Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal care (ANC),
petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan
intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin,dkk., 2002).
Berdasarkan data dan penelitian tentang kualitas penduduk indonesia 2011
tercatat angka kematian ibu (AKI atau MMR) masih sebesar 228/100.000
kelahiran hidup. Kementrian Kesehatan menargetkan, sampai tahun 2014 ini akan
menurunkan jumlah menjadi 118/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2015 akan
diupayakan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Depkes menargetkan angka
kematian ibu pada tahun 2010 sekitar 226 orang, dan pada tahun 2015 menjadi
102 orang pertahun. Untuk mewujudkan hal ini, salah satu upaya terobosan dan
terbukti mampu meningkatkan keadaan ini masih jauh dari target harapan yaitu
75% atau 125/100.000 kelahiran hidup (Eko Sutriyanto, 2012).
Tujuan pelayanan Antenatal Care adalah:
a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses
kelahiran bayi.
b. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun
obstetri selama kehamilan.
c. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan
menghadapi komplikasi.
d. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,
menjalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik,
psikologi dan social (Kusmiyati, et al., 2008).

1
Pelayanan antenatal berkualitas mempunyai kedudukan penting dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, karena melalui pelayanan antenatal
yang profesional dan berkualitas, ibu hamil memperoleh pendidikan tentang cara
menjaga diri agar tetap sehat, mempersiapkan kelahiran bayi yang sehat, serta
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang kemungkinan adanya risiko atau
terjadinya komplikasi dalam kehamilan, sehingga dapat dicapai kesehatan yang
optimal dalam menghadapi persalinan dan nifasnya (Wijayanti YT, 2001).

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi ANC?
2. Apa tujuan ANC?
3. Apa fungsi ANC
4. Apa tanda dan gejala ANC?
5. Apa etiologi ANC?
6. Apa Patofisiologi ANC?
7. Apa frekekuensi kunjungan ANC?
8. Apa factor yang memepengaruhi kunjungan ANC?
9. Apa pelayanan ANC?
10. Apa prosedur ANC?

C. Tujuan
1. untuk mengetahui pelayanan ANC
2. untuk mengetahui prosedur ANC

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi ANC
ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil secara
berkala untuk menjaga keselamatan ibu dan janin (Saifuddin, 2006).
Pemeriksaan ANC adalah suatu program terencana berupa observasi, edukasi
dan penanganan medik pada ibu hamil, guna memperoleh suatu proses kehamilan
dan persalinan yang aman dan memuaskan (Wibowo, 2007).
Menurut Wignjosastro (2005) ANC merupakan pengawasan wanita hamil
secara teratur dan tertentu dengan tujuan menyiapkan fisik dan mental serta
menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
Antenatal care atau pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil
baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan
dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal (Padila,
2014). Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak wanita merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal (Padila, 2014).
Dari definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ANC atau pemeriksaan
kehamilan adalah pelayanan yang diberikan kepada wanita hamil dengan melakukan
pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental
dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan
memberikan air susu ibu (ASI) dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

B. Tujuan Antenatal Care


Pelayanan antenatal care diberikan sedini mungkin kepada wanita semenjak
dirinya hamil. Pedoman pelayanan antenatal care menurut Depkes (2007) memiliki
beberapa tujuan, yaitu:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu.

3
c. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan, dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, dan persalinan yang aman dengan
trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan peran ibu agar masa nifas berjalan normal dan mempersiapkan
ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi, agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
g. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, dan kematian neonatal.
h. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.

C. Fungsi Antenatal Care


Selain tujuan antenatal care juga memiliki tiga fungsi yaitu yang pertama,
sebagai promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan. Fungsi yang kedua yaitu untuk melakukan screening, identifikasi wanita
dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu. Fungsi yang terakhir adalah
untuk memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani
masalah yang terjadi (Padila, 2014).

D. Tanda dan gejala


Menurut Forrer, (2009) beberapa tanda dan gejala antenatal yaitu :
a. Tanda Tidak Pasti/Tanda Mungkin Kehamilan
1) Persumtif Sign ( subyektif)
- Amenorhoe ( tidak mendapat haid)
- mual muntah (morning sicknes) merupakan respon
awal terhadap tingginya kadar progesterone dan menghilang setelah
tiga bulan.
- letih,sakit kepala
- merasakan gerakan janin terjadi sekitar 22 minggu
gestasi atau 20 minggu pada wanita hamil pertama.

4
- perubahan pada mamae
- frekuensi berkemih meningkat karena adanya
kongesti darah pada organ-organ pelvic sehingga meningkatkan
sensitivitas jaringan, tekanan uterus pada kandung kencing
menstimulasi saraf sehingga BAK.
- lekore/keputihan peningkatan sekresi vaginal oleh
efek stimulasi hormone estrogen dan progesterone pada kelenjar dan
peningkatan suplay darah ke pelvic .
2) Probabilitas (Objektif)
- Pembesaran uterus
 melunaknya daerah isthmus uteri (hegar
sign) diketahui melalui pemeriksaan bimanual dan mulai terlihat
pada minggu ke 6 dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8.
 Servik terasa lebih lunak (tanda Goodell”s)
diketahui melalui pemeriksaan bimanual
 tanda ballotemen : pantulan yang terjadi
saat jari pemeriksa mengetuk janin yang mengapung dalam
uterus,bayi menjauh kemumudian ke posisi semula.
 Kontraksi Braxton hicks yaitu kontraksi
intermiten yang mungkin terjadi selama hamil dan tidak terasa
sakit.
- Perubahan warna kulit oleh Chloasma: warna kulit yang kehitam-
hitaman pada dahi,punggung hidung dan kulit daerah tulang pipi
terutama pada warna kulit hitam hal ini disebabkan oleh stimulasi
MSH (Melanosyt Stimulating Hormone), dan Striae
gravidarum;regangan kulit abdomen terlihat garis tak teratur.
- HCG (Human Chronic Gonadotropin) meningkat.
b. Tanda positif kehamilan
- Terdengar DJJ. DJJ dapat didengar dengan
stetoskop laenec pada minggu 17-18. Dengan stetoskop ultrasonik

5
(doppler), DJJ dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12.
Normal DJJ 120-160 kali permenit.
- adanya gerakan janin pada palpasi
- Teraba bagian janin pada palpasi
- Adanya kantong kehamilan (gestasional sac) dalam
rongga uterus pada pemeriksaan USG ,adanya skelet janin pd gmbr X
Ray.
c. Tes Kehamilan
Tes hCG ( hormone chorionic gonadotropin). Dilakukan dengan mendeteksi
hormone hCG dalam urin.kadar terendah yang memberi hasil positif yaitu 0,5
hCG per ml urin, kadar tertinggi 500 SI HCG.

E. Etiologi
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek :
a. Ovum: Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari
suatu nucleus yang terapung – apung dalam vitelus dilingkari oleh zona
pellusida dan kromoson radiata.
b. Spermatozoa: Spermatozoa adalah berbentuk seperti terdiri dari kepala
berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti leher yang menghubungkan kepala
dengan bagian tengah dan ekor yang dapat bergerak.
c. Konsepsi: Konsepsi adalah peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di
tuba fallopi.
d. Nidasi: Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
e. Plasenta: Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna
untuk pertukaran zat antara ibu, anaknya dan sebaliknya.

F. Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur
(ovulasi), yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam sel

6
telur, waktu persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan berjuta-juta sel
mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur.
Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang mengembang
oleh tuba falofi. Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan
ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang
paling mudah dimasuki, masuklah salah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan
sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi = fertilitas).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak (oleh
rambut getar tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi).
Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu 6 – 7 hari. Untuk menyuplai darah
ke sel-sel makanan bai mudligah dan janin, dipersiapkan uri (plasenta) jadi dapat
dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel
mani), pembuahan (konsepsi (konsepsi = fertilitas), nidasi dan plasenta, (Handerson
2006)

G. Frekuensi kunjungan ANC


Pemeriksaan kehamilan yang ideal untuk pertama kalinya adalah sedini
mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan. Hasil penelitian telah menunjukkan
berulang kali bahwa wanita yang datang lebih dini dan teratur untuk pemeriksaan pra
lahir mempunyai komplikasi yang lebih sedikit dan bayi yang lebih sehat dari pada
wanita yang mendapat perawatan pra lahir tidak teratur atau terlambat periksa
kehamilan.
Kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut
lekas diketahui dan segera dapat diatasi, sebelum berpengaruh tidak baik terhadap
kehamilan (Wiknjosastro, 2005). Sesuai dengan kebijakan program saat ini
kunjungan antenatalsebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu
satukali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kalitrimester
tiga (Sarwono, 2002).
Kebijakan program Depkes (2005) menganjurkan ibu hamilmelaksanakan
kunjungan ANC minimal sebanyak 4 kali, yaitu sebagai berikut:
a. Kunjungan 1 / K1 (Trimester 1)

7
K1 / kunjungan baru ibu hamil yaitu kunjungan ibu hamilyang pertama
kali pada masa kehamilan. Pemeriksaan pertama kaliyang ideal adalah sedini
mungkin ketika haidnya terlambatsekurang-kurangnya satu bulan. K1
dibedakan menjadi 2 yaitu K1murni (kunjungan pertama kali dilakukan pada
waktu trimester satu kehamilan) dan K1 akses (kunjungan pertama kali
diluartrimester satu selama masa kehamilan, dilakukan di trimester IImaupun
di trimester III).Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada perawatanantenatal
adalah sebagai berikut:
1) Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan.
2) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkindijumpai
dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
3) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkindiderita
sedini mungkin.Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu
dan anak.
4) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-haridan
keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas danlaktasi.
Pada kunjungan pertama adalah kesempatan untuk mengenalifaktor
risiko ibu dan janin. Ibu diberitahu tentang kehamilannya, perencanaan
tempat persalinan, juga perawatan bayi dan menyusui.
b. Kunjungan 2 (Trimester II)
Pada periode ini pemeriksaan dilakukan minimal 1 kali.Hendrawan
(2008) menuturkan mengingat manifestasi klinik kasuskegawatdaruratan
obstetrik yang berbeda-beda dalam rentang yangcukup luas, maka perlu
dilakukan kunjungan ANC yang teratur.Pada trimester II, ibu hamil diajurkan
periksa kehamilan 1 bulansekali sampai umur kehamilan 28 minggu.Adapun
tujuan pemeriksaan kehamilan di trimester IImenurut Saifuddin (2002) ialah
sebagai berikut:
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2) Penapisan pre-eklamsi gemelli, infeksi alat reproduksi dansaluran
perkemihan.
3) Mengulang perencanaan persalinan.

8
c. Kunjungan 3 dan 4 (Trimester III)
Pada periode ini pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggujika klien tidak
mengalami keluhan yang membahayakan dirinyadan atau kandungannya
sehingga membutuhkan tindakan segera.Rancangan pemeriksaan meliputi
anamnesa terhadap keadaannormal dan keluhan ibu hamil trimester III,
pemeriksaan fisik(umum, khusus, dan tambahan pada bulan ke-9 dilakukan
pemeriksaan setiap minggu).
Kelahiran dapat terjadi setiap waktuoleh karena itu perlu diberikan
petunjuk kapan harus datang kerumah sakit. Menurut wignjosastro (2002),
jadwal kunjunganulang selama hamil trimester III adalah setiap dua minggu
dansesudah 36 minggu setiap satu minggu.
Menurut Saifuddin (2002) menuturkan tujuan kunjunganpemeriksaan
kehamilan trimester III yaitu:
1) Sama seperti kunjungan 2.
2) Mengenali adanya kelainan letak.
3) Memantapkan rencana persalinan.
4) Mengenali tanda-tanda persalinan.

H. Faktor – faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC


Menurut standar pelayanan kebidanan (Depkes RI, 2003),ada banyak alasan
mengapa ibu hamil tidak melakukan kunjungan ANC antara lain:
a. Kemampuan mengambil keputusan.Ibu sering kali tidak berhak
memutuskan sesuatu, karenahal itu adalah hak suami dan mertua,
sementara mereka tidakmengetahui perlunya memeriksakan kehamilan dan
hanyamengandalkan cara-cara tradisional.
b. Fasilitas kesehatan. Fasilitas untuk pelayanan ANC tidak memadai,
tidakberfungsi sebagaimana mestinya, tidak memungkinkan
kerahasiaannya, harus menunggu lama atau perlakuan petugas kesehatan
yang kurang memuaskan.

9
c. Pengetahuan. Beberapa ibu hamil tidak mengetahui mereka
harusmemeriksakan kehamilannya, maka ibu hamil tidak
melakukanpemeriksaan kehamilan.
d. Budaya. Kurangnya dukungan keluarga maupun tradisi yang
tidakmengijinkan seorang ibu hamil meninggalkan rumah
untukmemeriksakan kehamilannya.
e. Petugas kesehatan. Ketidakpercayaan dan ketidaksenangan pada
petugaskesehatan secara umur beberapa anggota masyarakat
tidakmempercayai semua petugas kesehatan pemerintah.
f. Kepercayaan. Takhayul dan keraguan untuk memeriksakan
kehamilannyapada petugas kesehatan (terlebih pula jika petugasnya
seoranglaki-laki).
g. Sosial ekonomi. Ibu hamil atau anggota keluarganya tidak
mampumembayar atau tidak mempunyai waktu untuk
memeriksakankehamilannya.

I. Pelayanan ANC
Standar pelayanan antenatal care berfungsi untuk memberikan pelayana kepada ibu
hamil. Standar pelayanan antenatal care ini di kenal dengan 10T yang sudah di
rekomendasikan oleh dinas kesehatan RI sejak 2009. Standar 10T adalah:
a) T1 (Timbang Berat badan dan Ukur tinggi badan)
Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan diri,
karenahubungannnya erat dengan pertambahan berat badan lahir bayi. Berat
badan ibu hamilyang sehat akan bertambah antara 10-12 Kg sejak sebelum
hamil (Nadesul, 2006).
Tinggi badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Ibu dengan tinggi <145
cm perludiperhatikan kemungkinan panggul sempit sehingga menyulitkan
pada saat persalinan(Depkes RI, 1998).
b) T2 (Pemeriksaan tekanan darah)
Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan
untukmelakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi

10
c) T3 (Nilai status gizi dengan cara mengukur lingkar lengan atas) :
d) T4 (Ukur tinggi fundus uteri)
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendeteksi
secaradini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin
intrauterin, tinggi fundusuteri juga dapat digunakan untuk mendeteksi
terhadap terjadinya molahidatidosa, janinganda atau hidramnion (Nadesul,
2006)
e) T5 (Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin)
f) T6 (Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi TT bila di
perlukan)
g) T7 (Pemberian tablet Zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan)
h) T8 (Tes laboratorium (umum dan khusus)
i) T9 (Tatalaksana kasus)
j) T10 (Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi serta KB pasca persalinan)
J. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan
laboratorium
Wanita hamil diperiksa urinnya untuk mengetahui kadar protein glukosanya,
diperiksa darah untuk mengetahui faktor rhesus, golongan darah, Hb dan
penyakit rubella
b. Pemeriksaan Rontgen
Dilakukan pada kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum buan ke
IV rangka janin belum tampak.Pemeriksaan rontgen dilakukan pada kondisi-
kondisi:
- Diperlukan tanda pasti hamiL
- Letak anak tidak dapat ditentukan dengan jelas dengan palpasi
- Mencari sebab dari hidraamnion
- Untuk menentukan kelainan anak
c. Pemeriksaan USG
Kegunaannya:

11
- Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
- Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
- Mengetahui posisi plasenta
- Mengetahui adanya IUFD
- Mengetahui pergerakan janin dan detak jantung janin. (Marjati dkk,
2010)
K. Prosedur ANC
NO Item Kegiatan
.
1. Pengkajian 1. Melakukan Salam Terapeutik kepada klien dan
keluarga.
2. .Memberitahu Klien dan Keluarga tentang prosedur
tindakan yang akan dilaksanakan (alasan,tujuan,cara
melakukan,kerjasama yang diharapkan dari klien dan
keluarga)
3. Mengkaji Kesiapan Klien.
2. Persiapan 4. Cuci Tangan
5. Menyiapkan Alat
 Spigmomanometer
 Stetoskop
 Termometer
 Pengukur Lila
 Penlight
 Meteran Pita
 Timbangan BB
 Pengukur tinggi Badan
 Hammer Refleks
 Laenneck/Doppler electric
 Jangka Panggul
 Tissu
 Handscoon

12
3. Pelaksanaan 6. Dekatkan Troli alat dekat Bed pasien
7. Menjaga Privasi pasien(Tutup sampiran)
8. Melakukan Penimbangan BB,Pengukuran Tinggi
badan ,Lila dan Panggul Ibu.
9. Mengukur TTV
10. Menginspeksi dasar kulit kepala dan rambut ibu
11. Melihat Keadaan muka ibu hamil
12. Memeriksa mata dan melihat konjungtiva ibu hamil
13. Memeriksa lubang hidung dan sinus ibu
hamil(gunakan penlight bila perlu)
14. Memeriksa liang telinga ibu hamil(gunaka penlight
bila perlu)
15. memeriksa keadaan rongga mulut dan gigi ibu hamil
16. meraba kelenjar getah bening pada leher ibu hamil
17. Meraba kelenjar tiroid ibu hamil sambil
menganjurkan untuk menelan
18. Membuka pakaian atas ibu dan mendengarkan bunyi
jantungnya dengan menggunakan bioskopbinokuler.
19. Mendengarkan Bunyi paru ibu hamil dengan
stetoskop binokuler.
20. menginspeksi dan palpasi payudara ibu hamil
21. mengobservasi pengeluaran asi dengan menekan
areola mamae dengan jari telunjuk dan ibu jari
kemudian memencernya( gunakan handscoon bila
perlu)
22. Meraba kelenjar didaerah aksila kiri dan kanan ibu
hamil untuk memeriksa adanya pembesaran kelenjar.
23. memasang pakaian atas dan membuka pakain daerah
perut serta memperhatikan abdomen ibu.
24. Melakukan Pemeriksaan Leopold I.
25. Mengukur TFU Ibu hamil dengan menggunakan

13
meteran.
26. Melakukan pemeriksaan Leopold II.
27. Melakukan pemeriksaan Leopold III.
28. Lakukan pemeriksaan Leopold IV.
29. Mendengarkan DJJ Menggunakan stetoskop
Laennec/Doppler eletrik.
30. Melakukan pemeriksaan perkusi ginjal.
31. Membuka pakaian bawah dan memeriksa ada
tidaknya varises pada ekstremitas bawah kanan dan
kiri ibu hamil.
32. Melihat dan mempalpasi tekan edema pada
ektremitas bawah kanan dan kiri ibu hamil.
33. Melakukan pemeriksaan reflex patella dengan
menggunakan Hammer reflex.
34. Meminta ibu hamil membuka pakaian dalam.
35. mengatur posisi Dorsal Recumber/M Shape.
36. Melakukan Vulva Hyginen Dengan menggunakan
kapas sublimat yang dibasahi dengan air DTT.
37. Melihat keadaan genitalia internal dan eksternal ibu
hamil.
38. Mencuci tangan.
4. Evaluasi 39. Mengevaluasi kenyamanan dan respon klien selama
melakukan tindakan.
40. Evaluasi kondisi janin,letak,presentasi.
41. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu hamil.
5. Dokumentasi 42. Mencatat semua tindakan yang dilakukan
43. Mencatat Respon klien selama tindakan
44. Mencatat Semua Hasil pemeriksaan yang dilakukan.
45. Mencatat dengan jelas ,mudah dibaca ditandatangani
disertai nama jelas.

14
L. Gambar dan fungsinya

NO NAMA GAMBAR FUNGSINYA


1. SPIGMOMANOMETER Yaitu untuk mengukur
tekanan darah

2. STETOSKOP Yaitu untuk mendengar


bunyi jantung,paru.

3. TERMOMETER Yaitu untuk mengecek


suhu tubuh pasien.

4. PENGUKUR LILA Yaitu untuk mengukur


lingkar lengan atas
pasien.

5. PENLIGHT Yaitu untuk


pemeriksaan
mata,hidung,

15
telinga,dan mulut

6. METERAN PITA Yaitu untuk mengukur


tinggi pundus janin.

7. TIMBANGAN BB Yaitu untuk


menimbanag berat
badan.

8. PENGUKUR TINGGI Yaitu untuk mengukur


BADAN tinggi badan.

9. HAMMER REFLEKS Yaitu untuk memeriksa


kontraksi otot.

10. LAENNECK/DOPPLER Yaitu untuk mendengar


ELEKTRIK DJJ.

11. JANGKA PANGGUL Yaitu untuk mengukur


ukuran panggul.

12. TISSUE Yaitu untuk

16
membersihkan kotoran.

13. HANDSCOON Yaitu sebagai


pelindung agar
terhindar dari infeksi.

M. Cara mengukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan oleh dokter atau bidan. Anda tidak
bisa mengukur tinggi fundus sendiri. Alat ukur untuk pengukuran tfu sesuai usia
kehamilan bisa menggunakan jari atau alat ukur panjang elastis.

Namun, sebaiknya menggunakan alat ukur panjang karena lebih akurat. Ada
beberapa teknik yang digunakan untuk mengukur tinggi fundus uteri menggunakan
teknik McDonald dan Palpasi abdominal.

1. Teknik McDonald

Cara mengukur tinggi fundus uteri menggunakan teknik McDonald adalah


dengan menghitung jarak dari simfisis pubis hingga ke fundus uteri dan sebaliknya.
Teknik McDonald ini menggunakan alat ukur panjang yang elastis yaitu pita ukur.

Pengukuran usia kehamilan menggunakan metode tinggi fundus uteri dengan teknik
McDonald biasanya dilakukan pada saat usia kehamilan mencapai 22 minggu.

17
Namun, sebelum pengukuran harus dilakukan pemeriksaan inspeksi pada abdomen
terlebih dahulu.

Cara mengukur tinggi tinggi fundus uteri menggunakan teknik McDonald:

 Siapkan pita ukur


 Ibu hamil berbaring dengan diganjal bantal di bagian punggung bawah
 Dokter atau bidan berdiri di sisi kanan
 Dokter atau bidan akan meraba fundus uteri dengan menggunakan tangan
kanan dan tangan kiri
 Memosisikan fundus uteri agar tepat di tengah abdomen
 Setelah fundus uteri tepat di tengah abdomen maka tangan kiri
menahannya
 Tangan kanan mulai menempelkan pita ukur mulai dari simsifis pubis
hingga ke fundus uteri
 Menandai pita ukur lalu melihat hasil yang sudah ditandai
 Inilah hasil tfu ibu hamil

Cara mengukur usia kehamilan menggunakan rumus McDonald:

1. Usia kehamilan dalam minggu = Tinggi fundus uteri (cm) x 8/7


2. Usia kehamilan dalam bulan = Tinggi fundus uteri (cm) x 2/7

2. Teknik Palpasi abdominal

Cara mengukur tinggi fundus uteri menggunakan teknik Palpasi abdominal


adalah meraba atau menekan bagian perut dengan jari tangan. Selain menghitung
usia kehamilan, teknik Palpasi berfungsi untuk mendeteksi suhu tubuh, getaran,
pergerakan, bentuk, dan ukuran.

Pengukuran usia kehamilan menggunakan metode tinggi fundus uteri dengan teknik
Palpasi abdominal biasanya dilakukan setelah ibu hamil cukup bulan. Teknik palpasi

18
abdominal dilakukan setelah rahim membesar sehingga bagian-bagian tubuh janin
sudah bisa dibedakan.

Cara mengukur tinggi tinggi fundus uteri menggunakan teknik Palpasi abdominal
menurut Leopold terdiri dari 4 tahap, yaitu Leopold I, Leopold II, Leopold III, dan
Leopold IV. Setiap tahap memiliki tujuan yang berbeda-beda.

BAB III
PENUTUP

19
A. Kesimpulan
Antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang di berikan oleh
bidan atau dokter kepada ibu selama masa kehamilan untuk
mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,sehingga mampu
menghadapi persalinan,nifas,perisapan memberikan Asi,dan kembalinya
ksesehatan reproduksi secara wajar.

B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat kita dipelajari dan dapat
diterapkan dengan baik.demikiain lah makalah yang kami buat,semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua baik kami yang mambuat dan yang
membaca.

DAFTAR PUSTAKA

20
Haen, Forrer. 2009. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: ECG
Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta. EGC
Saifuddin. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternitas & Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sawrwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmi Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sawrwono
Prawirohardjo

21
22

Anda mungkin juga menyukai