Anda di halaman 1dari 67

Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

SKILL LAB 7.5


kalo mau cepet cari per judul: ctrl+F aja liat di headings
semangat!!

1. LEMAH DAN LESU

Penyebab Frekuens Gejala Tanda Pemeriksaan


fatigue i penunjang
Anemia Sering Sesak saat aktivitas Pucat Darah rutin
Angina Tanda-tanda Morfologi/
gagal jantung gambaran darah tepi
Serum Fe
Fraksi Hb
Depresi Sering Gangguan tidur Tanda-tanda -
(khususnya depresi
terbangun dini hari)
Mood menurun
Anhedonia
Selera makan
berkurang
Ide bunuh diri
Sindrom Sering Sulit mengingat Tidak ada Darah rutin
kelelahan Nyeri kepala Tes fungsi hati
kronis Mialgia Tes fungsi ginjal
Nyeri tenggorokan
dengan kelelahan
lebih dari 6 bulan
Hipotiroi Jarang Peningkatan berat Struma Tes fungsi tiroid
disme badan
Intoleransi dingin Rambut rontok
Konstipasi Wajah bengkak
Menoragia Anemia
Refleks kebali
lambat
Gagal Jarang Sesak saat aktivitas Peningkatan Rontgen toraks
jantung JVP
Edema perifer Irama gallop EKG
Pembesaran Ekokardiogram
hati
Edema
Asites
Penyakit Jarang Pusing Pigmentasi Elektrolit
Addison Selera makan Hipotensi Tes sinakten
berkurang (postural)
Muntah

1
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

Penyebab Frekuensi Gejala Tanda Pemeriksaan


fatigue penunjang
Infeksi Jarang Demam Demam Darah rutin
kronis Menggigil Stigmata CRP
endokarditis
Keringat malam Temuan lokal
Gagal lain adanya
ginjal infeksi
(misalnya
empiema)
Selera makan
berkurang
Penurunan berat
badan
Jarang Poliuria Pigmentasi Tes fungsi ginjal
Nokturia Hipertensi
Gatal Hematuria
Keganasan Mual Proteinuria
Muntah Anemia
Jarang Penurunan berat Limfadenopati Rontgen toraks
badan

1. Anemia normositik normokrom


➔ Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin,
bentuk dan ukuran eritrosit normal
2. Anemia makrositik hiperkrom
➔ Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena
konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal.
➔ Coth : Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam folat), serta
anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia)
3. Anemia mikrositik hipokrom
➔ Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung konsentrasi
hemoglobin yang kurang dari normal.
➔ Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
1) Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
2) Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.
3) Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.

2
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

A. Anemia defisiensi besi


a. Anamnesis
- kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl
- badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang
- telinga mendenging.
b. Pemeriksaan Fisik
- KU : pucat, tampak sakit, lemah
- Konjungtiva anemis
- Kuku pucat
- Gejala khas: Koilonychia, Atropi papil , dan Stomatitis angularis (cheilosis)
- Kardiovaskular : takikardi, bising jantung.
- Respirasi : frekuensi napas (takipnea).
Kriteria diagnosis ADB menurut WHO dan Lanzkowsky:
1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia

2. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata < 31% (Normal : 32 – 35 %)


3. Kadar Fe serum < 50 Ug/dl ( Normal 80 – 180 ug/dl)

3
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

4. Saturasi transferin < 15% (Normal 20 – 50 %)


5. Pemeriksaan apus darah tepi hipokrom mikrositik yang dikonfirmasi dengan kadar
MCV, MCH, dan MCHC yang menurun.
6. Pada perwarnaan sumsum tulang tidak ditemukan besi atau besi berkurang
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin
- Hemoglobin : turun (L: 14-18 P: 12-16 g/dl)
- Lekosit : normal (4800-10.800/µl)
- Hematokit : turun (L:40-50 P:35-47%)
- Trombosit : normal (150.000-400.000/µl)
Index Eritrosit :
MCV : turun (80-94 fl)
MCH : turun (28-32 pg)
MCHC : N/ turun (32-36%)
2. Hitung Jenis Lekosit
Basofil : N (0-1%)
Eosinofil : naik (1-3%)
Netrofil batang : turun/N (2-6%)
Netrofil segmen : N (50-70%)
Limfosit : N (20-40%)
Monosit : N (2-8%)
3. Kimia klinik
4. Apusan Darah tepi : Anemia mikrositik hipokromik

d. Tata Laksana
1. Farmakologi
➔ Sulfas ferrosus 3 x 1 tab
➔ Pirantel Pamoat Dosis 20 mg/kgbb diminum sebagai dosis tunggal selama dua
hari berturut-turut atau 10 mg/kgbb diminum sebagai dosis tunggal selama 3
hari berturut-turut.
2. Non farmakologi
- Pasien diinformasikan mengenai efek samping obat: mual, muntah, heartburn,
konstipasi, diare, BAB kehitaman
- Anggota keluarga lain yang tinggal serumah disarankan juga minum obat
Pirantel Pamoat
- Dalam bekerja, disarankan selalu menggunakan alas kaki
- Pasien disarankan untuk mengkonsumsi makanan sumber zat besi
3. KIE
Prinsip konseling pada anemia adalah memberikan pengertian kepada pasien dan
keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga meningkatkan
kesadaran dan kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
Kriteria rujukan
a. Anemia berat dengan indikasi transfusi (Hb < 6 mg%).

4
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

b. Untuk anemia karena penyebab yang tidak termasuk kompetensi dokter layanan primer,
dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
B. Anemia Gravis → Anemia Berat dg Hb <8 gr/dl
ANAMNESIS
-Lemah, letih, lesu
- berdebar-debar, keluar darah saat BAB
- mata berkunang-kunang, nyeri kepala
- daging dari anusnya terutama saat konsistensi BAB keras, namun dapat masuk kembali
setelah BAB. Daging yang muncul dari anus tersebut mulai muncul ketika kehamilan
pertama10 tahun yang lalu dan memberat sejak hamil anak kedia 2 tahun yang lalu.
PEMERIKSAAN FISIK
KU : tampak sakit ringan serta pucat
TTV : tekanan darah 100/70 mmHg, suhu 36,7oC, frekuensi napas 24x/menit, denyut nadi
100x/menit
- konjunctiva pucat
- pemeriksaan anus terlihat adanya kelainan. Pada pemeriksaan colok dubur ampula
tidak kolaps, tidak didapatkan benjolan/nyeri tekan, permukaan mukosa halus, dan
sarung tangan darah (+).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin : turun
Hematokrit : turun
Leukosit :N
Hitung trombosit :N
Laju endap darah (LED) : turun
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Kerja: Anemia gravis et causa hemoroid interna grade II
Diagnosis Banding: Anemia defisiensi besi
PENATALAKSANAAN
• Asam tranexamat tablet 3 x 500 mg per oral
• Edukasi penyakit, komplikasi
• Rujuk ke sp.pd

C. Anemia Aplastik
➔ Anemia aplastik adalah kegagalan sumsum tulang baik secara fisiologis maupun anatomis.
Penyakit ini ditandai oleh penurunan atau tidak ada faktor pembentuk sel darah dalam sumsum
tulang, pansitopenia darah perifer, tanpa disertai hepatosplenomegali atau limfadenopati.
➔ Keluhan: pucat, perdarahan dan demam yang disebabkan oleh infeksi.
➔ PF : tidak ditemukan hepatosplenomegali atau limfadenopati. Di samping keadaan pansitopenia,
pada hitung jenis juga menunjukan gambaran limfositosis relatif. Diagnosis pasti anemia aplastik
ditentukan berdasarkan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang yang menunjukkan gambaran sel
yang sangat kurang, terdapat banyak jaringan ikat dan jaringan lemak, dengan aplasi sistem
eritropoetik, granulopoetik dan trombopoetik
o Mata: Perdarahan
o Gastrointestinal : ulkus oral→ imunodefisiensi

5
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

➔ PP :
• Pem. Lab Darah : keadaan pansitopenia → anemia, leukopenia dan trombositopenia pada
darah tepi
• hitung jenis : limfositosis relative
• biopsy
• aspirasi sumsum tulang (gambaran sel yang sangat kurang, terdapat banyak jaringan ikat dan
jaringan lemak, dengan aplasi sistem eritropoetik, granulopoetik dan trombopoetik)
• bila pasien demam : pemeriksaan kultur darah, sputum, urin, feses, dan kalau perlu cairan
serebrospinalis.
➔ 1. Suportif
- Pertahankan trombosit 20.000 u/l : transfusi
- Sepsis : antibiotic spectrum luas→ gol. Penicillin (1 gr/ kgBB) & gentamicin (3-
5 mg/kgBB)
2. Transplantasi sumsum tulang (rujuk)
3. Penekana proses imunologis : immunosupresan (rujuk)

D. Anemia defisiensi asam folat dan defisiensi B12


➔ Keluhan : Tanda anemia megaloblastik berupa glositis (lidah pucat dan licin), stomatitis
angularis, diare/konstipasi, anoreksia, ikterus ringan, sterilitas, neuropati perifer bilateral,
pigmentasi melalui pada kulit, lemah, letih,lesu,diare
➔ Khas def. asam folat → kemungkinan adanya neural tube defect (NTD) dan
hiperhomosistemia
➔ Khas def. B12 → kehilangan nafsu makan, ggn sistem pencernaan dalam, perubahan
posisi dinding sel saraf, peny. Hati (sirosis hati), ggn daya ingat
➔ FR : sosek rendah, diet buruk, malabsorbsi, defisiensi enzim (dihidrofolat reduktase, 5-
metil THF transferase)
➔ Hasil apusan darah tepi : Anemi Makrositik Hiperkromik
➔ Pemeriksaan kadar asam folat & B12 (darah) → u/ membedakan
➔ (def. asam folat) Pemeriksaan mikrobiologi : competitive protein-binding radioassay
a. Anemia dikoreksi peroral dengan:
1.Vitamin B12 80 mikrogram (dalam multivitamin).
2.Asam folat 500 – 1000 mikrogram (untuk ibu hamil 1 mg).
3.Koreksi cepat (parenteral atau i.m) oleh dokter spesialis

6
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

2. GATAL & BERCAK/BINTIL DI KULIT


1. Varisela
a. Keluhan : Demam, malaise, dan nyeri kepala. Kemudian disusul timbulnya lesi kulit
berupa papul eritem yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Biasanya
disertai rasa gatal.
b. Tanda Patognomonis : Erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa
jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear drops).
Vesikel akan menjadi keruh dan kemudian menjadi krusta.
c. Pemeriksaan Penunjang : Tzank (ditemukan sel datia berinti banyak)
d. Diagnosis banding : Variola, Herpes simpleks disseminate, Coxsackievirus,
Rickettsialpox
e. Tatalaksana :
Losio kalamin dapat diberikan untuk mengurangi gatal.
Pengobatan antivirus oral, antara lain:
Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak- anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal
800 ), atau Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari.
Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada 24 jam pertama
setelah timbul lesi.
f. Edukasi : Edukasi bahwa varisella merupakan penyakit yang self-limiting pada anak yang
imunokompeten. Komplikasi yang ringan dapat berupa infeksi bakteri sekunder. Oleh
karena itu, pasien sebaiknya menjaga kebersihan tubuh. Penderita sebaiknya dikarantina
untuk mencegah penularan.
2. Herpes Simpleks
a. Keluhan : Infeksi primer HSV-1 biasanya terjadi pada anak dan subklinis pada 90%
kasus, biasanya ditemukan perioral. Pada 10% sisanya, dapat terjadi gingivostomatitis
akut.
Infeksi primer HSV-2 terjadi setelah kontak seksual pada remaja dan dewasa,
menyebabkan vulvovaginitis akut dan atau peradangan pada kulit batang penis. Infeksi
primer biasanya disertai dengan gejala sistemik seperti demam, malaise, mialgia, nyeri
kepala, dan adenopati regional. Infeksi HSV-2 dapat juga mengenai bibir.
Infeksi rekuren biasanya didahului gatal atau sensasi terbakar setempat pada lokasi
yang sama dengan lokasi sebelumnya. Prodromal ini biasanya terjadi mulai dari 24
jam sebelum timbulnya erupsi.
b. Pemeriksaan Fisik : Papul eritema yang diikuti oleh munculnya vesikel berkelompok
dengan dasar eritem. Vesikel ini dapat cepat menjadi keruh, yang kemudian pecah,
membasah, dan berkrusta. Kadang-kadang timbul erosi/ulkus.
Tempat predileksi adalah di daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung
untuk HSV-1, dan daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital untuk HSV-2.
Untuk infeksi sekunder, lesi dapat timbul pada tempat yang sama dengan lokasi
sebelumnya.
c. Pemeriksaan penunjang biasanya tidak dibutuhkan
d. Diagnosis banding : impetigo vesikobulosa, ulkus genitalis
e. Tatalaksana
1. Terapi diberikan dengan antiviral, antara lain:

7
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

a. Asiklovir, dosis 5 x 200 mg/hari selama


5 hari, atau
b. Valasiklovir, dosis 2 x 500 mg/hari selama 7-10 hari.
2. Pada herpes genitalis: edukasi tentang pentingnya abstinensia pasien harus tidak
melakukan hubungan seksual ketika masih ada lesi atau ada gejala prodromal.
f. Edukasi
- Informasi perjalanan alami penyakit ini, termasuk informasi bahwa penyakit ini
menimbulkan rekurensi.
- Tidak melakukan hubungan seksual ketika masih ada lesi atau gejala prodromal.
- Pasien sebaiknya memberi informasi kepada pasangannya bahwa ia memiliki infeksi HSV.
- Transmisi seksual dapat terjadi pada masa asimtomatik.
- Kondom yang menutupi daerah yang terinfeksi, dapat menurunkan risiko transmisi dan
sebaiknya digunakan dengan konsisten.

3. Herpes Zooster
a. Keluhan : Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi. Keluhan dapat disertai dengan
gejala prodromal sistemik berupa demam, pusing, dan malaise. Setelah itu timbul gejala
kulit kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi vesikel berkelompok dengan dasar
eritem dan edema.
b. Pemeriksaan Fisik : Sekelompok vesikel dengan dasar eritem yang terletak unilateral
sepanjang distribusi saraf spinal atau kranial. Lesi bilateral jarang ditemui, namun
seringkali, erupsi juga terjadi pada dermatom di dekatnya.
c. Pemeriksaan penunjang umumnya tidak dibutuhkan
d. Diagnosis banding : herpes simpleks, dermatitis venenata
e. Tatalaksana :
- Terapi suportif dilakukan dengan menghindari gesekan kulit yang mengakibatkan
pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan mencegah kontak dengan
orang lain.
- Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari oleh karena dapat
menyebabkan Reye’s syndrome.
- Pengobatan topikal:
Stadium vesikel: bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin agar vesikel tidak pecah.
Apabila erosif, diberikan kompres terbuka. Apabila terjadi ulserasi, dapat
dipertimbangkan pemberian salep antibiotik.
- Pengobatan antivirus oral, antara lain dengan :
Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-
anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal
800 mg), selama 7 hari, atau
Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari.
f. Edukasi : Edukasi tentang perjalanan penyakit Herpes Zoster.
Edukasi bahwa lesi biasanya membaik dalam 2-3 minggu pada individu imunokompeten.
Edukasi mengenai seringnya komplikasi neuralgia pasca-herpetik

4. Folikulitis, furunkel, karbunkel, dan impetigo (Pyoderma)


a. Keluhan : Pasien datang mengeluh adanya koreng atau luka di kulit. Awalnya berbentuk
seperti bintil kecil yang gatal, dapat berisi cairan atau nanah dengan dasar dan

8
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

pinggiran sekitarnya kemerahan. Keluhan ini dapat meluas menjadi bengkak disertai
dengan rasa nyeri.
Bintil kemudian pecah dan menjadi keropeng/koreng yang mengering, keras dan sangat
lengket.
b. Pemeriksaan Fisik :
- Folikulitis adalah peradangan folikel rambut yang ditandai dengan papul eritema
perifolikuler dan rasa gatal atau perih.
- Furunkel adalah peradangan folikel rambut dan jaringan sekitarnya berupa papul,
vesikel atau pustul perifolikuler dengan eritema di sekitarnya dan disertai rasa nyeri.
- Karbunkel adalah kumpulan dari beberapa furunkel, ditandai dengan beberapa
furunkel yang berkonfluensi membentuk nodus bersupurasi di beberapa
puncak.
- Impetigo krustosa (impetigo contagiosa) adalah peradangan yang memberikan
gambaran vesikel yang dengan cepat berubah menjadi pustul dan pecah sehingga
menjadi krusta kering kekuningan seperti madu. Predileksi spesifik lesi
terdapat di sekitar lubang hidung, mulut, telinga atau anus.
- Impetigo bulosa adalah peradangan yang memberikan gambaran vesikobulosa
dengan lesi bula hipopion (bula berisi pus).
- Ektima adalah peradangan yang menimbulkan kehilangan jaringan dermis bagian
atas (ulkus dangkal).
c. Pemeriksaan Penunjang : Pewarnaan gram dari sekret, pemeriksaan darah biasanya
leukositosis.
d. Tatalaksana
a. Topikal:
Bila banyak pus/krusta, dilakukan kompres terbuka dengan permanganas kalikus
(PK) 1/5.000 atau yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali.
Bila tidak tertutup pus atau krusta, diberikan salep atau krim asam fusidat 2% atau
mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari.
b. Antibiotik oral dapat diberikan dari salah satu golongan di bawah ini:
Penisilin yang resisten terhadap penisilinase, seperti:
kloksasilin. Dosis dewasa: 3 x 250500 mg/hari, selama 5-7 hari, selama 5-7 hari. Dosis
anak: 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis, selama 5-7 hari.
Amoksisilin dengan asam klavulanat. Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg Dosis anak: 25
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, selama 5-7 hari
5. DERMATOFITOSIS
Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat
mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum
pada epidermis, rambut, dan kuku. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan agen
penyebab. Sumber penularan dapat berasal dari manusia (jamur antropofilik),
binatang (jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik).
Klasifikasi :
a. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
b. Tinea barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot.
c. Tinea kruris, pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan perut bagian bawah.
d. Tinea pedis et manum, pada kaki dan tangan.

9
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

e. Tinea unguium, pada kuku jari tangan dan kaki.


f. Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas. Bila
terjadi di seluruh tubuh disebut dengan tinea imbrikata.
a. Keluhan : bercak merah bersisik yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan orang yang
mengalami dermatofitosis.
b. Pemeriksaan Fisik : Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas,
dengan bagian tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah (central healing), dan
konfigurasi polisiklik. Lesi dapat dijumpai di daerah kulit berambut terminal,
berambut velus (glabrosa) dan kuku.
c. Pemeriksaan penunjang : KOH akan ditemukan hifa panjang dan artrospora.
d. Tatalaksana : Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan: antifungal
topikal seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin yang diberikan
hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu kemudian untuk mencegah
rekurensi.
Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi topikal, dilakukan
pengobatan sistemik dengan:
Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari untuk orang dewasa dan
0,25 – 0,5 g per hari untuk anak- anak atau 10-25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis.
Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari; Itrakonazol: 100 mg/hari atau
Terbinafin: 250 mg/hari. Pengobatan diberikan selama 10-14 hari
pada pagi hari setelah makan.

6. Dermatitis Kontak Alergi


a. Keluhan : Keluhan kelainan kulit berupa gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan
dermatitis. Keluhan dapat disertai timbulnya bercak kemerahan.
Hal yang penting ditanyakan adalah riwayat kontak dengan bahan- bahan yang
berhubungan dengan riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan,
obat sistemik, kosmetik, bahan- bahan yang dapat menimbulkan alergi, serta riwayat
alergi di keluarga
b. Pemeriksaan Fisik : Tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada umumnya
tergantung pada kondisi akut atau kronis. Lokasi dan pola kelainan kulit penting
diketahui untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya,
seperti di ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan seterusnya.
c. Pemeriksaan Penunjang : Patch test
d. Tatalaksana : Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat
digunakan Fluosinolon asetonid krim 0,025%).
Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi,
dapat diberikan golongan Betametason valerat krim 0,1% atau Mometason furoat krim
0,1%).
Antihistamin
Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.

7. Dermatitis Kontak Iritan

10
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

a. Keluhan : Keluhan di kulit dapat beragam, tergantung pada sifat iritan. Iritan kuat
memberikan gejala akut, sedangkan iritan lemah memberikan gejala kronis. Gejala yang
umum dikeluhkan adalah perasaan gatal dan timbulnya bercak kemerahan pada daerah
yang terkena kontak bahan iritan. Kadang-kadang diikuti oleh rasa pedih, panas, dan
terbakar.
b. Tatalaksana : Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
Kortikosteroid: Desonid krim 0,05%
8. Dermatitis Atopik
a. Keluhan : Gejala utama DA adalah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi
umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk. Pasien
biasanya juga mempunyai riwayat sering merasa cemas, egois, frustasi, agresif, atau
merasa tertekan.
b. Pemeriksaan Fisik : Kering pada perabaan, Pucat/redup, Jari tangan teraba dingin dan
Terdapat papul, likenifikasi, eritema,erosi, eksoriasi, eksudasi dan krusta
pada lokasi predileksi
c. Pemeriksaan penunjang : tes kulit alergi, igE
d. Tatalaksana : Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid
topikal, seperti: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu.
Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim
0,1% atau mometason furoat krim 0,1%.
9. Urtikaria
a. Keluhan : Pasien datang dengan keluhan biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk.
Gatal sedang-berat di kulit yang disertai bentol-bentol di daerah wajah, tangan, kaki, atau
hampir di seluruh tubuh. Keluhan dapat juga disertai rasa panas seperti terbakar atau
tertusuk. Kadang-kadang terdapat keluhan sesak napas, nyeri perut, muntah- muntah,
nyeri kepala, dan berdebardebar (gejala angioedema).
b. Pemeriksaan Fisik : Lesi kulit yang didapatkan:
Ruam atau patch eritema.
Berbatas tegas.
Bagian tengah tampak pucat.
Bentuk papul dengan ukuran bervariasi, mulai dari papular hingga plakat.
Kadang-kadang disertai demografisme, berupa edema linier di kulit yang terkena
goresan benda tumpul, timbul dalam waktu lebih kurang 30 menit.
Pada lokasi tekanan dapat timbul lesi urtika.
Tanda lain dapat berupa lesi bekas garukan
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah (eosinofil), urin dan feses rutin (memastikan
adanya fokus infeksi tersembunyi).
Uji gores (scratch test) untuk melihat dermografisme.
Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai
untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
Tes fisik: tes dengan es (ice cube test), tes dengan air
hangat

11
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

d. Tatalaksana
Antihistamin oral nonsedatif, misalnya loratadin 1 x 10 mg per hari selama 1 minggu.
Bila tidak berhasil dikombinasi dengan Hidroksisin 3 x 25 mg atau Difenhidramin 4 x 25-
50 mg per hari selama 1 minggu.
Apabila urtikaria karena dingin, diberikan Siproheptadin 3 x 4 mg per hari lebih efektif
selama 1 minggu terus menerus.
Antipruritus topikal: cooling antipruritic lotion, seperti krim menthol 1% atau 2% selama
1 minggu terus menerus.

10. Skabies
a. Keluhan
Pruritus nokturna, yaitu gatal yang hebat terutama pada malam hari atau saat penderita
berkeringat. Lesi timbul di stratum korneum yang tipis, seperti di sela jari, pergelangan
tangan dan kaki, aksila, umbilikus, areola mammae dan di bawah payudara (pada wanita)
serta genital eksterna (pria).
Faktor Risiko:
Masyarakat yang hidup dalam kelompok yang padat seperti tinggal di asrama atau
pesantren.
Higiene yang buruk.
Sosial ekonomi rendah seperti di panti asuhan, dan sebagainya.
Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas.
b. Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau abu- abu dengan panjang
rata-rata 1 cm. Ujung terowongan terdapat papul, vesikel, dan bila terjadi infeksi
sekunder, maka akan terbentuk pustul, ekskoriasi, dan sebagainya.Pada anak-anak, lesi
lebih sering berupa vesikel disertai infeksi sekunder akibat garukan sehingga lesi menjadi
bernanah.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk menemukan tungau.
d. Tatalaksana
Krim permetrin 5% di seluruh tubuh. Setelah 10 jam, krim permetrin dibersihkan dengan
sabun. Diulang 7 hari kemudian.
11. Fluor Albus
- Kandidiasis vaginitis, disebabkan oleh Candida albicans, duh tubuh tidak berbau,
pH <4,5 , terdapat eritema vagina dan eritema satelit di luar vagina
- Vaginosis bakterial (pertumbuhan bakteri anaerob, biasanya Gardnerella vaginalis),
memperlihatkan adanya duh putih atau abu-abu yang melekat di sepanjang dinding
vagina dan vulva, berbau amis dengan pH >4,5.
- Servisitis yang disebabkan oleh chlamydia, dengan gejala inflamasi serviks
yang mudah berdarah dan disertai duh mukopurulen
- Trichomoniasis, seringkali asimtomatik, kalau bergejala, tampak duh kuning
kehijauan, duh berbuih, bau amis dan pH >4,5.

TATALAKSANA
a. Kandidiasis :
R/ Flukonazol 150mg tab No. I

12
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

S 1dd tab 1 ℘
R/ Nystatin 100.000 IU vaginal supp No.VII
S 1dd supp 1--->selama 7 hari
R/ klotrimazol 500mg vaginal supp No. I
S 1dd supp 1 ---> dosis tunggal
b. Vaginosis dan Trikomoniasis
R/ Metronidazole 500mg tab No. IV single dose
S 1dd tab IV
c. Gonorhea
R/ Sefiksim 200mg caps No. II
S 1dd tab 2
R/ Azitromisin
S 1dd tab 2

13
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

3. NYERI SENDI
1. Osteoarthritis
Anam : Nyeri sendi, bertambah dengan gerakan dan berkurang dngan istirahat.
- Hambatan gerak sendi
- kaku pagi hari,
- krepitasi, deformitas,
- pembengkakan sendi
- yang asimetris, tanda radang,
- perubahan pola jalan
PF : periksa look – feel - move (inspeksi, palpasi, rom) bandingkan kanan dan kiri
- Hambatan gerak
- Krepitasi
- Pembengkakan sendi asimetris
- Tanda radang sendi
- Deformitas sendi yang permanen
- Perubahan pola jalan
PP :-
Dx : Kriteria diagnosis dari OA lutut berdasarkan American College of Rheumatology
yaitu adanya nyeri pada lutut dan pada foto rontgen ditemukan adanya
gambaran osteofit serta sekurang kurangnya satu dari usia > 50 tahun, kaku
sendi pada pagi hari < 30 menit dan adanya krepitasi
Gambaran radiologis sendi yang mendukung diagnosis OA :
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban)
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi.
Klasifikasi radiografi osteoarthritis menurut kriteria Kellgren-Lawrence
Derajat 1 : Normal → tidak ada gambaran radiografis yang abnormal
Derajat 2: Meragukan → Tampak osteofit kecil
Derajat 3: Tampak osteofit, celah sendi normal
Derajat 4: Sedang → osteofit jelas, penyempitan celah sendi
Derajat 5: Berat → Penyempitan celah sendi berat dan adanua sklerosis
DD : GOUT Arthtritis, Rheumatoid Arthtritis
Talak : Ibuprofen 400 mg Tab No. IX, S 3 dd Tab 1 prn atau As. Mefenamat 500 mg Tab
No. IX, S 3 dd Tab 1 prn
Edu : FR : usia > 60 tahun, wanita > 50 tahun/ menopause, obesitas, pekerja berat

2. Rheumatoid arthritis
Anam : Nyeri sendi, bersifat hilang timbul, penyakit ini aktif saat jaringan tubuh meradang,
Gejala sistemik (mudah capek, lemah, lesu, takikardi, BB turun, anemia.
- Nyeri dan kaku sendi pagi hari
- Mulai pada persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif
kesendi besar
- Pesendian dapat terana hangat, bengkak, kaku pada pagi hari > 30 menit
- Nyeri, pembengkakan, teraba hangat/panas, eritema dan gangguan fungsi

14
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

- Imobilisasi dalam waktu lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga terjadi


deformitas jaringan lunak
Terdapat 3 stadium:
- Stadium sinovitis : terjadi perubahan dini pada jaringan synovial yg
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun
istirahat, bengkak, dan ke kakuan
- Stadium destruksi : kerusakan jaringan synovial dan jaringan sekitarnya yang
ditandai adanya kontraksi tendon
- Stadium deformitas : terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
demormitas dan gangguan fungsi secara menetap
PF : periksa look – feel - move (inspeksi, palpasi, rom) bandingkan kanan dan kiri
- Manifestasi artikular :Bengkak/efusi sendi, nyeri tekan sendi, sendi teraba
hangat, deformitas (swan neck, boutonniere, deviasi ulnar )
- Manifestasi ekstraartikular : Nodul rhematoid, vaskulitis, soft tissue rheumatism
(CTS, Frozen shoulder), keratoconjunctivitis sicca, radang sendi krikoaritenoid,
pneumonia interstitial, efusi pleura, fibrosis paru, perikarditis
PP :-
Dx : Diagnosis RA di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis menurut American
College of Rheumatology/European League Against Rheumatism 2010. Ditetapkan
bila pasien mempunyai skor 6

DD : SLE, Arthtritis psoriatic, GOUT, Spondiloartropati seronegatif, Sindrom Sjogren


Talak : Kortikosteroid (prednisone/metal prednisolone dosis rendah sebagai bridging),
NSAD: Natrium diklofenak 50 mg Tab No. IX, S 2 dd Tab 1prn
Edu : FR : wanita, faktor genetic, hormone seks, infeksi, merokok

15
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

3. Gout arthritis
Anam : bentuk arthtritis inflamatorik yang terjadi ditandai dengan kadar asam urat darah
yang tinggi
- Bengkak sendi
- Nyeri sendi
- Rasa panas dan kemerahan
- Demam, menggigil, nyeri badan
Terdapat 3 stadium:
- Stadium akut : radang sendi timbul sangat cepat dlm waktu singkat, bersifat
monoartikuler dgn keluhan nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala
sistemik berupa demam, mengigil, dan merasa lelah. Dpt pada sendi pergelangan
tangan,/kaki, lutut, dan siku
- Stadium interkritikal : terjadi periode interkritik asimptomatik. Pada aspirasi
sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses peradangan
masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan
- Stadium menahun : Self medication. Disertai tofi yang banyak dan poliartikuler
. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat , tidak menimbulkan nyeri
tapi mudah terjadi infeksi sekunder. Dan dapat menyebabkan destruksi progresif
pada sendi hingga timbul deformitas
PF : periksa look – feel - move (inspeksi, palpasi, rom) bandingkan kanan dan kiri
- Arthtritis monoartikuler, kemerahan dan bengkak
PP : Hiperurisemia
Dx : Gold standard dalam menegakkan gout arthritis adalah ditemukannya kristal urat
MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus.
Untuk memudahkan diagnosis gout arthritis akut, dapat digunakan kriteria dari ACR
(American College Of Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut :
A. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau
B. Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau
C. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut :
1. Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
2. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
3. Arthritis monoartikuler
4. Kemerahan pada sendi
5. Bengkak dan nyeri pada MTP-1
6. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
7. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
8. Kecurigaan terhadap adanya tofus
9. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
10.Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
11.Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi
DD : Sepsis Arthtritis, Rheumatoid Arthtritis, arthtritis lainnya
Talak : Natrium diklofenak 25 mg Tab No. X, S 2 dd Tab 1 prn, Alopurinol 100 mg Tab
No. X, S 1 dd Tab 1 pc
Edu : FR: usia dan jenis kelamin, obesitas, penyakit metabolic, alcohol, hipertensi,
gangguan fungsi ginjal, pola diet, obat

16
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

4. Trauma sendi
Anam : - Keluhan nyeri biasanya terjadi setelah terjadi trauma.
- Terdapat riwayat trauma, gali mekanisme trauma.
- tidak dapat melanjutkan aktivitas karena nyeri ataupun karena ketidakstabilan
sendi.
- Nyeri diikuti proses peradangan seperti bengkak, teraba panas, kemerahan dan
deformitas ataupun penurunan fungsi.
- kemungkinan terdapat gangguan saraf akibat cedera seperti ada tidaknya keluhan
kesemutan, kelemahan otot ataupun mati rasa
PF : periksa look – feel - move (inspeksi, palpasi, rom) bandingkan kanan dan kiri
(didapatkan tanda tanda peradangan)
- Instabilitas sendi (ditunjukkan dengan pemeriksaan khusus )
PP : X-Ray untuk melihat apakah ada fraktur disekitar sendi. MRI untuk membantu
melihat cedera pada ligamen
Dx : Jenis Trauma:
1. Strain
cedera yang terjadi pada otot dan tendon. Biasanya disebabkan oleh adanya
regangan yang berlebihan. Gejala: Nyeri yang terlokalisasi, kekakuan, bengkak,
hematom di sekitar daerah yang cedera
2. Sprain
cedera yang disebabkan adanya peregangan yang berlebihan sehingga terjadi
cedera pada ligamen. Gejala: nyeri, bengkak, hematoma, tidak dapat
menggerakkan sendi, kesulitan untuk menggunakan extremitas yang cedera.
Sprain dapat dibagi menjadi 3 derajat :
Derajat I → terjadi over-streched ligamen, cedera secara mikroskopik,tapi tidak
terjadi suatu robekan.
Derajat II → terjadi robekan parsial dari ligament.
Derajat III → terjadi robekan total dari ligamen. Ini merupakan derajat terparah
dari suatu sprain.
Talak : PRICE dan NSAID. PRICE (Protection, Rest, Ice, Compression, Elevation) Pada
rupture total → Pembedahan. NSAID (Ibuprofen 400 mg Tab No. IX, S 3 dd Tab 1
prn)

5. Lesi meniscus
Anam : - Nyeri pada lutut diikuti dengan proses peradangan seperti bengkak, teraba panas,
kemerahan dan ketidakstabilan sendi lutut
- Perlu digali ada tidaknya riwayat trauma dan bagaimana mekanisme trauma.
PF : periksa look – feel - move (inspeksi, palpasi, rom) bandingkan kanan dan kiri
hasil yang positif saat dilakukan pemeriksaan khusus :
1) tes McMurray,
2) tes kompresi apley dan
3) tes distraksi apley.
- Instabilitas sendi lutut
PP : X-ray untuk melihat apakah ada fraktur di sekitar sendi lutut. MRI dapat membantu
melihat cedera bantalan sendi (meniskus)
Dx : anam pf pp

17
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

Talak : PRICE dan NSAID. PRICE (Protection, Rest, Ice, Compression, Elevation) Pada
rupture total → Pembedahan. NSAID (Ibuprofen 400 mg Tab No. IX, S 3 dd Tab 1
prn)

Pemeriksaan Fisik Khusus


1. Melakukan pemeriksaan untuk menilai massa otot (atrofi / hipertrofi). Dengan menggunakan
pita ukur , dan bandingkan kanan dan kiri
2. Melakukan pemeriksaan untuk menilai panjang tungkai (ada/ tidaknya leg length
discrepancy). Dengan menggunakan pita meter untuk mengukur panjang tungkai true leg
length ( mengukur jarak dari SIAS ke maleolus medial) atau appereance leg length
(mengukur jarak dari umbilicus ke maleolus medial)
3. Pemeriksaan khusus dilakukan untuk mengetahui bagian sendi mana yang mengalami cedera
Test Pemeriksaan Khusus
1. Sendi Bahu (shoulder)
- tes Apprehension
- tes Hawkins
- tes Lift Off
- tes Neer Sign
- tes Relocation
- tes Scarf
- tes Speeds
- tes Yergesons
2. Sendi Siku (elbow)
- tes Valgus
- tes Varus
3. Sendi Lutut (knee)
- Tes untuk menulai kestabilan ligament collateral (test valvus / varus)
- Tes untuk menentukan integritas dari ligamen cruciate anterior (tes Drawer anterior, tes
pivot-shift, tes Jerk)
- Tes untuk menilai integritas ligament cruciate sebelah posterior (tes Drawer posterior, tes
recurvatum rotasi eksternal, tes “Sag” Posterior)
- Tes untuk menilai robekan meniscus (tes McMurray, tes kompresi apley, tes distraksi
apley)
4. Sendi ankle
- tes Anterior Drawer
- tes Syndesmosis Squeeze
- tes Syndesmotic ligament
- tes Talar Tilt
- tes Thompson

Pemeriksaan Penunjung

18
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

1. Pem. Lab
- LED
- Enzim otot → creatine kinase dan serum glutamine
- Enzim penanda aktivitas tulang → alkali fosfatase
- Rheumatoid Factor (FR)
- Antibody Anti Nuclear (ANA)
- Analisa Cairan Sinovial
- Mineral darah → kalsium dan fosfor
- Asam urat darah
2. X-Ray (rontgen musculoskeletal) → melihat densitas dan posisi tulang
3. CT (Computed Tomography) → mengidentifikasi kelainan jaringan tulang dan jaringan
lunak. Kelebihan: gambar yang direkonstruksi dapat dapat dimanipulasi dengan komputer
sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging) → menghasilkan perbedaan gambar yang sangat jelas
dan lebih sensitif untuk menilai bentuk anatomi jaringan lunak dalam tubuh, terutama otak,
sumsum tulang belakang, serta susunan saraf. Juga jaringan lunak dalam sistem organ tulang
dan otot seperti otot, ligamen, tendon, tulang rawan, ruang sendi.
5. Arthrografi → dgn bahan radiopaque atau udara dalam sendi untuk melihat struktur jaringan
lunak dan kontur sendi, diambil gambar sinar-X serial pada rentang gerak sendi. Dapat
melihat kebocoran kontras sebagai tanda robekan sendi akut atau kronik pada kapsul sendi
atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan.
6. BMD (Bone Mineral Density) → )menggunakan Dual Energy X-ray Absorptiometry
(DEXA) untuk menilai kepadatan tulang.
7. USG (Ultrasonografi) → menggunakan gelombang ultrasound untuk menilai kepadatan,
elastisitas & kekuatan musculoskeletal. Dapat digunakan untuk diagnosis dan evaluasi
terapi pada kasus robekan tendon, tendinitis, robekan otot, sprain ligament, peradangan atau
cairan (efusi) dalam bursae dan sendi serta proses rheumatoid arthritis.
8. Arthroscopy → dgn cara memasukan arthroscope ke dalam sendi (biasanya lutut). Untuk
melihat struktur dan isi sendi; operasi eksplorasi (pengangkatan jaringan lunak & biopsi);
mengetahui kelainan meniskus, tulang rawan artikular, ligamen, atau kapsul sendi.

19
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

4. KEMBUNG, MUAL, MUNTAH & DIARE


KEMBUNG MUAL MUNTAH
Anamnesis PF PP Talak
Dispepsia Salah 1 atau lebih dari PF abdomen Endoskopi: untuk Antasida doen 3 x 1
gejala: Inspeksi: sedikit mengetahui tablet dikunyah
• nyeri ulu distensi apakah gastritis sebelum makan atau
hati(epigastrium) Auskultasi: BU atau terdapat Ranitidin 2 x 1 tablet
• rasa terbakar di dbn infeksi
sebelum makan
ulu hati Perkusi: Helicobacter
hipertimpani pylori atau erosi
Paracetamol 3 x 500
(epigastrium)
mg untuk
• rasa kembung Palpasi: nyeri mukosa lambung
pusing&nyeri
• sensasi cepat tekan + di ulu hati
kenyang/begah. Foto polos
abdomen Edukasi : makan
1. Rsosek: Barium meal/MD teratur, hindari stress,
2. - Konsumsi terlalu USG hindari makanan
Darah rutin yang pedas, kecut,
banyak serat seperti
Feses rutin santan, kopi.
buah-buahan, sayur- Fungsi pancreas:
sayuran, gandum amilase, lipase
utuh, dan kacang- Gula darah
kacangan. Urease breath test
3. - Intoleransi laktosa (infeksi H.Pylori)
atau gluten.
4. - Kurang aktivitas Dispepsia organic:
fisik. disebabkan
5. Gangguan kelainan
pencernaan seperti structural,
biokimia, atau
irritable bowel
sistemik (ulkus
syndrom, asam peptikum,
lambung, dll esophagitis,
6. – Stress refluks, gastritis
kronik)
7. – sering telat makan
Dyspepsia
8. – dipicu makanan fungsional: tidak
pedas ditemukan
penyebab organic
9.
(keluhan harus
berulang dlm 3
bulan, dengan
awitan setidaknya
6 bulan
sebelumnya)
Gastritis • Nyeri ulu hati nyeri tekan Endoskopi : Antasida doen 3 – 4
• Rasa terbakar di epigastrium gastritis kali sehari 1 – 2
ulu hati Darah lengkap tablet
AH-2:

20
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

• Rasa penuh atau Gambaran Simetidin 200 mg


tidak nyaman Darah Tepi secara oral tepat
setelah makan Feses Lengkap sebelum atau 30
• Rasa cepat Kultur menit sesudah
kenyang Tes serologi makan, 2 kali sehari
memiliki
Ranitidin 150 mg
sensitivitas 85%
Riwayat secara oral 30 menit
dan spesifisitas
• Penggunakan obat sebelum makan, 2
79%. Infeksi
aspirin atau anti kali sehari
mukosa lambung
radang non steroid, Famotidin 10 - 20 mg
oleh H Pylori
• infeksi → peningkatan satu kali sehari
Helicobacter kadar IgG dan PPI
pylori, IgA dalam serum omeprazole 20 mg,
• kebiasaan dan peningkatan
mengkonsumsi pantoprazole 40 mg,
kadar IgA dan lansoprazole 30 mg,
minuman IgM dlm lambung
beralkohol, esomeprazole 40 mg,
Stool Antigen
• memiliki kebiasaan Test (SAT):
dan rabeprazole 20
merokok, mengidentifikasi mg. PPI dosis tunggal
• sering mengalami antigen H. umumnya diberikan
stress pylori pada feses. pada pagi hari
• pola makan yang sebelum makan pagi.
tidak teratur serta Gastric Biopsi Sukralfat 1 gram 4 x
• terlalu banyak Test → aktivitas sehari secara oral
mengkonsumsi enzim urease sebelum makan
makanan yang Anti emetik :
pedas dan asam Biakan / kultur Antagonis reseptor 5-
organisme H. HT salah satu
3

Pylori contohnya
ondancentron
Antagonis dopamine
contoh : domperidone
dan metoclopramide

GERD • gejala refluks yang nyeri tekan Endoskopi: untuk PPI: omeprazole 20
terjadi sesaat epigastrium mengetahui mg, pantoprazole 40
setelah makan, apakah gastritis mg, lansoprazole 30
ditandai rasa asam atau terdapat mg, esomeprazole 40
dan pahit di lidah. infeksi mg, dan rabeprazole 20
• rasa panas di ulu Helicobacter mg. PPI dosis tunggal
hati yang terasa pylori atau erosi umumnya diberikan
hingga ke daerah mukosa lambung pada pagi hari sebelum
dada. makan pagi. Sedangkan
• Kedua gejala ini Foto polos dosis ganda diberikan
umumnya abdomen pagi hari sebelum
dirasakan saat Barium meal/MD makan pagi dan malam
setelah makan atau USG hari sebelum makan
saat berbaring. Darah rutin malam
Feses rutin

21
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

• Gejala lain GERD Fungsi pancreas:


kembung, mual, amilase, lipase
cepat kenyang, Gula darah
bersendawa, Urease breath test
hipersalivasi, (infeksi H.Pylori)
disfagia hingga
odinofagia.
Intoleransi • Gejalanya berupa nyeri tekan Endoskopi: untuk • Pembatasan
makanan tenggorokan terasa abdomen, bising mengetahui nutrisi tertentu
gatal, nyeri perut, usus meningkat apakah gastritis • Suplemen vitamin
perut kembung, dan mungkin atau terdapat
dan mineral
diare, mual terdapat tanda- infeksi
muntah, atau dapat tanda dehidrasi Helicobacter • Suplemen enzim
disertai kram perut pylori atau erosi pencernaan
• kekurangan enzim mukosa lambung
yang diperlukan
untuk mencerna Foto polos
makanan tertentu abdomen
seperti laktosa gula Barium meal/MD
susu, agen USG
penyedap Darah rutin
monosodium Feses rutin
glutamat (MSG), Fungsi pancreas:
antihistamin amilase, lipase
ditemukan di keju Gula darah
lama, anggur, bir, Urease breath test
dan daging olahan. (infeksi H.Pylori)

KERACUNAN MAKANAN
Botulisme
Gejala akut dapat muncul 2 jam - 8 hari setelah menelan makanan yang terkontaminasi. Semakin pendek
waktu antara menelan makanan yang terkontaminasi dengan timbulnya gejala makin berat derajat
keracunannya. Gejala awal dapat berupa suara parau, mulut kering dan tidak enak pada epigastrium. Dapat
pula timbul muntah, diplopia, ptosis, disartria, kelumpuhan otot skeletal dan yang paling berbahaya adalah
kelumpuhan otot pernapasan. Kesadaran tidak terganggu, fungsi sensorik dalam batas normal. Pupil dapat
lebar, tidak reaktif atau dapat juga normal. Gejala pada bayi meliputi hipotoni, konstipasi, sukar minum
atau makan, kepala sukar ditegakkan dan refleks muntah hilang.
Talak: dekontaminasi dengan memuntahkan isi lambung jika korban masih sadar, dapat juga dilakukan
bilas lambung. Arang aktif dapat diberikan (jika tersedia). Jika tersedia dapat diberikan antitoksin
botulinum pada keracunan simtomatik (perlu dilakukan uji alergi sebelumnya)

Bongkrek
Gejala keracunan bervariasi mulai dari yang sangat ringan hanya: pusing, mual dan nyeri perut sampai berat
berupa: gagal sirkulasi dan respirasi, kejang dan kematian
Talak: Antidotum spesifik keracunan bongkrek belum ada. Terapi nonspesifik ditujukan untuk
menyelamatkan nyawa, mencegah absorbsi racun lebih lanjut dan mempercepat ekskresi. Atasi gangguan
sirkulasi dan respirasi, beri arang aktif

22
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

Jengkol
Gejala dapat timbul 5-12 jam setelah makan jengkol. Gejala keracunan: kolik, oliguria atau anuria,
hematuria, gagal ginjal akut. Gejala tersebut timbul sebagai akibat sumbatan saluran kemih oleh kristal
asam jengkol.
Talak: natrium bikarbonat 0.5– 2 gram 4 kali perhari secara oral. Bila terjadi gagal ginjal akut maka
penatalaksanaan sesuai dengan gagal ginjal akut.

Sianida
Gejala dapat berupa nyeri kepala, mual, muntah, sianosis, dispnea, delirium dan bingung. Dapat juga segera
diikuti pingsan, kejang, koma dan kolaps kardiovaskular yang berkembang sangat cepat.
Talak: Penatalaksanaan keadaan gawat darurat lakukan pembebasan jalan napas, berikan oksigen 100%.
Berikan natrium-tiosulfat 25% IV dengan kecepatan 2.5-5 ml/menit sampai klinis membaik. Tiosulfat
relatif aman dan dapat diberikan meskipun diagnosisnya masih meragukan

EDUKASI
Pasien dan atau keluarga perlu diberikan edukasi mengenai:
1. Penyakit yang dideritanya
2. Penyebab atau pencetusnya
3. Apabila pernah mengalami hal serupa sebelumnya: perubahan penyakit (apakah membaik atau
memburuk)
4. Jenis dan mekanisme kerja obat yang diberikan
5. Kapan harus dirujuk, jika pasien mengalami gejala dan tanda bahaya (alarming features) seperti
berikut:
a. Perdarahan saluran cerna, sulit menelan, nyeri saat menelan, anemia yang tidak bisa dijelaskan
sebabnya, perubahan nafsu makan, dan penurunan berat badan, atau ada indikasi endoskopi. Segera rujuk
pasien ke spesialis gastroenterologi atau rumah sakit dengan fasilitas endoskopi.
b. Bila gejala dan tanda lebih mengarah pada kelainan jantung, segera rujuk ke spesialis jantung.
6. Kapan harus datang lagi untuk kontrol:
• Setelah obat habis, untuk mengevaluasi respon atas terapi
7. Kapan harus segera meminta pertolongan dokter meskipun belum waktunya kontrol
• Apabila keluhan tidak berkurang atau justru bertambah berat
8. Prognosis
• Ad vitam : Bonam
• Ad functionam : Bonam
• Ad sanationam : Bonam
9. Bagaimana mencegah untuk terjadi lagi:
• Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi
• Melakukan pengobatan yang adekuat.
• Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
• Mencuci tangan secara teratur.

DIARE
➢ Anamnesis : telusuri perjalanan penyakit!!

23
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

➢ Pem fisik head to toe biasa: focus cari tanda dehidrasi & komplikasi
➢ Lab darah & feses : kemungkinan kausa
➢ Radiologi : kemungkinan komplikasi

Diagnosis

• Gastroenteritis: diare +mual muntah


• Disentri: diare, sakit perut, frekuensi >>>, berlendir/berdarah
Et causanya

Infeksi Kolera Intoleransi Bakteri Disentri Disentri


virus nonspesifi basiler- amoeba-
k shigellosis Amebiasis
Etiologi Rotavirus Vibrio Sering E.coli Shigella Entamoeba
cholerae berhub susu (ETEC, dysentriae histolytica
formula EIEC,
EHEC)
Frekuensi 10 – 15x / >5x/hari <6x/hari
hari (saat
puncak)
Kualitas Cair, ampas Seperti Cair, Cair Cair sering, volume
sedikit cucian nyemprot, dengan sedikit,
seperti biji beras, kuning, ampas konsistensi
Lombok, profuse asam banyk lembek – cair
asam & (lembek),
banyak volume
banyak,
bau busuk
Lendir/dar (-) (-) (-) Lender (+) (+)
ah (+), darah
(-)
Kembung, Jarang Tenesmus Tenesmus (+)
tenesmus (+) (+)
Dehidrasi Bisa Cepat Bisa
menyebabka menjadi
n dehidrasi dehidrasi
, rata-
rata
berat
Keluhan Muntah- Kadang Panas Demam muntah,
lain muntah meteorismu tinggi, >40C, mual demam
hebar, s, pantat muntah(jar muntah,
asidosis lecet ang) takikardi,
metaboli takipneu
c
Terapi Rehidrasi & Dewasa: - Rehidrasi / Dewasa: - Rehidrasi Umum :
Nutrisi manajemen R/ sesuai cairan
Cotrimoxazo

24
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

R/Tetrasik cairan : l tab 480 mg derajat adekuat, obat


lin tab 500 oralit, CRT, No. XIV dehidrasi penyulit &
mg S 2 dd tab 1
S 4 dd tab LGG dsb pc simtomatik
1 pc No. - Antibiotik
XXVIII - Nutrisi : : Spesifik :
R/Cloramf mknn Amoxycili - Infeksi usus
enikol tab
500 mg
diteruskan n, asimtomatik:
No. sesuai Cotrimoxza diloksanid
XXVIII kemampuan sol, fumarat ;
S 4 dd tab terakir Cefixim paromomisin
1 pc dsb
-Zink : (tab - Infeksi usus
/ syrup) : < - Diet : ringan –
6 bln = 10 kaya sedang :
mg/hr; > 6 protein & metronidazol
bln = 20 mudah (15 mg/kg/hr
mg/hr dicerna dlm 3 dosis –
10 hr)
-Nasihat : Dewasa:
utk R/ - Infeksi usus
Cotrimoxazol
perawatan tab 480 mg berat – abses
dirumah & tab No. XIV hepar :
pencegahan S 2 dd tab 1 -metronidazol
berulang/ pc (50 mg/kg/hr
penularan dlm 3 dosis
(kebersihan, p.os/iv – 10
tu cuci hr)
tangan) -
dehidroemetin
(0.5-1
mg/kg/hr dlm
2 dosis im – 5
hr)
- klorokuin
fosfat (10
mg/kg/hr dlm
3 dosis p.os –
21 hr)

Dewasa:
R/ Metronidazol
tab 500 mg No.
XXI
S 3 dd tab 1 pc

25
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

PP:
- Feses rutin
- Kultur feses
- Imunoserologi (ELISA, PCR)
- Lab sekresi pancreas: CCK sekretin-sekterin kolesistokinin, Fecal elastase-1, C-Breath test
- Malabsorbsi lemak: Sudan III, steatokrit, fecal elastase-1, lemak kumpulan tinja 72 jam
- Elektrolit
- Analisis gas darah

26
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

5. IKTERIK & ABDOMEN


1. Hepatitis A
Anam : Demam, mata dan kulit kuning, penurunan nafsu makan, nyeri otot dan sendi, lemah
letih lesu, mual dan muntah, warna urin seperti the, tinda seperti dempul
PF : Febris, Sklera ikterik, hepatomegaly, warna urin seperti teh
PP : Lab urin (bilirubin dlm urin), Pem. Darah (peningkatan kadar bilirubin dlm darah,
SGOT dan SGPT >2x nilai normal tertinggi, IgM anti HAV
DD : icterus obstruktif, Hepatitis B dan C akut, Sirosis hepatitis
Talak : Demam → Ibuprofen 400 mg Tab No. VI, S 2 dd Tab 1 prn.
Mual → Metoklopramid 10 mg Tab No. IX, S 3 dd Tab 1 prn
Perut perih dan kembung → Ranitidin 150 mg Tab No. VI, S 2 dd Tab 1
Edu : Infeksi akut liver yang disebabkan oleh hepatitis A virus (HAV), virus RNA.
FR : sering mengonsumsi makanan/minuman yang tidak terjaga santasinya,
menggunakan alat makan dan minum dari penderita hepatitis

2. Hepatitis B
Anam :
1. Umumnya tidak menimbulkan gejala terutama pada anak anak
2. Gejala timbul apabila seseorang telah terinfeksi selama 6 minggu, diantanya:
a. Gangguan GI: malaise, anoreksia, mual, muntah
b. Gangguan flu: batuk, fotofobia, sakit kepala, mialgia
3. Gejala prodromal akan menghilang saat timbul kuning, namun anoreksia malaise
dan kelemahan daoat menetap
4. Icterus di dahului dengan urin berwarna gelap. Pruritus (ringan dan sementara)
dapat timbul ketika icterus meningkat. Pada saat badan kuning, biasanya diikuti
hepatomegaly yang diikuti oleh rasa sakit bila ditekan dibagian perut kanan atas
PF : konjungtiva ikterik, pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hepar, splenomegaly
dan limfadenopati pada 15-20% pasien
PP : Lab urin (bilirubin dlm urin), Pem. Darah (peningkatan kadar bilirubin dlm darah,
SGOT dan SGPT >2x nilai normal tertinggi, HBsAg
DD : perlemakan hati, penyakit hati oleh karena obat atau toksin, hepatitis autoimun,
hepatitis alkoholik, obtruksi akut traktus biliaris
Talak : Demam → Ibuprofen 400 mg Tab No. VI, S 2 dd Tab 1 prn.
Mual → Metoklopramid 10 mg Tab No. IX, S 3 dd Tab 1 prn
Perut perih dan kembung → Ranitidin 150 mg Tab No. VI, S 2 dd Tab 1
Edu : FR : memiliki hub kelamin yg tidak aman dengan penderita hepatitis B, memakai
jarum suntik secara bergantian, menggynakan alat yg bisa melukai Bersama sama
dengan penderita hepatitis B, bekerja di tempat yg terpapar darah penderita hepatitis
B, pernah mendapatkan tranfusi dari penderita hepatitis B, penderita gagal ginjal
yang menjalani hemodialysis, anak yg dilahirkan dari ibu penderita hepatitis B

3. Ascites
Anam : Perlu ditanyakan faktor risiko penyakit hati. Riwayat alkoholisme, transfusi, tato,
HIV, dan faktor risiko lain untuk mengidap hepatitis menular merupakan evaluasi

27
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

yang relevan untuk dicari. Riwayat medis terdahulu lainnya dapat berupa kanker
(leukemia, limfoma), gagal jantung, penyakit ginjal, dan tuberkulosis.
Pada pasien yang tidak jelasnya etiologi sirosisnya, pasien ini harus dievaluasi berat
badan seumur hidup, diabetes, dan hiperlipidemia, yang berguna untuk memasukan
steatohepatitis non-alkohol (Penyakit perlemakan hati non-alkoholik) dalam
diagnosis banding. Memastikan tidak adanya kelainan organ-organ utama sebagai
penyebab.
PF : Pem. Khusus adanya ascites:
1. Puddle sign
2. Test untuk “Shifting dullnes”
3. Tes untuk adanya gelombang cairan
PP :
1. tes fungsi ginjal
2. tes fungsi hati untuk mendeteksi penyakit hati
3. pengukuran kadar albumin untuk menilai status gizi.
4. EKG dan rontgen dada mungkin berguna untuk memeriksa kemungkinan gagal
jantung.
5. Foto thorax dan foto polos abdomen (BOF)
Elevasi diaphragma, pada 80% pasien dengan asites, tepi lateral hepar terdorong
ke sisi medial dinding abdomen (Hellmer sign). Terdapat akumulasi cairan dalam
rongga rectovesical dan menyebar pada fossa paravesikal, menghasilkan densitas
yang sama pada kedua sisi kandung kemih. Gambaran ini disebut ”dog’s
ear” atau “Mickey Mouse” appearance. Caecum dan colon ascenden tampak
terletak lebih ke medial dan properitoneal fat line terdorong lebih ke lateral
merupakan gambaran yang tampak pada lebih dari 90% pasien dengan asites.
6. USG Abdomen
Volume cairan asites kurang dari 5-10 mL dapat terdeteksi. Dapat membedakan
penyebab asites oleh karena infeksi, inflamasi atau keganasan.
7. CT Scan
Asites minimal dapat diketahui dengan jelas pada pemeriksaan CT scan. Cairan
asites dalam jumlah sedikit akan terkumpul di ruang perihepatik sebelah kanan.
Ruang subhepatic bagian posterior (kantung Morison), dan kantung Douglas
8. Parasentesis abdomen
Analisis cairan asites dilakukan pada onset awal asites, tindakan tersebut
memerlukan rawat inap untuk observasi.
Analisis cairan asites :
a. Perbedaan kadar albumin serum-asites (SAAG)
b. Kadar amilase, meningkat pada asites gangguan pankreas.
c. Kadar trigliserida meningkat pada chylous asites.
d. Lekosit lebih dari 350/mikroliter merupakan tanda infeksi. Dominasi
polimorfonuklear, kemungkinan infeksi bakteri. Dominasi mononuklear,
kemungkinan infeksi tuberkulosis atau jamur.
e. Eritrosit lebih dari 50.000/mikroliter menimbulkan dugaan malignancy,
tuberkulosis atau trauma.

28
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

f. Pengecatan gram dan pembiakan untuk konfirmasi infeksi bakterial.


g. Apabila pH < 7: tanda suatu infeksi bakterial.
h. Pemeriksaan sitologis pada keganasan.
i. SAAG (perbedaan kadar albumin serum-kadar albumin asites)berhubungan
langsung dengan tekanan portal: bila lebih besar atau sebesar 1.1 g/dl,
hipertensi portal (transudative ascites); SAAG kurang dari 1.1 g/dl bukan
hipertensi portal (exudative ascites).
DD :

Penyebab Keterangan
Sirosis Etiologi dari 80% kasus asites
Hepatitis Alkoholik
Karsinomatosis 2/3 dari total kasus asites pada keganasan
Metastasis 1/3 dari total kasus asites pada keganasan
Gagal jantung kongestif riwayat gagal jantung atau penyakit paru yang parah
Tuberkulosis Etiologi dari 1% kasus asites
Hepatitis B dan C Mengarah ke sirosis
Penyakit pankreas Amilase pada cairan asites 5x lebih besar dibanding
nilai pada serum
Penyakit Wilson kelainan uji fungsi hati sampai gagal hati
Hemokromatosis Endapan zat besi menyebabkan sirosis
Perikarditis konstriktif Menghasilkan kongesti hati
Asites campuran Etiologi dari 5% kasus asites (sirosis + etiologi lain)
Talak : spironolakton 25 mg Tab No. XXVIII, S 1 dd Tab 4 pc jika tidak respon maka
furosemide 40 mg Tab No. VII, S 1 dd Tab 1 pc. Jika tetap tidak berespon maka
dapat dilakukan perasintesis, Peritoneovenous shunt LeVeen atau Denver, atau
Ultrafiltrasi ekstrakorporal dari cairan asites dengan reinfus
Edu : Asites adalah peningkatan jumlah cairan intraperitoneal. Penyebab asites
terbanyak adalah gangguan hati kronis tetapi dapat pula disebabkan penyakit lain.

4. Peritonitis
Anam :
1. Nyeri hebat pada abdomen secara terus menerus selama beberapa jam di 1 tempat
atau tersebar di seluruh abdomen. Semakin nyeri saat bergerak (jalan, bernafas,
batuk, berjalan)
2. Pada peritonitis baketrial maka terjadi demam, takikardi, hipotensi dan penderita
tampak letargik dan syok
3. Mual dan muntah karena kelainan patologis organ visera/iritasi peritoneum

29
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

4. Kesulitan bernafas karna adanya cairan dalam abdomen yg dpt mndorong


diafragma
PF : pasien tampak letargik dan kesakitan, dpt ditemukan demam, distensi abdomen
disertai nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen, defans muscular, hipertimpani pada
perkusi abdomen, pekak hati dapat menghilang akibat udara bebas di bawah
diafragma, bising usus menurun/menghilang, rigiditas abdomen/perut papan, pada
colok dubur akan terasa nyeri disemua arah dgn tonus muskulus sfingter ani menurun
dan ampula rekti berisi udaura
PP :-
DD :-
Talak : Pengantian cariran dan elektrolit lewat IV dan antibiotic spektrum luas IV
Edu : dapat disebabkan oleh kelainan dlm abdomen berupa inflamasi dan pernyulitnya
misalnya perforasi apendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus andominalis,
ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena perforasi organ berongga karena trauma

5. Apendisitis akut
Anam :
1. Nyeri perut kanan bawah, mula-mula daerah epigastrium kemudian menjalar ke
Mc Burney. Pada inflmasi >6 jam, penderita dapat menunjukkan letak nyeri
karena bersifat somatic.
2. Muntah (rangsangan visceral) akibat aktivasi nervus vagus
3. Anoreksia, nausea dan vomitus yang timbul beberapa jam sesudahnya,
merupakan kelanjutan dari rasa nyeri yang timbul saat permulaan
4. Dysuria timbul apabila peradangan apendiks dekat dengan vesika urinaria
5. Obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare,
timbul biasanya pada letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rectum
6. Gejala lain: demam yg tidak terlalu tinggi (37,5-38,5), suhu lebih tinggi diduga
sudah terjadi perforasi
7. Nyeri dibagian kuadran kiri bawah (apendiks yang Panjang dengan ujung
inflamasi), nyeri flank atau punggung (apendiks rekrosekal), nyeri pada supra
8. Variasi anatomi apendiks menyebabkan kelihan nyeri somatic yang beragam.
Apendiks yg Panjang dengan ujung yg mengalami inflamasi di kuadran kiri
bawah akan menyebabkan nyeri didaerah tersebut. Apendiks retrosekal akan
menyebabkan nyeri flank atau punggung, apendiks pelvikal akan menyebabkan
nyeri pada supra pubik dan apendiks retroileal bisa menyebabkan nyeri testikuler,
mungkin karena iritasi pada arteri spermatika dan ureter.
PF : inspeksi → penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yg sakit,
kembung bila terjadi perforasi, penonjolan perut kanan bawah terlihat pada
appendikuler abses
Palpasi → terdapat nyeri tekan McBurney: adanya rebound renderness (nyeri lepas
tekan, adanya defans muscular, revsing sing positif, psoas sign positif, obturator sign
positif
Perkusi → nyeri ketok (+)
Auskultasi → peristaltic normal, peristaltic tidak ada pada ileus paralitik karena
peritonitis generalisata akibat appendicitis perforata. Colok dubur: nyeri tekan pada
jam 9-12.

30
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

Tanda peritonitis umum (perforasi): nyeri seluruh abdomen, pekak hati hilang,
bising usus hilang.
Gejala apendiks yang mengalami gangren/perforasi: gejala progresif dengan
durasi lebih dari 36 jam, demam tinggi lebih dari 38,5, leukositosis >14.000,
dehidrasi dan asidosis, distensi, menghilangnya bising usus, nyeri tekan kuadran
kanan bawah, rebound tenderness sign, rovsign positif, nyeri tekan seluruh lapang
abdominal
PP : Lab darah perifer lengkap → pada apendisitis akut, leukosit dan neutrophil
meningkat; pada anak, leukositosis 11.000-14.000 dgn hitung jenis menunjukan
pergeserah kekiri hamper 75%; pada jumlah leukosit >18.000 maka sudah terjadi
perforasi dan peritonitis; pem. Urin untuk konfirmasi dan menyingkirkan kelainan
urologi yg sebabkan nyeri abdomen; pengukuran HCG bila dicurigai kehamilan
etopik pada wanita usia subur
Foto polos abdomen → tidak banyak membantu pd apendisitis akut; pada
peradangan lebih luas dan membentuk infiltrate maka usus pada bagian bawah akan
kolaps; dinding usus edemaosa, keadaan seperti ini akan tampak pada daerah kanan
bawah abdomen kosong dari udara; gambaran udara sekan akan terdorong ke pihak
lain; proses peradangan pada fossa iliaka kanan akan menyebabkan kontrakti otot
sehingga timbul skiliosis ke kanan; bila terjadi perforasi maka pada foto abdomen
tegak akan tampak udara bebas di bawah diafragma; foto polos supine pada abses
apendik kadang kadang memberi pola bercak udara dan air fluid level pada posisi
berdiri/LLD (decubitus), kalsifikasi bercak rim-like (melingkar) sekitar perifer
mukokel yg asalnya dari apendik
DD : kolesistatis akut, divertikel Meckelli, enteritis regional, pankreatitis, batu ureter,
cystitis, kehamilan ektopik terganggu (KET), salpingitis akut
Talak : bed rest total, tidak diberi apapun melalui mulut, perlu cairan IV untuk koreksi
dehidrasi, pemasangan pipa nasogastric untuk mengosongkan lambung agar
mengurangi distensi abdomen dan mencegah muntah. Setelah di dx maka langsung
rujuk untuk operasi cito.
Edu: radang yang timbul secara mendadak pada apendik, penyebabnya dpt berupa obstruksi
lumen atau erosi mukosa usus karena parasite entamoeba hystolitica dan benda asing lainnya

31
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

6. MATA MERAH & PENATALAKSANAN BENDA ASING & PERAWATAN MATA


• Anamnesis
o RPS
o RPD: trauma, operasi intraokuler, alergi
o RPK
o Rsosek: sering mengucek mata, tidak pakai helm, pakai lensa kontak, pekerjaan
berisiko
• PF fisik: cuci tangan, TTv
o Penilaian visus
o Penilaian eksternal
▪ Inspeksi & palpasi rima orbita (ada krepitasi / tidak)
▪ Inspeksi supercilia (ada madarosis/tidak)
▪ Inspeksi palpebrae (ada tanda peradangan/tidak)
• Tutup mata (ada lagoftalmus/tidak)
• Buka mata (ada ptosis/tidak)
▪ Inspeksi silia (ada trikiasis, distrikiasis)
▪ Tes Hirschberg: lihat posisi pantulan cahaya di kornea
▪ Gerak bola mata: 8 arah mata angin
▪ Inspeksi konjungtiva bulbi (ada injeksi/tidak)
▪ Injeksi konjungtiva palpebrae inferior (folikel, secret, anemis)
▪ Inspeksi konjungtiva palpebrae superior → eversi (papil hipertrofi)
▪ Inspeksi sklera (warna, nodul)
o Penilaian sklera
▪ 0 derajat: ada/tidak infiltrate
▪ 45 derajat: ada/tidak keratik presipitat
▪ 90 derajat: ada/tidak keratoconus/keratoglobus
o Penilaian COA
▪ 0 derajat: hifema, hipopion
▪ 45 derajat: efek tyndall
▪ 90 derajat: kedalaman COA
o Penilaian iris
▪ Kripte, sinekia, koloboma, neovaskularisasi
o Penilaian pupil
▪ Lokasi, bentuk bulat, diameter → 2-5 mm
▪ Reflek direk&indirek
o Penilaian lensa
▪ Ada kekeruhan/tidak (0derajat)
▪ Ada iris shadow / tidak (45 derajat)
o Pemeriksaan lapang pandang
o Pemeriksaan tonometry digital
Matikan lampu → tetes midriatikum
o Pemeriksaan fundus reflex (30 cm jaraknya)
o Pemeriksaan funduskopi (nilai pupil N.II, macula lutea, reflex fovea)
• Edu
o KIE tentang penyakit, penyebab dan obat

32
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

o Jangan gosok mata


o Pakai pelindung kalau bekerja
o Jangan baca di tempat gelap
o Beri istirahat mata selama bekerja (5 menit)
o Periksa kalau ada tambahan keluhan
MATA MERAH DENGAN VISUS NORMAL
Tanda khas Terapi
Konjungtivitis alergi (giant • Berulang, kronik R/ Sodium kromoglikat 4%
papil, alergi soflens) • Terdapat faktor pemicu eye drops fls No.I
• Sangat gatal S.3.d.d.gtt.2.ODS
• Seroud
• Cobble stone, trantas
dots→ vernal (debu cuaca)
• Dikucek makin gatal
• Uni/bilateral
Konjungtivitas viral • Rasa kotor di mata R/ Acyclovir 3% eye
• Serous-mukus ointment 4,5g No.I
• Bisa demam S.2.d.d.ung.ODS
• Limfadenopati
preauricular
• Bilateral
• Pagi hari/bangun tidur
belekan
• Folikel
Konjungtivitis bakteri • Rasa panas & kotor R/ Kloramfenikol 0,5%
• Purulent & banyak eyedrop fls No.I
• Susah buka mata S.3.d.d.gtt.2.ODS
• Unilateral
Perdarahan konjungtiva • Riwayat mengedan
Skleritis (diffuse) • Fokal
• Tidak ada secret
• Nyeri dapat menjalar ke
alis, dagu, dahi
• Nyeri sedang
• Bisa menurunkan visus
• Tes fenilefrin → blanching
(-)
Episkleritis • Fokal R/ Artificial tears eyedrop fls
• Nyeri ringan No.I
• Tidak memberikan secret S.4.d.d.gtt.2.ODS
& tidak berair
• Mata terasa kering,
perasaan mengganjal
• Tes fenilefrin → blanching
mata memulih (+)

33
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

MATA MERAH DENGAN PENURUNAN VISUS


Tanda khas Terapi
Keratitis • Keratisis Achantamoeba R/ Natamycin 5% eyedrops
• Riwayat penggunaan fls No.I
lensa kontak S.6.d.d.gtt.1.ODS
• Keratitis jamur
• Trauma dengan bahan R/ Ketokonazol 200 mg tab
tumbuhan No.II
• Penggunaan steroid S.2.d.d.tab.1
jangka Panjang
• Lesi satelit (+)
• Tidak respon terhadap
antibiotik
• Keratitis Virus R/ Acyclovir eye ointment
• Visus bisa No.I
turun/tidak S.3.d.d.applic OD/OS/ODS
• Sensasi benda asing
• Fotofobia
• Watery discharge
• Defek kornea
(+)/infiltrate kornea
• Nyeri
• Fluoresen test:
dendritic (+)
• Keratitis Bakteri
• Nyeri akut
• Fotofobia
• Penurunan visus
• Infiltrate kornea
• Injeksi kornea
Uveitis anterior • Visus menurun R/ Chloramphenicol 2%
• Fotofobia eyeointment No.I
• +/- watery discharge S.2.d.d.applic OD/OS
• Kornea dapat terganggu
• Pupil miosis (1-2 mm) R/ Dexamethason 0,05% eye
• Nyeri ointment No.I
S.2.d.d.applic OD/OS
• Pupil kurang respon
terhadap cahaya
• Injeksi di sekitar limbus
• Keratik presipitat
Endoftalmitis • Peradangan purulent dari RUJUK
cairan intraocular
• Akut (1-2 minggu setelah
operasi intraocular)
• Kronik (tjd tiap mgg/bulan
setelah OP intraocular)

34
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

• Penurunan visus (dapat


hingga ½)
• Mata merah
• Edema palpebra
• Nyeri
• Hipopion
• Kekeruhan media refrakta

PP
• Bila media refrakta jernih
→ funduskopi
• bila media refrakta keruh
→ ultrasound
• pemeriksaan
mikrobiologi cairan
vitreous 70% → bakteri
Glaukoma akut sudut • kornea keruh ABC → RUJUK
tertutup primer • pupil mid dilatasi (4mm) R/ Asetazolamid HCl 250 mg
• visus menurun, tab No.V
mual,muntah, cekot-cekot, S.4.d.d.tab.I
COA dangkal, edem
kornea, nyeri pada mata R/ Timolol 0,5% eyedrop fls
No.I
S.2.d.d.gtt.1.ODS

R/ Fluorometholon 0,1%
eyedrop fls No.I
S.4.d.d.gtt.1.ODS

BENDA ASING PADA MATA

• Alat
o Penlight
o Lup
o Lidi kapas 2
o Snellen chart
o Jarum suntuk 23G
o Tetes mata tetrakain HCl 0,5%
o Povidone iodin
o Lampu
o Handscoon
• Anamnesis
o rasa ganjal, nyeri, mata merah, mata berair, fotofobia
o ada penglihatan kabur/tidak
o Rsosek: pekerjaan? Kacamata pelindung? Helm?
o Ada penurunan penglihatan/tidak
• PF
o Pemeriksaan visus dasar → dari mata sehat

35
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

o Inspeksi mata
▪ Reflex pupil
▪ Injeksi konjungtiva
▪ Ditemukan benda asing pada konjungtiva tarsal
• Terapi
o Gunakan / berikan tetes mata tetrakain HCl 2% 1-2 tetes pada mata yang terkena
benda asing
o Gunakan kaca pembesar (lup)
o Angkat benda asing dengan kapas lidi/jarum suntik ukuran 23
o Arah pengambilan benda asing dari tengah ke tepi
o Oleskan kapas lidi yang dibubuhi povidone iodine pada tempat bekas benda
asing
R/ Chloramphenicol 1% eye drop fls No. I
S. Oh. 2h.gtt.I (2 hari)

• Edukasi
o Jangan menggosok mata
o Gunakal alat/kacamata pelindung pada saat bekerja atau berkendara
o Kontrol kembali bila keluhan bertambah berat setelah dilakukan Tindakan
seperti mata bertambahn merah, bengkak, penurunan visus.

36
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

7. PENGLIHATAN KABUR & PERESEPAN KACAMATA


Kasus:
1. Miopi
2. Hipermetropi
3. Astigmatisme

Keluhan miopi dan hipermetropi: Pandangan mata burem, bisa ada pusing, cepat lelah, sakit
kepala.
Keluhan astigmatisme: Pandangan double
Pemeriksaan Visus koreksi
Tujuan : mengetahui status koreksi visus pasien
Syarat : a. pasien kooperatif
b. visus > 1/60

Indikasi : a. visus kurang dari 6/6


b. visus 6/6 dengan kecurigaan hipermetropia fakultatif
Alat : Kartu Snellen, kartu jeager, trial frame, set lensa coba, kipas astigamat/astigmat
dial , pinhole, occluder.
Langkah-langkah:
1. Ukur jarak pupil (PD/Pupil Distance) kedua mata (mengarahkan senter di tengah kedua
mata pasien kurang lebih 30 cm di depan pasien. Pasien diminta melihat jauh, untuk
menentukan PD jauh dan pasien diminta melihat dekat (melihat senter) untuk
menentukan PD dekat)
2. Pemeriksaan visus dasar terlebih dahulu secara monokuler dimulai dari mata kanan.
Catatan: Pasien ditanya bisa membaca/ tidak, diminta menutup mata sebelahnya tapi tidak
menekan, menunjuk satu-persatu secara urut dengan tegas dan beritme, pastikan tangan/
jari yang menunjuk dibawah huruf (tidak menutupi huruf).
3. Lakukan pemeriksaan pinhole (Pasien melihat huruf pada kartu snellen melalui celah
dengan diameter 1 mm atau 3 mm )
Catatan: Jika terjadi perbaikan -> Astigmatisme
4. Lakukan leading (Pemeriksaan ini dilakukan dengan menambahkan lensa sferis +0,25
D atau +0,50 D), jika:

Huruf pada kartu Snellen terlihat lebih kabur, berarti kelainan refraksi berupa myopia. Kemudian
dilakukan koerksi dengan metode trial and error dengan mecobakan lensa sferis mulai dari -
0,25 D atau -0,50 D dinaikan bertahap hingga hingga mencapai koreksi terbaik yaitu 6/6.
Pada pasien myopia koreksi diberikan lensa sferis negatif terkecil yang memberikan tajam
penglihatan terbaik (6/6).
Contoh:
6/24 🡪 S -0.50 🡪 6/18
S -1,00 🡪 6/9
S -1,50 🡪 6/6 (koreksi yang diberikan)
S- 1,75 🡪 6/6

37
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

Huruf pada kartu Snellen terlihat lebih jelas, berarti kelainan refraksi berupa
hypermetropia/hyperopia. Kemudian dilakukan koerksi dengan metode trial and error
dengan mecobakan lensa sferis mulai dari +0,25 D atau +0,50 D dan dinaikan bertahap
hingga mencapai koreksi terbaik yaitu 6/6. Pada pasien hypermetropia/hyperopia koreksi
diberikan lensa sferis positif terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik (6/6).
6/24 🡪 S +0.50 🡪 6/18
S +1,00 🡪 6/9
S +1,50 🡪 6/6
S +1,75🡪 6/6 (koreksi yang diberikan)

5. Pemeriksaan duke elder dengan cara menambahkan lensa S +0.25 jika pandangan kabur
maka fokus sudah tepat jatuh di fovea. Tetapi jika pasien melihat huruf Snellen menjadi
lebih jelas atau sama, berarti mengalami overkoreksi myopia atau underkoreksi
hypermetropia.

Jika sudah tepat di fovea maka hasil koreksi terbaik didapatkan 6/6 E (emetrop).
Catatan: Kata dr. Prima kasus osce kita pasti 1 kasus yang simple, ngga mungkin pasien dengan
miopi + astigmatisme. Jadi kalau kasusnya miopi/ hipermetropia udah sampai didapatkan
koreksi terbaik.

Apabila koreksi maksimal masih belum mencapai baris 6/6, dilakukan pemeriksaan pin hole (ke-
2). Apabila visus tetap sama / no better correction (NBC) maka ada kelainan lain selain
kelainan refraksi. Jika visus maju dengan pemeriksaan pinhole ada kemungkinan terdapat
astigmatisme. Gejala astigmatisme dapat berupa penglihatan yang membayang atau double
(diplopia monokuler).

Koreksi astigmatisme:
Langkah-langkah koreksi astigmat menggunakan teknik astigmat dial (AAO, 2018):
1. Berikan fogging lens berupa lensa sferis + sebesar 1/3-1/2 dari power lensa sferis.
Contoh: S-1,50 🡪 6/12 fogging lens S +0.50 atau S + 0.75.
2. Koreksi aksis dengan cara melihat kipas astigmat, garis yang terlihat paling tajam atau
paling tebal merupakan garis meridian astigmatisme, kemudian pasang lensa astigmat
terkecil apabila menggunakan lensa C+ maka dipasang sejajar dengan meridian,
apabila menggunakan lensa C- maka dipasang tegak lurus dengan garis meridian.
Contoh : pada kipas astigmat garis yang paling jelas/tebal terlihat pada meridian 180 0,
jika menggunakan lensa C-0.25 maka lensa tersebut dipasang tegak lurus sehingga
didapatkan aksis lensa 900 (C-0,25 aksis 900). Jika menggunakan lensa C+ 0.25 maka
lensa dipasang sejajar dengan meridian yaitu 1800, sehingga aksis lensa C+ yaitu 1800
(C+0,25 aksis 1800).
Setelah didapatkan aksis lensa silindris, dilanjutkan dengan koreksi power dengan
tetap melihat kipas astigmat. Power ditambah perlahan hingga garis pada kipas
astigmat terlihat sama jelas dan sama tebal.
Koreksi astigmat sebaiknya menggunakan C- terlebih dahulu karena jika menggunakan C+
maka harus dilakukan transposisi terlebih dahulu, yaitu mengubah C+ menjadi C-.
Catatan: kata dr. Prima udah pake C- aja buat standar dr umum. Jadi langsung tegak lurus sama
meridiannya.
3. Setelah didapatkan aksis dan power lensa silinder, kembali ke kartu Snellen dengan
menambahkan lensa fogging, jika belum mencapai 6/6 maka dilakukan penambahan lensa
sferis hingga mencapai koreksi terbaik 6/6.
4. Pastikan kembali apakah fokus jatuh di fovea dengan melakukan pemeriksaan duke elder
atau duo chrome test, sehingga visus koreksi menjadi 6/6 E.

38
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

Lakukan pemeriksaan visus dekat :


Berbeda dengan pada saat pemeriksaan penglihatan jauh dengan cara monokuler. Cara
pemberian lensa koreksi langsung diberikan bersamaan pada kedua mata (binokuler)
setelah koreksi untuk penglihatan jauhnya diperoleh, lensa ditempatkan pada trial frame
berhimpitan dengan lensa trail untuk koreksi jauh (bila ada). Kemudian pasien diminta
melihat kartu Jaeger sesuai dengan umur, jarak kerja yang dibutuhkan atau
kebiasaan pasien (jarak dekat yaitu 30 cm). Normalnya penderita dapat membaca
hingga baris jaeger 2 (J2). Hasil power yang diperoleh manjadi power dari lensa Addtion
yang akan dibuat menjadi kacamata
Tambahkan addisi pada koreksi kedua mata sesuai dengan usianya
40 th : add S+1,00D
45 th : add S+1,50D
50 th : add S+2,00D
55 th : add S+2,50D
> 60 th : add S+3,00D

BALANCE TEST
Pasien menggunakan lensa hasil visus koreksi jauh yang terbaik di kedua mata,
kemudian diminta berjalan, ditanyakan apakah lantai tampak rata atau tidak

Intinya bedain diagnosisnya dari pemeriksaan pinhole (buat astigmatisme/ ngga) sama leading
awal

39
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

8. DEMAM
Perbedaan Tifoid DHF
Anamnesis • Demam naik turun utama sore- • Demam tinggi mendadak 2-7 hari
malam (intermiten dan kontinu) (!!)
• Diberi obat penurun panas hanya
hingga minggu kedua
turun sebentar kemudian naik lagi
• Sakit kepala utamanya di area • Keluhan lain : anorexia, mual,
frontal muntah, nyeri punggung, nyeri
sendi, nyeri kepala, nyeri
• Gang GI: konstipasi-diare, mual
retroorbital
muntah nyeri abdomen hingga bab • Terdapat perdarahan, cth : ptekie,
berdarah purpura, ekimosis, epistaksis, gusi
berdarah, hematemesis, melema
• Gejala lain: nyeri otot,
• Rpsosek : terdapat kasus DBD di
pegal”,insomnia, anoreksia hingga lingkungan kerja / tempat tinggal,
penurunan kesadaran bahkan sekitar rumah banyak genangan air
kejang
PF • Demam >37,5. Bradikardi, dapat • TTV : HR, RR naik, Suhu : >37.5
disertai penurunan kesadaran • Ptekie, ekimosis, purpura
• Perdarahan mukosa
• Icterus, tyopid tongue, tremor
• Hepatomegaly, splenomegaly
lidah, halitosis • Uji tourniquet (+)
• Nyeri abdomen utama epigastri, • Rumple Leed (+)
hepatosplenomegaly

PP • Darah lengkap (perifer): • Darah perifer lengkap


leukositosis/leukopenia/normal. ➔ Trombositopenia (<100.000/µl)

Limfositosis, monositosis, Tanda Kebocoran Plasma :


trombositopeni, anemi a. HT meningkat (≥20%)
b. Efusi Pleura
• Serologi: igM dan igG antigen c. Asites
s.typii (4-5 demam) d. Leukopenia <4.000/ µl)
• Tes widal (setelah demam
• Serologi dengue : ig M & ig G anti
berlangsung 7 harir) dengue → test min. 5 hari setelah
• Kultur s.typii (gold standard): demam
darah (minggu 1-2 saat demam • Radiologi: efusi pluera,

tinggi), feses (minggu ke2), urin pembesaran hepar atau lien

40
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

(minggu ke2/3), cairan empedu


(deteksi carrier)
• SGOT/SGPT, amilase, lipase
Diagnosis Diagnosis kerja: Demam Tifoid • Demam Dengue : (!!) + minimal 2
Diagnosis banding: DHF, Malaria, anam, pp,pf
Leptospirosis, ISK, Hepatitis A, sepsis, • Demam Berdarah Dengue : DD +
TB milier
kebocoran plasma &
trombositopenia
• DSS : terdapat tanda syok
(bradikardi, CRT > 2 dtk, turgor
turun, gelisah, mata cekung&
tanda dehidrasi lain)
• Diagnosis banding : Influenza,
Demam tifoid, ITP, malaria,
chikungunya

Tatalaksana Non Farmako : Tirah baring


Farmako :
1. Suportif : Antipiretik
(Paracetamol 500 mg)
2. Terapi cairan

1. Non Farmako : Tirah Baring,


penuhi kebutuhan cairan &
gizi
2. Farmako :
Suportif : antipiretik
Antibiotik

41
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

42
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

KIE 1. Edu : • Jelaskan tentang tanda penyakit,


-penjelasan penyakit, komplikasi ,pengobatan, dan terapi
pengobatan, komplikasi • Jelaskan mengenai tanda dehidrasi,
- diet, jumlah kebutuhan pemenuhan cairan dan nutrisi
caira
- tanda kegawatan

43
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

9. PUSING & NYERI KEPALA


- Sindrom Meniere
- Benign Paroxysmal Postural Vertigo
NYERI KEPALA
Anam Talak Edu
Migren Min. 5 serangan sesuai R/ Aspirin 500 mg tab • hindari pencetus
kriteria: No. X nyeri, seperti
• 4-72 jam (tidak S.3.d.d.tab 1.p.c perubahan pola
diobati/tidak berhasil tidur, makanan,
diobati) atau stress, dan rutinitas
• Min.2: sehari-hari, cahaya
- unilateral R/ Asetaminofen 500mg terang, kelap kelip,
- berdenyut tab No.X perubahan cuaca,
- nyeri sedang/berat S.3.d.d.tab 1.p.c berada di tempat
- diperberat oleh yang tinggi seperti
aktivitas gunung atau di
• Disertai mual muntah pesawat udara
dan/atau fotofobia

fonofobia
Tension type Min. 10 serangan sesuai AKUT • Kontrol diet.
headache kriteria: R/ Aspirin 500 mg tab • Terapi fisik
(nyeri kepala • 30 menit-7 hari No. X • Hindari pemakaian
tipe tegang) • Min. 2: S.2.d.d.tab 1.p.c harian obat analgetik,
- bilateral sedatif dan
- menekan / mengikat atau
ergotamin.
- ringan-sedang
R/ Asetaminofen 500mg • Behaviour
- tidak diperberat oleh
tab No.X Treatment.
aktivitas
• Tidak ada mual S.2.d.d.tab 1.p.c • Latihan postur
muntah/ fotofobia dan posisi.
fonofobia Atau • Massage,
ultrasound,
R/ Aspirin 325 mg manual terapi,
Asetaminofen 325 mg kompres
Caffein 40 mg panas/dingin.
m.f.da.in.caps.dtd.No.X • Akupuntur,
S.3.d.d.caps 1.p.c TENS
(transcutaneus
KRONIK electrical
R/amitriptilin 25 mg No. stimulation).
X Obat anastesi
S.2.d.d.tab 1.p.c
ataupun bahan
lain pada trigger
point

Nyeri kepala Min. 5 serangan sesuai AKUT • Tirah baring
cluster kriteria:

44
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

• Nyeri di orbita, 1. oksigen 100% 7 • Pasien &


supraorbital dan/atau L/mnt selama 15 keluarga dpt
temporal unilateral, 15- menit berusaha
180 menit jika ga 2. Dihydroergotamin mengontrol
diobati (DHE ) 0,5-1,5 mg serangan
• Min. 1 i.v. (dalam 10 menit) • Istirahat dan
- injeksi 3. Sumatriptan injeksi hindari pemuicu
konjungtiva/lakrimasi subkutan 6 mg akan
ipsilateral mengurangi nyeri
- kongesti dalam waktu 5-15
nasal/rhinorrhea menit; dapat diulang
ipsilateral setelah 24 jam
- Edema palpebra 4. Anestesi lokal: 1
ipsilateral ml Lidokain
- Dahi & wajah intranasal 4%.
berkeringat ipsilateral 5. Indometasin
- miosis/ptosis (rectal
ipsilateral suppositoria).
- perasaan
6. Opioids (rectal,
gelisah/agitasi
Stadol nasal spray)
• Frekuensi 1 kali setiap
2 hari sampai 8x/hari hindari pemakaian
jangka lama.
7. Ergotamine
aerosol 0,36-1,08
mg (1-3 inhalasi)
efektif 80%.
8. Gabapentin atau
Topiramat

KRONIK
1. Verapamil (pilihan
pertama) 120-160
mg t.i.d-q.i.d.
selain itu bisa juga
dengan Nimodipin
240 mg/hr atau
Nifedipin40-120
mg/hr.
2. Steroid (80-90%
efektif untuk
prevensi
serangan), tidak
boleh diberikan
dalam waktu lama.
50-75 mg setiap
pagi dikurangi
10% pada hari
ketiga.
45
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

3. Lithium 300-1500
mg/hr (rata-rata
600-900 mg).
4. Divalproat
Sodium.
5. Neuroleptik
(Chlorpromazine).
6. Clonidin
transdermal atau
oral.
7. Ergotamin tartrat
2mg 2-3 kali
perhari, 2mg oral
atau 1mg rektal 2
jam sebelum
serangan terutama
malam hari.,
dihydroergotamin,
sumatriptan atau
triptan lainnya.
8. Opioid.

Arteritis Nyeri kepala baru yg Cortison dosis awal - dimonitor gejala nyeri
temporalis menetap sesuai kriteria: 100-300 mg/hari atau kepala dan laju endap
• Nyeri kepala prednisone 20-50 darah
bersamaan dengan mg/hari - Untuk mencegah
tanda tanda giant cell terjadinya osteoporosis
arteritis akibat pemakaian
- arteri scalp bengkak prednisone jangka lama,
+ nyeri tekan + beri senyawa kalsium
peningkatan LED dan fosfat, atau etidronat
dan/atau CRP
- biopsy arteri
temporal menunjukkan
giant cell arteritis
• Menyembuh/membaik
dalam 3 hari
pengobatan steroid
dosis tinggi
Neuralgia Serangan nyeri A. Carbamazepin Informasi pasien dan
Trigeminus paroxysmal beberapa (Tegretol®) 100 – 600 keluarga tentang
Idiopatik (Tic detik sampai dua menit mg/hari penyakit
Douloureux) melibatkan 1 atau lebih B. Baclofen Hindari pemicu/faktor
cabang N.trigeminus (Lioresal®) 60 – 80 pencetus
sesuai kriteria: mg/hari Istirahat
• Min. 1

46
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

- Kuat, tajam, C. Phenytoin


superficial atau rasa (Dilantin®) 200 – 400
menikam mg/hari
- Dipresipitasi dari D. Lamotrigine
trigger area atau oleh (Lamictal®) 100 – 400
faktor pencetus mg/hari
• Serangan berbeda E. Topiramat
tiap individu (Topamax®) 150 –
• Tidak ada deficit 300 mg/hari
neurologic F. Oxcarbazepine
(Trileptal®) 300 –
2400 mg/hari
G. Gabapentin
(Neurontin®) 1200 –
3600 mg/hari
1. Terapi bedah :
Indikasi : nyeri
intractable atau efek
samping obat yang
tidak dapat diterima

PUSING
1. BPPV
a. Anam
• Pusing mendadak pada perubahan posisi (berbaring, bangkit dari tidur,
membungkuk, menegakkan badan, menunduk, menengadah)
• Serangan berlangsung singkat >10-30 detik
• Keluhan lain: rasa berputar, mual, muntah, melayang, diequilibrium
• RPD: bisa kambuh
b. PF
• TD baring, duduk berdiri beda >30 mmHg
• PF keseimbangan
o Tes Romberg (mata terbuka -, mata tertutup+)
o Tes tandem walking (deviasi)
o Finger to nose test
• Manuver
o Manuver dix halpike
o Manuver sidelying
o Tes kalori→ nystagmus timbul lambat, 40 detik
c. Talak
• Non farmako: manuver epley, manuver liberatory(semont), Latihan brand daroff
• Farmako:
R/ dimenhydrinate 50 mg tab No. XII
S.4.d.d.tab 1.p.c

47
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

R/Cinnarizine 15 mg tab no.X


S.3.d.d tab 1.p.c

2. Meniere Disease
a. Anam
• trias Meniere: vertigo, tinitus, dan gangguan pendengaran
• gejala berulang dengan periode remisi Panjang
• ½ x dalam seminggu, min. 1x/bulan
b. PF
PF head to toe, focus ke telinga
Telinga luar dan tengah normal → telinga dalam gangguan tp tidak bisa periksa di PF
c. PP
• Pemeriksaan audiometri
• Elektronistagmografi (ENG)
• Elektrokokleografi (ECOG)
• Brain evoked response audiometry (BERA)
• Magnetic resonance imaging (MRI)
d. Talak
R/ betahistin 8 mg tab No.X
S.3.d.d.tab 1.p.c
R/ Probantine 15 mg tab No. X
S.3.d.d.tab 1.p.c
R/ dimenhydrinate 50 mg tab No. XII
S.4.d.d.tab 1.p.c
Pembedahan → labirinektomi
Edukasi:
- Diet rendah garam
- Asupan tinggi vitamin
-

48
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

10. PENURUNAN KESADARAN


MENINGITIS BAKTERIALIS
1. Etiologi
Neonatus (usia <3 bulan)
Escherichia coli; Streptococcus grup B; Listeria monocytogenes
Bayi dan anak (usia >3 bulan)
S. pneumonia; N. meningitidis; H. infl uenzae
Dewasa usia <50 tahun
(imunokompeten)
S. pneumonia; N. meningitidis
Dewasa usia >50 tahun
S. pneumonia; N. meningitidis; Listeria monocytogenes
Fraktur kranium/pasca-bedah
saraf
Staphylococcus epidermidis; Staphylococcus aureus; bakteri gram negatif (Klebsiella,
Proteus, Pseudomonas, E. coli); Streptococcus grup A dan D; S. pneumonia; H. infl
uenzae
Kebocoran CSS Bakteri gram negatif;
S. pneumonia
Kehamilan
Listeria monocytogenes
Imunodefi siensi
Listeria monocytogenes; bakteri gram negatif; S. pneumonia; Pseudomonas aeruginosa;
Streptococcus grup B; Staphylococcus aureus
2. Tanda dan Gejala
demam, nyeri kepala hebat, dan kaku kuduk; tidak jarang disertai kejang umum dan
gangguan kesadaran. Jika etiologi H.Influenza sering menyebabkan kejang.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Analisis cairan serebrospinal
b. Kultur darah
c. Darah rutin
d. Ion natrium, kalsium, fungsi ginjal

49
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

4. Tatalaksana

MENINGOENSEFALITIS EC. OMSK


SKENARIO
Anda adalah dokter jaga di IGD Puskesmas, yang mendapatkan kasus sbb.:
• An. K, 12 tahun dibawa keluarganya ke IGD RSMS dengan keluhan kejang dan penurunan
kesadaran.
• Sejak 2 hari SMRS sudah terjadi 3 kali kejang dengan urutan kejadian serupa, yaitu pasien
terlihat seperti mengantuk, berbicara kacau, dan akhirnya kejang kelonjotan seluruh tubuh
dengan mata mendelik ke atas.
• Di antara kejang, pasien tidak pernah sadar penuh.
• Empat hari SMRS pasien demam tinggi disertai nyeri kepala. Keluhan semakin memberat sejak
3 hari yang lalu dan disertai muntah.
• Satu minggu yang lalu pasien mengeluhkan telinga kanannya sakit dan keluar cairan.

50
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

Primary survey telah Anda lakukan/dapat dilewati, dan sekarang tiba saatnya Anda
melakukan secondary survey.

INSTRUKSI PESERTA UJIAN:


1. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang relevan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
dialami Pasien!
2. Usulkan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan, yang dapat dilakukan di Puskesmas.
Tanyakan hasilnya kepada Penguji! Sampaikan interpretasinya kepada Penguji!
3. Sampaikan diagnosis kerja dan diagnosis banding kepada keluarga pasien!
4. Sampaikan rencana tindak lanjut Anda kepada keluarga pasien!

PERFORMA YANG DIHARAPKAN DARI PESERTA UJIAN:


1. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang relevan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
dialami Pasien!

ANAMNESIS – Riwayat yang masih bisa digali:

Penurunan kesadaran pasien


• Apakah pasien mengalami penurunan kesadaran secara cepat atau perlahan? Perlahan, dalam 3
hari ini
• Apakah sebelumnya pernah mengalami penurunan kesadaran serupa? Tidak

Kejang
• Sejak kapan? 2 hari yang lalu
• Apakah pernah mengalami kejang sebelumnya? tidak
• Apakah kejang di bagian tubuh tertentu atau seluruhnya? seluruhnya
• Dalam satu hari terjadi berapa kali kejang? 3 kali
• Tiap kali kejang berapa lama? 1-2 menit, sebentar
• Apakah saat kejang pasien sadar? iya
• Apakah kejang muncul saat pasien beraktivitas atau beristirahat? istirahat
• Apakah kejang muncul saat pasien dalam keadaan demam? iya

Demam tinggi
• Sejak kapan? Demam sudah 1 minggu lebih, naik turun,memberat 4 hari yll.
• Apakah suhu mendadak tinggi atau naik perlahan? Mendadak tinggi
• Adakah keluhan penyerta seperti : menggigil? berkeringat, dll? Tidak ada
• Apakah belum lama ini pergi ke daerah endemis malaria? Tidak

Nyeri Kepala : (pastikan istilah “pusing” yang dimaksud adalah nyeri kepala atau rasa berputar)
• Sejak kapan? 4 hari yll./bersama demam
• Sebelah mana? Sepertinya seluruh kepala, tapi terutama yang kanan
• Bagaimana sifat nyeri? (seperti ditekan, seperti diikat, berdenyut/seperti dipukul-pukul) berat
• Frekuensinya? (dalam 1 hari muncul berapa kali atau memberat berapa kali? Sepanjang hari,
terutama saat bangun tidur pagi
• Timbul mendadak atau bertahap? Sepertinya bertahap/memberat

Muntah
• kapan? 3 hari yang lalu
• Dalam satu hari berapa kali muntah? 3 kali

51
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

• Apakah muntah bercampur darah? Tidak


• Apakah muntah nyemprot? iya

Keluhan penyerta
• Adakah gejala penyerta: fotofobia, kaku kuduk, mual, muntah, mengantuk, atau bingung?
Mengantuk dan bingung. Lain-lain tidak tahu

Otore
• Sejak kapan? Sejak 1 minggu lebih
• Apakah hilang timbul ataukah terus menerus? Terus menerus
• Ada batuk atau tanda-tanda ISPA lainnya (bersin-bersin, keluar ingus, tenggorokan nyeri)?
Sebelumnya iya
• Adakah bagian tubuh yang tiba-tiba melemah? Tidak ada

Riwayat penyakit terdahulu


• Apakah pasien pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya? tidak
• Apakah pernah mengalami trauma kepala berat/ infeksi telinga/ sinusitis ? tidak
• Apakah sedang mengkonsumsi obat-obatan secara rutin? tidak
• Apakah mempunyai riwayat hipertensi/DM? Tidak tahu
• Apakah mempunyai riwayat alergi? Tidak tahu

PEMERIKSAAN FISIK
• Reassessment tanda vital:
▪ Tensi = 110/80 mmHg
▪ Nadi = 92 kali/menit
▪ Laju pernafasan = 24 x/menit
▪ Temperatur = 39,5˚C

1. PENILAIAN DERAJAT KESADARAN


▪ Tingkat kesadaran secara kualitatif:
✓ Pasien tampak seperti sedang tidur dalam
✓ Pasien hanya dapat dibangunkan sebagian dengan rangsang nyeri yang kuat
✓ Apabila rangsangan tidak diberikan, kesadaran kembali seperti sebelumnya
INTERPRETASI: STUPOR/SOPOR

▪ Tingkat kesadaran secara kuantitatif:


✓ Membuka mata hanya bila diajak bicara
✓ Dengan rangsang nyeri, gerakan normal (mampu melokalisir)

52
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

✓ Diberi pertanyaan, jawaban kacau (rangkaian kalimat bisa dipahami tapi disorientasi)
INTERPRETASI: GCS = E3M5V4 = 12
Tanda SKG SKG-modifikasi untuk anak nil
ai
Buka Spontan Spontan 4
mata
Terhadap perintah Terhadap suara 3
Terhadap rangsang Terhadap rangsang nyeri 2
nyeri
Tidak ada Tidak ada 1
Respon Terorientasi Sesuai usia, terorientasi, ikuti objek, 5
verbal senyum sosial
Bingung/Disorientasi Menangis, tetapi dapat dibujuk/ Rewel, 4
tidak kooperatif, tanggap lingkungan
Kata-kata tidak tepat Rewel, tangis persisten, dapat dibujuk 3
tetapi tidak konsisten
Suara tidak Tangis tak terbujuk, tak tanggap 2
dimengerti lingkungan, gelisah, agitasi
Tidak ada Tidak ada 1
Respon Mengikuti perintah Mengikuti perintah, gerakan spontan 6
motorik
Melokalisasi nyeri Melokalisasi nyeri 5
Menghindari nyeri Menghindari nyeri 4
Fleksi abnormal Fleksi abnormal terhadap nyeri 3
terhadap nyeri
Ekstensi abnormal Ekstensi abnormal terhadap nyeri 2
terhadap nyeri
Tidak ada Tidak ada 1
Nilai total terbaik 15

2. PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL


✓ Kaku kuduk: terasa ada tahanan
✓ Kernig: Tahanan dan rasa nyeripada sudut sudut < 135 ˚
✓ Lasegue: rasa sakit dan tahanan pada < 70 ˚
✓ Brudzinski I & II: Gerakan reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut
dan panggul
INTERPRETASI masing-masing = (+) , yaitu tanda rangsanganmeningeal = (+)

3. PENILAIAN UKURAN DAN REAKTIVITAS PUPIL SERTA GERAK BOLA MATA


✓ Pupil = ɸ 3 mm/3 mm
✓ reflex cahaya langsung dan tidak langsung = (+)/(+)
✓ gerak bola mata = pasien masih dapat diminta mengikuti perintah untuk melihat ke arah
pemeriksa
✓ doll eye movement = (+)/(+)
INTERPRETASI = miosis dan reaktif, kemungkinan lesi di hemisfer, batang otak masih
normal

4. PEMERIKSAAN MOTORIK: POSTUR, AKTIVITAS MOTORIK SPONTAN, DAN


RESPONS TERHADAP RANGSANG
✓ pemeriksaan motorik = tidak ditemukan hemiparesis

53
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

✓ refleks fisiologis = (+)/(+)


✓ refleks patologis = (-)/(-)
INTERPRETASI = dalam batas normal

5. PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS


INTERPRETASI =
I, V, VII, VIII, IX, X, XI, XII = sulit dilakukan karena pasien tidak dapat bekerjasama
II, III, IV, VI = sudah dilakukan pada pemeriksaan pupil dan gerak bola mata (dalam batas
normal)

6. PEMERIKSAAN SISTEMIK LAINNYA YANG DILAKUKAN SECARA SISTEMATIK


(HEAD TO TOE).
✓ Kepala = otore di telinga kiri
✓ Hasil pemeriksaan fisik umum lain dalam batas normal
INTERPRETASI = kemungkinan terdapat otitis media supuratif stadium perforasi

2. Usulkan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan, yang dapat dilakukan di Puskesmas.


Tanyakan hasilnya kepada Penguji! Sampaikan interpretasinya kepada Penguji!

PEMERIKSAAN PENUNJANG DI PUSKESMAS:


• Pemeriksaan darah rutin:
✓ Hemoglobin = 11 gr/dl
✓ Hitung leukosit = 18.700/mm3
✓ Hitung trombosit = 257.000/mm3
INTERPRETASI = leukositosis

3. Sampaikan diagnosis kerja dan diagnosis banding kepada keluarga pasien!

DIAGNOSIS KERJA: MENINGOENSEFALITIS OTOGENIK


• Pasien mengalami infeksi pada selaput pembungkus otak dan otak
• Kemungkinan besar akibat penjalaran infeksi dari telinga
DIAGNOSIS BANDING
• Meningitis
• Abses Serebri
4. Sampaikan rencana tindak lanjut Anda kepada keluarga pasien!

• Pasien berada dalam kondisi yang gawat darurat. Gawat karena mengancam nyawa,
kesadaran bisa semakin menurun karena penyebab utamanya belum teratasi. Darurat karena
harus segera ditangani, baik ditegakkan diagnosis pastinya serta ditatalaksana secara tepat,
sesuai diagnosis pasti dan oleh tim dokter spesialis.
• Dengan demikian, pihak puskesmas akan memberikan terapi simptomatis untuk menjaga
kestabilan kondisi pasien sambil mempersiapkan proses rujukan.
1) Evaluasi ABC, evaluasi tanda vital
• Pertahankan airway = posisi tidur tanpa bantal, penyangga pada tengkuk
• Pertahankan breathing = oksigen dengan kanul nasal 2L/menit, evaluasi laju pernafasan
• Pertahankan circulation = pasang infus, evaluasi tensi, nadi
2) Pengobatan simptomatis
▪ Menurunkan suhu
o Parasetamol atau salisilat = 10 mg/kg/dosis

54
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

▪ Apabila kejang
o diazepam 0,2-0,5 mg/kgBB iv (kecepatan 5 mg/menit), atau dapat diberikan
diazepam rektal 0,5 mg/kgBB (untuk berat badan <10 kg diberikan 5 mg, bila berat
badan >10 kg diberikan 10 mg, dosis maksimal 10 mg/kali).
o Atau dapat diberikan lorazepam 0,05- 0,1 mg/kgBB intravena (maksimum 4 mg).
o Alternatif lain adalah midazolam 0,05–0,1 mg/kgBB intravena.
o Pemberian diazepam intravena atau rektal dapat diulang 1-2 kali setelah 5-10 menit,
o lorazepam 0,1mg/kgBB dapat diulang sekali setelah 10 menit .
o Jika didapatkan hipoglikemia, berikan cairan dekstrosa 25% 2 ml/kgBB.
▪ Mencegah status konvulsivus:
o Fenitoin 15-20 mg/kgBB intravena diencerkan dengan NaCl 0,9% diberikan dengan
kecepatan 25-50 mg/ menit.
o Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5-10 mg/kgBB, sampai maksimum dosis 30
mg/kgBB.
▪ Menurunkan TIK
o manitol 20% intravena per drip dengan dosis 0,5-1,0 gram/ kgBB selama 30 menit
setiap 6–8 jam.
▪ Antibiotika untuk usia 7-50 tahun: pilihan:
o Cefotaxime/ ceftriaxone + Ampicilin
o Chloramfenicol + Trimethoprim/ sulfamethoxazole.
o Cefotaxim/ ceftriaxone + Vancomycin
o Chloramfenicol/ Clindamycin/ meropenem

3) Rujuk ke Rumah Sakit dengan fasilitas pemeriksaan penunjang* dan ICU untuk dirawat
bersama Spesialis: Saraf/Bedah Saraf/THT/Rehabilitasi Medik/Penyakit dalam
* Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan:
▪ elektrolit termasuk kalsium dan magnesium
▪ glukosa
▪ fungsi hati
▪ faktor koagulasi
▪ Pemeriksaan foto toraks PA
▪ CT scan kepala
▪ elektroensefalografi (EEG).
▪ Pungsi lumbal
▪ kultur otorhea

55
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

11. KELUMPUHAN & KESEMUTAN


Perbedaan lesi UMN dan LMN

Lesi UMN Lesi LMN


Normotonus/hipertonia Hypotonus
Normorefleks/hiperefleks Hiporefleks/arefleks
Klonus +/- Klonus –
Reflex patologis +/- Reflex patologis -
Normotrofi/disusetrofi Atrofi cepat terjadi

- Kelainan traktus piramidalis setinggi:


- Hemisfer: hemiparese tipika
- Batang otak: hemiaprese alternans
- Medulla spinalis: tetra/paraparese
- Contoh dari penyebab lesi UMN adalah sebagai berikut:
- Vascular : Stroke, ICH (Intra Cerebral Hemoragic), CP (cerebral palsi)
- Demyelinating : MS (Multiple Sclerosis)
- Infeksi : Encephalitis atau meningitis
- Struktural : Neoplasma
- Eksogen : TBI( Traumatic Brain Injury) dan SCI (Spinal Cord injury)
- Contoh dari penyebab lesi LMN adalah sebagai berikut:
- Motor Neuron : SMA (spinal muscular atrophy),Poliomyelitis, PPS
(Post polio syndrome)
- Sistem saraf tepi : SGB, Radikulopati, pleksopati, kompresi
- Neuromuskular Junction : Myasthenia Gravis
• Anamnesis
o Lokasi kelumpuhan
o Onset: akut (0-14 hari), subakut ( 14 hari – 3 bulan), kronis (>3 bulan)
o Penyebab: trauma, didahului gejala infeksi, riwayat TIK, gang. Metabolic
o Gang. Sensoris
o Gans. Kelumpuhan otot
o Gang. Penyerta lain → nyeri, kaku sendi, kesulitan makan dan minm, peningkatan
TIK, kesemutan, baal, pelo, deviasi lidah, merot
o Prograsifitas: semakin memberat atau tidak
o Psikologis
o RPD: DM, hipertensi, ngina pectoris, cladicatiointermittens, neoplasma, trauma
o RPK: sama dgn RPD & keluhan serupa
o Rsosek
• PF
o Kesan umum
o Kesadaran
o Antropometri
o TTV
o Status generalis
o Status lokalis/neurologis
▪ Kekuatan motoric (interpretasi 0 – 5)

56
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

▪ Tonus otot (pada UMN: tonus meningkat, pada LMN: tonus menurun)
▪ Trofi (eks batas: 10 cm dari olecranon, eks bawah: 10 cm dari patella)
▪ Reflex fisiologis (glabella, biseps, triseps, ulnaris, brachioradialis, patella, &
achilles) interpretasi 0 – 4
▪ Reflex patolofis (menunjukkan ada UMN): hoffman tromner, Oppenheim,
Gordon, schaeffer, Babinski, chaddock, rosolimo, mendel backtrerew, gonad,
bing
▪ Klonus: kaki, patella, tangan (+ jika >2 gerakan ritmis)
▪ N. kranialis
• N. VII (angkat alis, mimic muka) alis & dahi berkerut → + perifer
• N. XII (melet, artikulasi) fasikulasi, tremor, atrofi → + sentral
▪ Sensibilitas (dermatome)
• Protopatik (nyeri, suhu, raba kasar)
• Propio septik (raba halus, getar, diskriminasi sua titik, posisi)
o Stroke: pada sisi kontralateral
o HNP: pada bagian atas & bawah
• PP
o Lab darah lengkap (Hb, Ht, leukosit, trombosit)
o Lab kimia darah (GDS, profil lipid, fungsi liver, fungsi rena)
o EKG
o Rontgen
o CT scan
o MRI
o EEG
o LCS
Anam PF PP Talak
KELUMPUHAN
Stroke Deficit Tanda lesi UMN CT Scan → 1. operatif
hemoragik neurologis (hiperrefleks, reflex hiperdens di 2. obat anti hipertensi
akut, patologis +), cerebrum (maks. 25% MAP)
penurunan hipertensi 3. neuroprotector
kesadaran, 4. diuretic osmotic →
nyeri kepala, mannitol
mual,
muntah, saat
aktivitas
(peningkata
n TIK
menonjol)
Stroke non Deficit Tanda lesi UMN, CT Scan → 1. trombositik IV
hemoragik neurologis kekuatan motoric hipodens di (untuk pasien yg
akut menurun cerebrum datang 3 jam setelah
(biasanya onset dan tidak ada KJ:
hemiparesis) GDS, TD)
, > 72 jam, Alteplase 0,6
kesadaran mg/kgBB (< 6 jam
tidak setelah onset)
2. aspirin

57
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

menurun, 3. jika TD > 220/120


saat istirahat maka target penurunan
15% MAP
Meningitis Demam Kaku kuduk, tanda LCS Meningitis bacterial →
tinggi, sakit rangsang -bakteri: dexamethasone
kepala meningeal + keruh, >
neutrophil,
glukosa
menurun
-virus:
jernih,
>limfosit
-TB:
xantokrom,
>limfosit,
glukosa
menurun

Encephaliti Demam, Meningeal sign - LCS Asiklovir


s kejang,
penurunan
kesadaran
Neoplasma Nyeri kepala Papil edema, neuroimagin 1. operasi
kronik ( kesadaran g → SOL 2.
tidak menurun, tidak ada radio/kemo/imunotera
berkurang tanda radang pi
dengan sebelumnya, 3. obat penurunan TIK
obat), → mannitol awal
muntah 1gr/kbGG IV
tanpa Maintenance: 0,5
penyebab GI gr/kgBB IV tiap 4-6
jam
GBS Riwayat Paralisis ascendant, Imuniglobulin IV 0,4
demam stoking & gloves, gr/kgBB 5 hari,
hiporefleks/arefleks plasmafaresis
, hipotoni, dapat
disertai gang N.VII
Myasthenia Mengenai Ptosis >>, Asetilkolin esterase
gravis otot spesifik, inhibitor
semakin
sore
semakin
memburuk
KESEMUTAN
HNP Nyeri Tes laseque +, MRI Tirah baring, NSAID,
punggung perubahan reflex, muscle relaxan
bawah penurunan (benzodiazepine),
menjalar ke sensitivitas, Patrick definitive
paha, kontrapatrick -, (laminektomi)
kelemahan >>L4-L5/L5-S1

58
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

otot & baal,


ringan saat
baring
CTS Diawali rasa Flick sign Nerve Bidai pergelangan
panas, (mengebaskan conduction tangan/injeksi
kebas, nyeri tangan untuk study (NCS) steroid/pembedahan
di hilangkan gejala)
pergelangan
tangan Tinnel sign
ventral, (kesemutan bisa
kebas di carpal tunnel
telapak diketuk)
tangan
bagian radial Phalen sign
jari 1 – 4 (kesemutan bila
pergelangan tangan
fleksi maksimal)

59
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

12. KEJANG
Penyakit:
1. Epilepsi
2. Kejang Demam
3. Meningitis
4. Ensefalitis
5. Tetanus
6. Rabies (kemungkinan keluarnya kecil kalau kata tutorku)

1. Epilepsi
Anamnesis:
A. Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan reflex dengan
jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam (misalnya
pernah kejang juga 1 bulan yang lalu).
B. Tentukan jenis kejangnya kayak gimana dengan melihat klasifikasi kejang

60
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

Partial:

61
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

Generalized

62
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

Pemeriksaan fisik:
a. Pemeriksaan fisik pada saat fase iktal meliputi :
• Status mental menentukan respon terhadap perintah, orientasi, fungsi bahasa
serta memberikan sebuah kalimat untuk nanti diingat kemudian untuk
menentukan adanya amnesia.
• Motorik menentukan lokasi awal dan gejala motorik, klonik dan atau postural,
serta menilai defisit motorik fokal atau lateralisasi saat rekanan spontan dan
memprovokasi motorik untuk mengkonfirmasi adanya defisit.
• Sensorik pada kondisi khusus untuk menunjukkan adanya anestesi umum
terhadap pin prick, atau adanya deficit sensorik khusus seperti adanya ictal
blindnes
b. Pemeriksaan fisik pada fase post iktal meliputi
• Mengobservasi adanya tingkah laku abnormal spontan seperti automatisme,
tidak berespon, dan menentukan waktu resolusinya.
• Memeriksa defisit neurologis fokal atau lateralisasi meliputi gangguan
kognitif
• Memeriksa adanya amnesia dengan meminta menyebutkan kembali yang
disebutkan pada fase iktal
• Mendesripsikan aura, bangktan tingkah laku, dan gejala post iktal
Pada pemeriksaan neurologis beberapa menit setelah bangkitan akaan tampak
tanda pasca bangkitan terutama tanda fokal yang tidak jarang dapat menjadi
petinjuk lokalisasi: Seperti paresis todd, gangguan kesadaran pascaiktal, afasia
pascaiktal

PP:
a) Pemeriksaan laboratorium, untuk mencari penyebab yang mendasari
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu darah lengkap meliputi
hitung jenis dan trombosit, kimia darah meliputi elektrolit, kalsium, fungsi hati
dan ginjal dan urinalisis rutin. Peningkatan kadar prolaktin serum yang diambil
dalam 20 menit setelah episode iktal dibandingkan dengan waktu yang sama
esok harinya bisa digunakan untuk membedakan antara kejadian epileptik
dengan non epileptic karena meningkat setelah diskognitif fokal dan bangkitan
tonik klonik.
b) Lumbal pungsi, bukan pemeriksaan rutin kecuali pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik menandakan adanya kejadian yang bisa ditegakkan dengan
pemeriksaan cairan serebospinal. Lumbal pungsi yang dilakukan setelah
bangkitan umum tonik klonik bisa menunjukkan pleiositosis ringan karena
bangkitan bukan karena adanya inflamasi di intrakranial. Peningkatan kadar
glutamine ada cairan serebospinal dengan kadar ammonia serum normal bisa
menunjukan adanya valproate related hyperammonemic encephalopathy
c) Pemeriksaan genetik, terutama pada ensepalopati epileptik dimana terdapat
mutasi gen SCN1A pada sindrom dravet, mutasi gen PCDH19 pada epilepsi
limieted to female with mental retardation, mutasi ARX pada spasme infantile,
mutasi SLC2A1 pada absans dini
d) Elektroencepalografi (EEG), pemeriksaan yang paling informatif pada
diagnosis epilepsi namun seringkali salah dalam penggunannya. Prosedur
EEG harus dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang spesifik mengenai
nilai terapi dan prognosis karena pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan

63
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

non invasif dan tidak mahal maka pada semua pasien epilepsi atau dicurigai
epilepsi harus dilakukan minimal 1x pemeriksaan EEG untuk menilai jika
nanti ada perubahan dalam klinis pasien. Diagnosis epilepsi ditegakkan secara
klinis, maka pemeriksaan EEG berulang hanya dilakukan jika hasilnya
kemungkinan akan merubah tatalaksana pasien atau untuk mencari informasi
prognosa yang baru. Tidak ada batasan mengenai pengulangan EEG rutin
dalam interval tertentu.

DD: Sinkop, reaksi konversi, serangan panik, gerakan movement disorder

Talak:

Jika sedang bangkitan, kasih tatalaksana kayak diatas sampai kejangnya


teratasi
Obat antiepileptik:
Asam valproat dosis awal 500-1000 mg 2-3x/ hari selama 2-4 hari
Vitamin B complex tab 1-2 x sehari

64
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

2. Kejang Demam
Anamnesis: Biasanya anak usia 0-6 thn. Ada riwayat demam 38 atau lebih.
Pemeriksaan fisik:
Batas suhu yang bisa mencetuskan kejang demam 38c atau lebih, tetapi suhu sebenarnya
pada waktu kejang sering tidak diketahui. Pemeriksaan fisik lainnya bertujuan untuk
mencari sumber infeksi dan kemungkinan adanya infeksi intracranial meningitis atau
encephalitis (Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, brudzinski I dan II, Kernig sign,
lasegue sign).
Pemeriksaan Penunjang:
a) Pemeriksaan laboratorium, tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya
gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan yang dapat dikerjakan misalnya
pemeriksaan darah perifer, elektrolit, dan gula darah
b) Pungsi lumbal, dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Hal ini dikarenakan pada bayi seringkali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasinya tidak jelas. Berdasarkan usia
pungsi lumbal dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi lebih dari 18 bulan tidak rutin
d. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal
c) Elektroensefalografi (EEG), tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau
memperkirakan kemungkinan terjadinya epilepsi pada pasien kejang demam. Pemeriksaan
EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang
demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal
d) Pencitraan, seperti MRI, CT-Scan X ray kepala bukan pemeriksaan rutin dan hanya
diindikasi bilamana kelainan neurologis fokal menetap (hemiparese) dan parese nervus VI,
dan papiledema

Tatalaksana
Antipiretik: Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan tiap 4-6 jam
Antikonvulsan intermitten diberikan hanya saat denan: Diazepam oral 0,3 kgbb/kali/ peroral. Atau
rektal 0,5 mg/ kg/ kali

3. Meningitis

Trias meningitis: Demam, nyeri kepala, kaku kuduk


Anamnesis:
Didapatkan sindrom meningitis (Trias meningitis) antara lain :
• Sakit kepala
• Demam
• Meningeal sign (kaku kuduk, Kerning dll)
Disertai beberapa gejala
• Fotofobia
• Mual, muntal
• Hemiparese dan deficit neurologis
• Kejang bingung
• Perubahan status mental

65
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

• Penurunan kesadaran
Pemeriksaan Fisik
• Rangsang meningeal positif, seperti kaku kuduk, tanda kerning, dan tanda
brudzinski
• Perubahan tingkat kesadaran
• Kejang, peningkatan tekanan intracranial, dan disfungsi saraf cranial
• Kadang disertai hemiparese, dementia, dan paralisis
Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan LCS (pemeriksaan baku)
b) Pada meningitis bakteria : tekanan saat opening lebih dari 100-200 mg, leukosit kurang
dari 5 atau lebih dari 100 mm, predominan netrofil, pengecatan gram dari CCS posisit pada
60-90% pasien, protein CCS lebih dari 50mg/dl, glukosa CCS kurang dari 40 mg/dl, kultur
positif pada 65-90% pasien, dan antigen bakteri CCS sensitive 50-100%
c) Pada meningitis tuberculosis : jumlah leukosit 100-500/mikrolit, biasanya predominan
limfosit, protein 100-500 mg/dl, glukosa kurang dari 45 mg/dl, warna jernih atau
xantocrom, terdapat peningkatan tekanan pada LP
d) Pemeriksaan radiologis
i. Dilakukan pemeriksaan CT-Scan atau MRI kepala jika terdapat tanda
peningkatan tekanan intrakranial, koma, dan defisit neurologis
ii. Pemeriksaan foto rontgen thorax, ditemukan tuberkulosis aktif pda paru
dan dapat sembuh sampai 50% pada pasien dewasa dan 90% pada anak
e) Laboratorium rutin, tidak khas, dapat ditemukan leukosit yang meningkat, normal atau
menurun
f) Mikrobiologis, ditemukan M tuberculosis pada meningitis tuberkulosa yang merupakan
gold standar pada kultur CSS

Tatalaksana
Saat kejang, tatalaksana kejang.
Stabilisasi A,B,C
Rujuk Sp. S
4. Ensefalitis
Trias ensefalitis: Demam, kejang, penurunan kesadaran
Anamnesis
Gejala klinis pada encephalitis antara lain :

• Flu like sindrom akut, dengan demam tinggi


• Sakit kepala berat
• Nausea, vomitus
• Kejang
• Penurunan kesadaran (halusinasi, agitasi, perubahan personality, kelainan tingkah
laku, dan kondisi psikotik)
Anamnesis untuk menentukan etiologis. Adanya ruam curiga measles. Anamnesis
kemungkinan adanya cacar, parotitis, nyeri testicular, atau nyeri abdomen karena pancreatitis
dapat disebabkan oleh virus mumps. Riwayat perjalanan ke daerah tropis juga perlu
dipertanyakan, termasuk detail vaksinasi.

66
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea

Pemeriksaan Fisik
• Demam tinggi
• Penurunan kesadaran
• Kejang
• Pemeriksaan kulit ditemukan ruam purpurik dan exanthema,
• Pada pasien HIV, dapat ditemukan leukoplakia, Kaposi sarcoma.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF)

• Peningkatan konsentrasi protein


• Glukosa normal
• CSF pleositosis (lebih dari 5 sel/mikroLiter)
• CSF PCR adalah tes diagnosik utama (CMV, EBV, VZV, HHV-6, dan enterovirus)
• Pemeriksaan antibody HSV CSF
Pemeriksaan neuroimaging

• CT-Scan kepala plus kontras


• MRI kepala plus kontras (lebih sensitif)
Pemeriksaan EEG
Tatalaksana
Saat kejang, tatalaksana kejang.
Stabilisasi A,B,C
Rujuk Sp. S

Catatan: Pada kasus dengan tanda-tanda meningitis tapi ada penurunan kesadaran itu
mengarah ke meningoensefalitis.

67

Anda mungkin juga menyukai