Oleh kelompok 4 :
2019/2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya kelompok dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Gawat Darurat II tentang
Konsep Dan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Metabolik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen pembimbing karena adanya tugas ini
dapat menambah wawasan kelompok.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. Definisi.......................................................................................................................................2
B. kegawatdaruratan hipoglikemik................................................................................................2
C. Kegawatdaruratan hiperglikemik...............................................................................................6
D. kegawat daruratan pituitari.....................................................................................................12
E. kegwatdaruratan tiroid............................................................................................................16
F. Kegawatdaruratan adrenal.....................................................................................................19
BAB III Asuhan Keperawatan……………………………………………………………………………………………………………31
A. Pengkajian…………………………………………………………………………………………………………………………….31
B Analisa data…………………………………………………………………………………………………………………………..32
C. Diagnosa Keperawatan………………………………………………………………………………………………………….34
D. Intervensi keperawatan………………………………………………………………………………………………………...34
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................35
A. Kesimpulan..............................................................................................................................35
B. Saran........................................................................................................................................35
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
System endokrin merupakan system yang mengatur metabolisme ,fungsi
jaringan,pertumbuhan,perkembangan,suasana hati, dan emosi. Selain itu, system
endokrin bekerja mempertahankan homeostasis dalam menghadapi stress fisiologis.
Gangguan pada satu kelenjar endokrin dapat mempengaruhi fisiologi seluruh tubuh.
Gangguan dalam produksi,suplai, maupun penggunaan hormon atau elektrolit dapat
mengakibatkan keadaan darurat medis yang membutuhkan penilaian yang
cepat,diagnosis,koreksi,dan identifikasi penyebab pemicu.
B. Tujuan
1 Untuk mengetahui definisi diabetik
2 Untuk mengetahui etiologi
3 Untuk mengetahui tanda dan gejala
4 Untuk mengetahui kegawatan pituitiari
5 Untuk mengetahui kegawatdaruratan tiroid
6 Untuk mengetahui kegawatdaruratan adrenal
7 Untuk mengetahui askep kegawatdaruratan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Diabetes mellitus adalah suatu kondisi kronis dimana tubuh tidak mampu untuk
memetabolisme glukosa karena kurang efektifnya insulin. Ada dua jenis diabetes
meliputi:
B. Kegawatdaruratan Diabetik
1. Kegawatdaruratan Hipoglikemik
Etiologi :
Hipoglikemia merupakan komplikasi akut yang paling sering terjadi pada
diabetes. Kadar glukosa darah normal berkisar 80-120 mg/dl (4,4-6,6
mmol/L). penyebabnya bervariasi,namun hipoglikemia di defenisikan sebagai
kadar glukosa darah kurang dari 60 sampai 70 mg/dL dan hipoglikemia berat
di defenisikan sebagai kadar glukosa darah kurang dari 40 mg/dl. Seberapa
cepat penurunan serum glukosa dapat mempengaruhi gejala yang muncul pada
pasien ,jika kadar glukosa turun terlalu cepat dibandingkan dengan
kemampuan kompensasi tubuh, tanda dan gejala dapat dilihat pada kadar
glukosa darah 60-80mg/dl.
Presentasi :
3
i) Gelisah
Namun demikian gejala ini tidak terlihat (hipoglikemik yang tidak disadari)
pada pasien :
a) Dengan diabetes lama (karena diabetes neuropati mempengaruhi
system otonom)
b) Seseorang yang memiliki episode hipoglikemia berat saat ini (karena
neuropati otonom diabetes,terdapat hilangnya respon ototnom yang
khas)
c) Seseorang yang mengkonsumsi obat beta-blocker (obat ini memblokir
respons khas epinefrin)
d) Seseorang yang alkoholik (penghambatan gluconeogenesis oleh
alcohol)
II. Sedang : hipoglikemia sedang di tandai dengan gejala neuroglycopenic seebagai
akibat kurangnya glukosa untuk otak.
a) Perubahan prilaku,mudah marah
b) Kebingungan
c) Sakit kepala
d) Mengantuk
e) Berbicara cadel
f) Kelemahan ,gaya berjalan sempoyongan
g) Penglihatan kabur
III. Berat : hipoglikemia berat merupakan keadaan darurat medis. Jika diobati, dapat
menyebabkan kejang,koma atau kerusakan saraf permanen.
Penanganannya:
Jika tidak yakin apakah pasien sedang mengalami hipoglikemia atau hiperglikemia
dan kadar glukosa darah diketahui,maka tangani seolah-olah pasien mengalami
hipoglikemia. Memberikan sedikit tambahan glukosa tidak akan membahayakan
pasien dengan hipoglikemia.
Penangananan hipoglikemia pada pasien sadar:
a) Mengukur kadar serum glukosa. Tes glukosa darah dengan fingerstick sudah
cukup untuk memulai penatalaksanaan
b) Lakukan analisis laboratorium serum glukosa untuk mengkonfirmasi
pembacaan hasil. Namun jangan menunda pengobatan ketika harus menunggu
hasil laboratorium jika pasien menunjukan gejala.
4
c) Berikan 15 sampai 20 g rapid acting oral glucose
d) Jika serum glukosa tidak membaik dalam waktu 15 menit , berikan
karbohidrat dosis kedua secara oral. (gejala system saraf simpatik dapat
membaik dengan cepat namun gejala neurogenic dapat terus berlanjut selama
1 jam atau lebih bahkan jika kadar glukosa darah lebih dari 100 mg/dl )
e) Setelah serum glukosa mengalami peningkatan,lanjutkan dengan pemberian
karbohidrat kompleks secara oral (biasanya berlangsung kurang dari 2 jam).
Cemilan karbohidrat kompleks atau makanan yang dimakan segera setelah
glukosa darah mulai meningkat akan mengurangi hipoglikemia sedang.
5
e) Glukagon mungkin tidak efektif jika penyimpanan glikogen hati telah
habis, misalnya hipoglikemia yang disebabkan oleh alkoholisme.
2. Kegawatdaruratan Hiperglikemik
Diabetes ketoacidosis
Diabetes ketoacidosis (DKA) menjadi penyebab kegawatdaruratan
hiperglikemik yang sering terjadi. Komplikasi dalam diabetes akut ini dalam
beberapa kasus mungkin menjadi gejala awal dari diabetes baru,khususnya
diabetes tipe 1.
a. Etiologi
DKA terjadi sebagai akibat dari kurang badekuatnya kadar insulin dan
ditandai oleh dehidrasi yang berat,kehilangan elektrolit, ketonuria,dan
asidosis. Ketika insulin tidak tersedia mengangkut glukosa kedalam
sel,hati metabolism asam lemak menjadi keton.akumulasi dari keton
menghasilkan asidosis metabolik. Temuan klasik meliputi :
- Glukosa darah lebih dari 250 mg / dl
- Ph kurang dari 7,3 (asidosis metabolic)
- Serum HCO3 kurang dari 15 sampai 20 mmol / L
- Ketonemia
Dka biasanya hanya terjadi pada pasien diabetes tipe 1,namun dibawah
kondisi stress yang ekstrim, hal ini bias terjadi pada diabetes tipe 2.
b. Penyebab
- Diabetes onset baru
- Dosis insulin tidak memadai atau terdapat kesalahan dosis insulin
- Penyakit atau infeksi pada pasien yang di ketahui diabetes
(penyebab paling umum dari DKA)
- Alkohol atau penyalahgunaan dari narkoba
- Infark miokard
- Pankreatitis atau kelainan abdomen
c. Tanda dan gejala
6
- Takikardia ,hipotensi
- Berkurangnya volume: kulit kering dan turgor mmburuk
,membrane mukosa kering
- Kelelahan
- Perubahan status mental akut dari rasa kantuk menjadi koma
- Napas berbau aseton
- Pernapasan kussmaul (cepat,dalam) tubuh mencoba untuk
mengkomprensasi asidosis metabolic dengan mengeluarkan
karbondioksida
- Nyeri perut tanpa kekakuan, bising usus berkurang.
d. Prosedur Diagnostik
- Mengukur kadar serum glukosa,tes glukosa darah dengan
glukometer cukup dengan memulai perawatan. (mendapatkan
serum glukosa untuk memvalidasi).
- Uji glukosa dan keton dalam urin
- Melakukan pemeriksaan urinalisis (infeksi adalah factor yang
sering kali menjadi pencetus DKA )
- Melakukan pemeriksaan darah lengkap dengan diferensial
,elektrolit,blood urea nitrogen, kreatinin, fosfat dan amilase.
- Melakukan pemeriksaan analisa gas darah arteri.
- Melakukan pemeriksaan rontgen dada ,elektrodiagram 12-lead
(EKG), dan kultur darah seperti yang diindikasikan.
e. Intervensi terapeutik
Meskipun kondisi ini membutuhkan intervensi segera,koreksi yang terlalu
cepat dapat menyebabkan edema serebral,hipoglikemia,atau hypokalemia.
1. Penggantian cairan
- Gantikan volume intravascular dan perfusi ginjal. Kehilangan
volume yang sangat banyak dapat terjadi pada DKA d. total
rata-rata defisit cairan tubuh yaitu 6 L (orang dewasa) atau 100
ml/kg berat badan. Tingkat yang pasti akan tergantung pada
kondisi dan respon pasien. Mulailah penggantian cairan
sebelum memulai terapi insulin atau penggantian elektrolit.
- Berikan normal 1 sampai 2L per jam selama 1 sampai 2 jam
pertama,kemudian 100 hingga 500 ml per jam untuk orang
7
dewasa. Untuk pasien anak gantikan dengan 20ml/kg berat
badan pada satu jam pertama. Penggantian cairan yang lebih
agresif diindikasikan jika pasien dalam kondisi syok
hipovolemik.
- Ubah cairan intravena menjadi saline 0.45% jika hypovolemia
telah teratasi dan tingkat serum natrium masih tinggi atau
normal.
2. Mengatasi ketonemia dan hiperglikemia dan pemberian insulin
- Dianjurkan insulin diberikan secara intravena ,insulin yang
disuntikkan diserap dengan tidak teratur dalam keadaan
hypovolemia. Pilihan terapi untuk DKA sedang hingga berat
adalah insulin regular dengan infus IV secara kontiniyu.
- Berikan dalam bolus IV 0,1 unit insulin regular per kilogram
berat badan dan kemudian mulai berikan insulin menggunakan
infus IV secara kontiniyu 0,1 unit / kg per jam. Isi tube dan
buang 30-50 ml pertama larutan insulin-inormal salin karena
insulin mengikat plastik.
- Periksa serum glukosa setiap jam. Penurunan serum glukosa
yang terlalu cepat akan meningkatkan resiko edema serebral.
Banyak rumah sakit telah menerapkan protocol pemberian
insulin sebagi petunuk titrasi infus insulin sesuai dengan kadar
glukosa turun menjadi 250 mg/ dL, pertimbangkan untuk
mengubah larutan IV menjadi larutan berisi dextrose
( misalnya (D5W / 0,45% saline) dan menurunkan insulin
sesuai dengan anjuran dokter untuk mempertahankan kadar
serum glukosa 150-200 mg/ dL. Tergantung pada jenis
insulin,terapi insulin subkutan harus dimulai 1 sampai 4 jam
sebelum penghentian infus insulin IV untuk menghindari
terulangnya hiperglikemia dan ketogenesis.
-
3. Penggantian elektrolit
- Periksa serum elektrolit pada saat kedatangan pasien dan setiap
2 sampai 4 jam kemudian. Pada kebanyakan kasus kadar serum
8
kalium awalnya meningkat . resusitasi cairan,terapi insulin dan
koreksi asidosis dan mengurangi kadar kalium ekstraseluler.
- Setelah serum kalium kurang dari 5 mEq / L ,penggantian
kalium IV dimulai untuk menjaga kadar kalium darah antara 4
dan 5 mEq / L . Jika serum kalium awal kurang dari 3,3 mEq /
L,tunda terapi insulin dan mulai penggantian kalium segera.
- Mulailah penggantian kalium hanya setelah ditetapkan bahwa
pasien telah memiliki urin yang cukup dan tidak menderita
gagal ginjal
- Penggantian fospat juga mungkin diperlukan.
- Natrium bikarbonat dapat diberikan secara intravena jika Ph
arteri sama atau kurang dari 7
a. Etiologi
HHS sering dikaitkan dengan diabetes tipe 2 meskipun setengah dari pasien dengan
HHS tidak memiliki diabetes. Banyak kasus HHS dipicu oleh kondisi medis atau
pemebedahan seperti infeksi,infark miokard akut,atau stroke. Obat-obatan dapat
menjadi penyebab seperti diuretik,thiazide,steroid ,fenitonin, propranolol,dan
cimetidine. Penyebab lainnya yaitu total parental nutrion (TPN) tube feding tanpa
aliran bebas yang cukup,dan kelainan ginjal.
9
- Kelemahan
- Polyuria,polydipsia
- Penurunan volume yang signifikan dengan mukosa kering,kulit
kering,hipotensi ortostik,dan takikardia pada kasus yang berat
- Anoreksia dan mual muntah
- Perubahan status mental akut,lesu,atau koma.staus mental berkolerasi dengan
osmolaitas serum.
- Kejang
c. Prosedur diagnostik
Perbedaan utama antara HHS dan DKA yaitu HHS ditunjukan dengan peningkatan
glukosa serum yang sangat tinggi dan tidak adanya ketoasidosis untuk membuat
diagnosis ,dapatkan panel dasar metabolik,gas darah arteri,dan urinalisis. HHS
didefenisikan melalui hasil laboratorium beriukut:
- Hiperglikemia lebih dari 600 mg/dL
- Peningkatan osmolitas plasma lebih dari 315 mOsm/kg
- Serum bikarboant lebih dari 15 mEq / L
- PH arteri dalam batas normal
- Keton serum negative
- Glukosa positif dalam urin namun tidak ada keton.
10
Kadar bikarbonat Rendah Normal
Keton Paling sedikit 4+ dalam <2 +dalam 1:1
1:1 pengenceran pengenceran
pH Rendah ,biasanya <7.3 Normal
Osmolalitas serum Biasanya <350 m0sm/kg Biasanya >350
Edema serebral Sering subklinis ,sesekali m0sm/kg
klinis Penurunan glukosa
Prognosis 3% sampai 10 % angka cepat meningkatkan
kematian risiko
Subsequent course Biasanya dibutuhkan 20% sampai 60%
terapi insulin yang kematian
berlangsung Terapi insulin
Diabetes mellitus Paling sering terlihat seringkali tidak
pada tipe 1 diperlukan
Pengganti Cairan
Hidrasi dengan IV normal salin merupakan terapi dasar untuk untuk HHS
11
Pengurangan Serum Glukosa
Berikan insulin:Tujuan terapi insulin pada pasien dengan HHS adalah untuk
mengurangi kadar serum glukosa sekitar 50 sampai 70 mg/dL per jam.
Ketika glukosa darah turun menjadi 300 mg/dL, ubah menjadi larutan IV yang
mengandung dekstrosa seperti D,W / 0,45% saline . Menambahkam dektrosa seperti
D3W/0,45% saline.Menambahkan dekstrosa kedalam cairann IV dapat mengurangi
resikoedema serebral terkait dengan penuranan cepat dalam kadar glukoa serum.
Monitor kadar serum glukosa setiap jam.
Pengganti Elektrolit
Periksa kimia darah setiap 2 sampai 4 jam sampai pasien stabil.
Ganti kalium 20 sampai 30 mEq/L dalam cairan IV jika keluaran urine memadai. Jika
kalium kurang dari 3,3 mEq/L , tunda terapi insulin sampai hypokalemia telah
diperbaiki.
C. KEGAWADARURATAN PITUITARI
Diabetes Insipidus
Etiologi
Diabetes Melitus (DI) dapat menjadi suatu kondisi yang permanen atau sementara,
tergantung pada jumlah jaringan sekretori hipotalamus yang tersisa dan tingkat kerusakan
ginjal. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami trauma kepala ,baru saja menjalani
operasi intracranial atau memiliki riwayat karsinoma sel sel oat. Meskipun namanya mirip,
DI tidak memiliki hubungan dengan diabetes mellitus. Ada dua jenis DI: neurogenic dan
nefrogenik.
12
Iskemia atau infeksi hipotalamus atau hipofisis
Meningitis atau ensefalitis
Aneurisma serebral
Obat-obatan : fenitoin,lithium
Intervensi Terapetik
Pengganti cairan.
- Rehidrasi secara oral jika pasien asimptomatik dan kehilangan cairan tubuh
tidak eksrim.
- Kadang-kadang, dalam keadaan darurat,pasien DI tidak dapat minum cukup
cairan untuk mengganti kehilangan urine mereka. Ganti kehilangan cairan
dengan dekstrosa dan air atau cairan IV yang hipoosmolar untuk serum
pasien. Cegah hiperglikemia, kelebiahan volume cairan , dan koreksi
hypernatremia yang terlalu cepat. Aturan praktis yang baik adalah untuk
mengurangi serum natrium sebesar 0,5 mEq/L per jam..
13
Neurogenic DI : Ganti ADH dengan berikut:
- Aqucous pitressin (IV atau subkutan )
- Lysine Vasopressin semprot (hidung)
- Desmopressin acctate (DDAVP)
Nefrogenik DI : Tidak terpengaruh terhadap terapi pengganti ADH.
- Diet pembatasan natrium dan protein
- Diuretic thiazide
- Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)
sakit kepala
kelelahan
kebingungan ,penurunan tingkat kesadaran
kejang
14
Mual,muntah
Hilangnya reflex tendon dalam
Penambahan berat badan tanpa edema
Prosedur Diagnostik
Gambarkan kelompok pemeriksan laboratorium metabolic dasar,yang akan
menunjukkan hyponatremia dilutional dn penurunan osmolalitas plasma.
Periksa urinalisis,yang akan menujukkan peningkatan osmolalitas urine,natrium,dan
berat jenis.
Intervensi Terapeutik
pengobatan ditentukan oleh keparahan gejala dan peningkatan hyponatremia.
Jika pasien asimtomatik, asupan air dibatasi 500 sampai 1000 mL per hari.
Pasien yang menunjukkan gejala dan memiliki hyponatremia membutuhkan
hipertonik saline IV (3% sampai 5%) dan furosemide sampai gejala membaik. Ikuti
kebijakan instutisi dalam pemberian hipertonik saline. Cairan hipertonik adalah salah
satu yang memiliki tonisitas lebih besar dari cairan dalam sel tubuh. Ketika jenis
cairan ini disuntikkan ,hal itu menyebabkan sel kehilangan cairan masuk kedalam
ruang sekitarnya. Jika terlalu banyak cairan masuk ke dalam ruang sekitarnyaa. Jika
terlalu banyak cairan hipertonik disuntikkan ,sel-sel akan menyusut dan layu. Sel-sel
mengalamii iritasi,dan ini mungkin akan menimbulkan rasa sakit pada area
penyuntikan. Akibatnya,beberapa pasien memerlukan infus melalui jalur sentral dan
monitoring dalam ruang perawatab kritis.
Pantau kadar natrium serum setiap 1 sampai 2 jam.
D. KEGAWATDARURATAN TIROID
15
Kegawatdaruratan tiroid jarang terjadi namun dapat mengancam jiwa . Kelenjar tiroid
mengatur tingkat metabolism tubuh melalui system kontra-regulasi hipotalamus-hipofisis-
tiroid.Disfungsi tiroid berat , baik hipotiroid dan hipertiroid merupakan keadaan darurat
medis.
Tirotoksikosis dan bentuk badai tiroid yang lebih parah adalah kondisi
hipermetabolik terkait dengan hipertiroidisme. Sekitar 60% sampai 80% dari
tirotoksikosis disebabkan oleh penyakit Grave , yaitu gangguan autoimun yang
menyebabkan stimulasi terus menerus dari kelenjar tiroid.
Etiologi
Stress
Manipulasi kelenjar tiroid
Reaksi obat yang parah
Operasi
Trauma
Infark miokard
Infeksi
DKA
Embolism
Perbedaan antara hipertiroidisme dan badai tiroid adalah pada penilaian klinis.
Peningkatan suhu dari 38,7o C (101,7oF) tapi mungkin hingga 41OC (105,8O F)
Disfungsi system saraf pusat :pasien mungkin gelisah dengan rentang perhatian yang
pendek , kecemasan,emosi labil,agitasi dan tremor
16
Disfungsi kardiovaskular
- Sinus takikardi hampir selalu nampak (menunjukan keparahan kelebihan
katekolanin)
- Fibrilasi atrium
- Angina dari penyakit arteri koroner yang sudah ada sebelumnya
Disfungsi gastrointestinal (mual dan muntah,diare,pseudodiarrhea,misalnya
peningkatan frekuensi lebih dari 3 kali sehari)
Prosedur Diagnostik
Serum panel tiroid harus diperiksa. Diperkirakan pasien mengalami peningkatan
kadar triiodothyronine (T3) , tiroksin (T4) dan tiroksin bebas (T4 bebas), dengan
penurunan kadar thyroid-stimulating hormone (TSH).
Intervensi Terapeutik
Jika tidak segera diidentifikasi dan diobati,kondisi ini dapat berkembang menjadi
kelelahan,gagal jantung, dan kematian dalam waktu 2 jam. Krisis hipertiroid yang
tidak diobati menyebabkan angka kematian yang tinggi yaitu 90%.
Perawatan pasien dengan badai tiroid memerlukan identifikasi dan penanganan
factor penyebab,penurunan kadar hormon tiroid, dan manajemen yang cepat
terhadap manifestasi sistemik yang muncul, seperti hipertermia dan disritmia
jantung.
Berikan parasetamol (bukan aspirin) untuk mengurangi hyperthermia
Parasetamol lebih dipilih dibandingkan aspirin yang dapat meningkatkan serum T4
bebas dan konsentrasi T3 dengan menghambat pengikatan protein.
Berikan agen beta-blocking untuk melawan hiperstimulasi simpatik. Gunakan
dengan hati-hati pada pasien dengan asma atau gagal jantung. Propranolol intravena,
diikuti dengan pemberian oral sering digunakan,tetapi esmolol dapat digunakan.
Propranolol menghambat takikardia tan T4 berubah menjadi T3.
Obat antitiroid
- Propylthiouracil (PTU) atau 6-n-propylthiourical (PROP) : mencegah sintesis
hormone tiroid. Berdasarkan rekomendasi dari food and drug administration
amerika serikat tahun 2003 terkait dengan resiko penyakit hati yang
17
serius,PTU tidak lagi direkomendasikan sebagai obat garis depan untuk
orang dewasa yang tidak hamil dan anak-anak.
- Methimazole: menghambat sintesis T3 dan T4
- Youdium (natrium iodide,kalium iodida atau lugol yodium) : menghambat
pelepasan hormon tiroid. Yodium perlu diberikan satu jam setelah PTU atau
methimazole, karena yodium dapat meningkatkan produksi tiroid.
- Reserpine
- Guanethidine
- Glukokortikoid (dexamethasone) : menghambat konversi perifer T4 ke T3.
Glukortikoid juga membantu menggantikan penggunaan kortisol dalam
situasi stress.
Pastikan bahwa cairan dan asupan kalori memadai untuk peningkatan kebutuhan
metabolisme.
18
o Tanda-tanda penurunan metabolisme. Hipotermia (suhu < 35,5 °C ,95,9℉
tanpa menggigil,bradikardia,tekanan darah sistolik kurang dari 100
hipoventilasi .
o Tanda-tanda hipotiroidisme lama: edema periorbital, macroglossia (lidah
bengkak) , suara serak,kulit kering, nonpitting edema ekstremitas
bawah,kelelahan,kelesuan.
o Koma:kejang pada pasien dengan koma
o Myxedema madness : 5% sampai 15% pasien myxedema menunjukan
beberapa bentuk psychosis. Bentuk paling umum mencakup manifestasi dari
gangguan pikiran,seperti delusi dan halusinasi.
Prosedur Diagnostik
o Panel tiroid : kadar tiroksin (T4) menurun dan kadar TSH meningkat.
o Panel metabolic dasar : ditemukan hiponatermia dari hipokloremia
o EKG
Intervensi Terapeutik
o Advanced airway management sesuai kebutuhan
o Rehidrasi perlahan dan penggantian natrium
o Pemanasan pasif untuk mengatsi hipotermia
o Penggantian hormon tiroid intravenous (levothyroxine,tiroksin)
o Glukokortikoid (untuk mengobati kemungkinan insufisiensi adrenal yang
sudah ada).
E. KEGAWATDARURATAN ADRENAL
19
1 Sindrom cushing
Steroid yang berlebihan,biasanya berasal dari pemberian ekstrogen secara
sitemik,mengakibatkan hypernatremia sementara (retensi cairan),
hypokalemia,hiperglikemia dan hipoklasemia. Diperlukan pemberian
imunosupresi dan tindakan pencegahan yang tepat. Jika pasien tidak
menghentikan penggunaannya, dapat terjadi krisis addisonian yang berasal
dari insufisiensi glucosteroids.
Kelemahan,kelelahan
Hipotensi
Anoreksia,penurunan berat badan jika kronis
Mual dan muntah,sakit perut,diare atau sembelit
20
Hiperpigmentasi,terutama buku-buku jari,aksila,gusi,dan lipatan
tangan pada insufisiensi adrenal primer kronis
Prosedur Diagnostik
Memeriksakan panel metabolic lengkap.
Hyponatremia, hipokloremia, dan hyperkalemia (pada pasien dengan
insufisiensi adrenal primer)
Hipoglikemia
Memeriksa kadar kreatinin
Menggambarkan kadar hormone kortisol dan adrenokortikotropik
Intervensi terapeutik
Stabilisasi berhubungan dengan cairan dan elektrolit
Hidrokortison intravena. Pasien yang menerima pengobatan steroid
kronis dan penyakit akut atau luka dapat diobati dengan steroid
tambahan untuk stress fisiologis saat ini selain terapi kondisi medis
utama
Deksametason
21
Hipertensi
Sakit kepala, gangguan penglihatan
Kecemasan
Diaphoresis
Palpitasi,takiaritmia
Ketidaknyamanan perut
Prosedur Diagnostik
Pemeriksaan urin 24 jam untuk ketokelamin dan methaneprine
Intervensi terpaeutik
kontrol krisis hipertensi dengan agen alpha-blocking intavena
(phentolamine), nitroprusside,atau labetalol. Beta blockade merupakan
kontaindikasi karena dapat mempengaruhi hipertensi
pertahankan status volume normal
pantau adanya disritmia jantung dan obati sesuai indikasi
Gangguan Elektrolit
Elektrolit, ion menghasilkan arus listrik,sangat penting untuk fungsi sel yang
baik dan pemeliharaan keseimbangan cairan asam-basa. Kelebihan atau kekurangan
setiap elektrolit penting dapat mengakibatkan krisis yang mengancam jiwa.
Table 29-3 meringkas perubahan irama jantung yang berhubungan dengan gangguan
elektrolit penting.
22
Bradikardia Berat
Heart blocks
Paroxysmal atrial fibrillation
Cardiac standstill or arrest
23
Gelombang P menghilang seiring
peningkatan level t kalium
Gelombang T dan kompleks QRS
menyatu
Bradikardia atau AV block
Sodium : Normal-135-145 mEq/L Berkembang menjadi VF atau asistol
Tidak secara langsung menyebabkan
perubahan ritme jantung,tetapi nilai
abnormal menyebabkan pergeseran
cairan dan tanda-tanda hypovolemia
atau hypervolemia dengan takikardia
atau bradikardia
Gangguan kalsium
Sekitar 45% kalsium secara fisiologis tersedia dalam darah untuk memenuhi kebutuhan
seluler. Bagian ini disebut sebagai kalsium aktif,bebas atau terionisasi 40% lainnya terikat
dengan serum protein (terutama albumin) dan secara fisiologis tidak aktif,kalsium yang
tersisa sekitar 15% terikat dengan elektrolit lain. Perubahan PH darah mengubah jumlah
kalsium terionisasi. Ketika PH darah naik,akan lebih banyak kalsium terikat dengan serum
protein yang menyebabkan turunnya kadar kalsium terionisasi. Ketika PH turun,sedikit
kalsium terikat protein dan kadar kalsium terionisasi meningkat. Demikian juga ketika
protein serum turun,serum kalsium total juga menurun. Berdasasarkan keterkaitan ini dokter
memungkinkan untuk mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala gangguan kalsium.
HIPOKALSEMIA
Etiologi
24
transfusi beberapa jenis darah secara cepat (toksisitas sitrat terjadi ketika pengawat
sitrat dalam darah yang ditransfusikan mulai mengikat kalsium pada pasien)
gangguan paratiroid (parathyroid mempengaruhi ekskresi kalsium) tiroid atau operasi
paratiroid
sepsis bakteri gram-negatif (20% mungkin memiliki hipokalsemia)
Temuan klinis pada pasien hipokalsemia tergantung pada tingkat kalsium saat ini dan tingkat
keparahan kehilangan kalsium terionisasi.
Intervensi terapeutik
Acute
Pemberian sepuluh milliliter dari 10% cairan kalsium glukonat intravena selama 10
sampai 15 menit (pemberian yang cepat menyebabkan hipotensi). Kalsium klorida
dapat menjadi obat pengganti namun masuknya obat ini menyebabkan nekrosis
jaringan lokal. Ketika kalsium diberikan jantung pasien harus terus dimonitor.
Tindakan pencegahan kejang
Calcifedol (hormone sekunder yang diubah menjadi vitamin D)
Kronis
25
meningkatkan asupan kalsium
meningkatkan suplementasi kalsium oral
HIPERKALSEMIA
Etiologi
Intervensi terapeutik
Gangguan Magnesium
HIPOMAGNESEMIA
26
Magnesium terutama dapat diperoleh dalam sayuran hijau. Magnesium diserap dalam usus
kecil dan dieksresikan oleh ginjal. System enzim yang mengontrol permeabilitas membrane
sel,kontraksi otot,fosforilasi oksidatif, lemak dan sintesis asam nukleat diaktifkan oleh
magnesium.
Etiologi
Intervensi terapeutik
27
HIPERMAGNESEMIA
Hipermagnesemia adalah kondisi tidak biasa namun mengancam jiwa yang berhubungan
dengan kehilangan cairan berat atau gagal ginjal
Etiologi
Penyeybab kondisi ini biasanya iatrogenic yang dihasilkan dari pemberian zat yang
mengandung magnesium secara berlebihan seperti antasida,enema dan cairan dialisat atau
dari overdosis lithium. Hipermagnesemia juga dapat dilihat pada pasien dengan DKA
,penyakit Addison,infeksi virus hepatitis,hipotermia dan gagal ginjal tanpa cuci darah dan
pada mereka yang mendapatkan terapi magnesium untuk kehamilan dengan hipertensio.
Intervensi terapeutik
Berikan cairan dan diuretic intravena untuk meningkatkan ekskresi (jika fungsi ginjal
normal)
Berikan kalsium glukonat 10 Ml dari 10% larutan IV. Perawatan ini berlawanan
dengan efek magnesium terhadap neuromuscular
GANGGUAN FOSFOR
HIPOPHOSPHATEMIA
28
Pada manusia 80% sampai 85% fosfat dalam tubuh terdapat dalam tulang dan gigi sementara
15% sampau 20% ada pada intaselular. Produk makanan merupakan sumber utama dari fosfat
yang diekskresikan oleh ginjal. Ion ini berperan penting dalam struktur dan fungsi
sel,glikolisis,pengiriman oksigen,dan pemeliharan kadar serum kalsium.
Etiologi
Penurunan moderate
- Kelemahan,tremor,dan nyeri otot
- Kesemutan jari tangan dan daerah circumoral
- Kekakuan sendi,nyeri pada tulang,fraktur
- Anoreksia
- Kebingungan
- Sakita dada
Penurunan berat
- Anemia hemolitik
- Gangguan pengiriman oksigen
- Kelumpuhan
- Kejang,koma,kematian
Intervensi terapeutik
29
Jika kondisinya parah atau pasien dengan gejala ,penggantian fosfor intravena
diperlukan
HIPERPHOSPHATEMIA
Hiperrphosphatemia didefenisikan sebagai kadar serum fosfor lebih dari 4,5 mg/dL
Etiologi
Kelainan elektrolit ini paling sering diakibatkan oleh ekskresi fosfor ginjal yang buruk tetapi
kadang-kadang disebabkan oleh perpindahan fosfor dari intraseluler keruang ekstraseluler
sebagai akibat dari kerusakan jaringan seluler (misalnya, rhabdomyolysis)
Anoreksia
Pruritus
Kelemahan otot,tetani
Takikardia
Deposit kalsium fospat pada sendi,otot,ginjal dan pembuluh darah
Intervensi Terapetik
Berikan agen pengikat fosfat seperti magnesium atau antasida yang mengandung
kalsium.
Kurangi asupan fosfor
Gangguan Kalium
Sebagai ion intraselular penting , kalium bertanggung jawab untuk depolarisasi otot dan
fungsi neurologis.
Hypokalemia
Hypokalemia didefenisikan sebagai tingkat serum kalium kurang dari 3,5 mEq/L.
30
Etiologi
Eksresi kalium berlebih dalam urine (diuresis)atau feses (diere atau melebssorpsi)
Metabolic alkalosis.
Terapi insulin .
Steroid dosis tinggi.
Asupan kalium yang tidak memadai.
Pasien trauma mungkin mengalami hypokalemia jangka pendek karena kadar
epinefrin tinggi.
Intervensi terapetik
31
Adanya kondisi kekurangan magnesium sebelumnya menyebabkan lebih sulit untuk
memperbaiki hypokalemia.
Hyperkalemia
Etiologi
Hyperkalemia didefenisikan sebagai kadar serum potassium yang lebih dari 5 mEq/L.
32
Berikan insulin IV dan glukosa untuk mendorong kalium kembali ke dalam sel.
Dengan cara memberikan 1 ampil D50W (50 Ml) dan 10 unit insulin regular. Pantau
kadar serum glukosa dan monitor pasien terhadap kemungkinan hipoglikemia. Ini
adalah tindakan sementara untuk mengurangi serum kalium;harus diikuti langkah-
langkah yang lebih pasti, seperti Kayexalate dan hemodialysis.
Berikan nebulasi albuterol 10 sampai 20 mg selama 15 menit .(Katekolamin
menaktifkan pompa ATPase natrium-kalium melalui beta-2 stimulasi reseptor hal ini
dapat menambah efek insulin.)
Pertimbangkan pemberian natrium bikarbonat dengan perlahan secara IV, 1-3 ampul
(44 mEq/ ampil), selama 20 sampai 30 menit. Onset kerja langsung dan berlangsung 1
sampai 2 jam . Infus natrium bikarbonat dapat memindahkan kalium dari ekstra
selular ke ruang intraseluler dengan meningkatkan pH darah, pH vena atau arteri
harus dipantau.
Jika pasien memiliki fungsi ginjal yang baik , pemberian furosemide 40 sampai 80 mg
dan normal saline intravena (100 Ml/jam) dilakukan untuk memperbaiki diuresis dan
kehilangan kalium.
Berikan sodium polystryrene sulfonate,resin penukar kation, secara oral atau dengan
enema dubur. Onset aksi lambat, membuat obat ini menjadi pilihan yang tidak tepat
untuk pengobatan awal hyperkalemia yang mengancam jiwa.
Hemodialysis jika kadar kalium mengancam jiwa,terutama pada pasien dengan gagal
ginjal yang tidak mampu untuk mengeluarkan kelbihan kalium.
Gangguan Sodium
Hyponatremia
Kadar serum sodium kurang dari 135 mEq/L dianggap sebagai hyponatremia. Kondisi ini
terjadi karena penurunan actual kadar natrium ekstraseluleer atau peningkatan volume
cairan eksstraseluler , yang menyebabkan hyponatremia encer.
Etiologi . Hiponatremia ringan (>125-130 mEq/L) biasanya berhubungan dengan
kehilangan natrium dari penggunaan diuretic (paling umum pada orang tua)atau bebrapa
tingakatan dari kelbihan cairan. Kelebihan cairan dapat terjadi pada gagal jantung, gagal
33
ginjal,atau penyakit hati yang berkaitan dengan pengembangan hyperaldosteronism
sekunder(aldostron dilepaskan karena hipoperfusi ginjal). Bayi dapat mengalami
hyponatremia jika hanya diberikan air sebagai pengganti cairan ketika mengalami
gastroenteritis atau dari pengencaran yang terlalu banyak.
Hyponatremia sedang hingga berat (kurang dari 125 mEq/L) umumnya merupakan
hasil dari SIADH dan polydipsia psikogenik.
Tanda dan Gejala. Tingkat keparahan dari gejala klinis tergantung pada kadar
natrium serumdan kecepatan dimana terjadi penurunan kadar kadar sodium. Tanda dan
gejala hyponatremia berat meliputi efek neurologis (edema serebral menyebabkan sakit
kepala, pusing, kebingungan ,koma dan kejang)karena dampaknya pada osmolalitas.
Intervensi Terapeutik
Identifikasi dan obati penyebab yang mendasari.
Pada pasien sadar,mulai dengan terapi konservatif seperti pembatan air dan
penggantian natrium oral.
Untuk hyponatremia berat (serum Na+ <109 mEq/L), pertimbangkan penggantian
natrium intravena secara perlahan menggunakan larutan garam 3% sampai 5%
diikuti dengan diuretic untuk membantu eksresi air. Gunakan formula yang tersedia
seperti pedoman yang disarankan untuk pemberian larutan hipertonik. Larutan
hipertonik dapat menimbulkan komplikasi berbahaya sehingga hanya diberikan
sampai gejala mereda. Pastikan untuk mengikuti kebijakan rumah sakit mengenai
pemberian larutan hipertonik.
Tangani hyponatremia dengan hati-hati. Koreksi secara agresif dapat berbahaya hal ini
berhubungan dengan kerusakan hipofisis (yang berasal dari penyusutan sel)dan sindrom
demielinasi osmotic.(demyelinization dari penggantian sodiumyang cepat).
Hipertaremia
Hypernatremia didefenisikan sebagai tingkat serum natrium lebih dari 145 mEq/L. Kondisi
ini dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan totsl natrium atau penurunan cairan tubuh.
Hal ini relatif jarang terjadi ,karrena orannng-oranng dengan status mental dan mekanisme
rasa haus yang normal memiliki respons haus, bahkan dengan sedikit peningkatan kadar
seum sodium (3 mEq/L) diatas baseline yang memicu intake cairan.
34
Etiologi . Deplesi volume dapat terjadi sebagai akibat dari kehilangan
urine,demam,hiperventilasi,kekurangan air,diare,atau keringat berlebihan. Peningkatan kadar
serum natrium menyebabkan air berpindah dari intraseluler ke ruang ekstraseluler dalam
upaya untuk mencapai keseimbangan osmotik. Dehidrasi seluler yang dihasilkan
menghasilkan depresi system saraf pusat dan (kadang-kadang) hemorrahage intraserebral.
Kehausan
Kelelahan,kelesuan,kebingungan,koma
Intervensi terapeutik
35
BAB III
PRIMARY SURVEY
Airway
Pada klien tidak ditemukan sputum
Breathing
Terdapat RR 28x/I dan nafas pasien terlihat cepat dan dalam (kusmaul)
Circulation
Klien tampak pucat dan membrane mukosa kering
Disability
Klien mengatakan lemas sehingga sulit melakukan aktifitas.
Exposure
BB turun drastis ,klien poliuri
SECONDARY SURVEY
Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit sekarang : Ketoasidosis Diabetikum
Riwayat penyakit dahulu : Pernah menderita DM tipe 1
Riwayat penyakit keluarga : Adanya anggota keluarga yang mengalami diabetes
Aktivitas/istirahat
Look :Lemah,sulit bergerak, tonus otos menurun
Integritas/Ego
36
Look : sress, tergantung pada orang lain, ansietas
Feel : peka rangsang
Elimanasi
Look ; perubahan pola berkemih (poliuri)
Listen : bising usu lemah dan menurun, hiperaktif (diare),adanya asites
Feel : rasa nyeri/terbakar,nyeri tekan abdomen
Nutrisi/Cairan
Look : hilang nafsu makan, mual/muntah,penurunan berat badan lebih ,kulit
kering,turgorjelek,
Listen : kekakuan/distensi abdomen
Feel : haus, bau halisitosis,bau buah (napas aseton)
Neurosensori
Look : disorientasi, mengantuk
Reflek tendon dalam menurun
Feel : pusing, kesemutan,kebas,kelemahan pada otot,gangguan penghlihatan.
Nyeri/kenyaman
Look : wajah meringis,tampak sangat berhati-hati
Listen : abdomen yang tegang
Pernapasan
Look ; batuk tanpa sputum purulent,frekuensi pernafasan meningkat
Listen : frekuensi pernafasan meningkat
Feel : merasa kekurangan oksigen
Kemanan :
Look ; kulit kering,gatal
Listendiaforesis
Rencana pemulangan
Memerlukan bantuan dalam pengaturan diet,pengobatan,perawatan
diri,pemantauan terhadap glukosa darah
Analisa Data
37
Symptom Etiologi Problem
Ds; Kekurangan insulin Pola nafas tidak
-Klien mengeluh sakit efektif
kepala Pemecahan lemak meningkat
-Klien mengeluh
penglihatan kabur Pemecahan lemak (lipolysis)
Do : menjadi asam lemak bebas dan
- Kelemahan gliserol
- Takikardia
- Frekuensi pernafasan Asam lemak bebas akan diubah
meningkat menjadi badan keton oleh hati
- sesak
Asidosis
Respirasi meningkat
38
Diagnosa NOC NIC
Pola nafas Respirastory status NIC
tidak efektif :ventilation 1. Posisikan pasien untuk
b.d respirasi Respiratory status: airway memaksimalkan
yang patency ventilasi
meningkat Vital sign status 2. Auskultasi suara nafas
3. Monitor respirasi dan
Setelah dilakukan tindakan status O2
keperawatan selama… 4. Pertahankan jalan nafas
pasien menunjukan yang paten
keefektifan pola nafas, 5. Observasi adanya tanda
dibuktikan dengan kriteria tanda hipoventilasi
hasil : 6. Monitor adanya
1. Menunjukkan jalan kecemasan pasien
nafas yang paten . (klien terhadap oksigenasi
tidak merasa 7. Monitor vital sign
tercekik,irama 8. Informasikan pada
nafas,frekuensi pasien dan keluarga
pernafasan dalam tentang untuk
rentang normal,tidak ada memperbaiki pola nafas
suara nafas abnormal) 9. Monitor pola nafas
2. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah,nadi,pernafasan)
39
kriteria hasil : 15 menit- 1 jam
1. Mempertahankan urine 5. Monitor status nutrisi
output sesuai dengan usia 6. Kolaborasi pemberian
dan BB cairan IV
2. Tekanan darah,nadi suhu 7. Kolaborasi dokter jika
tubuh dalam batas normal tanda cairan berlebih
3. Intake oral dan intravena muncul memperburuk
adekuat kesehatan klien
4. Tidak ada tanda-tanda 8. Monitor intake dan urin
dehidrasi,elastisitas turgor ouput
kulit baik,membrane
muksa lembab,tidaak ada
rasa haus yang berlebihan
BAB IV
40
PENUTUP
A. Kesimpulan
system endokrin bekerja mempertahankan homeostasis dalam menghadapi stress
fisiologis. Gangguan pada satu kelenjar endokrin dapat mempengaruhi fisiologi
seluruh tubuh. Gangguan dalam produksi,suplai, maupun penggunaan hormon atau
elektrolit dapat mengakibatkan keadaan darurat medis yang membutuhkan penilaian
yang cepat,diagnosis,koreksi,dan identifikasi penyebab pemicu.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca memahami isi makalah yang telah
disusun meskipun kami menyadari makalah ini kurang dari sempurna. Oleh karena itu
kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat membantu
menyempurnakan makalah yang selanjutnya
41
DAFTAR PUSTAKA
Kurniaati Amelia Yanny Trisyani dkk 2018. Keperawatan Gawat darurat dan
Bencana Sheehy, Elsevier Singapore .
42