Gejala tersebut dapat muncul secara tiba-tiba (akut), atau secara perlahan
dan berkepanjangan (kronis). Pada beberapa kasus, gejala gangguan
metabolik bisa muncul beberapa minggu setelah bayi lahir. Sementara
pada kondisi lain, gejala membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun
untuk berkembang (Suastika, 2020).
1.4 Patofisiologi
Resistensi insulin memediasi peningkatan free fatty acid (FFA). Free
fatty acid dapat menginhibisi aktivasi protein kinase pada otot, yang
menyebabkan penurunan uptake glukosa. Free fatty acid juga
meningkatkan aktivasi protein kinase di hepar, glukoneogenesis, serta
lipogenesis. Seluruh kejadian tersebut akan menyebabkan
hiperinsulinemia sebagai kompensasi untuk mencapai kadar gula darah
yang normal. Akhirnya, kompensasi tersebut gagal dan sekresi insulin
akan menurun. Free fatty acid juga bersifat toksik pada sel beta pankreas
dan bisa menurunkan produksi insulin (Rochlani, 2017).
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk gangguan metabolik: Gula darah dan
HbA1C. Fungsi ginjal: ureum, kreatinin, asam urat. Kadar trigliserida
(Zafar, 2018).
1.6 Komplikasi
Komplikasi yang diakibatkan oleh sindrom metabolik seringkali serius
dan jangka panjang (kronis):
1.6.1 Pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis).
1.6.2 Diabetes.
1.6.3 Serangan jantung.
1.6.4 Penyakit ginjal.
1.6.5 Penyakit hati berlemak nonalkohol.
1.6.6 Penyakit arteri perifer.
1.6.7 Penyakit kardiovaskular.
Jika diabetes berkembang, berisiko mengalami komplikasi, termasuk
kerusakan mata (retinopati), kerusakan saraf (neuropati), penyakit ginjal,
dan amputasi anggota badan (Suastika, 2020).
1.7 Penatalaksanaan
Pengobatan gangguan metabolik bertujuan untuk mengendalikan dan
meredakan gejala yang muncul, serta mencegah komplikasi. Metode
yang dilakukan tergantung pada jenis penyakit dan tingkat keparahan
yang dialami pasien. Untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi
gangguan metabolik, dilakukan:
1.7.1 Pola makan dan diet khusus sesuai penyakit yang dialami pasien,
misalnya dengan menghindari atau membatasi asupan nutrisi
tertentu
1.7.2 Obat atau suplemen pengganti enzim, untuk membantu proses
metabolisme
1.7.3 Obat untuk menghilangkan zat beracun yang mengendap dalam
tubuh akibat gangguan metabolisme.
(Zafar, 2018)
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Perfusi perifer tidak efektif
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Keadekuatan aliran darah
pembuluh darah distal untuk menunjang fungsi jaringan efektif,
dengan kriteria hasil:
a. Penyembuhan luka meningkat
b. Edema perifer menurun
c. Nyeri ekstremitas menurun
d. Kelemahan otot menurun
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
a. Monitor sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, suhu)
R/ Mengetahui kemungkinan adanya gangguan pada perfusi
perfier
b. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
R/ Beberapa penyakit seperti diabetes, hipertensi,
hiperkolesterol dapat menyebabkan gangguan sirkulasi perifer
c. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas
R/ Mengetahui adanya masalah atau gangguan yang terjadi
pada bagian perifer tubuh
d. Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
R/ mencegah kekurangan atau perubahan sirkulasi perifer
e. Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang
cidera
R/ Sirkulasi perfier yang terganggu dapat memperlambat
penyembuhan luka pada area yang cedera
f. Lakukan pencegahan infeksi
R/ Mencegah munculnya infeksi akibat invasi bakteri
g. Lakukan perawatan kaki dan kuku
R/ Mencegah terjadinya luka pada kaki
h. Anjurkan berhenti merokok
R/ Merokok merupakan salah satu pemicu terjadinya ganggaun
perfusi perifer
Diagnosa 2: Defisit nutrisi
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keadekuatan asupan
nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme membaik, dengan
kriteria hasil:
a. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
b. Berat badan membaik
c. Indeks massa tubuh (IMT) membaik
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
a. Identifikasi status nutrisi
R/ Membantu mengetahui tanda dan gejala nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b. Monitor berat badan
R/ Membantu pasien mengetahui perubahan berat badan setelah
diberikan informasi tentang memenuhi kebutuhan nutrisi
c. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
R/ Mengetahui hasil lab seperti glukosa, albumin, haemoglobin,
elektrolit
d. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
R/ Membantu pasien patuh dalam diet
e. Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
R/ Pemberian kembali secara dini makanan yang biasa
dikonsumsi akan membawa manfaat mengurangi frekuensi
defekasi dan meminimalkan penurunan berat badan serta
memperpendek lama sakit
3. Daftar Pustaka
Demczko, M. MSD Manual (2021). Overview of Hereditary Metabolic
Disorders.
Regufe, V., Pinto, C., & Pedro, P. (2020). Metabolic Syndrome in Type 2
Diabetic Patients: A Review of Current Evidence. Porto Biomedical
Journal, 5(6), pp. 1–6.
Rochlani Y, et al. Metabolic syndrome: pathophysiology, management, and
modulation by natural compounds. Therapeutic Advances in
Cardiovascular Disease. 2017;11(8):p.215-225.
SDKI, T. P. (2018). DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (I). Jakarta. Practice Nurse.
SIKI, T. P. (2018). DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (I). Jakarta. Practice Nurse.
SLKI, T. P. (2018). DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (I). Jakarta. Practice Nurse.
Suastika, K. (2020). The Challenges of Metabolic Disorders in Indonesia:
Focus on Metabolic Syndrome, Prediabetes, and Diabetes. Medical
Journal of Indonesia, 29(4), pp. 350–3.
Zafar U, et al. Metabolic syndrome: an update on diagnostic criteria,
pathogenesis, and genetic links. Hormones (Athens).
2018;17(3):p.299-313.
Banjarmasin, 25 Januari 2023
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,
( ) ( )