Anda di halaman 1dari 5

Fadlan Fadilah Wahyu|Guillain-Barré syndrome: Penyakit Langka Beronset Akut yang Mengancam Nyawa

Guillain-Barré Syndrome: Penyakit Langka Beronset Akut


yang Mengancam Nyawa
Fadlan Fadilah Wahyu
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Gui llain-Barré syndrome (GBS) a dalah gangguan sistem s araf ya ng dimediasi oleh respon i mun, beronset a kut atau s ubakut,
da n biasanya ditandai dengan kelemahan progresif dari ekstremitas, parestesia ekstremitas, da n a ref l eks i a rel a ti f a ta u
komplit (0207). GBS disebut juga dengan La ndry’s paralysis, diambil dari nama Jean Baptiste Octa ve La n dry d e Thez i l la t
ya ng pertama kali melaporkan kasus GBS pada tahun 1859. Insidensi penyakit ini h a mp i r s a ma d i s em ua n ega ra ya i tu
berkisar 0,6-1,9 per 100.000 populasi. GBS dapat diderita oleh s emua usia dan ras. Dengan i nsiden terting gi o l eh d ew a sa
hi ngga tua (2-7 per 100.000 populasi) a tau di tingkat usia produktif serta dominan pada p ri a di ba n di ng w a ni ta . In fek s i
a ntesenden oleh bakteri maupun vi rus diduga memiliki hubungan dengan terjadinya G B S . G eja la p enya ki t i ni b eru pa
pa restesia a tu baal ya ng bermula dari ekstremitas bawah bagian distal kemudian menjalar ke a ra h p roks i m a l k em udi a n
menjadi kelemahan dan menurunnya kekuatan refleks. Di a g nos i s p enya ki t i ni s el a i n d a ri g eja la k l i ni s d i p erl u ka n
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan l aboraturium berupa profil CSF dan elektrofisiologi. Tatalaksana ya ng dapat d i l ak uka n
s etelah diagnosis berhasil ditegakkan a ntara lain adalah plasmapheres i s , i m uno gl ob ul i d a n s teroi d . Pro g nos i s G B S
terga ntung dari jenis dan keparahan. Penyakit i ni memiliki progresivitas ya ng tinggi s ehingga d iagnosis ya ng cepat dan tepat
di perlukan untuk s egera melakukan ta talaksana ya ng optimal.

Kata Kunci: di agnosis, faktor risiko, GBS, gejala, kelemahan, ta talaksana.

Guillain-Barré Syndrome:Life-threatening Rare Disease with Acute-onset


Abstract
Gui llain-Barré s yndrome (GBS) i s immune-mediated neuropathy which onset’s a re acute and subacute, started with fatigue
a nd paresthesia a long extremity, a nd also relative or co mplete areflexia. GBS also called a s Landry’s paralysis, th i s na m ed
a fter Jean Baptiste Octave Landry de Thezillat whom first encountered GBS in 1859. Inci d ence o f th e di s ea s e i s p retty
s i milar a round the world, a bout 0,6-1,9 per 100.000 populations. GBS could happen to everyone, but the highest i ncidence
ha ppened i n adult to elderly people (2-7 per 100.000 population) and dominan tl y i n m en th a n w o m en. An tecend ent
i nfection by bacterias and vi rus predominantly a ccused havi ng relation to G B S . S ym pto ms o f th i s d i s eas e a ppea r a s
pa resthesia which s tart i n distal l ow extremity to proximal, progressive fatigue, and decreased reflex o r a ref l exi a. Oth er
tha n s ymptoms, physical examination and laboraturium examination are needed. Laboraturium examinations th a t ca n b e
us ed a re CSF profile and electrophysiology. Suitable treatments for GBS a re p l a sm a phere s i s , i m mu nog l obul i ne, a nd
s teroids. Prognosis are based on its classifications and severity. This disease has high progressivity a nd has to be d iagno s ed
a s s oon as possible in order to treat optimally.

Key words: di a gnosis, fatigue, GBS, ri sk factors, s ymptoms, treatment.

Korespondensi: Fa dlan Fadilah wahyu, a lamat Buah batu regency Bl ok Delta 1 nomor 2 Kuja ng sa ri B a nd ung Ki dul Ja w a
Ba ra t, HP: 08112336708, e-ma il: fadlanfw@gmail.com

Pendahuluan tetapi, kejadian GBS sebelumnya


Guillain-Barré syndrome (GBS) adalah menunjukkan bahwa penderita pria lebih
penyakit pada sistem saraf tepi yang banyak 1,5 kali dibanding wanita, lebih se ring
insidensinya langka. Berdasarkan ringkasan terjadi pada pria berwarna kulit putih, dan
dari American Academy of Neurology (AAN) angka insiden tertinggi pada usia sekitar 30-50
guideline on Guillain-Barré syndrome, GBS tahun (usia produktif).1-3
terjadi pada 1 sampai 4 penderita per 100.000 Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
populasi di seluruh dunia per tahunnya, (RSCM) Jakarta menunjukkan pada akhir
menyebabkan 25% penderita gagal napas tahun 2010 – 2011 tercatat 48 kasus dengan
sehingga membutuhkan ventilator, 4%-15% jumlah kasus bervariasi per bulan. Tahun
kematian, 20% kecacatan, dan kelemahan 2012, kasus GBS di RSCM meningkat 10%.4,5
persisten pada 67% penderita. GBS dapat GBS terjadi karena adanya rangsang
diderita baik pria maupun wanita, berbagai pada sistem imun, meskipun patogenesis yang
usia, dan tidak dipengaruhi oleh ras. Akan pasti masih belum diketahui. Faktor risiko

Medula|Volume 8|Nomor 1|April 2018|112


Fadlan Fadilah Wahyu|Guillain-Barré syndrome: Penyakit Langka Beronset Akut yang Mengancam Nyawa

yang diduga berkaitan dengan penyakit ini terdapat 1-6 kasus per 1.000.000 orang yang
yaitu adanya riwayat infeksi bakteri atau virus. diberikan vaksin.6
Infeksi bakteri Campylobacter jejuni Klasifikasi di atas berdasarkan studi
dilaporkan paling sering berasosiasi dengan elektrofisiologis dan patologi serta biomarker
GBS. Infeksi yang disebabkan virus antara l ai n antibodi untuk acute motor axonal
oleh Cytomegalovirus, virus Epstein-Barr, atau neuropathy yang ditujukan langsung pada
virus influenza.6,7 Selain faktor risiko infeksi, membran gangliosid neuronal. 6,10,14,15
pemberian vaksin juga dilaporkan menjadi Gangliosid adalah target dari antibodi.
salah satu faktor.9 Ikatan antibodi akan mengaktivasi kerusakan
GBS memiliki merupakan penyakit mielin. Mielin diserang karena diduga memiliki
autoikun dimana sistem imun dari penderita lapisan lipopolisakarida yang mirip dengan
menyerang sistem saraf perifer dan gangliosid. Pada infeksi bakteri Campylobacter
menyebabkan kerusakan pada sel saraf. Gejala jejuni, bakteri ini mengandung protein
penyakit ini merupakan kelemahan dan membran yang merupakan duplikat dari GM1
kelumpuhan yang dapat berlangsung selama (prototipe gangliosid). Kerusakan akan terjadi
beberapa minggu dan mencapai puncak gejala pada membran aksonal. Perubahan pada
dalam 2-4 minggu.10,11 akson menyebabkan reaksi silang antibodi ke
Penyakit ini mampu menyebabkan bentuk GM1 sehingga akan muncul sinyal
komplikasi yang fatal apabila sistem saraf infeksi. Sistem imun humoral terinisiasi, se l T
otonom dan sistem pernapasan terlibat. merespon dengan infiltrasi sel limfosit ke
Masyarakat awam relatif memiliki spinal dan sistem saraf perifer. Makrofag akan
pengetahuan yang minim terhadap penyakit terbentuk di daerah yang rusak dan
ini bahkan ada yang belum mengetahuinya. menyebabkan demielinisasi serta hambatan
Onset penyakit yang akut dan berprogresif dalam sistem konduksi impuls saraf.16-18
menuntut penatalaksanaan yang cepat dan Gejala klinis dari GBS umumnya terjadi
tepat. Oleh karena itu perlu pemahaman kelemahan bilateral yang progresif dan
tentang upaya untuk mendeteksi dini, didahului baal selama 2-3 minggu setelah
pengobatan, serta upaya rehabilitasi sehingga mengalami demam. Baal dan kelemahan
penatalaksanaan yang dilakukan menjadi terjadi dari ekstremitas bawah bagian distal
optimal.2 kemudian menjalar ke bagian proksimal ke
ekstremitas atas. Arefleksia atau menurunnya
Isi refleks tendon di ekstremitas juga sering
Guillain-Barré syndrome (GBS) adalah dijumpai. Selain itu, gejala-gejala tambahan
penyakit sistem saraf yang dimediasi oleh yang biasanya menyertai GBS antara lain
respon imun, beronset akut atau subakut, dan gangguan pada N. Fasialis sisi bilateral, facial
biasanya ditandai dengan kelemahan progresif flushing, kesulitan memulai BAK, kelainan
dari ekstremitas, parestesia ekstremitas, dan dalam berkeringat, dan penglihatan kabur
arefleksia relatif atau komplit.1 (blurred visions).6,16
GBS dikenal sebagai penyakit autoimun Diagnosis GBS dapat ditegakkan melalui
yang dipicu oleh infeksi bakteri atau infeksi anamnesis dan pemeriksaan fisik dibantu
virus antesenden, yang paling sering yaitu dengan pemeriksaan penunjang laboratorium.
infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan
saluran pencernaan. Campylobacter jejuni pemeriksaan neurologis meliputi sensibi litas,
sebagai bakteri yang paling berasosiasi dengan reflek fisiologis, refleks patologis dan de rajat
GBS, ditemukan pada 25 – 50% pasien dewasa kelumpuhan motoris. Pemeriksaan profil CSF
dengan frekuensi tinggi di negara-negara (cerebrospinal fluid) melalui pungsi lumbal
Asia.12,13 untuk melihat adanya kenaikan protein dan
Meskipun jarang terjadi, tetapi ada jumlah sel. Profil CSF dapat menunjukkan hasil
laporan yang menyatakan bahwa vaksinasi normal pada 48 jam pertama onset GBS.
dan operasi dapat memicu GBS. Pada tahun Kenaikan akan terjadi pada akhir minggu
1976 ketika vaksinasi untuk virus influenza A kedua sampai mencapai puncak dalam 4 -6
H1N1, terdapat 1 dari 100.000 orang yang minggu.2,3,19
mengalami GBS. Kemudian pada tahun 2009 Pemeriksaan elektrofisiologis dilakukan
menggunakan Electromyogram (EMG) dan

Medula|Volume 8|Nomor 1|April 2018|113


Fadlan Fadilah Wahyu|Guillain-Barré syndrome: Penyakit Langka Beronset Akut yang Mengancam Nyawa

Nerve Conduction Velocity (NCV). NCV akan


menganalisa kecepatan impuls dan EMG akan Klasifikasi GBS berdasarkan jenis, gejala
merekam aktivitas otot sehingga mampu klinis dan patofisiologinya dapat dilihat pada
mendeteksi kelemahan reflek dan respon tabel berikut:
saraf.2,3,15
Tabel 1. Klasifikasi GBS berdasarkan jenis, gejala klinis dan patofisiologi.10,14,15
Jenis Gejala klinis Patofisiologi
AIDP (Acute Demielinisasi saraf motorik akibat Terjadi karena makrofag menginvasi
Inflammatory inflamasi, kerusakan akson selubung mielin sehingga menyebabka n
Demyeliniting akson tidak terselubungi
Polyradiculoneuropathy)
AMAN (Acute Motor Adanya gejala pada sistem respirasi Makrofag menginvasi nodus Ranvier,
Axonal Neuropathy) akibat terganggunya saraf motorik masuk di antara akson dan aksolemma
pernapasan, degenerasi aksonal sel Schwann sehingga membuat
primer selubung mielin menjadi intak
AMSAN (Acute Motor Adanya gejala disfungsi pernapasan Hampir sama dengan AMANdengan
and Sensory Axonal karenasaraf motorik dan sensorik keterlibatan jaras ventral dan dorsal
Neuropathy) mengalami gangguan, adanya
degenerasi aksonal primer dengan
prognosis buruk
MFS (Miller Fisher Oftalmoplegia, ataksia, arefleksia Sistem konduksi yang abnormal akan
Syndrome) tetapi penyebabnya masih belum jelas
APN(Acute Dapat disertai ensefalopati (jarang) Kegagalan sistem saraf simpatis dan
Pandysautonomic parasimpatis
Neuropathy)

Kriteria diagnosis GBS yang sering 4. Peningkatan kadar protein dalam


dipakai adalah kriteria menurut Gilroy dan cairan otak secara progresif dimulai
Meyer, yaitu jika memenuhi lima dari enam pada minggu kedua dari paralisis, dan
kriteria berikut: tanpa atau dengan pleositosis ringan
1. Kelumpuhan flaksid yang timbul (disosiasi sito albuminemik)
secara akut, bersifat difus dan simetris 5. Demam subfebril atau sedikit
yang dapat disertai oleh paralysis peningkatan suhu selama
facialis bilateral. berlangsungnya kelumpuhan.
2. Gangguan sensibilitas subyektif dan 6. Jumlah leukosit normal atau
obyektif biasanya lebih ringan dari limfositosis ringan, tanpa disertai
kelumpuhan motoris. dengan kenaikan laju endap darah.20
3. Pada sebagian besar kasus Derajat berat ringannya penyakit
penyembuhan yang sempurna terjadi ditentukan menurut skala ordinal dari Hughe s
dalam waktu 6 bulan. dkk. seperti tercantum dalam tabel berikut:

0. Sehat
1. Terdapat keluhan dan gejala neuropati ringan, tapi penderita masih dapar melakukan pekerjaan
tangan.
2. Dapat jalan tanpa alat bantu (tongkat) tapi tidak dapat melakukan pekerjaan tangan.
3. Dapat jalan dengan bantuan tongkat atau seseorang.
4. Hanya dapat duduk di kursi roda atau terus berbaring di tempat tidur.
5. Dengan kegagalan pernapasan dan memerlukan ventilator.
6. Meninggal.

Gambar 1. Skala berat penyakit menurut Hughes dkk. 21

Medula|Volume 8|Nomor 1|April 2018|114


Fadlan Fadilah Wahyu|Guillain-Barré syndrome: Penyakit Langka Beronset Akut yang Mengancam Nyawa

Diagnosis banding GBS antara lain yang fatal apabila sistem saraf otonom dan
adalah neuropati perifer, gangguan transmisi sistem pernapasan terlibat. GBS diduga terjadi
akut neuromuscular junction (miositis, mielitis karena adanya mimikri molekular, yaitu sistem
akut), gangguan metabolik (hipokalemia, imun yang seharusnya memusnahkan agen
hipofosfatemia), infark serebri (batang otak), infeksi menjadi turut menginvasi jaringan
poliomielitis post difteri, ganglionopati pada karena memiliki kemiripan dengan komponen
ensefalitis atau meningitis.3,6 Tatalaksana GBS sistem imun. Gejala klinis yang terjadi se perti
sebenarnya tidak spesifik. Beberapa terapi kelemahan progresif dari ekstremitas,
yaitu plasmapheresis atau penggantian parestesia ekstremitas, dan arefleksia relatif
plasma mampu mengurangi relaps dengan atau komplit. Penegakkan diagnosis melalui
cara menghilangkan antibodi dan faktor i mun anamnesis dan pemeriksaan fisik dibantu
yang berperan dalam kerusakan saraf. Terapi dengan pemeriksaan penunjang laboratorium.
imunoglobulin dalam dosis tinggi Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan
diadministrasi melalui injeksi intravena pemeriksaan neurologis meliputi sensibi litas,
dengan jumlah yang sedikit untuk membantu reflek fisiologis, refleks patologis dan de rajat
sistem imun melawan patogen. Beberapa kelumpuhan motoris. Pemeriksaan
studi menyatakan imunoglobulin dosis tinggi laboraturium meliputi profil CSF dan
yang didapatkan dari pendonor mampu elektrofisiologi. Terapi GBS yaitu
melemahkan serangan khususnya pada sistem plasmaphoresis, pemberian imunoglobulin
saraf. Steroid juga dapat digunakan untuk dan steroid. Prognosis tergantung jenis dan
mengurangi keparahan, tetapi keefektifannya keparahan penyakit.
masih dipertanyakan karena terkait efek
samping.22,23 Simpulan
GBS masih menjadi penyakit yang Guillain-Barré syndrome (GBS) adalah
mengancam nyawa meskipun sudah tersedia penyakit autoimun pada sistem saraf yang
tatalaksana yang terbaik. Mortalitas di Eropa biasanya beronset akut atau sub akut, dipicu
dan Amerika Utara bervariasi antara 3% dan oleh infeksi bakteri antesenden atau infeksi
7%.24 virus antesenden, dan ditandai dengan
Prognosis penyakit ini tergantung dari kelemahan progresif dari ekstremitas,
jenis dan keparahannya. Penderita akan sulit parestesia/ baal ekstremitas, dan arefleksia
tertolong bila mengalami komplikasi relatif atau komplit. Deteksi dini secara ce pat
pernapasan yang progresif. Selain itu dan tepat sangat diperlukan dengan
prognosis buruk juga terjadi pada penderita mengetahui faktor risiko, gejala – gejala klinis,
yang mengalami aritmia akibat disfungsi saraf dan penegakkan diagnosis sehingga terapi
otonom.25 Penderita yang mampu bertahan dapat dilakukan secepatnya untuk prognosis
biasanya memiliki gejala sisa berupa nyeri yang baik.
atau kelemahan. Sekitar 20% penderita GBS
tidak dapat berjalan tanpa bantuan selama 6 Daftar Pustaka
bulan setelah onset. 26 Perbaikan klinis 1. Shrivastava M, Nehal S, Seema N.
biasanya terjadi di tahun pertama, baru pada Guillain-Barre syndrome: demographics,
tahun ketiga atau tahun – tahun berikutnya clinical profile & seasonal variation in a
menjadi semakin baik. Untuk semakin tertiary care centre of central India.
meningkatkan outcome dari GBS, tatalaksana Indian J Med Res. 2017;145:203-8.
yang efektif sangatlah dibutuhkan. 27 2. Mishra A, G. Sai Khrisna, T. Komal
Krishna. Guillain-Barre syndrome: an
Ringkasan orphan disease. World journal of
Guillain-Barré syndrome (GBS) adalah pharmaceutical research. 2017;6(5):393-
penyakit autoimun pada sistem saraf yang 400.
dipicu oleh infeksi bakteri antesenden atau 3. Hakim M. Sindrom Guillain-Barre.
infeksi virus antesenden. Infeksi paling se ring Medicinus. 2011;24(4):9-16.
disebabkan oleh Campylobacter jejuni. GBS 4. Japardi I. Sindroma Guillain-Barre.
termasuk dalam penyakit serius yang langka. Medan: USU digital library; 2002.
Penyakit ini mampu menyebabkan komplikasi

Medula|Volume 8|Nomor 1|April 2018|115


Fadlan Fadilah Wahyu|Guillain-Barré syndrome: Penyakit Langka Beronset Akut yang Mengancam Nyawa

5. Chandra B. Pengobatan dengan cara baru 18. Ramachandran TS. Acute Inflammatory
dari sindroma gullain-barre. Medika Demyelinating Polyradiculoneuropathy.
1983;11:918-22. New York: Medscape; 2017 [Diakses
6. Willison HJ, Jacobs BC, Van Doorn PA. tanggal 10 November 2017]. Tersedia dari
Guillain-Barré syndrome. Lancet. http://emedicine.medscape.com/articl e/
2016;388:717-27. 1169959-overview.
7. Jacobs BC, Rothbarth PH, van der Meche 19. Wherry JN, McMillan SL, & Hutchison HT.
FG, dkk. The spectrum of antecedent Differential diagnosis and treatment of
infections in Guillain-Barre syndrome: a conversion disorder and Guillain Barre
case-control study. Neurology. Syndrome. Clin Pediatr. 1991;30:578-85.
1998;51:1110-5. 20. Gilroy J, Meyer JS. Medical Neurology.
8. Mori M, Kuwabara S, Miyake M, dkk. Edisi Ke-3. New York: Macmillan
Haemophilus influenzae infection and Publishing, Co., Inc; 1979.
Guillain-Barre syndrome. Brain. 21. Hughes RAC, dkk. Acute Inflammatory
2000;123:2171-8. Polyneuropathy. Di dalam: Rose FC, (e d).
9. Schonberger LB, Bregman DJ, Sullivan- Clinical Neuroimunology. Oxford:
Bolyai JZ, dkk. Guillain-Barre syndrome Blackwell Scientific Publications.
following vaccination in the National 1979;14:170-84.
Influenza Immunization Program, Uni te d 22. Raphael JC, Chevret S, Hughes RA, dkk.
States, 1976–1977. Am J Epidemiol. Plasma exchange for Guillain Barre
1979;110:105-23. Syndrome. Cochrane Database Syst Rev.
10. Hahn AF. Guillain Barre Syndrome. 2002;2:CD001798.
Lancet. 1998;352:635-41. 23. Sater RA & Rostami A. Treatment of
11. Asbury AK & McKhann GM. Changing Guillain Barre Syndrome with intravenous
views of Guillain Barre Syndrome. Ann immunoglobulin. Neurology.
Neurol. 1997;41:287-8. 1998:51(5):9-15.
12. Islam Z, Jacobs BC, van Belkum A, dkk. 24. Netto AB, Taly AB, Kulkarni GB, Rao UG,
Axonal variant of Guillain-Barre syndrome Rao S. Mortality in mechanically
associated with Campylobacter infecti on ventilated patients of Guillain Barre
in Bangladesh. Neurology.2010;74:581-7. Syndrome. Ann Indian A Neurol.
13. Rees JH, Soudain SE, Gregson NA, Hughe s 2011;14:262-6.
RA. Campylobacter jejuni infection and 25. Van den Berg B, Bunschoten C, van Doorn
Guillain-Barre syndrome. N Engl J Med PA, Jacobs BC. Mortality in Guillain-Barre
1995;333:1374-9. syndrome. Neurology. 2013;80:1650-4.
14. Mayo Clinic, Guillain Barre Syndrome 26. Drenthen J, Jacobs BC, Maathuis EM, van
[Internet]. US: Mayo Clinic; 2017 [disitasi Doorn PA, Visser GH, Blok JH. Residual
tanggal 11 November 2017]. Tersedia fatigue in Guillain-Barre syndrome is
dari: related to axonal loss. Neurology.
http://www.mayoclinic.org/diseases- 2013;81:1827-31.
conditions/guillain- 27. Vanhoutte EK, Faber CG, Merkies IS, for
barresyndrome/basics/definition/con- the PeriNomS study group. 196th ENMC
20025832. international workshop: outcome
15. NIH, Guillain Barre Syndrome [Internet]. measures in infl ammatory peripheral
US: NIH; 2017 [disitasi tanggal 11 neuropathies 8–10 February 2013,
November 2017]. Tersedia dari: Naarden, The Netherlands. Neuromuscul
https://www.ninds.nih.gov/disorders/gbs Disord. 2013;23:924-33.
/detail_gbs.htm.
16. Israr YA, Juraita, BS Rahmat. Sindroma
Guillain-Barre. Pekanbaru: Faculty of
Medicine-University of Riau; 2009.
17. Menkes JH, Sarnat HB, Moser FG. Child
Neurology 6th Ed. London: Williams &
Wilkins; 2000.

Medula|Volume 8|Nomor 1|April 2018|116

Anda mungkin juga menyukai