Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ELIMINASI

NAMA : SILVIANA ANANDA DEWI

NPM : 020.01.3711

JURUSAN : S1 KEPERAWATAN

SEMESTER : 3 (TIGA)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MATARAM


2021/2022
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi

Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh.
Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : eliminasi urine dan eliminasi fekal.

a. Eliminasi urine Sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan.
Dimana sistem ini terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemoh, dan uretra. Proses
pembentukan urine di ginjal terdiri dari 3 proses yaitu : filtrasi , reabsorpsi dan sekresi.
 Proses filtrasi berlangsung di glomelurus. Proses ini terjadi karena permukaan aferen
lebih besar dari permukaan eferen.
 Proses reabsorpsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat, dan beberapa ion karbonat.
 Proses sekresi ini sisa reabsorpsi diteruskan keluar.
b. Eliminasi fekal
Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan. Saluran pencernaan
merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk
diserap oleh tubuh dengan proses penernaan (pengunyahan, penelanan, dan
pencampuran) dengan enzim dan zat cair dari mulut sampai anus. Organ utama yang
berperan dalam eliminasi fekal adla usus besar. Usus besar memiliki beberapa fungsi
utama yaitu mengabsorpsi cairan dan elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan
mensekresikan mukus yang akan melindungi dinding usus dari trauma oleh feses dan
aktivitas bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan berkontraksi.
Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat refleks ini terdapat
pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena adanya feses dalam rektur.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi
a. Eliminasi Urine
1. Diet dan intake
Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein dan
sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan respon awal
untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat.
Akibatnya urine banyak tertahan dalam kandung kemih. Masyarakat ini
mempunyai kapasitas kamdung kemih yang lebih dari normal.
3. Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine.
Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi
eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
4. Stress psikologi
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau
meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal
dan eksternal.
6. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola
berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena
adanya tekanan dari fetus atau adanya.
7. Kondisi patologis
Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini disebabkan
oleh keinginan untuk minum sedikit.
b. Eliminasi Fekal
1. Tingkat perkembangan
Pada bayi sistem pencernaannya belum sempurna. Sedangkan pada lansia proses
mekaniknya berkurang karena berkurangnya kemampuan fisiologis sejumlah
organ.
2. Diet
Ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Sebagai contoh, makanan berserat akan mempercepat produksi feses. Secara
fisiologis, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh juga berpengaruh
terhadap keinginan defekasi.
3. Asupan Cairan
Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras. Ini karena
jumlah absorpsi cairan dikolon meningkat.
4. Tonos Otot
Tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas yang cukup akan
membantu defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan materi feses bergerak
disepanjang kolon.
5. Faktor psikologis
Perasaan cemas atau takut akan mempengaruhi peristaltik atau motilitas usus
sehingga dapat menyebabkan diare.
6. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik
dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Akan tetapi, jika digunakan
dalam waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus usus sehingga
usus menjadi kurang responsif terhadap stimulus laksatif. Obat-obat lain yang
dapat mengganggu pola defekasi antara lain: analgesik narkotik,opiat, dan anti
kolinergik.
7. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare atau konstipasi.
8. Gaya hidup
Aktivitas harian yang biasa dilakukan, bowel training pada saat kanak-kanak, atau
kebiasaan menahan buang air besar.
9. Aktivitas fisik
Orang yang banyakn bergerak akan mempengaruhi mortilitas usus.
10. Posisi selama defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi tersebut
memungkinkan individu mengerahkan tekanan yang terabdomen dan
mengerutkan otot pahanya sehingga memudahkan proses defekasi.
11. Kehamilan
Konstipasi adalah masalah umum ditemui pada trimester akhir kehamilan . seiring
bertambahnya usia kehamilan , ukuran janin dapat menyebabkan obstruksi yang
akan menghambat pengeluaran feses . Akibatnya , ibu hamil sering kali
mengalami hemoroid permanen karena seringnya mengedan saat defekasi .
3. KLASIFIKASI
a. Eleminasi urine
1. Retensi urine
Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih . \
2. Dysuria
Adanya rasa setidaksakit atau kesulitan dalam berkemih .
3. Polyuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal , seperti 2500 ml / hari ,
tanpa adanya intake cairan .
4. Inkontinensi urine
Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter eksternal untuk
mengontrol keluarnya urine dari kantong kemih .
5. Urinari suppresi
Adalah berhenti mendadak produksi urine
b. Eleminasi fekal
1. Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi , yang diikuti oleh pengeluaran
feses yang lama atau keras dan kering .
2. Impaksi
Imfaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi . Imfaksi adalah
kumpulan feses yang mengeras , mengendap di dalam rektum , yang tidak dapat
dikeluarkan.
3. Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang
cair dan tidak berbentuk . Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi
proses pencernaan , absorpsi , dan sekresi di dalam saluran GI . Inkontinensia
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas
dari anus .
4. Flatulen
Flatulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh , terasa nyeri , dan
kram.
5. Hemoroid
adalah vena – vena yang berdilatasi , membengkak dilapisan rektum .
4. GEJALA KLINIS
a. Eleminasi urine
Retensi urine
 Ketidaknyamanan daerah pubis
 Distensi kandung kemih
 Ketidaksanggupan untuk berkemih
 Sering berkemih dalam kandung kemih yang sedikit ( 25 – 50 ml )
b. Eleminasi Fekal
Diare
 Nyeri atau kejang abdomen
 Kadang disertai darah atau mukus
 Kadang vomitus atau nausea
 Bila berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya kelemahan dan kurus.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Eleminasi urine
1. Abdomen, kaji dengan cermat adanya pembesaran , distensi kandung kemih ,
pembesaran ginjal , nyeri tekan pada kandung kemih .
2. Genitalia. Kaji kebersihan daerah genetalia . Amati adanya bengkak , rabas , atau
radang pada meatus uretra .
3. Urine, kaji karakteristik urine klien bandingkan dengan karakteristik urine
normal.
b. Eleminasi fekal
1. Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang , hanya pada bagian
yang tampak saja
 Inspeksi. Amati abdomen untuk melihat bentuknya , simetrisitas , adanya
distensi atau gerak peristaltik .
 Auskultasi , dengarkan bising usus , lalu perhatikan intensitas , frekuensi dan
kualitasnya.
 Perkusi , lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya distensi
berupa cairan , massa , atau udara . mulailah pada bagian kanan atas dan
seterusnya .
 Palpasi , lakukan palpasi untuk mengetahui konstitensi abdomen serta adanya
nyeri tekan atau massa di permukaan abdomen .
2. Rektum dan anus , pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims.
3. Feses , amati feses klien dan catat konstitensi, bentuk , bau , warna , dan
jumlahnya .
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Eleminasi urine
1. Pengkajian
 Riwayat keperawatan
Tanyakan pada klien secara cermat dan menyeluruh tentang hal – hal sbb :
1. Pola perkemihan
Pertanyaan terkait pola berkemih sifatnya individual . Ini bergantung pada
individu apakah pola berkemihnya termasuk dalam kategori normal atau apakah
ia merasa ada perubahan pada pola berkemihnya .
2. Frekuensi berkemih
 5 kali / hari , tergantung kebiasaan seseorang. - 70% miksi pada siang hari,
sedangkan sisanya dilakukan pada malam hari, menjelang dan sesudah bangun
tidur.
 Berkemih dilakukan saat bangun tidur dan sebelum tidur.
3. Volume berkemih
Kaji perubahan volume berkemih untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan
cairan dengan membandingkannya dengan volume berkemih normal.
4. Asupan dan haluaran cairan
 Catat haluaran urine selama 24 jam
 Kaji kebiasaan minum klien setiap hari
 Catat asupan cairan peroral, lewat makanan, lewat cairan infus, atau NGT jika
ada.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Retensi urine yang berhubungan dengan kelemahan otot detrusor.
3. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi

Intervensi Rasional
Minta klien untuk berusaha berkemih pada Melatih mengosongkan kandung kemih
waktu yang terjadwal secara teratur. secara teratur dapat mengurangi terjainay
pengeluaran air kemih dalam bentuk tetesan.
Instruksikan klien untuk melakukan latihan Latihan dasar panggul membantu
dasar panggul di luar waktu berkemihnya. memperkuat otot-otot panggul pada saat
Minta klien melakukan latihan ini setiap kali saraf panggul utuh.
berkemih.
Minta klien menggunakan kompresi kandung Metode Crede membantu menstimulasi
kemih(metoda Crede) selama berkemih mikturisi dan mengosongkan kandung
kemih.
4. Evaluasi
 Kandung kemih tidak akan distensi setelah berkemih.
 Klien akan menyangkal adanya rasa penuh pada kandung kemihnya setelah
berkemih.
 Klien akan mencapai pengosongan urine total dalam 24 jam setelah kateter
diangkat.
b. Eliminasi Fekal
1. Pengkajian
 Riwayat Keperawatan
Tanyakan pada klien tentang hal-hal sebagai berikut:
1. Pola defekasi
a. Frekuensi (berapa kali perhari/minggu?)
b. Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?
c. Apa penyebabnya?
2. Perilaku defekasi
a. Apakah klien menggunakan laksatif?
b. Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?
3. Deskripsi feses
a. Warna?
b. Tekstur?
c. Bau?
4. Diet
a. Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi klien?
b. Makanan apa yang biasa klien makan?
c. Makanan apa yang klien hindari atau pantang?
d. Apakah klien makan secara teratur?
5. Cairan
Jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi setiap hari
6. Aktivitas
a. Kegiatan sehari-hari(misal olahraga)
b. Kegiatan spesifik yang dilakukan klien( misal penggunaan laksatif, enema
atau kebiasaan mengonsumsi sesuatu sebelum defekasi)
7. Penggunaan medikasi. Apakah klien bergantung pada obat-obatan yang dapat
mempengaruhi pola defikasinya.
8. Stress
a. Apakah klien mengalami stres yang berkepanjangan?
b. Koping apa yang klien gunakan dalam menghadapi stress?
c. Bagaimana respon klien terhadap stres? Positif atau negatif?
9. Pembedahan atau penyakit menetap
a. Apakah klien pernah mengalami tindakan bedah yang dapat mengganggu pola
defekasi?
b. Apakah klien pernah menderita penyakit yang mempengaruhi sistem
gastrointestinalnya?
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko devisit volume cairan yang berhubungan dengan diare yang lama.
3. Rencana Tindakan
a. Berikan cairan sesuai indikasi.
4. Evaluasi
a. Dehidrasi berkurang.
b. Pemenuhan kebutuhan cairan terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Qimoez Jumay. 2019. Laporan Pendahuluan: Kebutuhan Eliminasi.


https://www.academia.edu/9883646/Laporan_Pendahuluan_Kebutuhan_Eliminasi. diakses pada
tanggal 27 januari 2022 pada pukul 22.00 WITA.

Anda mungkin juga menyukai