Pendahuluan
Tetanus adalah penyakit yang mengenai sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin yang ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras. Tetanus disebabkan oleh bakteri clostridium tetani. Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui luka dalam bentuk spora. Penyakit akan muncul bila spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan tetanospasmin pada keadaan tekanan oksigen rendah, nekrosis jaringan atau berkurangnya potensi oksigen. Manifestsi klinis tetanus bervariasi dari kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang hebat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi. Penatalaksanaan meliputi tatalaksana umum, netralisir toksin, eliminasi bakteri, suportif terapi dan konsultasi bila perlu. Tingkat keparahan dan prognosis dari tetanus dapat dilihat dengan kriteria Patel Joag.
Definisi
Tetanus adalah penyakit yang mengenai sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, yang ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras.
Etiologi
batang gram positif bersifat obligat anaerob. menghasilkan spora Spora hanya dapat mati pada suhu120C selama 15 menit. dapat ditemukan pada tanah yang kering, debu, kotoran hewan Masuk ke jaringan host (manusia) melalui luka trauma, jaringan nekrosis, dan jaringan yang kurang vaskularisasi. Pada 15%-25% kasus tetanus, tidak didapatkan riwayat adanya luka.
Patofisiologi
Clostridium tetani dalam bentuk spora masuk melalui luka.
Spora bentuk vegetatif jika: -keadaan tekanan oksigen rendah -nekrosis jaringan -berkurangnya potensi oksigen.
menghasilkan tetanospasmin
Patofisiologi
Penyebaran toksin
Masuk ke dalam otot melalui sistem limfatik
masuk ke SSP
Patofisiologi
Toksin
tetanus berkaitan dengan gangliosid ujung membran presinaptik, baik pada neuromuskular junction, maupun pada susunan saraf pusat. Ikatan ini penting untuk transport toksin melalui serabut saraf, namun hubungan antara pengikat dan toksisitas belum diketahui secara jelas.
Gangguan sistem pernafasan dapat terjadi akibat : Kekakuan dan hipertonus dari otot-otot interkostal, badan dan abdomen; otot diafragma terkena paling akhir. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret trakea dan bronkus karena adanya spasme dan kekakuan otot faring dan ketidakmampuan untuk dapat batuk dan menelan dengan baik.
Manifestasi klinis
Tetanus lokal
Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka. Tetanus sefal Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah, Gejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial. Tetanus umum Paling sering ditemukan. Gejala klinis dapat berupa berupa trismus, iritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai, rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
Tetanus neonatorum
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir.
Posisi tubuh klasik : trismus, kekakuan pada otot punggung menyebabkan opisthotonus yang berat dengan lordosis lumbal. Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari
Grading
Derajat 1 : Kasus ringan : terdapat satu criteria,
biasanya kriteria 1 atau 2 (tidak ada kematian) Derajat 2 : Kasus sedang : terdapat 2 kriteria, biasanya kriteria 1 dan 2. Biasanya masa inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 48 jam (kematian 10%) Derajat 3 : Kasus berat : terdapat 3 kriteria, biasanya masa inkubasi kurang dari 7 hari atau onset kurang dari 48 jam (kematian 32%) Derajat 4 : Kasus sangat berat : terdapat minimal 4 kriteria (kematian 60%) Derajat 5 : bila terdapat 5 kriteria termasuk puerpurium dan tetanus neonatorum (kematian 84%)
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi: Adanya riwayat luka yang terkontaminasi, namun 20% dapat tanpa riwayat luka. Riwayat tidak diimunisasi atau imunisasi tidak lengkap Trismus, disfagia, rhisus sardonikus, kekakuan pada leher, punggung, dan otot perut (opisthotonus), rasa sakit serta kecemasan. Pada tetanus neonatorum keluhan awal berupa tidak bisa menetek Kejang umum episodik dicetuskan dengan rangsang minimal maupun spontan dimana kesadaran tetap baik. Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah yang diambil dari luka dapat membantu, tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh
PENATALAKSANAAN
A. Umum Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa: Membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka Diet cukup kalori dan protein, Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bla perlu. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
B. Netralisasi Toksin Tetanus Imunoglobulin TIG intrathecal Anti Tetanus Serum C. Eliminasi Bakteri Lokasi luka dibersihkan kalau perlu dieksisi. Kultur luka untuk menemukan bakterinya, tetapi tidak selalu berhasil. Penicillin adalah drug of choice: berikan prokain penicillin, Untuk pasien yang alergi penicillin dapat diberikan tetracycline
D. Suportif Terapi Nutrisi dan cairan Menjaga agar pernafasan tetap efisien Mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang Neuromuscular blockers perawatan intensif E. Konsultasi
Komplikasi
asfiksia takikardia, hipertensi, vasokonstriksi perifer dan
rangsangan miokardium. perdarahan dalam otot fraktura columna vertebralis aspirasi pneumoni, atelektasis Pneumotoraks dan mediastinal emfisema Penyebab kematian penderita tetanus akibat komplikasi yaitu: Bronkopneumonia, cardiac arrest, septikemia dan pneumotoraks.
Prognosis
Pada tetanus lokal, prognosis baik, tetapi kematian mencapai 50% pada tetanus generalisata .
Derajat keparahan dan prognosis dari tetanus dapat
dijelaskan sebagai berikut : Masing- masing poin dibawah ini memiliki nilai satu : 1. masa inkubasi kurang dari 7 hari 2. periode onset kurang dari 48 jam 3. masuk melalui luka bakar, luka operasi, fraktur terbuka, pemotongan tali pusat, injeksi intramuskular 4. ketergantungan NAPZA 5. tetanus umum 6. suhu tubuh lebih dari 40 C 7. takikardi lebih dari 120 kali per menit pada dewasa, dan lenih dari 150 kali per menit pada neonatus
Nilai total dari poin-poin diatas mengindikasikan derajat keparahan dan prognosis tetanus: nilai 0-1 : derajat ringan dengan tingkat mortalitas kurang dari 10 % nilai 2-3 : derajat sedang dengan tingkat mortalitas 10-20 % nilai 4 : derajat berat dengan tingkat mortalitas 20-40 % nilai 5-6 : derajat sangat berat dengan tingkat mortalitas lebih dari 50 % tetanus cefal biasanya termasuk dalam derajat berat atau sangat berat tetanus neonatal termasuk derajat sangat berat
PENCEGAHAN
1. 2. 3. 4.
Imunisasi aktif Mencegah terjadinya luka. Merawat luka secara adekuat. Pemberian anti tetanus serum (ATS) atau Tetanus Imunoglobulin (TIG).
kesimpulan
Angka kejadian penyakit tetanus sudah mulai berkurang di
Negara maju, namun berbeda dengan yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, insiden dan angka kematian akibat tetanus masih cukup tinggi Tetanus adalah Gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani yang berspora dan masuk tubuh manusia melalui luka. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis, riwayat imunisasi, dan Hasil pemeriksaan laboratorium. Penatalaksanaan meliputi tatalaksana umum, netralisir toksin, eliminasi bakteri, suportif terapi dan konsultasi bila perlu. Pada tetanus lokal, prognosanya lebih baik dari tetanus umum. Pencegahan sperti imunisai dilakukan guna mengurangi insidensi terjadinya tetanus,