebelum dan
   Perubahan EKG yang aktivitas fisik tanpa disertai sesudah melakukan aktivitas
mencerminkan aritmia peningkatan tekanan darah,
   Ketidaknyamanan setelah nadi, RR
beraktivitas    Mampu melakukan
4    Dispnea setelah beraktivitas aktivitas sehari – hari (ADLs)
   Menyatakan merasa letih secara mandiri
   Menyatakan merasa lemas    TTV normal
Faktor yang berhubungan :    Mampu berpindah dengan
   Tirah baring atau imobilisasi atau tanpa bantuan alat
   Kelemahan umum
   Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
   Imobilitas NIC
   Gaya hidup monoton Anxiety Reduction
   Gunakan pendekatan yang
Ansietas menenangkan
Definisi : NOC    Nyatakan dengan jelas harapan
Perasaan tidak nyaman atau   Anxiety self – control terhadap perilaku pasien
kekhawatiran yang samar disertai   Anxiety level    Identifikasi tingkat kecemasan
respon autonom    Coping    Bantu pasien mengenal situasi
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : mengenal situasi yang
   Klien mampu menimbulkan kecemasan
12
mengidentifikasi dan    Instruksikan pasien
a. Perilaku
mengungkapkan gejala cemas menggunakan teknik relaksasi
         Pernurunan produktivitas
   Vital sign dalam batas
         Gerakan yang ireleven
normal
         Gelisah
   Postur tubuh, ekspresi
         Melihat sepintas
wajah, bahasa tubuh dan
         Insomnia
tingkat aktivitas
         Agitasi
5 menunjukkan berkurang
         Mengintai
kecemasan
         Tampak waspada

b. Affektif
NIC
         Gelisah, Distress
Sleep Enhacement
         Kesedihan yang mendalam
   Determinasi efek – efek
         Ketakutan
medikasi terhadap pola tidur
         Perasaan tidak adekuat
   Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat
Gangguan pola tidur
NOC    Ciptakan lingkungan yang
Definisi :
   Anxiety reduction nyaman
Gangguan kualitas dan kuantitas
   Comfort level    Monitor / catat kebutuhan
waktu tidur akibat faktor eksternal
   Pain level pasien setiap hari & jam
Batasan karakteristik :
   Rest : extent and pattern
   Perubahan pola tidur normal
   Sleep : extend and pattern
   Penurunan kemampuan berfungsi
Kriteria hasil :
   Ketidakpuasan tidur
   Jumlah jam tidur dalam
   Menyatakan sering terjaga
batas normal 6-8 jam/hari
   Menyatakan tidak merasa cukup
   Pola tidur, kualitas dalam
istirahat
batas normal
   Perasaan segar sesudah
tidur  atau istirahat
   Mampu mengidentifikasi
hal-hal yang meningkatkan
6 tidur

13
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

14
Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah appendicitis.
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah
yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai
tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah
inguinal dan diafragmatik.

Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis


directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia indirecta/hernia
obliqua. Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-
laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan. Pada hernia inguinalis lateralis
processus vaginalis peritonaei tidak menutup (tetap terbuka).

Henia diafragmatika adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut.
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu
lubang pada diafragma. Akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga thorax melalui
suatu pintu pada diafragma. Terjadi bersamaan dengan pembentukan sistem organ dalam
rahim.

Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi
strangulasi penanganan segera adalah dengan operasi.

B.     SARAN

Dengan adanya makalah yang berjudul “BRONKRITIS KRONIS” penulis


mengharapkan pembaca dapat sedikit mengetahui tentang hernia serta komplikasi yang
disebabkan oleh BRONKRITIS KRONIS.

DAFTAR PUSTAKA

Mansyoer arif. 2007. Ilmu penyakit dalam jilid II. EGC : Jakarta

Fakultas kedokteran UI. 2000. Kapita selekta kedokteran edisi 3. EGC : Jakarta

15
Nurarif huda, Kusuma hardhi. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
NANDA NIC – NOC jilid I. Mediaction : Yogyakarta

http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/Laporan-pendahuluan-bronkitis.html
diambil pukul : 16.00 wit. Hari/Tanggal : 29 januari 2016

Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku saku patofisiologi. EGC : Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai