Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

DEFISIT PERAWATAN DIRI

KELOMPOK 2:

1. Dian lestari
2. Elsa suprianti
3. Elsi audina sari
4. Elvina
5. Fauziah hariani

1
PROGAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SYEDZA SAINTIKA PADANG

2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem
Nuerobehaviour II yang membahas tentang “Defisit Perawatan Diri” tepat pada
waktunya. Tak lupa shalawat serta salam penulis hadiahkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan
menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak hal yang kurang dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat memperbaikinya.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber ilmu
yang baru bagi kita semua. Amin.

Padang, November 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi..............................................................................................................................5
B. Etiologi..............................................................................................................................5
C. Tanda dan Gejala...............................................................................................................7
D. Jenis – Jenis.......................................................................................................................7
E. Rentang Respon.................................................................................................................8
F. Proses Terjadinya Masalah................................................................................................8
G. Pohon Masalah................................................................................................................10
H. Mekanisme Koping.........................................................................................................11
I. Penatalaksanaan...............................................................................................................11
J. Akibat..............................................................................................................................12
K. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.......................................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................17
C. Rencana Tindakan Keperawatan.....................................................................................17
D. Tindakan Keperawatan....................................................................................................20
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................................26
B. Saran................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa
perubahan yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan situasi
individu baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik,
mental dan sosial. Individu yang sehat jiwa ini meliputi menyadari kemampuan
dirinya secara penuh. Mampu menghadapi problem maupun situasi yang berat dan
mampu berada dengan orang lain (Keliat,dkk.2007).

Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan bahwa


sekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa.
Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh
peneliti di Harvard University dan University College London, mengatakan penyakit
kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis kecacatan di seluruh dunia.
Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya (VOA Indonesia, 2016).

Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60


juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236
juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17%
menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat
sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa, dari 34
provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah
gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia pada
urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini
akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-
gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013).

Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri akibat


adanya perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri menurun. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat
memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit

4
dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor
pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.

Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan


klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan
hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu
penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan
mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan diri ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
B. GANGGUAN IRAMA JANTUNG
C. (ARRHYTHMIA)
D.
E. A. Pengertian Aritmia
F. Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan
pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit
abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan
elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak
hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk
gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
G.
H.
I.
J.
K.
L. Aritmia jantung (heart arrhythmia)menyebabkan detak jantung menjadi
terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya
tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung
yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun
beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan
atau bahkan sampai mengancam nyawa. . Aritmia dan HR abnormal tidak
harus terjadi bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau
dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per menit).
Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia -
lebih dari 100 per menit).
M. Pengobatan aritmia jantung seringkali dapat mengendalikan atau
menghilangkan denyut jantung tidak teratur. Selain itu, aritmia juga dapat
diatasi dengan menjalankan gaya hidup sehat. Tanda dan gejala aritmia
jantung tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan kesehatan rutin bisa
membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung yang tidak
teratur dapat juga terjadi pada jantung yang ‘normal dan sehat.
N. Gangguan irama jantung dapat di bagi dua:

6
O. 1. Gangguan irama fibrilasi(tidak kuncup)pada serambi beresiko
stroke
P. 2. Gangguan irama fibrilasi (tidak kuncup) pada bilik jantung
berakibat langsung fatal.
Q. Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah "serambi
jantung tidak menguncup" atau fibrilasi-bergetar kecil saja dan hanya
sekali-sekali saja kuncup secara normal dimana yang seharusnya pacu
jantung SA di serambi kiri memberikan pacu untuk serambi jantung agar
menguncup secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding serambi
hanya bergetar saja tanpa memompa jantung alias ngadat, hal akan sangat
berbahaya dan beresiko untuk terjadinya stroke. Walaupun serambi tidak
menguncup sempurna karena adanya gangguan irama tetapi darah masih
dapat mengalir lambat ke bilik jantung dan selanjutnya dipompakan
keseluruh tubuh.
R.
S. Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi Uni Eropah dan
Amerika Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di atas 60
tahun, apalagi bagi yang memiliki usia di atas 80 tahun resiko terjadinya
fibrilasi serambi jantung semakin tinggi dapat terjadi.
T.
U. Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan
mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan
keluar jantung, dan dengan sekejap saja orang dapat meninggal. Akibatnya
Gangguan Irama pada serambi jantung ini membahayakan karena sebagai
akibat aliran darah yang tidak lancar dalam serambi jantung dapat
terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana kemudian bekuan ini
dapat lepas dan menyangkut di otak serta menimbulkan stroke. Bekuan
darah ini dapat juga lepas dan meyangkut di ginjal serta menimbulkan
gagal ginjal.
V.
W.
X.
Y.
Z.
AA.
BB.
CC.
DD. Pengalaman kami seorang pasien diabetes dengan hipertensi
melakukan olahraga berat tiba-tiba saat olah raga ia merasakan se-akan-
akan jantungnya ngadat kebetulan rumah sakit dekat dan ia langsung
masuk ruang emergensi dan ditolong. Pemeriksaan segera dilakukan
dengan memasang 10 detektor ECG(6 di dada an 4 masing-masing di

7
pergelangan tangan dan kaki) dan ditemukan adanya gangguan serambi
jantung yang tidak menguncup(fibrilasi) jelas dengan adanya resiko
terbentuknya bekuan dalam serambi jantung yang kelak dapat lepas dan
menimbulkan stroke.
EE.Kepada pasien diberikan obat-obatan untuk mencegah timbulnya bekuan
dan juga obat untuk menormalkan irama jantung. Keadaan pasien
membaik beberapa hari kemudian.
FF. Pemeriksaan ECG sangat membantu untuk menentukan penyebab
gangguan jantung dan pengobatannya.
GG. Bradiaritmia dan Takiaritmia
HH. Berbagai keadaan dapat menimbulkan kelainan pada sistem listrik
jantung. Pada umumnya gangguan sistem listrik jantung akan
menimbulkan perubahan irama jantung menjadi terlalu lambat
(Bradiaritmia, jantung berdenyut kurang dari 60 kali permenit) atau terlalu
cepat (Takiaritmia, jantung berdenyut lebih dari 100 kali permenit)
II. Kedua keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap kerja jantung
memompa darah ke seluruh tubuh.
JJ. Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang mengalir
di dalam sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh tidak
terpenuhi. Hal ini akan menimbulkan gejala seperti mudah capek,
kelelahan yang kronis, sesak, keleyengan bahkan sampai pingsan. Yang
berbahaya, bila jumlah darah yang menuju otak menjadi berkurang bahkan
minimal sehingga terjadi pingsan atau perasaan melayang. Pada keadaan
yang lebih parah dapat menyebabkan stroke.
KK. Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan
mengalami kelelahan dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang
biasanya disertai perasaan takut karena debaran jantung yang begitu cepat
(sampai lebih dari 200 kali permenit). Pada keadaan yang ekstrim dimana
bilik jantung berdenyut sangat cepat dan tidak terkendali, maka terjadi
kegagalan sirkulasi darah yang bila dilakukan pertolongan cepat dengan
kejut listrik (DC shock) dapat mengakibatkan kematian.
LL.Syukurlah, kebanyakan takiaritmia tidak menimbulkan kematian
mendadak. Akan tetapi tentu harus dipastikan jenis aritmia apa yang
terdapat pada seorang pasien.
MM. Bradiaritmia yang terjadi akibat hambatan transmisi listrik jantung,
umumnya menetap sehingga diperlukan alat bantu yang dapat menjamin
kecukupan frekuensi denyut jantung. Alat tersebut adalah alat pacu
jantung tetap (Permanent Pace Maker, PPM). PPM ditanam dibawah kulit
dada lalu dihubungkan ke jantung melalui sejenis kabel. Hanya diperlukan
operasi kecil dengan bius lokal saja untuk pemasangan PPM.
NN. Takiaritmia, pada umumnya dapat disembuhkan total melalui
tindakan ablasi. Setelah dilakukan tindakan ablasi, pasien terbebas dari

8
penyakit takiaritmia dan tidak memerlukan obat-obatan lagi. Ablasi adalah
tindakan invasif yang merupakan kelanjutan dari EPS. Pada ablasi
dilakukan pemutusan/eliminasi sumber takiaritmia dengan menggunakan
panas yang dihasilkan oleh gelombang frekuensi radio. Tingkat
keberhasilan ablasi pada takiartmia yang umum terjadi, sangat tinggi yaitu
sekitar 95%. Dengan resiko yang sangat kecil.
OO. Deteksi Aritmia
PP. Pada dasarnya deteksi aritmia cukup sederhana, yaitu dengan
menggunakan alat perekam irama jantung yang disebut elektrokardiografi
(EKG). Bila pasien datang pada saat ada keluhan-keluhan diatas lalu
dilakukan perekaman EKG, maka dapat diketahui ada tidaknya gangguan
gangguan irama/aritmia jantung. Kadangkala, gejala timbul di rumah dan
ketika sampai di RS gejalanya sudah hilang sehingga pada perekaman
EKG-pun tidak tertangkap aritmia-nya. Oleh karena itu diperlukan
pemeriksaan lain yang lebih komprehensif seperti Holter Monitoring atau
pemeriksaan yang canggih yang disebut Electrophysiology Study (EPS).
Holter monitoring adalah perekaman EKG secara kontinue selama 24-48
jam sehingga memperbesar peluang deteksi aritmia. Bila aritmianya hanya
terjadi sangat jarang maka diperlukan rekaman yang lebih lama. Kadang
dilakukan pemasangan alat kecil dibawah kulit yang disebut Insertable
Loop Recorder (ILR). EPS adalah suatu pemeriksaan invasive dimana
dilakukan perekaman listrik jantung secara langsung pada sistem listrik
jantungnya
QQ.
RR. Ada beberapa tipe-tipe aritmia
SS. o Premature atrial contractions. Ada denyut tambahan di awal yg
berasal dari atrium (ruang jantung bagian atas). Ini tidak berbahaya dan
tidak memerlukan terapi.
TT.o Premature venticular contractions (PVCs). Ini merupakan aritmia
yang paling umum dan terjadi pd orang dengan atau tanpa penyakit
jantung. Ini merupakan denyut jantung lompatan yang kita semua kadang2
mengalami. Pada beberapa orang, ini bisa berkaitan dengan stres, terlalu
banyak kafein atau nikotin, atau terlalu banyak latihan. Tetapi kadang-
kadang, PVCs dpt disebabkan oleh penyakit jantung atau
ketidakseimbangan elektrolit. Orang yang sering mengalami PVCs
dan/atau gejala2 yg berkaitan dgnya sebaiknya dievaluasi oleh seorang
dokter jantung. Namun, pada kebanyakan orang, PVC biasanya tidak
berbahaya dan jarang memerlukan terapi.
UU. o Atrial fibrilasi (AF). Ini merupakan irama jantung tidak
teratur yang sering menyebabkan atrium, ruang atas jantung, berkontraksi
secara abnormal.

9
VV. o Atrial flutter. Ini merupakan aritmia yang disebabkan oleh
satu atau lebih sirkuit yang cepat di atrium. Atrial flutter biasanya lebih
terorganisir dan teratur dibandingkan dengan atrial fibrilasi. Aritmia ini
terjadi paling sering pada orang dengan penyakit jantung, dan selama
minggu pertama setelah bedah jantung. Aritmia ini sering berubah menjadi
atrial fibrilasi.
WW. o Paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT). Suatu
HR yang cepat, biasanya dengan irama yang teratur, berasal dari atas
ventrikel. PSVT mulai dan berakhir dg tiba2. Terdapat dua tipe utama :
accessory path tachycardia dan AV nodal reentrant tachycardia (lihat
bawah).
XX. o Accessory pathway tachicardia. HR yang cepat disebabkan
oleh jalur atau hubungan extra yang abnormal antara atrium dan ventrikel.
Impuls berjalan melewati jalur ekstra selain juga melewati rute biasa. Ini
membuat impuls berjalan di jantung dg sangat cepat menyebabkan jantung
berdenyut dg cepat.
YY. o AV nodal reentrant tachycardia. HR yang cepat disebabkan
lebih dari satu jalur melewati AV node. Ini dapat menyebabkan palpitasi
(jantung berdebar), pingsan atau gagal jantung. Pada banyak kasus, ini
dapat disembuhkan dg menggunakan suatu manuver sederhana yang
dilakukan oleh seorang profesional medis yang terlatih, dg obat2an atau
dengan suatu pacemaker.
ZZ.
AAA. o Ventricular tachycardia (V-tach). HR yang cepat yang
berasal dari ruang bawah jantung (ventrikel). Denyut yang cepat mencegah
jantung terisi cukup darah, oleh karena itu, hanya sedikit darah yang
terpompa ke seluruh tubuh. Ini dapat mrp aritmia yang serius, khususnya
pd orang dengan penyakit jantung dan mkn berhubungan dg lebih banyak
gejala. Seorang dokter jantung sebaiknya mengevaluasi aritmia ini.
BBB. o Ventricular fibrilasi. Letupan impuls yang tidak teratur dan
tidak terorganisir yang berasal dari ventrikel. Ventrikel gemetar dan tidak
mampu berkontraksi atau memompa darah ke tubuh. Ini merupakan
kondisi emergensi yang harus diterapi dg CPR dan defibrilasi sesegera
mungkin.
CCC. o Long QT syndrome. Interval QT adalah area pd ECG yang
merepresentasikan waktu yang diperlukan otot jantung untuk berkontraksi
dan kemudian relaksasi, atau yang diperlukan impuls listrik utk
meletupkan impuls dan kmd recharge. Jika interval QT memanjang, ini
meningkatkan resiko terjadinya “torsade de pointes”, suatu bentuk
ventricular tachicardia yang mengancam hidup. Long QT syndrome
merupakan suatu kondisi yang diturunkan yang dapat menyebabkan
kematian mendadak pada orang muda. Ini dapat diterapi dengan obat2

10
antiaritmia, pacemaker, electrical cardioversion, defibrilasi,
defibrilator/cardioverter implant atau terapi ablasi.
DDD. o Bradiaritmia. Ini merupakan irama jantung yang pelan yang
dapat muncul dari kelainan pada sistem konduksi listrik jantung.
Contohnya adalah sinus node dysfunction dan blok jantung.
EEE. o Sinus node dysfunction. HR yang lambat yang disebabkan
oleh SA node yang abnormal. Diterapi dengan pacemaker.
FFF. o Blok jantung. Suatu penundaan (delay) atau blok total
impuls listrik ketika berjalan dari sinus node ke ventrikel. Blok atau delay
dapat terjadi pada AV node atau sistem HIS purkinje. Jantung berdenyut
ireguler dan sering lebih lambat. Jika serius blok jantung perlu diterapi
dengan pacemaker.
GGG.
HHH.
III.
JJJ.B. Macam-Macam Aritmia
KKK. a. Sinus Takikardi
LLL. Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada
ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan
ada gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.
MMM. b. Sinus bradikardi
NNN. Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada
ECG adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak
disandapan I,II dan aVF.
OOO. c. Komplek atrium prematur
PPP. Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus
menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut sinus
berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur, terlihat
gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P berikutnya.
QQQ. d. Takikardi Atrium
RRR. Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu
kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
SSS. e. Fluter atrium.
TTT. Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi
atrium cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III
dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji
UUU. f. Fibrilasi atrium
VVV. Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah
reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
WWW. g. Komplek jungsional prematur
XXX. h. Irama jungsional
YYY. i. Takikardi ventrikuler

11
ZZZ.
AAAA.
BBBB.
CCCC.
DDDD. C. Penyebab dan factor resiko gangguan irama jantung
EEEE. Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan
oleh :
FFFF. 1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik,
peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
GGGG. 2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau
spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
HHHH. 3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin
dan obat-obat anti aritmia lainnya
IIII. 4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia,
hipokalemia)
JJJJ. 5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung
KKKK. 6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
LLLL. 7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
MMMM. 8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
NNNN. 9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor
jantung
OOOO. 10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi
(fibrosis sistem konduksi jantung)
PPPP. Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia
jantung atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya
adalah:
QQQQ. 1. Penyakit Arteri Koroner
RRRR. Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung
abnormal, kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor
resiko untuk hampir semua jenis aritmia jantung.
SSSS. 2. Tekanan Darah Tinggi
TTTT. Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit
arteri koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi
kaku dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
UUUU. 3. Penyakit Jantung Bawaan
VVVV. Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama
jantung.
WWWW. 4. Masalah pada Tiroid
XXXX. Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan
hormon tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung

12
menjadi cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium
(atrial fibrillation).
YYYY. Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak
cukup melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi
(bradycardia).
ZZZZ. 5. Obat dan Suplemen
AAAAA. Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung
pseudoephedrine dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
BBBBB. 6. Obesitas
CCCCC. Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner,
obesitas dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
DDDDD. 7. Diabetes
EEEEE. Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi
akan meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula
darah rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.
FFFFF. 8. Obstructive Sleep Apnea
GGGGG. Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat
tidur. Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur
dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
HHHHH. 9. Ketidakseimbangan Elektrolit
IIIII. Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut
elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
JJJJJ. Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi
terhadap terjadinya aritmia jantung.
KKKKK. 10. Terlalu Banyak Minum Alkohol
LLLLL. Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik
di dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
MMMMM. Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung
berdetak kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy
(kematian otot jantung).
NNNNN. 11. Konsumsi Kafein atau Nikotin
OOOOO. Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia
jantung yang lebih serius.
PPPPP. Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat
memengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau
kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).
QQQQQ. D. Tanda Dan Gejala Aritmia
RRRRR. Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu

13
SSSSS. a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
TTTTT. b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
UUUUU. c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak
dengan obat antiangina, gelisah
VVVVV. d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman
pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
WWWWW. e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
XXXXX. f. Palpitasi
YYYYY. g. Pingsan
ZZZZZ. h. Rasa tidak nyaman di dada
AAAAAA. i. Lemah atau keletihan (perasaan
BBBBBB. j. Detak jantung cepat (tachycardia)
CCCCCC. k. Detak jantung lambat (bradycardia)
DDDDDD. E. Pemeriksaan Gangguan Irama Jantung
EEEEEE.  EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan
konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
FFFFFF.  Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin
diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala
khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
GGGGGG.  Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran
bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
HHHHHH.  Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan
aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
IIIIII.  Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk
mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
JJJJJJ.  Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium,
kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
KKKKKK.  Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas
obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh
digitalis, quinidin.
LLLLLL.  Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar
tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.

14
MMMMMM.  Laju sedimentasi : Penignggian dapat
menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor
pencetus disritmia.
NNNNNN.  GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
OOOOOO. F. Penatalaksanaan Medis
PPPPPP.  Terapi medis
QQQQQQ. Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
RRRRRR. a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
SSSSSS.  Kelas 1 A
TTTTTT. Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan
untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
UUUUUU. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi
dan aritmi yang menyertai anestesi.
VVVVVV. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
WWWWWW.  Kelas 1 B
XXXXXX. Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
YYYYYY. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
ZZZZZZ.  Kelas 1 C
AAAAAAA. Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
BBBBBBB.
CCCCCCC. b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
DDDDDDD. Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung,
angina pektoris dan hipertensi
EEEEEEE. c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
FFFFFFF. Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
GGGGGGG. d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
HHHHHHH. Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
IIIIIII.  Terapi mekanis
JJJJJJJ. o Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
KKKKKKK. o Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang
digunakan pada keadaan gawat darurat.
LLLLLLL. o Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat
untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi
ventrikel.
MMMMMMM. o Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu
menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.

15
NNNNNNN. G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
OOOOOOO.  Pengkajian
PPPPPPP.
QQQQQQQ. a. Pengkajian primer :
RRRRRRR. 1. Airway
SSSSSSS. • Apakah ada peningkatan sekret ?
TTTTTTT. • Adakah suara nafas : krekels ?
UUUUUUU. 2. Breathing
VVVVVVV. • Adakah distress pernafasan ?
WWWWWWW. • Adakah hipoksemia berat ?
XXXXXXX. • Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas
?
YYYYYYY. • Apakah ada bunyi whezing ?
ZZZZZZZ. 3. Circulation
AAAAAAAA. • Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
BBBBBBBB. • Apakah ada takikardi ?
CCCCCCCC. • Apakah ada takipnoe ?
DDDDDDDD. • Apakah haluaran urin menurun ?
EEEEEEEE. • Apakah terjadi penurunan TD ?
FFFFFFFF. • Bagaimana kapilery refill ?
GGGGGGGG. • Apakah ada sianosis ?
HHHHHHHH. b. Pengkajian sekunder
IIIIIIII.  Riwayat penyakit
JJJJJJJJ. o Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke,
hipertensi
KKKKKKKK. o Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati,
GJK, penyakit katup jantung, hipertensi
LLLLLLLL. o Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti
aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
MMMMMMMM. o Kondisi psikososial
NNNNNNNN.  Pengkajian fisik
OOOOOOOO. o Aktivitas : kelelahan umum
PPPPPPPP. o Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau
hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama
tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban
berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun
bila curah jantung menurun berat.
QQQQQQQQ. o Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam,
cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
RRRRRRRR. o Makanan/cairan : hilang nafsu makan,
anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat
badan, perubahan kelembaban kulit

16
SSSSSSSS. o Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala,
disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
TTTTTTTT. o Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan
sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
UUUUUUUU. o Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek,
batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
VVVVVVVV. o Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi
obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus
otot/kekuatan
WWWWWWWW.
XXXXXXXX.  Diagnosa keperawatan dan Intervensi
YYYYYYYY. a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan
dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
ZZZZZZZZ. Kriteria hasil :
AAAAAAAAA. o Mempertahankan/meningkatkan curah jantung
adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran
urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa
BBBBBBBBB. o Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya
disritmia
CCCCCCCCC. o Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
kerja miokardia.
DDDDDDDDD. Intervensi :
EEEEEEEEE. o Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat
frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.
FFFFFFFFF. o Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama.
Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
GGGGGGGGG. o Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah
jantung/perfusi jaringan.
HHHHHHHHH. o Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi;
bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung
IIIIIIIII. o Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi
aktivitas selama fase akut.
JJJJJJJJJ. o Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan
stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi
KKKKKKKKK. o Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya,
intensitas dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal
contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD
LLLLLLLLL. o Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai
indikasi

17
MMMMMMMMM. o Kolaborasi :
NNNNNNNNN. o Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
OOOOOOOOO. o Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
PPPPPPPPP. o Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
QQQQQQQQQ. o Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
RRRRRRRRR. o Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu
jantung
SSSSSSSSS. o Masukkan/pertahankan masukan IV
TTTTTTTTT. o Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
UUUUUUUUU. o Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter
atau defibrilator
VVVVVVVVV.
WWWWWWWWW.  Kurang pengetahuan tentang penyebab atau
kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah
pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
XXXXXXXXX. Kriteria hasil :
YYYYYYYYY. o menyatakan pemahaman tentang kondisi, program
pengobatan
ZZZZZZZZZ. o Menyatakan tindakan yang diperlukan dan
kemungkinan efek samping obat
AAAAAAAAAA.Intervensi :
BBBBBBBBBB. o Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi
elektrikal
CCCCCCCCCC. o Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan
tindakan terapeutik pada pasien/keluarga
DDDDDDDDDD.o Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia
khusus contoh kelemahan, perubahan mental, vertigo.
EEEEEEEEEE. o Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk
mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang
dilakukan bila dosis terlupakan
FFFFFFFFFF. o Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari
latihan berlebihan
GGGGGGGGGG.o Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
HHHHHHHHHH.o Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi
pasien untuk dibawa pulang
IIIIIIIIII. o Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
JJJJJJJJJJ. o Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi
pacu jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis
KKKKKKKKKK.o Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT
contoh pijatan karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu
LLLLLLLLLL.
MMMMMMMMMM.

18
NNNNNNNNNN.
OOOOOOOOOO.
PPPPPPPPPP.
QQQQQQQQQQ.
RRRRRRRRRR.
SSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTT. H. Contoh Aritmia EKG dengan Kriterianya
UUUUUUUUUU. D. Ventrikel Region
VVVVVVVVVV.
WWWWWWWWWW.
XXXXXXXXXX.
YYYYYYYYYY.
ZZZZZZZZZZ.
AAAAAAAAAAA.
BBBBBBBBBBB.
CCCCCCCCCCC.
DDDDDDDDDDD.
EEEEEEEEEEE.
FFFFFFFFFFF. (Idioventrikular Rhytm)
GGGGGGGGGGG. Ciri-cirinya :
HHHHHHHHHHH. Irama regular
IIIIIIIIIII. Frekwensi 20 - 40 x/menit
JJJJJJJJJJJ. Tidak ada gelombang P
KKKKKKKKKKK. Komplek QRS lebar or lebih dari normal
LLLLLLLLLLL.
MMMMMMMMMMM.
NNNNNNNNNNN.
OOOOOOOOOOO.
PPPPPPPPPPP.
QQQQQQQQQQQ.
RRRRRRRRRRR.
SSSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTTT.
UUUUUUUUUUU.
VVVVVVVVVVV. (Accelerated Idioventrikular)
WWWWWWWWWWW. Ciri-cirinya :
XXXXXXXXXXX. Irama regular
YYYYYYYYYYY. Frekwensi antara 40 - 100 x/menit
ZZZZZZZZZZZ. Tidak ada gel P
AAAAAAAAAAAA. Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR
interval regular
BBBBBBBBBBBB.

19
CCCCCCCCCCCC.
DDDDDDDDDDDD.
EEEEEEEEEEEE.
FFFFFFFFFFFF.
GGGGGGGGGGGG.
HHHHHHHHHHHH. (Ventrikel Takikardia/ VT)
IIIIIIIIIIII. Ciri-cirinya :
JJJJJJJJJJJJ. Irama regular
KKKKKKKKKKKK. Frekwensi 100-250x/menit
LLLLLLLLLLLL. Tidak ada gelombang P
MMMMMMMMMMMM. Komplek QRS lebar atau lebih dari normal
NNNNNNNNNNNN.
OOOOOOOOOOOO.
PPPPPPPPPPPP.
QQQQQQQQQQQQ.
RRRRRRRRRRRR.
SSSSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTTTT.
UUUUUUUUUUUU.
VVVVVVVVVVVV. (VT Polymorphic)
WWWWWWWWWWWW. Ciri-cirinya :
XXXXXXXXXXXX. Irama regular irregular
YYYYYYYYYYYY. Lainya sama dengan VT.
ZZZZZZZZZZZZ.
AAAAAAAAAAAAA.
BBBBBBBBBBBBB.
CCCCCCCCCCCCC.
DDDDDDDDDDDDD.
EEEEEEEEEEEEE.
FFFFFFFFFFFFF.
GGGGGGGGGGGGG. (ventrikel Fibrilasi/VF)
HHHHHHHHHHHHH. Ciri-cirinya :
IIIIIIIIIIIII. Irama chaotic atau kacau balau
JJJJJJJJJJJJJ. No denyut jantung.
KKKKKKKKKKKKK.
LLLLLLLLLLLLL.
MMMMMMMMMMMMM.
NNNNNNNNNNNNN.
OOOOOOOOOOOOO.
PPPPPPPPPPPPP.
QQQQQQQQQQQQQ.
RRRRRRRRRRRRR.

20
SSSSSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTTTTT.  SA Node
UUUUUUUUUUUUU.
VVVVVVVVVVVVV.
WWWWWWWWWWWWW.
XXXXXXXXXXXXX.
YYYYYYYYYYYYY. ( Sinus Bradikardia)
ZZZZZZZZZZZZZ. Ciri-cirinya :
AAAAAAAAAAAAAA. Irama teratur
BBBBBBBBBBBBBB. RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
CCCCCCCCCCCCCC. PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
DDDDDDDDDDDDDD. Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
EEEEEEEEEEEEEE. Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya
gel P yang mempunyai bentuk
FFFFFFFFFFFFFF. sama dalam 1 lead panjang.
GGGGGGGGGGGGGG. Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit
HHHHHHHHHHHHHH. Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
IIIIIIIIIIIIII. Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya
dalam satu lead.
JJJJJJJJJJJJJJ.
KKKKKKKKKKKKKK.
LLLLLLLLLLLLLL.
MMMMMMMMMMMMMM.
NNNNNNNNNNNNNN.
OOOOOOOOOOOOOO. (Sinus Takikardia)
PPPPPPPPPPPPPP. Ciri-cirinya):
QQQQQQQQQQQQQQ. Sama dengan sinus bradikardia, yang
membedakanya adalah frekwensi jantung (HR)
RRRRRRRRRRRRRR. lebih dari 100x/menit.
SSSSSSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTTTTTT.
UUUUUUUUUUUUUU.
VVVVVVVVVVVVVV.
WWWWWWWWWWWWWW.
XXXXXXXXXXXXXX. (Sinus Aritmia)
YYYYYYYYYYYYYY. Ciri-cirinya :
ZZZZZZZZZZZZZZ. Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang
membedakannya adalah pada sinus aritmia
AAAAAAAAAAAAAAA. iramanya tidak teratur karena efek inspirasi
& ekspirasi.
BBBBBBBBBBBBBBB.
CCCCCCCCCCCCCCC.

21
DDDDDDDDDDDDDDD.
EEEEEEEEEEEEEEE.
FFFFFFFFFFFFFFF.
GGGGGGGGGGGGGGG.
HHHHHHHHHHHHHHH.
IIIIIIIIIIIIIII.
JJJJJJJJJJJJJJJ. (Sinus Arrest)
KKKKKKKKKKKKKKK. Ciri-cirinya:
LLLLLLLLLLLLLLL. Gel P dan komplek QRS normal
MMMMMMMMMMMMMMM. Adanya gap yang panjang tanpa
adanya gelombang yang muncul.
NNNNNNNNNNNNNNN. Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.
OOOOOOOOOOOOOOO.
PPPPPPPPPPPPPPP.
QQQQQQQQQQQQQQQ.
RRRRRRRRRRRRRRR.
SSSSSSSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTTTTTTT.
UUUUUUUUUUUUUUU.
VVVVVVVVVVVVVVV. (Sinus Blok)
WWWWWWWWWWWWWWW. Ciri-cirinya :
XXXXXXXXXXXXXXX. Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap
tanpa adanya gelombang yang muncul, dimana jarak gapnya 2 kali dari
RR interval.
YYYYYYYYYYYYYYY.
ZZZZZZZZZZZZZZZ.  Junctional Region
AAAAAAAAAAAAAAAA.
BBBBBBBBBBBBBBBB.
CCCCCCCCCCCCCCCC.
DDDDDDDDDDDDDDDD.
EEEEEEEEEEEEEEEE.
FFFFFFFFFFFFFFFF.
GGGGGGGGGGGGGGGG.
HHHHHHHHHHHHHHHH.
IIIIIIIIIIIIIIII. (Junctional Rhytm)
JJJJJJJJJJJJJJJJ. Ciri-cirinya :
KKKKKKKKKKKKKKKK. Irama teratur
LLLLLLLLLLLLLLLL. Frekwensinya 40-60 x/menit
MMMMMMMMMMMMMMMM. Gelombang P bisa tidak ada, bisa
terbalik (tidak bakal positip)
NNNNNNNNNNNNNNNN. Kompleks QRS normal

22
OOOOOOOOOOOOOOOO. Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit
dinamakan slow junctional rhytm.
PPPPPPPPPPPPPPPP.
QQQQQQQQQQQQQQQQ.
RRRRRRRRRRRRRRRR.
SSSSSSSSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTTTTTTTT.
UUUUUUUUUUUUUUUU.
VVVVVVVVVVVVVVVV. (Junctional Takikardia)
WWWWWWWWWWWWWWWW.
XXXXXXXXXXXXXXXX. Ciri-cirinya:
YYYYYYYYYYYYYYYY. Sama dengan junctinal rhytm, bedanya
frekfensi atau HR pada junctional takikardia lebih
ZZZZZZZZZZZZZZZZ. dari 100 x/menit
AAAAAAAAAAAAAAAAA. .
BBBBBBBBBBBBBBBBB.
CCCCCCCCCCCCCCCCC.
DDDDDDDDDDDDDDDDD.
EEEEEEEEEEEEEEEEE.
FFFFFFFFFFFFFFFFF.
GGGGGGGGGGGGGGGGG.
HHHHHHHHHHHHHHHHH.
IIIIIIIIIIIIIIIII.
JJJJJJJJJJJJJJJJJ.
KKKKKKKKKKKKKKKKK.
LLLLLLLLLLLLLLLLL.
MMMMMMMMMMMMMMMMM. (Accelerated Junctional)
NNNNNNNNNNNNNNNNN. Ciri-cirinya :
OOOOOOOOOOOOOOOOO. Sama dengan junctional rhytm, bedanya
frekwensi atau HR pada accelerated junctional
PPPPPPPPPPPPPPPPP. antara 60-100 x/menit.
QQQQQQQQQQQQQQQQQ.
RRRRRRRRRRRRRRRRR.
SSSSSSSSSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTTTTTTTTT.
UUUUUUUUUUUUUUUUU.
VVVVVVVVVVVVVVVVV.
WWWWWWWWWWWWWWWWW.
XXXXXXXXXXXXXXXXX. (Junctional Ekstra Sistole or PJC)
YYYYYYYYYYYYYYYYY. Ciri-cirinya :
ZZZZZZZZZZZZZZZZZ. Irama tidak teratur

23
AAAAAAAAAAAAAAAAAA. Ada premature beat sebelum waktunya,
dengan adanya gel P yang terbalik atau tidak
BBBBBBBBBBBBBBBBBB. adanya gel P.
CCCCCCCCCCCCCCCCCC.
DDDDDDDDDDDDDDDDDD.
EEEEEEEEEEEEEEEEEE.
FFFFFFFFFFFFFFFFFF.
GGGGGGGGGGGGGGGGGG.
HHHHHHHHHHHHHHHHHH.
IIIIIIIIIIIIIIIIII.
JJJJJJJJJJJJJJJJJJ. (Junctional Escape Beat)
KKKKKKKKKKKKKKKKKK.
LLLLLLLLLLLLLLLLLL. Ciri-cirinya :
MMMMMMMMMMMMMMMMMM. Irama irregular
NNNNNNNNNNNNNNNNNN. Komplek QRS normal
OOOOOOOOOOOOOOOOOO. Pada EKG normal yang seharusnya muncul
normal beat pada beat berikutnya, tapi
PPPPPPPPPPPPPPPPPP. impuls normal diambil alih oleh juction region
sehingga tampak pada EKG tidak adanya
QQQQQQQQQQQQQQQQQQ. gel P, misalkan ada gel P tapi bentuknya
akan terbalik.
RRRRRRRRRRRRRRRRRR.
SSSSSSSSSSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTTTTTTTTTT.
UUUUUUUUUUUUUUUUUU.
VVVVVVVVVVVVVVVVVV.
WWWWWWWWWWWWWWWWWW.
XXXXXXXXXXXXXXXXXX. (Supra Ventrikuler Takikardia/SVT)
YYYYYYYYYYYYYYYYYY. Ciri-cirinya :
ZZZZZZZZZZZZZZZZZZ. Irama teratur
AAAAAAAAAAAAAAAAAAA. Frekwensinya lebih dari 150x/menit
BBBBBBBBBBBBBBBBBBB. Gel P tertutup oleh gel T
CCCCCCCCCCCCCCCCCCC. Komplek QRS normal dan tingginya harus
sama ( ingat duri ikan)
DDDDDDDDDDDDDDDDDDD.
EEEEEEEEEEEEEEEEEEE.
FFFFFFFFFFFFFFFFFFF.
GGGGGGGGGGGGGGGGGGG.
HHHHHHHHHHHHHHHHHHH.
IIIIIIIIIIIIIIIIIII. (Paroksimal Supraventrikuler Takikardia/PSVT)
JJJJJJJJJJJJJJJJJJJ.
KKKKKKKKKKKKKKKKKKK. Ciri-cirinya :

24
LLLLLLLLLLLLLLLLLLL. Dari gambaran EKG normal tiba-tiba
berubah menjadi gambaran EKG SVT.
MMMMMMMMMMMMMMMMMMM. Frekwensinya lebih dari 150
x/menit
NNNNNNNNNNNNNNNNNNN.
OOOOOOOOOOOOOOOOOOO.
PPPPPPPPPPPPPPPPPPP.
QQQQQQQQQQQQQQQQQQQ.
RRRRRRRRRRRRRRRRRRR.
SSSSSSSSSSSSSSSSSSS. AV Blok first Degree
TTTTTTTTTTTTTTTTTTT. Ciri-cirinya :
UUUUUUUUUUUUUUUUUUU. Irama teratur
VVVVVVVVVVVVVVVVVVV. Gel P normal, PP interval regular
WWWWWWWWWWWWWWWWWWW. Komplek QRS normal, RR
interval regular
XXXXXXXXXXXXXXXXXXX. PR interval > 0,20 detik atau > 5
kotak kecil
YYYYYYYYYYYYYYYYYYY. Panjang PR interval harus sama di
setiap beat !! Misalkan panjang PR intervalnya
ZZZZZZZZZZZZZZZZZZZ. 0,24detik, maka di tiap beat PR intervalnya
harus sama yaitu 0,24detik.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBB.
CCCCCCCCCCCCCCCCCCCC.
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.
EEEEEEEEEEEEEEEEEEEE.
FFFFFFFFFFFFFFFFFFFF.
GGGGGGGGGGGGGGGGGGGG.
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHH. (AV Blok 2nd Degree Type I atau
Wenckebach)
IIIIIIIIIIIIIIIIIIII. Ciri-cirinya :
JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ. Irama irregular
KKKKKKKKKKKKKKKKKKKK. Gel P normal, PP interval regular
LLLLLLLLLLLLLLLLLLLL. Komplek QRS bisa normal juga bisa tidak
normal, RR interval irregular
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMM. PR interval mengalami
perpanjangan, mulai dari normal PR interval dan memajang pada
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNN. beat berikutnya, sampai ada gel P
yang tidak diikuti komplek QRS, kemudian kembali
OOOOOOOOOOOOOOOOOOOO. lagi ke normal PR interval dan
seterusnya.

25
PPPPPPPPPPPPPPPPPPPP. Misalkan awalnya PR interval 0,16 detik,
kemudian memanjang dibeat berikutnya 0,22
QQQQQQQQQQQQQQQQQQQQ. detik, terus memanjang lagi menjadi
0,28 detik, lalu ada gel P yang tidak diikuti oleh
RRRRRRRRRRRRRRRRRRRR. QRS, setelah itu kembali lagi ke
normal PR interval yaitu 0,16 detik, dan seterusnya.
SSSSSSSSSSSSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTTTTTTTTTTTT.
UUUUUUUUUUUUUUUUUUUU.
VVVVVVVVVVVVVVVVVVVV.
WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX.
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYY. (AV Blok 2nd Degree Type II)
ZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZ.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA. Ciri-cirinya :
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB. Irama irregular
CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC. Gel P normal, PP interval regular
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD. Komplek QRS bisa normal atau bisa
juga tidak normal, RR interval irregular
EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE. PR interval harus sama di tiap beat!!
Panjangnya bisa normal dan lebih dari normal.
FFFFFFFFFFFFFFFFFFFFF. Ada 2 atau lebih, gelombang P tidak diikuti
oleh komplek QRS.
GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG.
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH.
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIII.
JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ.
KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK.
LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL.
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM.
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN.
OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO.
PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP. (AV Blok Total/Komplit)
QQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQ.
RRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR. Ciri-cirinya :
SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS. Irama regular
TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT. Tidak ada hubungan antara atrium dengan
ventrikel.
UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU. Makanya kadang gelombang P
muncul bareng dengan komplek QRS.

26
VVVVVVVVVVVVVVVVVVVVV. Komplek QRS biasanya lebar dan
bentuknya berbeda dengan komplek QRS lainya karena gel P juga ikut
tertanam di komplek QRS, RR interval regular.
WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW. Gel P normal, kadang
bentuknya beda karena tertanam di komplek QRS.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX.
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY.  Otot Atrium
ZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZ.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB.
CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC.
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.
EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE.
FFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFF.
GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG.  (PAC or AES)
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH.
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII. Ciri-cirinya :
JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ. Anda perhatikan normal gel P yang berasal dari SA
node, gel P yang berasal dari otot atrium tidak sama dengan gel P yang
berasal dari SA node. PAC (premature atrial contraction)or AES ( atrial
ekstra sistole) yaitu gel P yang muncul sebelum waktunya dan bentuk
gelombangpun beda dengan normal gel P yang berasal dari SA node.
Kalau anda temukan gel P yang berbeda dan muncul persis sama dengan
waktu yang seharusnya, ini dinamakan Atrial escape beat.
KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK.
LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL.
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM.
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN.
OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO.
PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP.
QQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQ.
RRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR.  (Atrial Flutter)
SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT. Ciri-cirinya :
UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU. Irama teratur
VVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVV. Ciri utama yaitu gelombang P yang
mirip gigi gergaji (saw tooth).
WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW. Komplek QRS
normal, interval RR normal
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX.
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY.
ZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZ.

27
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB.
CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC.
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.
EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE.
FFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFF.
GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG.
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH.
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII. (Atrial Takikardia)
JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ.
KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK. Ciri-cirinya :
LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL. Irama teratur
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM. Komplek QRS normal
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN. PR interval <0,12detik dan
OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO. Frekwensi jantungnya >
150x/menit
PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP. Apabila gambaran EKG dari normal tiba tiba
berubah menjadi Atrial takikardia maka gambaran ini dinamakan
paroksimal atrial takikardia (PAT).
QQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQ.
RRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR.
SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT.
UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU.
VVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVV.
WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX.
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY.
ZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZ.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA. (Multifocal Atrial Takikardia)
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB.
CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC.
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD. Ciri-cirinya :
EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE. Irama irreguler
FFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFF. Kadang mirip dengan atrial fibrilasi,
tapi pada MAT gel P masih terlihat dan tiap beat bentuk gelombang P nya
berbeda (minimal 3 macam).
GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG. Frekwensi > 100x/menit, PR
intervalpun bervariasi, normal komplek QRS.
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH.
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII.
JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ.

28
KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK.
LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL.
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM.
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN. (Wandering Atrial
Pacemaker)
OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO.
PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP. Ciri-cirinya :
QQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQ. Sama dengan multifokal
atrial takikardia, hanya pada wandering pacemaker HR nya normal.
RRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR.
SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS.
TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT.
UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU.
VVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVV.
WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX.
YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY.
ZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZ.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara
mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).

Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia


dalam melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi
kesehatannya. (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas


perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa
dilakukan secara mandiri ( Herman, 2011).

BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab
kurang perawatan diri adalah:

1. Factor predisposisi
a) Perkembangan

29
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c) Kemampuan
realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.

d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
2. Faktor presivitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b)  Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c)  Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.

30
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g)  Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:

1. Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor.
b) Rambut dan kulit kotor.
c) Kuku panjang dan kotor.
d) Gigi kotor disertai mulut bau.
e) Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif.
b) Menarik diri, isolasi diri.
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang.
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d) Cara makan tidak teratur.

31
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD. Jenis – Jenis


Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :

1. Defisit perawatan diri : mandi


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri.
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE. Rentang Respon


Adaptif maladaptif

Tidak melakukan
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri,
perawatan diri pada saat
seimbang kadang tidak
stres

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011).

32
FFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFF. Proses Terjadinya Masalah
Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya
gangguan jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya
gangguan defisit perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat
mengalami defisit perawatan diri yang signifikan. Tidak memerhatikan
kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama selama episode psikotik.
Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham atau halusinasi
sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
(stuart&laraia, 2005).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan
ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai
sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien
(Townsend, 2005). Secara biologi riset neurobiologikal mempunyai fokus pada
tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem
limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan
medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum.
Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al,
2002: Struat & Laraia, 2005). Menyimpan dan menyatukan informasi
berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan memori dan pengolahan
informasi. Disfungsi pada sistem ini akan menghadirkan beberapa gejala klinik
seperti hambatan emosi dan perubahan kebribadian (Kaplan, Saddock &
Grebb, 2002).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti
dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem
limbik (Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal terlibat
dalam dua fungsi serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir
termasuk fungsi bicara, fungsi fikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi.
Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan berfikir, dan
gagguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan serta tidak mampu
mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak mau merawat

33
diri : mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini menunjukkan
gejala defisit perawatan diri (Townsend 2005).
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari
serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi
utamanya adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga
mengatur mood dan motivasi. Kerusakan hipotalamus membuat seseorang
kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas
melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui pada klien dengan
defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan
dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002; Stuart & Laraia,
2005).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena
ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine
fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan
pemecahan masalah secara volunter (Boyd & Nihart,1998 ; Suliswati, 2002).
Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab gangguan emosi tertentu. Pada
klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir),
afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini pada klien
dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti tidak
berkeinginan untuk melakukan perawatan diri (Hawari, 2001).
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam
perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi
fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku)
(Hawari, 2001). Jika terjadi penurunan serotonin akan mengakibatkan
kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif. Pada klien dengan defisit
perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat terlihat dengan tidak adanya
aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti : mandi, berganti pakaian,
makan dan toileting (Wilkinson,2007).
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi; proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar
norepinephrine akan dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang
ditampilkan klien cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau makan

34
maupun tidak mau berhias dan toileting (Boyd & Nihart, 1998; Suliswati,
2002).

GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG. Pohon Masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri Effect

Defisit Perawatan Diri


Core Problem

Harga Diri Rendah Kronis

Causa

HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH. Mekanisme Koping


Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 menurut
Damaiyanti 2012 yaitu:

1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi


integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah
klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.
2. Terapi
a. Terapi Keluarga

35
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang
harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.


2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ. Akibat
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut.

a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12 fisik yang

36
seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.

KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK. Masalah Keperawatan yang


Mungkin Muncul
1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah

4.

37
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan
diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri, makan, berhias diri, dan eliminasi ( buang air besar dan buang air
kecil) secara mandiri.

Berikut petunjuk teknis pengisian format pengkajian keperawatan kesehatan


jiwa.

1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan
klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan dan topik yang akan dibicarakan.
Kemudian usia dan No RM.
b. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien dan keluarga
a. Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini ?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ?
c. Bagaimana hasilnya ?
3. Faktor predisposisi
a. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu.
b. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau
mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
c. Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga
lainnya yang mengalami gangguan jiwa.

38
d. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma
selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada masa lalu.
4. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a. Ukur dan observasi TTV.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang
dirasakn oleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan keluhan
yang ada.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial
d. spiritual
6. Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
e. Afek
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses pikir
i. Isi pikir
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan penilaian
n. Daya tilik diri

39
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
b. BAB/BAK
c. Mandi
d. Berpakaian
e. Istirahat dan tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
h. Kegiatan didalam rumah
i. Kegiatan di luar rumah
8. Mekanisme koping
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap
masalah yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
10. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item
yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
11. Aspek medik
Tuliskan diagnisa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang
merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmako,
dan terapi lainnya.
12. Daftar masalah
a. Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data subjektif
dan data objektif.
b. Buat pohon masalah dari data yang tekah dirumuskan.
13. Daftar diagnosis keperawatan
a. Rumuskan diagnosa dengan rumusan P (permasalahan) dan E (etiologi)
berdasarkan pohon masalah.
b. Urutkan diagnosis sesuai prioritas.
Masalah Keperawatan Data yang Perlu dikaji
Defisit Perawatan Diri Subjektif :
1. Mengungkapkan dirinya malas

40
melakukan perawatan diri ( mandi,
dan berhias).
2. Mengungkapkan dirinya tidak ingin
makan.

Objektif :
1. Tercium aroma tidak sedap dari
tubuh klien.
2. Pakaian terlihat kotor.
3. Rambut dan kulit kotor.
4. Kuku panjang dan kototr.
5. Gigi kotor dan aroma mulut tidak
sedap.
6. Penampilan tidak rapi.
7. Tidak bisa menggunakan alat
mandi.

Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Berikut ini format dokumentasi keperawatan pengkajian pada pasien yang mengalami
defisit perawatan diri.

1. Status Mental
a. Penampilan
[ ] Tidak Rapi
[ ] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya
b. Jelaskan .............................................................
c. Masalah Keperawatan.........................................
2. Kebutuhan Sehari-hari
a. Kebersihan Diri
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
b. Makan

41
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
c. BAB/BAK
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
d. Berpakaian/berhias
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
e. Jelaskan.............................................................
f. Masalah keperawatan........................................

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat, masalah keperawatannya adalah defisit perawatn diri :
higiene diri, berhias, makan dan eliminasi.

C. Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi
TUM TUK

42
1. Defisit perawatan diri : Pasien tidak mengalami 1. Klien dapat mebina Bina hubungan
kebersihan diri, defisit perawatan diri. hubungan saling saling percaya dgn
berdandan, makan, percaya. menggunakan
BAB/BAK. prinsip komunikasi
Kriteria Evaluasi :
terapeutik :
Dalam berinteraksi
1. Sapa pasien
klien menunjukan
tanda-tanda percaya dengan ramah,
pada perawat: baik verbal
a. Wajah cerah, maupun non
tersenyum. verbal.
b. Mau 2. Perkenalkan diri
berkenalan. dengan sopan.
c. Ada kontak 3. Tanyakan nama
mata. lengkap dan
d. Menerima nama panggilan
kehadiran yang di sukai
perawat. pasien.
e. Bersedia 4. Jelaskan tujuan
menceritakan pertemuan. Jujur
perasaannya. dan menepati
janji.
5. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima pasien
apa adanya.
6. Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan dasar
pasien.

2. Klien mampu Melatih pasien cara-


melakukan cara perawatan

kebersihan diri kebersihan diri :

43
secara mandiri. 1. Menjelasan
pentingnya
menjaga
kebersihan diri.
2. Menjelaskan
alat-alat untuk
menjaga
kebersihan diri.
3. Menjelaskan
cara-cara
melakukan
kebersihan diri.
4. Melatih pasien
mempraktekkan
cara menjaga
kebersihan diri

3. Klien mampu Melatih pasien


melakukan berdandan/berhias :

berhias/berdandan 1. Untuk pasien

secara baik. laki-laki latihan


meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir
rambut
c. Bercukur
2. Untuk pasien
wanita,
latihannya
meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir

44
rambut
c. Berhias

4. Pasien mampu Melatih pasien


melakukan makan makan secara
dengan baik. mandiri :
1. Menjelaskan
cara
mempersiapkan
makan.
2. Menjelaskan
cara makan
yang tertib.
3. Menjelaskan
cara
merapihkan
peralatan makan
setelah makan.
4. Praktek makan
sesuai dengan
tahapan makan
yang baik.

5. Pasien mampu Mengajarkan pasien


melakukan melakukan

BAB/BAK secara BAB/BAK secara


mandiri :
mandiri.
1. Menjelaskan
tempat
BAB/BAK
yang sesuai.
2. Menjelaskan
cara

45
membersihkan
diri setelah
BAB dan BAK.
3. Menjelaskan
cara
membersihkan
tempat BAB
dan BAK

D. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan pada Pasien
a) Tujuan Keperawatan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Pasien mampu melakukan berhias secara baik
3) Pasien mampu melakukan melakukan makan dengan baik.
4) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.
b) Tindakan Keperawatan
1) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara :
(a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
(b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
(c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
(d) Melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri.
2) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada
pasien laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir
rambut, dan bercukur, sedangkan pada pasien perempuan, latihan
meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan
berhias/berdandan.
3) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara :
(a) Menjelaskan cara mempersiapkan makanan.
(b) Menjelaskan cara makan yang tertib.

46
(c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makam setelah makan.
(d) Mempraktikan cara makan yang baik.
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan
cara :
(a) Menjelaskan tempat BAB?BAK yang sesuai.
(b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
(c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
SP 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan
melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.

SP 2 pasien : melatih pasien berhias (laki-laki : berpakaian, menyisir rambut, dan


bercukur. Perempuan : berpakaian, menyisir rambut, dan berhias).

SP 3 pasien : mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri (menjeaskan


tempat BAB/BAK yang sesuai, menjeaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK, menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK).

SP 4 pasien : melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara mempersiapkan


makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjeaskan cara merapikan peralatan
makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik).

2. Tindakan Keperawatan pada Keluarga


a) Tujuan Keperawatan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
defisit perawatan diri.
b) Tindakan Keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan
diri yang baik, perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat
meneruskan melatih dan mendukung pasien sehingga kemampuan
pasien dalam perawatan diri meningkat. Tindakan yang dapat perawat
lakukan adalah sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi
keluarga dalam merawat pasien.
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.

47
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal
yang telah disepakati).
5) Anjrkan keluarga untuk memberikan pujian ats keberhasilan pasien
dalam merawat diri.
6) Bantu keluarga melatih cara merawat pasien defisit perawatan diri.
SP 1 Keluarga memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah defisit perawatan diri.
SP 2 Keluarga : melatih keluarga cara merawat pasien.
SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di
berikan perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatan kebersihan

48
klien dapat lebih meningkat lebih baik. Klien yang sering menyendiri merupakan
resiko menjadi isolasi sosial maka komunikasi terapeutik yang di gunakan sebagai
landasan untuk membina saling percaya sehingga dapat mengggali semua
permasalahan.

Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu di
libatkan dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih. Identifikasi diri
mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi focus perhatian
pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan
diri membutuhkan dukungan dari keluarganya sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan klien.

B. Saran
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang
direncanakan oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna
kesembuhan klien. Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan
semangat kepada klien untuk mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah
maupun di rumah sakit.

49
DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, Budi. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Faisal, Deny. 2014. “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.J dengan Gangguan Defisit
Perawatan diri : Kebersihan Diri dan Pakaian/Berhias di Ruangan Abimanyu
RSJ Daerah Surakarta”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Ellya. 2014. Keperawatan Jiwa: Landasan Teori Defisit Perawatan Diri.
https://ellya70.wordpress.com/2014/04/21/keperawatan-jiwa.Diakses pada tanggal 09
Oktober 2017

50

Anda mungkin juga menyukai