Disusun oleh:
SABARIAH
NPM : 2214901210147
2. Etiologi
a. Gangguan Eliminasi Urina.
1) Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yangmempengaruhi
output urine atau defekasi. Seperti protein dan sodiummempengaruhi
jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake
cairan dari kebutuhan, akibatnya outputurine lebih banyak.
2) Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.Eliminasi
urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus
sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus ototkandung kemih
terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu
yang lama. Karena urine secara terus menerusdialirkan keluar kandung
kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggangdan dapat menjadi tidak
berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akanmempengaruhi jumlah urine
yang diproduksi, hal ini disebabkankarena lebih besar metabolisme
tubuh.
3) Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur urethrad.
4) Infeksie.
5) Kehamilanf.
6) Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat.
7) Trauma sumsum tulang belakang
8) Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,urethra.
9) Umur
10) Penggunaan obat-obatan
3. Batasan Karakteristik
a. Respon keinginan awal untuk berkemih atau defekasi.
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk
berkemih atau defekasi. Akibatnya urine banyak tertahan di kandung
kemih.Begitu pula dengan feses menjadi mengeras karena terlalu lama di
rectum danterjadi reabsorbsi cairan.
b. Gaya hidup.
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine
dan defekasi. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat
mempengaruhi frekuensi eliminasi dan defekasi. Praktek eliminasi
keluargadapat mempengaruhi tingkah laku.
c. Stress
Psikologi Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan
meningkatnya frekuensikeinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya
sensitif untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang
diproduksi.
d. Tingkat perkembangan.
Tingkat perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada
wanitahamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan
dari fetusatau adanya lebih sering berkemih. Pada usia tua terjadi penurunan
tonus ototkandung kemih dan penurunan gerakan peristaltik intestinal
e. Kondisi Patologis.
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter)
f. Obat-obatan,
Diuretiik dapat meningkatkan output urine. Analgetik dapatterjadi retensi
urine.
4. Patofisiologi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah
ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah
utama yaitu kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu
timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak!tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks
autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh
pusat korteks serebri atau batang otak.
Gangguan pada eliminasi sangat beragam. Masing-masing gangguan
tersebut disebabkan oleh etiologi yang berbeda. Pada pasien dengan trauma yang
menyebabkan cedera medulla spinalis, akan menyebabkan gangguan dalam
mengkontrol urine Cinkontinensia urine. Gangguan traumatik pada tulang
belakang bisa mengakibatkan kerusakan pada medulla spinalis. Kerusakan pusat
miksi di medulla spinalis menyebabkan kerusaan saraf simpatis dan parasimpatis
sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor
yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spingter
internal. Hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher /esika, striktur, bekuan
darah, dan batu kencing menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa
meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian distensi abdomen, dapat merusak
penghantaran impuls sensorik dan motorik dan meyebabkan kemampuan otot
detrusor dan spingter dalam merespon keinginan untuk berkemih menjadi
terganggu. Selain itu analgesik narkotik dan anestesi dapat menyebabkan
rusaknya impuls sensorik dan motorik yang berjalan di antara kandung kemih,
medula spinalis, dan otak. Atot kandung kemih dan otot sfingter juga tidak
mampu merepons terhadap keinginan berkemih (Sylvia,2006).
5. Pathway
Proses Infeksi
infeksi pada uretra Tumor/neoplasma Pembesaran pada
di sekitar ureter uterus pada saat
atau uretra kehamilan
Metabolisme peradangan
meningkat
Kompresi pada
Terbentuknya Kompresi pada saluran kemih
Panas/demam jaringan parut ureter/uretra
HIPERTERMI
Urine yang
Obstruksi keluar sedikit GANGGUAN
Obstruksi akut sebagian atau karena ada POLA
total aliran penyempitan ELIMINASI
urine ureter/uretra URINE
Kolik
renalis/nyeri
Urine mengalir
pinggang
balik Kegagalan ginjal
untuk membuang lambung
NYERI limbah metabolik
AKUT/NYERI
hidroureter
KRONIS Ureum
bertemu
Peningkatan dengan
Urine reflak ureum
ke pelvis HCL
dalam darah
ginjal
Penekanan Mual
Bersifat
pada medulla muntah
racun
ginjal/pada sel
dalam
sel ginjal
tubuh
GANGGUAN
System NUTRISI
Gangguan pencernaan KURANG
fungsi DARI
KEBUTUHAN
TUBUH
Kerusakan
sel-sel
ginjal
Gagal
Ginjal
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Riwayat keperawatan eliminasi
Riwayat keperawatan eliminasi fekal dan urin membantu
perawatmenentukan pola defekasi normal klien. Perawat mendapatkan
suatugambaran feses normal dan beberapa perubahan yang terjadi
danmengumpulkan informasi tentang beberapa masalah yang pernah terjadi
berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan faktor-faktor
yangmempengaruhi pola eliminasi
Pengkajiannya meliputi:
Pola eliminasi
Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
Masalah eliminasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti : penggunaan alat bantu,diet,
cairan, aktivitas dan latihan, medikasi dan stress.
b) Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputiinspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluranintestinal.
Auskultasi dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapatmerubah
peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi.
Inspeksi feses, meliputi observasi feses klien terhadap warna,konsistensi,
bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya unsur-unsur abdomen.
c) Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal
meliputi tehnik visualisasilangsung / tidak langsung dan pemeriksaan
laboratorium terhadap unsur-unsur yang tidak normal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola eliminasi urin
b. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya intake
dan menurunnya absorpsi makanan dan cairan
c. Retensi urin b.d Tidak tuntasnya pengeluaran urine
3. Intervensi
a. Gangguan pola eliminasi urin
Definisi : kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan
pengeluaran urine.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam.
Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.
Klien berkemih dalam keadaan rileks
Intervensi :
Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
Rasional : membantu mencegah distensi atau komplikasi
Tingkatkan aktivitas dengan kolaborasi dokter/fisioterapi
Rasional : meningkatkan kekuatan otot ginjal dan fungsi bladder
Kolaborasi dalam bladder training
Rasional : menguatkan otot dasar pelvis
Hindari faktor pencetus inkontinensia urine seperti cemas
Rasional : mengurangi / menghindari inkontinensia
Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan kateterisasi
Rasional : mengatasi factor penyebab
Jelaskan tentang : pengobatan, kateter, penyebab, tindakan lainnya
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan diharapkan pasien lebih
kooperatif.
b. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya intake dan
menurunnya absorpsi makanan dan cairan
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria Hasil :
Nafsu makan meningkat
Peningkatan masukan oral
Intervensi :
Timbang BB setiap hari
Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Berikan kondisi yang relaks saat menyajikan makanan
Ajarkan atau bantu individu untuk beristirahat sebelum makan
Pertahankan kebersihan mulut yang baik sebelum dan sesudah makan
Berikan makan dalam porsi kecil namun sering
Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk:
Makan apa saja bila dapat ditoleransi
Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan saat
makan dan hindari mengkonsumsi cairan satu jam sebelum dan
sesudah makan
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi. Terdapat pada :http://
911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
masalah.html
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. enerbitKedokteran
EGC: Jakarta.
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal.Terdapat p
ada : http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar- pemenuhan-
kebutuhan-eliminasi-fecal/
Nanda International. 2009. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klasifikasi. Jakarta:
EGC
Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada:www.kiva.o
rg
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC:Jakarta.
Supratman. 2000. askep Klien Dengan Sistem Perkemihan