Anda di halaman 1dari 28

PROSEDUR PERAWATAN LUKA DG GANGGUAN SISTEM

PENGINDERAAN ( RETINOBLASTOMA)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 10:

1. DAVID SUHENDAR

2. RARA CANIA

3. NADYA MAIYUNI FERNANDES

DOSEN PEMBIMBING

Hj. Yul Afni ,S.Kep M,M.MKes

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM I/BB

PADANG

2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 10 januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN III

2.1. Anatomi fisiologi Mata


2.2. Pengertian
2.3. Penyebab
2.4 Patofisiologi
2.5 Etiologi
2.6 Penatalaksanaan

DAFTAR PUSTAKA IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN
RETINOBLASTOMA

I. ANATOMI FISIOLOGI RETINA

Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada
serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir
pada ora serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula
lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm yang berperan penting untuk tajam
penglihatan. Di tengah makula lutea terdapat bercak mengkilap yang merupakan reflek fovea.
Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-
merahan, disebut papil saraf optik, yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi
foali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil saraf
optik.

Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun dalam 10
lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang merupakan reseptor
penglihatan, ditambah 4 jenis neuron:

1. Sel bipolar

2. Sel ganglion

3. Sel horizontal

4. Sel amakrin

Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel glia yang disebut
sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membran pembatas dalam di
permukaan dalam retina dan membran pembatas luar di lapisan reseptor.

Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan:

1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai
bentuk ramping, dan sel kerucut.

2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

3. Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.

Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.

4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller lapis ini
mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.

6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps sel tripolar, sel
amakrin dengan sel ganglion.

7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di dalam
lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.

9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.

Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia
dan merah pada hyperemia.

Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti: tajam
penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan objektif adalah:

- Elektroretino-gram (ERG)

- Elektro-okulogram (EOG)

- Visual Evoked Respons (VER)

• Fungsi Retina

Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual yang dikirim ke
otak. Bagian sentral retina atau daerah makula mengandung lebih banyak fotoreseptor
kerucut daripada bagian perifer retina.

- Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region fovea, berfungsi
untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling tajam) dan penglihatan warna.

- Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu malam atau cahaya remang.
Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang disebut rhodopsin.
Komponen-komponen Retina

II. PENGERTIAN

Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak
berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pad anak.40 % penderita retinoblastoma
merupakan penyakit herediten. Retinoblastoma merupakan tumor yang bersifat autosomal
dominan dan merupakan tumor embrional.

Sebagian besar penderita dengan retinoblastoma aktif ditemukan pada usia 3 tahun,
sedang bila terdapat binokuler biasanya terdapat pada usia lebih muda atau 10
bulan.Retinoblastoma dapat ditemukan dalam bentuk yang regresi terutama pada anak-anak.

Pada saat terakhir ini terlihat kenaikan jumlah anak menderita retinoblastoma di
Indonesia. Kenaikan insiden tumor ini mungkin sekali akibat sudah meningkatnya penerangan
akan tumor pada anak, sehingga prang tua penderita lebih cepat memeriksakan mata
anaknya.

III. PENYEBAB

Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan
protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.

Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul
karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan
ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar
ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel
somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi.

IV. PATOFISIOLOGI

Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional, dapat
terjadi unilateral (70 %) dan bilateral (30 %). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediten
yang diwariskan melalui kromosom.

Massa tumor dapat tumbuh ke dalam vitreous (endofilik) dan tumbuh menembus
keluar lapisan retina atau ke ruang sub retina (endofilik). Kadang-kadang tumor berkembang
difus.Pertumbuhan endofilik lebih umum terjadi. Tumor endofilik timbul dari lapisan inti
dalam lapisan serabut saraf dan lapisan ganglion retina. Tipe eksofilik timbul dari lapisan inti
luar dan dapat terlihat seperti ablasio retina yang solid.

Perluasan retina okuler ke dalam tumor vitreous dapat terjadi pada tipe endofilik
dan dapat timbul sebaran metastase lewat spatium subretina atau melalui tumor vitreous. Selain
itu tumor dapat meluas lewat infiltrasi pada lamina cribrosa langsung ke nervus optikus dengan
perluasan ke lapisan koroid dapat ditemukan infiltrasi vena-vena pada daerah tersebut disertai
metastasis hematogen ke tulang dan sumsung tulang.

Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:

• Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang)

• Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.

• Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus
optikus yang dipotong saat enuklasi.

• Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.

Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi perubahan
degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 %
menurunkan anak dengan retinoblastoma.
V. TANDA DAN GEJALA

1. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.

2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya warna iris yang
tidak normal.

3. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik mata depan,
uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.

4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.

5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.

6. Tajam penglihatan sangat menurun.

7. Nyeri

8. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan kaca
terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastase
ke luar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

- Elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina.

- Elektro-okulogram (EOG)

- Visual Evoked Respons (VER), berguna untuk mengetahui adanya perbedaan


rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat diketahui adanya gangguan
rangsangan/penglihatan pada seseorang.

VII. PENATALAKSANAAN

Semua tujuan terapi adalah merusak tumor dan mempertahankan penglihatan yang
memungkinkan tanpa membahayakan hidup. Terapi primer retinoblastoma unilateral
biasanya enuklasi, kendatipun pada kasus-kasus tertentu, alternatif seperti krioterapi,
fotokoagulan atau radiasi dapat dipertimbangkan.

• Bila tumor masih terbatas intraokuler, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik,
tergantung dari letak, besar dan tebal.

• Pada tumor yang masih intraokuler dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau
kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.

• Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreous dan visus nol, dilakukan
enuklasi.

• Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan
kombinasi eksenterasi, radioterapi, dan kemoterapi.

Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20 – 90 % pasien retinoblastoma


bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan
juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak
dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim
mengenai penyakit kanker tersebut.

Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia
sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah
penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk
mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya
dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin
pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus
lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.

Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang
penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di
perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan retino blastoma.

1. Rumusan Masalalah
1. Bagaimanakah konsep teori retino blastoma?
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma?
2. Tujuan

Tujuan Umum: Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta asuhan
keperawatan yang tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut.

Tujuan khusus :

1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.


2. Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.
Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan mata yaitu Retinoblastoma

2.1Pengertian
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak
berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pad anak. 40 % penderita retinoblastoma
merupakan penyakit herediten. Retinoblastoma merupakan tumor yang bersifat autosomal
dominan dan merupakan tumor embrional. Sebagian besar penderita dengan retinoblastoma aktif
ditemukan pada usia 3 tahun, sedang bila terdapat binokuler biasanya terdapat pada usia lebih
muda atau 10 bulan. Retinoblastoma dapat ditemukan dalam bentuk yang regresi terutama pada
anak-anak. Pada saat terakhir ini terlihat kenaikan jumlah anak menderita retinoblastoma di
Indonesia. Kenaikan insiden tumor ini mungkin sekali akibat sudah meningkatnya penerangan
akan tumor pada anak, sehingga prang tua penderita lebih cepat memeriksakan mata anaknya.

Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel
batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan
pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina
embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral
bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom. Massa tumor diretina dapat tumbuh
kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus
terjadi penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan
kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan
retinoblastoma.

2.2Etiologi
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan
protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan. Mutasi
terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan
replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan
kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan
radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan
kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi.
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant protektif yang
berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah
tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan.

2.3 Anatomi Fisiologi


Indera penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) terdiri dari organ okuli assesoria
(alat bantu mata) dan oculus (bola mata). Saraf indera penglihatan, saraf optikus urat saraf
cranial kedua), timbul dari sel – sel ganglion dalam retina, bergabung untuk saraf optikus
1. ALIS
Dua potong kulit tebal yang melengkung ditumbuhi oleh bulu yang berfungsi sebagai
pelindung mata dari sinar matahari yang sangat terik dan sebagi alat kecantikan
2. KELOPAK MATA
Terdiri dari dua bagian kelopak mata atas dan kelopak mata bawah, fungsinya adalah
pelindung mata sewaktu – waktu kalau ada gangguan pada mata ( mnutup dan membuka mata)
3. ORGAN OKULI ASSESORIA
Organ okuli assesoria (alat pembantu mata) terdapat disekitar bola mata yang sangat erat
hubunganya terdiri dari:
• Kaum orbita merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya
megarah kedepan dan kedalam
Dinding rongga mata dibentu oleh tulang:
- Os frontalis
- Os zigomatikum
- Os slenodial
- Os etmoidal
- Os palatum
- Os lakrimal
• Supersilium (alis mata) merupakan batas orbita dan potong kulit tebal yang melengkung,
ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai kosmetik atau alat kecantikan
• Palpebra (kelopakmata) merupakan duaah buah lipatan atas dan bawah yang terletak dibulbus
okuli, kelopak atas lebih besar dari kelopak mata bawah. Fungsinya yaitu sebagai pelindung bola
mata tergadap gangguan pada bola mata
• Apparatus lakrimalis (air mata)
• Air mata dihasilkan oleh oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior melalui duktus
eksrotorius lakrimalis masuk kedalamsakus konjungtiva, melalui bagian depan bulu mata terus
kedepan sudut tengah bola mata kedalam kanalis lakrimalis terus ke meatus nasalis inferior
• Muskulus okuli (otot mata), 6 buah otot diantaranya: muskulus levator palpebralis, muskulus
orbikularis okuli, muskulus rektus okuli inferior dan medial, muskulus obliques okuli dan
superior
• Konjungtiva permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra merupakan lapisan
mukosa bagian yang membelok dan kemudianmelekat pada bulu mata disebut konujngtiva bulbi,
pada konjuntiva ini banyak sekali kelenjar – kelenjar limfe pada pembuluh darah.
(Syaifudin; 2006)
Anatomi Fisiologi Mata

Definisi mata
Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan
jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak
Struktur dan fungsi mata

Di sini akan di bahas struktur dan fungsi mata. mata kita terdiri dari bermacam-macam
struktur sekaligus dengan fungsinya. struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan
anatomi mata meliputi Sklera, Konjungtiva, Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus,
Humor aqueus, serta Humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya
sendiri. aku bahas satu-satu aja kali yah mengenai struktur dan fungsi mata, dimana masing-
masing dari struktur mata mempunyai Fisiologi mata itu sendiri. Berikut Struktur mata beserta
fisiologisnya:
• Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.
• Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.
• Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil
dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
• Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
• Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan
lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran
pupil.
• Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi
membantu memfokuskan cahaya ke retina.
• Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi
mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
• Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.
• Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi
segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh
prosesus siliaris.
• Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi
segmen posterior mata).
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya
yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika
lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di
sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh otot
sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.
Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya
ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi,
sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh,
maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan dengan
pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi
berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang.
Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling
sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini
menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi
gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf
menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di
bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf
tersebut akan bergabung kembali.

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:


1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang merupakan
sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian
(bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa).
Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke
bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi humor
vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.
Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah

Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama
menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang
melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :
• Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
• Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
• Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada
tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini
masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Struktur Pelindung Mata
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala
arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan-
bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih
bisa masuk. adapun struktur pelindung mata, meliputi:
• Orbita
Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh
darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
• Kelopak Mata
Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara
refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang
sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh
permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan
mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya.
Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus
permukaan mata.
• Bulu mata
Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi
membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang). Kelenjar kecil di
ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah penguapan air mata.
• Kelenjar lakrimalis
Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2
duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat
hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan
membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi
yang membantu mencegah terjadinya infeksi.

FISIOLOGI MATA

serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada
ora serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea
(bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan.
Di tengah makula lutea terdapat bercak mengkilap yang merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm
ke arah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut
papil saraf optik, yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi foali. Arteri retina
sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil saraf optik.
Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun dalam 10 lapisan
dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang merupakan reseptor
penglihatan, ditambah 4 jenis neuron:
1. Sel bipolar
2. Sel ganglion
3. Sel horizontal

4. Sel amakrin

Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel glia yang disebut
sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membran pembatas dalam di
permukaan dalam retina dan membran pembatas luar di lapisan reseptor.

Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan:
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller lapis
ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps sel
tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di
dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia dan
merah pada hyperemia.
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti: tajam
penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan objektif adalah:
- Elektroretino-gram (ERG)
- Elektro-okulogram (EOG)
- Visual Evoked Respons (VER)
• Fungsi Retina
Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual yang dikirim ke otak.
Bagian sentral retina atau daerah makula mengandung lebih banyak fotoreseptor kerucut
daripada bagian perifer retina.
- Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region fovea, berfungsi
untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling tajam) dan penglihatan warna.
- Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu malam atau cahaya
remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang disebut rhodopsin.

FUNGSI MATA
Sebagai indera penglihatan yangmenerima rangsangan berkas – berkas cahaya
pada retina dengan perantaraan serabut – serabut nervus optikus, menghantarkan
rangsangan ini kepusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.
2.4 Manifestasi Klinis
a. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
b. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya warna iris
yang tidak normal.
c. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik mata
depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
d. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
e. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
f. Tajam penglihatan sangat menurun.
g. Nyeri
h. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan kaca
terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.

Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar
akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous
seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke
segmen anterior mata , akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa
hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan
invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus
paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus
terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat
neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen,
ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan
visera, terutama hati.

2.5 Patofisiologi
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina
embrional, dapat terjadi unilateral (70 %) dan bilateral (30 %). Sebagian besar kasus
bilateral bersifat herediten yang diwariskan melalui kromosom. Massa tumor dapat
tumbuh ke dalam vitreous (endofilik) dan tumbuh menembus keluar lapisan retina atau ke
ruang sub retina (endofilik). Kadang-kadang tumor berkembang difus. Pertumbuhan
endofilik lebih umum terjadi. Tumor endofilik timbul dari lapisan inti dalam lapisan
serabut saraf dan lapisan ganglion retina. Tipe eksofilik timbul dari lapisan inti luar dan
dapat terlihat seperti ablasio retina yang solid.

Perluasan retina okuler ke dalam tumor vitreous dapat terjadi pada tipe endofilik dan
dapat timbul sebaran metastase lewat spatium subretina atau melalui tumor vitreous. Selain itu
tumor dapat meluas lewat infiltrasi pada lamina cribrosa langsung ke nervus optikus dengan
perluasan ke lapisan koroid dapat ditemukan infiltrasi vena-vena pada daerah tersebut disertai
metastasis hematogen ke tulang dan sumsung tulang.
Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:
• Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang)
• Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
• Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus
optikus yang dipotong saat enuklasi.
• Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.
Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi perubahan
degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 %
menurunkan anak dengan Retinoblastoma.

Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang
menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan
menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.

Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui;
nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh
kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat,
dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan.
Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan
submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutama hati.
Klasifikasi
a. Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil, Terdapat pada atau dibelakang
ekuator, Prognosis sangat baik
b. Golongan II
satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil, Prognosis baik
3. Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papi, Prognosis
meragukan
4. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serat, Prognisis tidak baik
5. Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca, Prognosis buruk, Terdapat tiga stadium
dalam retinoblastoma :
Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”.
• Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular meninggi.
• Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian
dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


a. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan
metastase ke luar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
b. Elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina.
c. Elektro-okulogram (EOG)
d. Visual Evoked Respons (VER), berguna untuk mengetahui adanya perbedaan
rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat diketahui adanya gangguan
rangsangan/penglihatan pada seseorang.Ultrasonografi dan tomografi komputer
dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala
proptosis bola mata.

2.7 Penatalaksanaan Medis


Semua tujuan terapi adalah merusak tumor dan mempertahankan penglihatan
yang memungkinkan tanpa membahayakan hidup. Terapi primer retinoblastoma
unilateral biasanya enuklasi, kendatipun pada kasus-kasus tertentu, alternatif seperti
krioterapi, fotokoagulan atau radiasi dapat dipertimbangkan.
a. Bila tumor masih terbatas intraokuler, pengobatan dini mempunyai prognosis yang
baik, tergantung dari letak, besar dan tebal.
b. Pada tumor yang masih intraokuler dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser,
atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.
c. Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreous dan visus nol, dilakukan
enuklasi.
d. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan
kombinasi eksenterasi, radioterapi, dan kemoterapi.

Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20 – 90 % pasien retinoblastoma


bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.
Jika satu mata yang terserang, pengobatan bergantung pada kalsifikasi tumor:
a. Golongan I dan II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherapy, fotokoagulasi laser).
Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi
b. Jika tumor besar (golongan IV dan V) mata harus dienukleasi segera. Mata tidak
terkena dilakukan radiasi sinar X dan kemoterapi.
pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol, dilakukan
enukleasi. Jika tumor telah keluar kebulbus okuli tetapi masih terbatas di rongga orbita,
dilakukan kombinasi eksenterasi, radioterapi dan kemoterapi. Klien harus terus dievaluasi
seumur hidup karena 20-90% klien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas
primer, terutama retinoblastoma.

2.8 Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
a. Sejak kapan sakit mata dirasakan
Penting untuk mengetahui perkembangan penyakitnya, dan sejauhmana perhatian klien
dan keluarganya terhadap masalah yang dialami. Retinoblastoma mempunyai prognosis
baik bila ditemukan dini
b. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola
mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan pada mata tersebut sebelum
meminta pertolongan.
c. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya
Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom, protein yang
selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
d. Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya.
Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar.
e. Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan oleh penderita. Adanya
keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan oleh tumor yang bermetastase.
f. Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata sebelumnya akan dapat
menerangkan tambahan gejala-gejala penyakit yang dikeluhkan penderita.
g. Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat pula
memperburuk keadaan klien
h. Usia penderita
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia tertentu. Retinoblastoma
umumnya ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun.
i. Riwayat Psikologi
Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang dialami pasien:
cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya, Mekanisme koping
j. Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang dapat
merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
k. Pemeriksaan Khusus Mata
- Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata sehingga dapat
merusak semua organ di mata yang menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.
- Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak
saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata
juling.
- Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea, bilik mata
depan, iris, lensa dan pupil. Pada retinoblastoma didapatkan:
• Leukokoria yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
• Hipopion yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
• Hifema yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
• Uveitis
- Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan dan gejala yang
paling sering ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.
- Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil saraf optik, dan retina.
Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
- Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.
2. Pengelompokan Data
a. Data Subjektif
- Mengeluh nyeri pada mata
- Sulit melihat dengan jelas
- Mengeluh sakit kepala
- Merasa takut
b. Data Objektif
- Mata juling (strabismus)
- Mata merah
- Bola mata besar
- Aktivitas kurang
- Tekanan bola mata meningkat
- Gelisah
- Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)
- Tajam penglihatan menurun
- Sering menangis
- Keluarga sering bertanya
- Ekspresi meringis
- Tak akurat mengikuti instruksi
- Keluarga nampak murung
- Keluarga nampak gelisah
- Pertanyaan/pernyataan keluarga salah konsepsi
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses penyakitnya
(kompresi/dekstruksi jaringan saraf, inflamasi), ditandai dengan; Keluhan nyeri, Aktivitas
kurang (distraksi/perilaku berhati-hati), Gelisah (respons autonomik), Sering menangis,
Keluhan sakit kepala, Ekspresi meringis.
2. Gangguan persepsi sensorik penglihatan sehubungan dengan gangguan penerimaan
sensori dari organ penerima, ditandai dengan: Menurunnya ketajaman penglihatan, Mata
juling (strabismus), Mata merah, Bola mata membesar, Tekanan bola mata meningkat,
Refleks pupil berwarna putih (leukokoria).
3. Gangguan rasa aman cemas, sehubungan dengan: Perubahan status kesehatan, Adanya
nyeri, Kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan: Ditandai dengan: Merasa takut,
Gelisah, Sering menangis, Sering bertanya.
4. Resiko tinggi cedera, sehubungan dengan keterbatasan lapang pandang yang ditandai
dengan: Menurunnya ketajaman penglihatan, Mata juling (strabismus), Tekanan bola
mata meningkat, Refleks pupil berwarna putih (leukokoria).
5. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakit anaknya yang ditandai dengan: Tak akurat mengikuti instruksi, Keluarga
nampak murung, Keluarga nampak gelisah, Pertanyaan/pernyataan keluarga salah
konsepsi.
Rencana Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses penyakitnya
(kompresi/dekstruksi jaringan saraf, inflamasi), ditandai dengan; Keluhan nyeri, Aktivitas
kurang (distraksi/perilaku berhati-hati), Gelisah (respons autonomik), Sering menangis,
Keluhan sakit kepala, Ekspresi meringis
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang
atau hilang
Kriteria evaluasi:
- tingkat nyeri berkurang
- mampu mengontrol nyeri
- menyatakan nyeri hilang
- mampu melakukan tekhnik non farmakolgi
Rencana Intervensi Rasional

Mandiri: Rasional

1. kaji tipe/skala nyeri


2. ajarkan tekhnik non farmakologi 1. Sediakan informasi yang sesungguhnya
3. berikan posisi yang nyaman meliputi diagnosis, treatment dan prognosis
kolaborasi 2.tenangkanpasien
4. pemberiaan analgesik 3.kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada
tingkta kecemasan
1. berguna dalam mengetahui tingkat nyeri 4.instruksikan pasien untuk melakukan
2. meningkatkan relaksasi dalam tekhnik relaksa
menghilangkan nyeri 1.memberikan informasi pada klien tentang
3. Posisi yang nyaman dapat menghindarkan tindakan
penekanan pada area luka/nyeri 2mengurangi ketegangan pasien
4. Obat-obatan analgetik akan memblok 3.mengetahui tingkt kecemasan yang
reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat membantu dalam menentukan intervensi
dipersepsikan 4Mengurangi cemas
3. Resiko tinggi cedera, sehubungan dengan
keterbatasan lapang pandang yang ditandai
2. Gangguan rasa aman cemas, sehubungan
dengan: Menurunnya ketajaman penglihatan,
dengan: Perubahan status kesehatan, Adanya
Mata juling (strabismus), Tekanan bola mata
nyeri, Kemungkinan/kenyataan kehilangan
meningkat, Refleks pupil berwarna putih
penglihatan: Ditandai dengan: Merasa takut,
(leukokoria)
Gelisah, Seringmenangis,Seringbertanya
Tujuan: pola hidup untuk menurunkan factor
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
resiko dan untuk melindungi diri dari cidera
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan Klien akan
Kriteria evaluasi:
menunjukkan kecemasanberkurang/hilang.
- menyatakan pemahaman factor yang terlibat
dalam kemunginan cidera
Kriteriaevaluasi:
- menunjukan perubahan perilaku
-Ansietasberkurang - mengubah lingkunagn sesuai indikasi untuk
-monitorintensitaskecemasan meningkatkan keamanan
-mencariinformasiuntukmenurunkankecemasan Rencana Intervensi Rasional
- 1. atur posisi pasien senyaman mungkin
memanifestasiperilakuakibatkecemasantidakada 2. batasi aktivitas
RencanaIntervensi 3. Anjurkan tekhnik manajemen stres
4. pertahankan perlindungan mata sesuai
indikasi
5. kolaborasi dalam pemberian analgesik

1. menurunkan tekanan pada mata yang sakit


dan meminimalkan risiko perdarahan
2. menurkan stres pada area yang terluka
3. digunakan untuk melindungi cidera
4. kecelakaan dan menurunkan gerakan mata
5. digunakan untuk ketidaknyaman ringan,
meningkatkan istirahat / mencegah gelisah.
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia (Dari Sel ke Sistem). Jakarta: EGC

Sinaga, Erlintan, M. Silitonga. 2011. Anatomi Fisiologi Manusia. Medan: UNIMED

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Sobotta, Frithjof Hammersen. 1993. Histologi Atlas Bewarna Anatomi Mikroskopik Edisi III.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai