Dosen Pengampu :
2012
BAB I
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian keperawatan
1. Pola defekasidan keluhan selama defekasi
Pengkajian ini antara lain : bagaimana pola defekasi dan keluhannya selama defekasi, secara normal,
frekuensi buang air besar pada bayi sebanyak 4-6 kali/hari, sedangkan orang dewasa adalah 2-3
kali/hari dengan jumlah rata-rata pembuangan per hari adalah 150 g.
2. Keadan feses, meliputi:
No Keadaan Normal Abnormal Penyebab
1. warna Bayi, kuning. Putih, hitam/tar, Kurang kadar empedu,
atau merah perdarahan saluaran saluaran
cerna bagian atas, atau
peradangan saluran cerna
bagian bawah
Dewasa: coklat Pucat berlemak Malabsorpsi lemak
2. Bau Khas feses dan Amis dan Darah dan infeksi
dipengaruhi oleh perubahan bau
makanan
3. konsistensi Lunak dan cair Diare dan absorpsi kurang.
berbentuk.
4. bentuk Sesuai diameter Kecil, bentuknya Obstruksi dan peristaltik yang
rektum sesperti pensil. cepat
5. konsituen Makanan yang Darah, pus, benda Internal belding, infeksi, trtelan
dicerna, bakteri asing, mukus, bendam iritasi, atau inflamasi.
yang maati, lemak, atau cacing.
pigmen, empedu,
mukosa usus, air
1. Stress emosional
2. Gagal mencetuskan refleks defekasi, kurang waktu atau kurang privasi
3. Diet tinggi lemak, tinggi KH
4. Asupan cairan berkurang
5. Imobilitas atau tidak aktif
6. Tidak mampu jongkok, mis : usila, deformitas muskulo, nyeri defekasi
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaaan fisik yang meliputi keadaan abdomen seperti ada atau tidaknya distensi, simetris atau
tidak, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut, dan tenderness.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan:
Tidak adekuatnya diet berserat
Immobilisasi/ tidak adekuatnya aktifitas fisik
Tidak adekuatnya intake cairan
Nyeri saat defekasi
Perubahan kebiasaan rutin (pemasukan diet)
Penyalahgunaan laksatif
Menunda defekasi
Penggunaan obat yang menyebabkan konstipasi (anti analgesic, antacid dan antikolinergal)
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
a. Mengenal eliminasi normal.
b. Kembali kekebiasaan defekasi yang regular
c. Cairan dan makanan yang sesuai
d. Olah raga teratur
e. Rasa nyaman terpenuhi
f. Integritas kulit dapat dipertahankan
g. Konsep diri baik
Rencana tindakan:
D. Pelaksanaan Keperawatan
Menyiapkan Fases Untuk Bahan Pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil fases
sebagai bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan)
1. Pemeriksaan fases lengkap merupakaan pemeriksaan fases yang terdiriatas pemeriksaan warna, bau
konsistensi, lendir, darah, dan lain-lain.
2. Pemeriksaaan fases kultur merupakan pemeriksaan fases melalui biakan dengna cara taoucher
(prosedur pengambilan fases melalui tangan).
Alat:
Tempat penampung atau botol penambung beserta penutup.
Etiket khusus.
Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil fases.
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelas prosedur yang dilakukan.
3. Anjurkan pasien untuk buang air besar lalau ambil fases melalui lidi kapas yang elah di keluarkan,
setelah selesai anjurkan pasien untuk membersihkan daerah sekitar anusnya.
4. Masukkan bahan pemeriksaan kedalam botolyang telah disediakan..
5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
6. Cuci tangan.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan eliminasi fekal dapat dinilai dengan adanya kemampuan dalam.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Eliminasi merupakan pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak lagi dibutuhkan oleh
tubuh dalam proses aktivitasnya.
Eliminasi sangatlah penting artinya bagi tubuh kita, karena gangguan proses eliminasi akan
mengganggu aktivitas tubuh yang lain pula.
Jika dalam tubuh kita tidak ada proses eliminasi/pengeluaran, maka akan terjadi pengakumulasian
zat-zat sisa metabolisme yang nantinya hanya akan menjadi pengganggu kegiatan tubuh individu.
Eliminasi fekal melibatkan seluruh organ pencernaan mulai dari mulut sampai dengan anus.
Gangguan pada salah satu organ pencernaan akan mengubah proses eliminasi secara normal.
B. SARAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan eliminasi, kita mempunyai
tujuan utama yaitu mengembalikan pola normal eliminasi seorang pasien. Di samping itu, kita juga
harus mengatasi masalah-masalah sampingan yang timbul karena gangguan eliminasi tersebut.
Komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien baik secara verbal maupun nonverbal merupakan
teknik yang harus dikuasai oleh seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
seorang pasien.
A.Aziz Alimul H. 2006, penerbit medika, Jl. Raya Lenteng Agung No. 101 jagakarsa, jakarta.
Email ThisBlogThis!